Assassination Classroom by Yuusei Matsui

Fic ke-2... yay...! ^^

Warning : segala macam kekurangan ada di sini.

.

Sore itu Karma tampak lesu. Pertama, niatan membantu Kayano memberi coklat kepada Nagisa tidak 'segreget' yang ia bayangkan. Kedua, ia tidak bisa melihat Terasaka sekarat karena tidak sempat menaruh coklat sianida di lokernya dan Hazama sudah memberikan coklat duluan. Sial!

Padahal kan modusnya minta dibuatkan coklat oleh Okuda ya untuk mengerjai Terasaka begitu. Tentang apa isinya dan untuk apa ia tak peduli, yang penting Karma sudah pernah dikasih coklat sama Okuda kan? Tapi bagaimanapun, diberi coklat yang sesungguhnya dan tulus dari hati kan Karma juga mau. Ya... seandainya gadis itu tahu.

"Heh... Okuda-san?" sapa Karma ketika mendapati gadis yang ia pikirkan di depan loker.

"Eh! Ha-hai, K-karma-kun..." balasnya gugup sambil menyembunyikan sesuatu di balik tubuhnya. Seperti sesuatu yang manis dibungkus kotak berpita biru.

"Apa itu Okuda-san? coklatkah?"

"U-um? K-ketahuan ya?" jawab Okuda tersipu.

"Heh... Okuda-san akan memberikannya pada seseorang ya? apa kau butuh bantuanku? Aku baru saja berhasil membantu Kayano-san loh..." goda Karma. Okuda hanya tersenyum kecil kemudian menggeleng.

"T-tidak perlu..." jawabnya, "K-karena ini memang untuk Karma-kun..."

Ayayay... hati Karma bersorak. Baru saja ia memikirkannya langsung terkabul-

"Wah wah... Aku dapat coklat lagi hm? kau baik sekali Okuda-san... terima kasih ya..."

"S-sama-sama...t-tapi yang ini berbeda, i-ini kubuat atas keinginanku sendiri sebagai tanda persahabatan kita..."

-meskipun ujung-ujungnya friendzone.

Karma hanya tersenyum lemah kemudian langsung memakannya di hadapan Okuda.

"Ngomong-ngomong ini tidak mengandung sianida kan?" candanya.

"I-itu dia yang masih meragukan..." jawab Okuda tersenyum polos, "A-aku ragu memberikannya padamu karena tidak ingat yang mana yang mengandung sianid..."

Deg...

Karma berhenti mengunyah saat itu juga.

"Maksudmu, Okuda-san?" tanyanya tak berani menelan coklat yang sudah lumer di mulutnya.

"S-seingatku yang beracun adalah yang biru, ta-api aku lupa yang kotak biru atau berpita biru ya? sepertinya yang kotak biru... e-eh, bukan deh... yang pita biru mungkin..."

Karma tak berani melirik pita kotak coklat yang ia pegang. Ia ingat warna pitanya, biru.

"Okuda-san... jangan bercanda, aku sudah menelannya lho..." kata Karma dengan suara merendah.

"K-karma-kun takut ya?"

"Huh?!" Karma cengo dibuatnya.

Kemudian hal yang tidak ia mengerti membuatnya semakin cengo, Okuda malah tertawa cekikikan tidak jelas.

"Karma-kun takut kan? ahahaha... makanya Karma-kun jangan menjahili Terasaka-kun terus, kalau malah kena Karma-kun sendiri bagaimana?"

"Oh... jadi begitu hm?" jawab Karma baru sadar kalau ia dipermainkan. Ia menggigit coklat dan mengunyahnya sambil tersenyum dingin.

"Iya... Karma-kun jangan khawatir... aku tidak menaruh racun di coklat manapun, t-tapi bukan berarti coklatnya aman atau ap-"

Okuda tidak menyelesaikan bicaranya karena bibirnya langsung dibungkam bibir Karma. Matanya membulat sempurna, wajahnya memerah seketika. Ia mencoba sebisa mungkin menolak cokelat kunyahan Karma yang didorong masuk ke mulutnya tapi Karma lebih lihai memperdalam lidahnya hingga akhirnya Okuda menelannya bersama saliva Karma. Nafas hangat Karma membuat kacamata Okuda berembun, sementara kakinya semakin lemas ketika Karma 'menghukum' bibirnya.

"Ahhh..." Karma mengakhirinya, menjilat sisa saliva di bibirnya. Okuda hanya bisa gemetar sambil menundukkan muka tomatnya.

"Sekarang aku tak peduli apakah cokelatnya beracun atau tidak, karena jika seandainya beracun kau pasti juga akan mati..." ujar Karma menyeringai penuh kemenangan. Okuda masih membatu di tempat.

'F-first kiss kuuuhhh...!'

jerit Okuda dalam hati masih tidak ikhlas.

End.

-Akaito-