By: Xylia Park

Bangtan Boys Pt. 2

.

.

CHAPTER 1

.

Semuanya tersenyum hari ini.

Hari bahagia, dimana seorang wanita yang selama ini melewatkan masa mudanya untuk merawat tujuh orang anak seorang diri, memberikan seluruh waktu, keringat, tenaga dan kasih sayangnya dengan tulus, kini telah melepaskan masa lajangnya.

Nyonya Bangtan menikah pagi ini dengan seorang pria yang tepat. Pak Han. Seorang polisi, duda dan tampan. Baik hati dan penuh wibawa. Dan yang terpenting anak-anaknya merestuinya.

Setelah saling mengenal selama setahun lebih-terima kasih pada Taehyung dan Jimin yang sudah membuat mereka berdua bertemu-,mereka menjadi semakin dekat dan saling jatuh cinta dan akhirnya memutuskan untuk menikah. Mengisi kekosongan masing-masing.

Pernikahan mereka berlangsung dengan sederhana dan kekeluargaan saja. Hanya kerabat terdekat, beberapa teman dan tentu saja ketujuh putranya yang sudah cukup membuat ramai acara. Ada persembahan lagu dari Jungkook bersama kedua kakak rappernya. Mereka membuat acara semakin bertambah meriah.

Seokjin datang pagi-pagi, langsung dari Jepang. Dia ada syuting disana dan dia menyempatkan diri untuk menghadiri upacara pernikahan Ibunya, karena dia yang mendampingi Ibunya saat berjalan di altar.

Waktu berjalan dengan cepat. Putra sulungnya itu semakin sukses dan terkenal. Dia membawakan banyak hadiah untuk ibunya. Dia datang diantarkan oleh beberapa pria bertubuh besar. Seokjin bilang itu bodyguardnya. Tahu sendiri, kan. Semakin populer seorang artis maka akan semakin ketat penjagaan. Bahkan dihari pernikahan Ibunya sendiri. Seokjin hadir secara diam-diam. Tidak ada awak media yang meliput hari membahagiakan ini karena mereka ingin acara yang tenang dan spesial.

Ibu mereka terlihat sangat cantik dengan gaun pengantin berwarna putih sederhana dan dengan rambut yang digelung indah. Ini pertama kalinya Ibu mereka memakai riasan diwajahnya dan membuat ketujuh anaknya terpesona dibuatnya.

"Ibu cantik sekali~", ujar Hoseok terperangah.

Hoseok menjadi orang yang paling bahagia sekaligus sedih diantara yang lain. Sejak tadi dia terus tersenyum dengan air mata yang tidak bisa berhenti merembes keluar dari matanya hingga membuat Yoongi harus menjadi pengawal pribadinya, yang bertugas membawakan sekotak tissue khusus untuknya.

"Sudahlah, nanti air matamu bisa habis", kata Yoongi penuh perhatian, sambil membantu menghapus air mata Hoseok dengan tissue. Membuat Namjoon dan Jimin merengut cemburu ditempat duduk mereka.

"Aku sangat bahagia, Hyung. Air mataku tidak mau berhenti keluar", jawab Hoseok sesenggukan membuat para tamu tertawa.

Acara berlangsung dengan baik. Para tamu terlihat sangat senang menghadiri acara sederhana mereka. Dan setelah semua tamu benar-benar pulang mereka semua kembali ke rumah mereka. Bukan untuk pulang dan kembali berkumpul. Namun Nyonya Bangtan dan Pak Han hanya mampir untuk ganti pakaian dan mengambil barang bawaan mereka yang sudah dipersiapkan.

Mereka akan pergi untuk berbulan madu.

Bangtan Boys Pt. 2

Mereka akan pergi berbulan madu ke Jepang, hadiah dari Seokjin untuk ibu dan ayah baru mereka-dia berduit sekarang.

Ketujuh anaknya pun setuju, karena selama ini Ibu mereka tidak pernah liburan tanpa membawa mereka semua. Anggap saja acara bulan madu ini sebagai hari libur setelah bertahun-tahun merawat mereka semua.

"Ibu hanya pergi sebentar saja. Tolong jaga Jungkook dan rumah, ya", kata Nyonya Bangtan.

Anak-anaknya sudah tinggal terpisah dengannya sejak beberapa bulan terakhir. Seokjin tinggal dikawasan elit di Seoul. Sebuah apartemen mewah didekat kantor agencynya untuk mempermudah pekerjaannya. Ibu dan adik-adiknya beberapa kali mengunjunginua, namun Seokjin selalu saja sedang tidak ada dirumahnya.

Sementara Yoongi juga menyewa flat biasa, beberapa blok dari rumah. Dia berkata bahwa dia sudah dewasa. Sudah bukan waktunya dia bersembunyi dibalik Ibunya. Yoongi ingin bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Walaupun begitu, setiap hari dia selalu datang untuk menjenguk Ibunya dan adik-adiknya.

Sementara Namjoon dan Hoseok masih tinggal dirumah ibunya, hanya saja mereka jarang pulang dan lebih sering menghabiskan waktu mereka distudio music yang mereka kelola bersama dengan teman-teman mereka.

Jimin dan Taehyung juga, namun mereka jarang pulang. Karena sepertinya mereka lebih suka tidur di kampus. Hanya Jungkook saja yang masih setia menemani Ibunya setiap saat.

"Sebulan itu tidak sebentar, Ibu. Sehari saja tanpa ibu, rasanya pasti berbeda", kata Jungkook saat tiba gilirannya memeluk sang Ibu.

"Hoseok dan yang lain akan tinggal disini selama ibu pergi. Kau tidak akan sendirian, sayang", dia membelai rambut Jungkook dengan penuh sayang. "Aku pasti akan sangat merindukan kalian. Kalian akan baik-baik saja selama Ibu pergi, kan?", tanyanya pada anak-anaknya yang lain juga.

"Tentu saja, bu. Kami punya Hoseok Hyung seksi perawatan, Namjoon Hyung seksi keamanan dan Seokjin Hyung seksi konsumsi. Dia akan mentraktir kami pizza setiap hari!", timpal Taehyung dengan gembira yang langsung mendapatkan protes dari orang-orang yang dia sebutkan tadi.

"Pak Han-Uhm, maksudku. A-a-a...Paman", Hoseok masih merasa canggung untuk memanggil pria itu sebagai Ayah.

"-tolong jaga Ibu. Siapkan jaket tebal kareba Ibu mudah kedinginan. Dan jangan terlalu banyak makan gorengan. Tangan Ibu sering kram kalau kebanyakan makan gorengan. Dan jangan lupa minum air putih yang banyak. Ibu selalu kurang minum air putih makanya punggungnya sering sakit. Dan juga-"

"Hoseok-ah", sebuah panggilan dari Ibunya menghentikan ocehan penuh kekhawatiran Hoseok.

Rasa khawatir yang Hoseok rasakan begitu kentara ditambah dengan wajahnya yang basah karena air mata. Hoseok nampak belum siap jika harus melepaskan sang Ibu.

"Ayah baru kalian ini akan menjaga Ibu kalian dengan baik. Kalian jangan khawatir", kata Pak Han sambil mengusap rambut Hoseok. Dan seketika Hoseok menangis kencang dengan suara sumbang yang memekakan telinga sambil memeluk erat kaki Ibunya.

"Ibuuu~ Jangan tinggalkan aku bersama mereka. Aku mau ikut! Aku mau ikuuuuuut!", keluhnya dan protes dari saudaranya yang lain kembali terdengar. Mereka bahkan menggebuki punggung Hoseok.

Nyonya Bangtan tertawa. Dia tahu Hoseok tidak serius dengan uapannya. Tapi air matanya benar-benar terasa membasahi celana kain yang dia pakai.

"Tidak apa-apa. Kalau mereka nakal, kau pukul saja mereka", kata ibunya.

Haah~ Dia pasti akan merindukan suasana ramai dan heboh dari anak-anaknya itu.

"Ibu menyayangi kalian. Baik-baik dirumah, ya. Jangan hancurkan rumah", pesan terakhir yang mengundang tawa anak-anaknya sebelum akhirnya dia berangkat.

.

Mereka melambai bahkan meneriakkan kalimat perpisahan pada mobil just married yang sudah jauh melaju. Semakin lama semakin menjauh. Menyisakan keheningan saat mobil itu akhirnya berbelok dan menghilang dari pandangan mereka.

Mereka menghela nafas, antara lega ibu mereka telah menikah dan karena melepaskan sesak setelah menangis(khusus untuk Hoseok).

"Ibu!", Hoseok memanggil Ibunya sambil menatap jalanan kosong.

"Sudahlah, Hoseok", kata Namjoon. Dia menyeret Hoseok masuk kedalam rumah mereka sebelum anak tu memulai drama baru. "Ibu sedang berbahagia, setidaknya jangan menangis terus. Nanti rumahnya banjir oleh air matamu", tambahnya. Dia membuat Hoseok duduk di sofa dan menyumpal mulut Hoseok dengan bantal.

Hoseok merengut dan menyingkirkan bantalnya. "Yang membuatku sedih adalah karena aku harus terjebak seorang diri diantara kalian semua", kata Hoseok. Kalian tahu kan bagaimana tipe dan model ketujuh saudara ini?

"Apa aku juga termasuk?", tanya Yoongi.

"Pengecualian untuk Yoongi Hyungku tersayang~~", seru Hoseok sambil menempel dan memeluk lengan Yoongi. Tidak lupa mengistirahatkan kepalanya pada bahu Yoongi hingga mengeluarkan protes dari dua mulut. Namjoon dan Jimjn. Haha, Hoseok memang sengaja melakukan itu.

"Hey! Tolong jaraknya!"

"Jangan menempel seperti itu!'

"Taehyung-ah. Tolong pisahkan mereka", kata Jimin pada Taehyung yang baru saja lewat karena Jimin masih canggung untuk menyentuh Yoongi, bahkan hanya sekedar untuk memisahkannya dari Hoseok.

Dengan senang hati Taehyung menarik Hoseok menjauh dan memeluknya dengan nyaman di sofa. Membuat Yoongi yang sekarang menatap mereka tidak nyaman.

"Hey, hey. Katakan padaku, apa yang kalian inginkan untuk makan malam?", tanya Seokjin dengan ponsel ditangannya.

"Terserah saja"

"Aku masih kenyang"

"Masih ada banyak sisa daging asap dan sup dari acara pernikahan Ibu. Makan itu saja"

"Aku lelah. Mau tidur saja"

Seokjin mengedikkan bahunya. "Ya sudah, setidaknya aku hemat beberapa Won", katanya. Dia menghampiri yang lain dan bergabung.

"Aku akan menginap malam ini saja. Besok siang aku harus pergi. Jadwalku penuh untuk tiga hari kedepan. Mungkin aku akan kembali Rabu malam. Tidak apa-apa, kan?", tanya Seokjin. Tapi sama sekali tidak ada yang menyahutinya.

"Hey! Kalian ini dengar aku atau tidak?"

"Ya, terserah saja", jawab mereka sekenanya sementara mereka sibuk sendiri-sendiri.

Seokjin mendengus. Diluar sana ada banyak orang yang ngin mencuri perhatiannya. Tapi dirumah ini mereka sama sekali tidak menghargai Seokjin sebagai seorang artis yang terkenal. Mereka selalu saja mengacuhkan Seokjin. "Ugh! Menyebalkan-_-"

.

Malam itu, rumah terasa sangat sepi bagi Hoseok. Jadi begini rasanya menjadi Ibunya yang ditinggalkan sendirian setelah makan malam berakhir. Setelah benar-benar selesai, semua saudaranya langsung menghilang satu per satu dari meja makan. Tidak ada seorang pun yang menawarkan diri untuk membantu Hoseok mencuci piring.

"Apa yang mereka lakukan di kamar mereka? Kenapa tidak ada yang membantuku disini?", gerutunya dengan suara keras sambil mencuci piring bekas makan malam mereka. Punggung Hoseok rasanya sakit sekali karena harus membungkuk. Entah wastafelnya yang pendek atau dia yang semakin tinggi.

Setelah selesai dengan peralatan dapur. Hoseok beralih mengelap meja. Memastikan tidak ada setitik kotoran pun tertinggal disana. Membersihkan meja adalah pekerjaannya setiap hari. Tapi semenjak mereka sibuk dengan studio musik mereka, Hoseok dan Namjoon lebih sering makan diluar atau bahkan tidak makan sama sekali. Senang bisa melakukannya lagi.

Setelah menyelesaikan semuanya, Hoseok berniat untuk pergi ke ruang keluarga mereka untuk menonton televisi sambil mengistirahatkan punggungnya yang sakit karena mencuci piring. Namun apa yang dia dapatkan disana benar-benar membuatnya kesal.

Ruangan favoritnya itu berantakan dengan kulit kacang yang berceceran dilantai. Serta bungkus keripik dan gelas minuman yang masih tertinggal disana. Ada soda yang tumpah diatas karpet Ibunya dan konfeti-konfeti yang entah berasal dari mana, memenuhi ruangan itu.

"Aih, dasar", Hoseok tidak sanggup lagi menahan amarahnya. "BERAPA KALI HARUS KUKATAKAN, JANGAN SAMPAI ADA SAMPAH DIRUANG NONTON!", teriaknya dalam satu tarikan nafas. Memang sengaja berteriak agar terdengar hingga menembus pintu kamar saudara-saudaranya yang tertutup.

"Aku sudah menduga ini akan terjadi. Memang seharusnya aku ikut ibu pergi", keluhnya.

Ternyata untuk beristirahat saja tidak bisa dengan mudah dilakukan Hoseok. Dia harus memunguti sampah kulit kacang dan bungkus keripik kentang yang berserakan diruangan itu dan berurusan dengan wastafel pendek itu lagi.

"SIALAN KALIAN SEMUAAAAAA!"

.

Yoongi tertawa saat mendengar teriakan Hoseok yang marah. Dia benar-benar mirip dengan Ibu mereka. Manis sekali.

Yoongi menatapi foto keluarga yang mereka ambil setahun yang lalu sebelum dia kembali fokus pada laptopnya. Sebuah lembar kosong yang ingin sekali diisinya dengan kata-kata untuk tulisannya yang baru. Hanya saja Yoongi tidak tahu harus memulainya dengan kata apa. Hal ini selalu menajadi kendalanya saat menulis. Dia sudah punya gambaran dan konsep, hanya saja dia tidak tahu harus mulai dari mana.

Dia mencoba mengetik beberapa kata, namun segera dihapusnya karena terasa norak dan kaku. Mengetik lagi, lalu segera dihapus lagi dan terus begitu hingga berulang-ualng. Dia menggeram kecil dan akhirnya memutuskan untuk menutup laptopnya.

Dia berjalan mendekati tempat tidur dan menjatuhkan dirinya. Sepertinya dia butuh istirahat. Berbaring sebentar menatap langit-langit, siapa tahu saja dia bisa mendapat pencerahan.

Dia menghela nafas dan menatap kamar lamanya yang masih belum berubah. Posisi perabotannya masih sama. Sepertinya Ibunya merawat ruangan ini dengan baik. Bahkan Sepreinya saja masih tercium segar dan wangi. Yoongi senang bisa kembali kerumah dan berkumpul setelah sekian lama.

.

Taehyung baru selesai mandi, handuk masih menggantung diatas kepalanya. Saat dia masuk ke dalam kamar, dia disuguhi pemandangan Jimin yang sedang tersenyum-senyum sendiri sambil menatapi foto keluarga mereka yang baru saja mereka ambil setahun yang lalu. Di dalam foto itu, Jimin duduk bersebelahan dengan Yoongi dan saudara seumurannya itu menganggapnya sebagai prestasi yang perlu dibanggakan.

Taehyung merasa mual melihatnya. Karena tidak tahan dia melempar Jimin dengan handuk hingga kepala saudaranya itu tertutup sempurna oleh handuknya.

"Norak!", komentar Taehyung. Dia melompat keatas tempat tidurnya sambil tertawa menang.

"Kau yang norak!", timpal Jimin seraya melepaskan handuk itu dari wajahnya dan merengut. Waktu terus berlalu namun mereka masih belum berubah. Masih selalu bersama dan tak terpisahkan walaupun mereka masih sering berdebat tidak jelas.

"Terserah saja. Kalau aku jadi kau, aku pasti bisa dengan mudah mencuri perhatiannya. Bukan cuma memandangi fotonya", kata Taehyung sambil memainkan ponselnya tanpa mau repot-repot mendengarkan protes dari Jimin.

Dia membuka akun sosial medianya untuk mendapatkan berita terkini. Taehyung adalah orang yang ingin selalu up to date. Dia populer di kampusnya dan dia berteman dengan banyak orang. Jadi dia harus tahu berita baling baru agar dia tidak ketinggalan saat harus bicara kepada teman-temannya.

Skandal artis, berita politik, video yang menjadi viral. Trend terkini, fashion, makanan unik. Dia sudah membaca semua itu tadi pagi.

"Membosankan", komentarnya. Taehyung terus menggerakan jarinya untuk menjelajah lebih jauh hingga dia menemukan sebuah artikel yang membuat matanya membelalak hanya karena membaca judul artikelnya saja.

"Astaga!". Taehyung segera melompat turun dari tempat tidurnya dan berjalan cepat keluar pintu.

.

"Oh! Kau mengejutkanku!", pekik Seokjin yang terkejut karena Taehyung yang muncul tiba-tiba di hadapannya. Wajahnya nampak panik. Tidak sesuai dengan sifat santainya yang biasa.

"Hyung...", suaranya bergetar dan itu membuat Seokjin yakin bahwa ada sesuatu yang terjadi.

Tanpa menunggu Seokjin menjawab, Taehyung menyodorkan ponselnya. Seokjin menerimanya dengan bingung dan bersedia untuk melihat apa yang ingin adiknya itu tunjukkan padanya. Seokjin membacanya dengan seksama. Yang terjadi, dia justru memasang ekspresi wajah yang sama seperti Taehyung. Seokjin juga membulatkan matanya tidak percaya.

"Ada apa, sih? Kenapa kau panik begitu?", tanya Jimin yang mengintip dari dalam kamarnya.

Seokjin mengisyaratkan Taehyung untuk memberitahunya sedangkan dia sendiri berjalan cepat ke arah kamar Namjoon dengan ponsel Taehyung ditangannya. Mengetuk pintunya dengan tidak sabaran hingga akhirnya Namjoon keluar dengan wajah mengantuknya.

"Ada apa, Hyung?", dia bertanya sambil menguap.

"Baca ini", kata Seokjin sambil menyodorkan ponsel milik Taehyung. Memberikan Namjoon waktu untuk membacanya.

Mata mengantuk Namjoon perlahan-lahan membulat. Dia memandang Seokjin bingung lalu kembali membaca artikel didalam ponsel Taehyung dan kembali menatap Seokjin lagi.

Dia mengangkat tangannya pada Taehyung dan Jimin, "Cepat nyalakan televisi", katanya dan kedua adik mereka itu segera mematuhi.

"Aku akan beritahu, Yoongi Hyung", lanjutnya pada Seokjin dan terburu-buru melangkah. Namun Seokjin memegangi tangannya.

"Tidak!", kata Seokjin. Dia menatap cemas mata Namjoon. "Jungkook saja. Aku yang akan beritahu Yoongi", lanjutnya. Dalam keadaan seperti ini, akan lebih sulit untuk memberitahu Jungkook si bungsu dari pada Yoongi. Seokjin tidak tega untuk memberitahu Jungkook.

.

Mereka semua bersama-sama turun untuk bergabung diruang televisi. Jungkook tidak bisa berdiri jauh-jauh dari Namjoon. Dia terus memegangi kaos kakaknya itu dengan erat dan dia nampak terpukul.

"Hyung, beritanya ada ditelevisi", lapor Taehyung pada Namjoon sambil menahan tangisnya.

Mereka semua berdiri bergerombol didepan televisi. Ekspresi mereka sama. Terpukul dan tidak percaya. Panik dan sedih.

"Hyung…", Jungkook mulai terisak dan semakin merapatkan diri dengan Namjoon. Namjoon melingkarkan tangannya pada Jungkook dan memeluknya erat agar adiknya itu merasa tenang.

"Dimana Hoseok?", tanya Yoongi cemas.

Namjoon mencelos. Bagaimana bisa dia melupakan Hoseok! Dia menatap Seokjin dan Yoongi bergantian dengan bingung.

"Jika Hoseok Hyung tahu-", ucapan Jimin terputus karena suara pintu rumah mereka yang terbuka. Mereka semua menoleh dan mendapati Hoseok muncul di ambang pintu.

.

Hoseok mendapati keenam sauaranya sedang berada di ruang nonton dengan televisi menyala. Sungguh tidak bisa dipercaya. Hoseok baru saja membereskan semua kekacauan disana dan sekarang mereka malah asyik-asyikan menonton televisi tanpanya.

"Kalian semua disini setelah aku buang sampahnya?! Huh! Tidak bisa dipercaya!", geramnya. Dia ingin sekali marah dan memukuli mereka satu per satu. Tapi dia urungkan karena melihat mereka semua diam menatapinya.

"Apa kalian takut? Hohoho! Bagus kalau begitu", katanya bangga. Dia berniat untuk memperbudak mereka semua besok jika mereka memang takut pada amukan Hoseok.

Keenam saudaranya masih menatapinya dan itu terasa aneh untuk Hoseok. Tidak biasanya mereka diam seperti itu.

"Apa? Sesuatu terjadi? Kalian memecahkan vas Ibu, ya?!", tuduhnya.

Tidak ada yang menjawab. Mereka semua membuat Hoseok bingung. Tapi mereka semua menyingkir dari depan televisi dan telinga Hoseok mengkap suara pembaca berita di televisi dan itu sudah cukup untuk menjelaskan apa yang terjadi.

"...sebuah pesawat tujuan Jepang jatuh pada pukul satu siang, sesaat setelah lepas landas. Pesawat jatuh mengakibatkan ledakan besar. Evakuasi korban masih terus dilakukan..."

Hoseok membulatkan matanya. Bibirnya bergetar. Dadanya terasa panas dan nafasnya tercekat. Pantas saja mereka semua diam dan tidak menjawab pertanyaannya.

"I-Ibu.."

.

TBC