"Bloody Lotus"

Super Junior Fanfiction

Rate M

Crime/Romance

Desclimer : All 'Super Junior' cast belong to them self

Untuk karakter lain, murni fiksi dari author

Warning : Yaoi, out of chara, typo(s)

-enjoy!-


1. You were here (Prolog)

.

.

"Jangan bergerak! Semuanya diam di tempat dan letakan lengan kalian di atas kepala! Hey kau! Dengar tidak?! Angkat tanganmu!"

Suasana di dalam sebuah jalan gelap pinggir kota Busan yang lengang kini mendadak terusik dengan teriakan-terikan menggelegar. Beberapa orang berseragam (dan tidak) tiba-tiba berhamburan dari berbagai sudut gang dan mengacungkan senjata mereka. Titik jalanan yang berawal sehitam langit malam pun seketika jadi terang dengan sorot-sorot lampu mobil patroli yang entah darimana datangnya. Semua terjadi begitu tiba-tiba, tak ada yang sanggup mencium petunjuk walaupun hanya berselang sepersekian detik sebelum penggerebekan terjadi.

Puluhan pemuda yang tengah menikmati malam dengan aroma minuman keras dan seks di sekitar mereka saat ini tak dapat berkutik. Laki-laki, wanita, ataupun yang saat ini tak jelas apa gender-nya pun hanya bisa tertunduk dengan kedua lengan yang berada di atas kepala.

'Jayu', atau orang-orang sering menyebutnya sebagai 'gang kebebasan', adalah sebuah daerah distrik kecil pada kawasan bekas pabrik penggilingan yang sudah bertahun-tahun gulung tikar. Merupakan surga bagi remaja pinggir kota yang haus akan kasih sayang. Tempat dimana semua barang-barang haram menjadi sebuah properti penting bagi sebuah proses aktualisasi diri arah negatif anak-anak muda tersalurkan dengan 'baik'.

Binar-binar kepolosan yang seharusnya menjadi tumpuan bangsa tercemar di tempat ini. Tawa riang dan senyum-senyum sebagai perhiasan rumah tangga dan orang tua mereka pun terbuang sia-sia di sini. Tak ada yang peduli... bahkan semua pikiran waras akan berusaha menjauh dari kegelapan kawasan tersebut.

Sekitar dua puluh perwira polisi langsung bergerak cepat. Mengikat tangan-tangan hingga merasakan dinginnya logam karat borgol yang dipasang tanpa ampun. Beberapa gadis hanya bisa menangis minta dilepaskan, bahkan ada yang berteriak dan mengumpat dengan kata-kata tak pantas.

Namun wajah-wajah keras dengan senjata di tangan mereka seakan buta dan tuli. Hari ini tak ada pengecualian. 'Pembersihan' dilakukan tanpa memandang jenis kelamin, umur, apalagi pengaruh ekspresi memelas. Semua yang ada di sana ditangkap, entah memang sedang 'berpesta' atau tak sengaja melintas.

Tak sengaja melintas?

Ya... seperti pemuda tinggi dengan rambut semanis karamel ini. Hanya bisa pasrah saat dirinya turut bercampur dengan puluhan pemuda pemudi dalam sebuah truk besar berlapis baja. Dan jangan lupakan tangannya yang juga diborgol. Kedua pundaknya masih sangat nyeri karena seorang petugas yang meringkusnya tadi sudah memelintir bagian itu seakan dirinya adalah kriminal yang akan lari dengan penanganan 'lembut'.

Rasa sesal hinggap begitu saja. Niat untuk menghemat tenaga dengan memotong jalan tak biasa, ternyata justru berakhir dengan kejadian tak menyenangkan. Hari ini ia benar-benar sial. Wajahnya begitu lelah, bahkan terlalu lelah walau hanya untuk sekedar merutuki diri sendiri.


Di kantor polisi...

"Jadi kau benar-benar hanya lewat?"

Pemuda kurus tersebut mengangguk. Matanya sudah hampir tertutup karena begitu mengantuk. 'Kapan orang itu akan datang?' rutuknya tanpa suara.

"Kau bukan orang baru kan di kota ini?"

Kini kepala itu menggeleng.

"Tak ada yang tidak mengetahui daerah itu kecuali dia imigran yang baru satu minggu tinggal di Busan."

Keras kepala adalah sifat dasar yang harus selalu dimiliki setiap petugas kepolisian. Dan pemuda itu tahu benar. Karena orang yang saat ini sedang ditunggunya adalah salah satu dari beberapa manusia dengan perangai seperti itu.

Kakak laki-lakinya juga seorang polisi. Dan kini petugas yang tengah menginterogasinya tak akan percaya jika hyung-nya tidak juga menampakkan wajah di sini.

"Aku sangat mengenal Cho Siwon. Jadi kuharap kau tidak berbohong bahwa dia adalah kakakmu." Pria di hadapannya berujar kaku. Tapi sayang, raut itu hanya dianggap Kyuhyun sebagai wajah sok tahu.

Ah, ya. Pemuda sial yang kita bicarakan sedari tadi tentu punya identitas untuk dipanggil. Dan namanya adalah Cho Kyuhyun. Seorang mahasiswa tingkat akhir di universitas swasta Busan yang biasa saja. Memiliki kehidupan yang biasa saja, bahkan otak yang bisa dikatakan 'biasa' saja.

Oh, nanti kalian juga akan tahu seberapa 'biasa' dirinya.

"Pak!" Seorang petugas (lagi) mendekati mereka berdua, memberi hormat kaku dengan sikap loyalitas tak diragukan sebelum akhirnya terlihat menyerahkan sebuah dokumen. "Anak ini bersih. Tes urin tak memperlihatkan adanya konsumsi obat-obat terlarang. Catatan kriminalnya pun kosong." Seru petugas itu padat, tegas, dan... keras. Kyuhyun bahkan sempat berpikir untuk menutup telinganya tadi jika saja tak ingat bahwa sikap itu sangat tidak sopan. Terlebih di kantor polisi.

Tiba-tiba saja...

"Cho Kyuhyun. Sepertinya tempatmu 'bermain' sudah mengalami kemajuan." Suara berat dan wibawa begitu jelas berpadu dengan kelembutan yang khas.

Sosok tinggi dan atletis. Juga... tampan. Tak disangka membuat seorang polisi yang tadi menangani Kyuhyun langsung berdiri dan memberi hormat. Dan sosok tangguh itu hanya mengangguk singkat.

"Jadi bagaimana?" Siwon kembali berucap—tetap berwibawa, "...apa yang sudah dilakukan adikku di tempat itu?" Kyuhyun mengernyit. Mencoba mengingat pangkat apa yang kini diduduki Siwon hingga kedua orang petugas yang bersamanya sedari tadi langsung menunjukkan hormat pada kakanya itu.

Lama sekali... berpikir keras dalam diam... kemudian hanya berakhir pada ingatan tanda strip tiga di bagian pundak seragam yang biasa dipakai Siwon. 'Komisaris polisi?' gumamnya dalam hati. Namun langsung menyerah karena ingatannya sudah terlalu lelah hari ini. Yang jelas, kakaknya ini memiliki posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua polisi tersebut. Tentu saja, Siwon bahkan sudah tak bekerja di kantor ini. Kakaknya sudah dipindahtugaskan ke pusat kota.

"Jadi benar Cho Kyuhyun adikmu?" Seseorang lagi muncul. Berperawakan pendek dan terlihat berada dalam kisaran umur empat puluhan.

Hal serupa dua polisi muda tadi ditiru Siwon kepada sosok yang baru saja hadir. Pemuda itu memberi hormat dengan tegas. "Sen-nim..."

"Hm..." Pria paruh baya itu mengangguk, "Tak perlu sungkan, Siwon-ah. Kau bukan lagi bawahanku." Kemudian tersenyum hangat. "Tenang saja, adikmu sepertinya hanya berada pada waktu dan tempat yang salah tadi." Wajah lelah itu lalu berpaling pada Kyuhyun, "Aku minta maaf, anak muda. Kau pasti terkejut. Lain kali berhati-hatilah dimanapun kau berada. Kriminal itu sama sekali tak pandang bulu." ujarnya sambil menepuk pundak orang yang memang jauh lebih tinggi darinya itu.

Kyuhyun ingin melayangkan protes sebenarnya, namun tatapan Siwon membuatnya kini justru mengambil sikap menunduk hormat pada polisi tadi. "Terimakasih. Sekarang, apa saya sudah bisa pulang?" Pemuda itu bertanya sesopan mungkin.

"Tentu saja. Kau bersih. Pulanglah."

Kyuhyun tersenyum dan langsung menyandang tasnya. Ia sudah sangat ingin merasakan kasur empuk di atas tempat tidur. "Hyung, ayo kita pulang!" serunya riang.

Siwon menatap tak suka. Ia tak enak jika harus langsung meninggalkan kantor polisi. Terlebih saat ini dirinya sedang tidak bertugas, terlihat pada pakaiannya yang begitu kasual. Siwon hanya seperti pemuda yang baru saja pulang mengunjungi kekasihnya—kencan.

"Tidak apa-apa. Pulanglah." Pria itu menyadari aura sungkan pada Siwon. "Kita bisa berbincang sambil minum teh lain kali. Adikmu pasti sudah sangat lelah."

Tanpa sadar Kyuhyun mengangguk. Mengiyakan. Membuat Siwon memutar bola mata jengah.

"Baiklah. Kami permisi saen-nim." Alih-alih melakukan gerak penghormatan khas seorang perwira, ia justru membungkuk menandakan bahwa hubungan mereka bukan hanya sebatas rekan seprofesi. Mungkin lebih dekat.

Lagi-lagi tanpa sadar, Kyuhyun juga ikut membungkuk.

Jumlah langkah Kyuhyun belum habis jika harus menghitung seluruh jari-jari tangannya, tapi ia sudah dikejutkan dengan suara orang membentak.

"Brengsek! Apa kau tidak bisa sedikit lembut, hah?! Tanganku sakit!"

"DIAM! Dasar anak tak berguna! Mau berapa kali lagi kau keluar masuk tempat ini? Kami sudah bosan berulang kali menangkapmu." Kyuhyun melihat seorang petugas tanpa seragam tengah mencengkeram seorang anak laki-laki yang terlihat memberontak. Pakaiannya sungguh sudah tak bisa dikatakan 'baik-baik saja'. Celana jeans yang robek di bagian kedua lutut, ada setitik darah di sana. Kyuhyun tahu ada luka di dalam sana. Sepatu lusuh dan terkoyak di beberapa bagian serta jaket kulit coklatnya pun tak terlihat lebih baik.

Tapi bukan pakaian yang membuat Kyuhyun tak percaya bahwa pemuda itu tidak baik. Lebih pada rupa sosok tersebut. Ia tak pernah habis pikir bagaimana wajah manis dengan kulit yang berkilau seperti itu bisa cocok dengan pakaian seperti preman pasar? Ya. Kyuhyun belum gila. Anak laki-laki yang terus saja mengumpat itu memang sangat... manis.

'Dia laki-laki atau perempuan, sih?' Kyuhyun bertanya dalam hati.

"Hey, Pak Tua! Aku lapar. Apa kantor polisi ini tidak menyediakan makanan untuk kami?! Bukankah itu sama dengan membunuh kami perlahan?!" Berteriak dengan sangat tidak sopan. Anak laki-laki itu duduk bersandar sambil sesekali menendang meja petugas yang sedang memeriksanya.

"Yah, Lee Sungmin! Diamlah! Kau ingin tinggal di sini lebih lama lagi?!" Petugas akhirnya berteriak untuk mengimbangi sikap buruan mereka yang sangat liar.

Kyuhyun menghentikan seorang polisi yang hendak melewatinya, "Ahjussi, siapa anak laki-laki itu?" Ia sama sekali tak menyaring rasa ingin tahu. Langsung bertanya pada intinya.

"Lee Sungmin maksudmu?" Tak disangka si polisi menanggapi. "Ck, kau lebih baik tak berteman dengan anak itu. Sangat nakal, entah sudah yang ke berapa kalinya dia keluar masuk tempat ini. Kami saja sudah bosan."

"Memang apa yang dia lakukan?" Kyuhyun lagi-lagi bertanya.

"Banyak. Mencuri, mabuk, membuat keributan di tempat umum. Haahh~ itu yang tercatat. Kurasa dia melakukan hal yang lebih mengerikan lagi. Hanya masalah waktu saja untuk kami bisa menambah daftarnya. Kau lihat saja, dia bahkan kini tertangkap di Jayu."

Kyuhyun melebarkan kedua matanya, "Dia termasuk orang yang ditangkap pada operasi pembersihan hari ini?" nadanya tak percaya.

"Memangnya kalian saling kenal di Jayu? Kau juga terjaring bersamanya, bukan?"

"Ahjussi! Harus berapa kali kukatakan. Aku hanya lewat." Kyuhyun melayangkan protesnya, namun hanya dibalas dengan gerakan mengangkat bahu tak peduli dari polisi tersebut.

Kyuhyun memandang pemuda bernama Lee Sungmin itu. Begitu lekat, hingga tak sadar bahwa sang pemilik mata rubah di sana balik menatap tajam.

Deg, deg, deg!

'Mutiara hitam di sana memerangkap, menuntut, dan membuatku jatuh. Aneh. Detak jantungku ini bahkan lebih cepat daripada saat merasa bahagia karena berhasil mengerjakan delapan puluh soal 'algoritma program' hanya dalam dua jam. Mata lelahnya seolah menyapaku lebih hangat, bibir yang indah... Ya Tuhan, benda itu seakan ingin menyampaikan sesuatu.' Kyuhyun sejenak menikmati.

'Dan detik ini, aku bahkan sudah berjanji akan menunggu. Bagaimana bisa? Apa yang sudah kujanjikan? Tapi... aku sama sekali tak ragu.'

Kau bahkan bisa menemukan lembaran putih di antara halaman-halaman rusak sebuah buku. Mutiara indah memang tak akan terlihat di antara kubangan lumpur hitam, kawan. Tapi apa kalian tahu? Teratai 'lahir' di lingkungan yang kotor. Hey, bukankah dengan begitu 'kecantikannya' akan tampak semakin istimewa?

"Yah, Cho Kyuhyun! Apa yang kau lakukan? Ayo pulang!"

'Aku ingin bertemu lagi dengannya...'

.

.


-Prolog-


Halo ^_^ Danika datang lagi.

Kali ini dipastikan plotnya jelas... terus saya taruh di rate M kerena mungkin akan ada adegan kekerasannya atau adegan... hmm...

Hehe... ada yg berminat untuk dilanjutkan gak?

Sebelumnya Terimakasih karena sudah mampir...

*mudah-mudahan ff ini gak dicuekin*

(~/\~) /berdoa/

Ps: saya menyingkat 'songsaengnim' jadi 'saen-nim' (hanya supaya enak menyebutnya kok)