"Hahahahahahahahhahahaha..!"

"Bisa terbayang kan?! Kita semua sedang serius mengerjakan soal dan tiba-tiba dia jatuh dari kursi seperti itu! Kalau kalian ada di sana, pasti sudah tertawa melihat ekspresiku!"

"Jika Jong Hyun bisa segitu geli, bagaimana denganku, coba? Aku sampai menangis! Kalian pasti akan bilang kalau aku menggelikan!"

"Ahhh… aku jadi lupa kalau tadi aku tidak bisa mengerjakan 10 soal! Sepertinya aku akan tidak bisa mengerjakan 15 soal jika ada di kelas kalian karena aku lupa jawabannya! Kau bisa mengerjakan berapa soal Hyukkie?" Yong Hwa masih mabuk tertawa.

Temannya yang bernama Hyukkie tidak menjawab dan seolah terfokus pada hal lain. Ia bahkan sepertinya tidak mendengar apa yang Yong Hwa tanyakan padanya. Matanya hanya menatap ke arah jam 11.

Yong Hwa yang tidak mendapat respon hanya melihat temannya tersebut dan mencoba mengikuti arah tatapan Min Hyuk. Pada arah jam 11, Yong Hwa melihat ada Ji Hyun di sana. Sendirian dengan ponsel di tangannya, kacamata besar, rambut sebahu acak-acakan, buku di tangan kirinya dan kepala yang sedari tadi sibuk melongok ke kiri dan ke kanan seakan sedang mencari seseorang. Di belakangnya ada tangga yang dari tadi dilalui banyak orang. Sosok Ji Hyun jadi begitu terpampang.

Tanpa sadar, Jong Hyun dan Jung Shin juga jadi memperhatikan Ji Hyun. Mereka berempat memperhatikan anak perempuan yang sekelas dengan Yong Hwa dan Jong Hyun tersebut seakan Ji Hyun adalah catatan guru yang harus mereka catat, tapi tidak bisa dipahami.

Sedetik kemudian Ji Hyun tanpa sengaja melihat ke arah mereka. Tidak seperti keempat cowok tersebut, Ji Hyun segera memalingkan pandangannya ke arah lain dengan ekspresi sedikit terganggu. Bagaikan mantra pemecah, keempat cowok tadi langsung sadar dan 'kembali ke kehidupan mereka'.

"Woohyun?!" nama itu terujar dengan keterkejutan dari bibir Jung Shin.

Yong Hwa dan Jong Hyun mengangguk mantap. Sedangkan Min Hyuk hanya mengangkat alis.

"Astagaaa.. apa yang dia lihat dari cewek seperti itu?" Jung Shin shock.

"Katanya mereka satu grup saat penerimaan siswa baru. Berhubung mereka juga sekelas saat tingkat satu, akhirnya mereka deket deh," jawab Yong Hwa sambil mengambil jus timun di depannya.

"Menurut Woohyun, Ji Hyun itu manis," tambah Jong Hyun sembari cekikikan.

"Manis?! Menurutku dia terlihat menakutkan. Kau lihat kan bagaimana ekspresinya tadi saat dia melihat ke arah kita? Sombong sekali."

"Myung Soo, dia pernah cerita kalau dia satu kelompok dengan Ji Hyun. Selama kerja kelompok berlangsung, dia tidak pernah bertanya atau bicara pada Myung Soo. Menyapa pun tidak pernah." Jong Hyun meminum jus timunnya.

"…." Min Hyuk hanya diam.

"Min Hyuk, kau kenapa? Diam saja dari tadi?" Jung Shin bertanya dari jauh. Posisi Jung Shin yang berada di dekat jendela dengan bass di tangannya memang berseberangan dengan Min Hyuk yang duduk di belakang drum.

"Ah.. tidak apa-apa." Min Hyuk menjawab lemas.

Melihat kondisi Min Hyuk yang terdiam semenjak mereka pulang ujian, ketiga temannya merasa ada sesuatu yang aneh. Hari itu adalah hari terakhir mereka ujian. Seharusnya Min Hyuk ikut senang karena hari itu mereka bisa bermain band seperti hari-hari biasa (dan tanpa ujian).

"Ya sudah, ayo kita mulaiii~…!" Yong Hwa berusaha menjadi penetralisir suasana dengan bangkit dari kursi dan berjalan menuju mic dan gitar di tangannya.

Semenit kemudian, musik band menggaung ke seluruh sudut ruangan.

Malamnya -seperti biasa-, Min Hyuk mengendarai sepedanya sendirian menuju rumah. Dari sekolah, jalan raya, hingga ke daerah perumahan. Beberapa blok lagi untuk bertemu dengan orang tua nya, mandi dan tidur.

Min Hyuk terus mengayuh sepedanya hingga memasuki kawasan taman di daerah perumahan tersebut. Sesampainya di sana, ia memakirkan sepeda di dekat sebuah kolam air mancur kecil.

Setelah memastikan parkiran sepedanya aman, ia berjalan perlahan dengan kepala terangkat sedikit ke atas –seperti sedang mencari sesuatu.

'Pasti disana,' ujarnya dalam hati. Untuk pertama kalinya di hari itu, Min Hyuk tersenyum.

Min Hyuk terus berjalan menghampiri semak-semak dengan perlahan. Langkah kakinya seringan kapas yang jatuh ke tanah. Tanpa suara, sangat perlahan dan hati-hati. Kali ini Min Hyuk sedikit membungkuk seolah sedang bersembunyi dari sesuatu. Setelah ia merapat di semak-semak,,,

"Dooorrr!" seekor kucing hitam muncul ke atas dari balik semak-semak sembari menunjukkan telapak tangannya tepat di depan hidung Min Hyuk.

"Hai Macaroon, aku ingin bertemu majikanmu, boleh?" tanya Min Hyuk dengan mimik dan nada manis.

"Majikanku sedang bermain bersamaku. Kau tidak boleh menemuinyaa~.. nyaa nyaaw~.."

Tangan kucing itu bergerak ke kiri dan ke kanan. Aneh? Tidak, karena ada tangan manusia yang menggerakkan tangan kucing itu di belakang.

Min Hyuk tersenyum.

"Oh ayolaaahhh~…" Min Hyuk mulai merengek dengan kedua tangan di rapatkan. "Nanti akan kubelikan kau salmon, bagaimana?"

"Hmmm… baiklaahh~.."

Kucing itu berbalik dan sebagai gantinya, muncul wajah perempuan di gelapnya semak-semak itu, Ji Hyun.

Perempuan itu tersenyum. "Hai."

Senyumnya semakin lebar dan eye smile nya muncul.

Min Hyuk tanpa ragu-ragu segera memeluk cewek itu dengan sangat erat. Hidungnya mencium harum shampoo dari rambut perempuan itu. Untuk beberapa detik, tercium bau tubuh perempuan itu dari lehernya. Min Hyuk sangat menikmati saat-saat seperti itu. Saat-saat yang tidak akan mungkin bisa ia lakukan di tempat lain dengan orang lain. Ia hanya bisa melakukannya di sini, bersama orang ini.

"Hmm.. kau berlatih keras, ya? Tubuhmu berkeringat," tanya Ji Hyun yang masih ada di pelukan Min Hyuk.

"Hmm.." Min Hyuk mengiyakan. Ia tidak mau menjawab banyak-banyak karena khayalannya sekarang pasti akan memudar jika ia melakukannya.

Ji Hyun pada saat seperti itu hanya tersenyum maklum. Kini kedua tangannya juga melingkari pinggang Min Hyuk yang memang lebih tinggi darinya. Ji Hyun juga begitu menikmati aroma tubuh Min Hyuk yang ia rindukan sangat lama ini. Seolah sudah tidak bertemu beberapa tahun lamanya, mereka terus berpelukan hingga beberapa menit.

Beberapa menit kemudian…

"Kau sudah menunggu lama?" Min Hyuk bertanya pada Ji Hyun yang kini duduk di sampingnya dengan kepala yang bersandar di bahu Hyukkie. Semakin romantis karena tangan kiri Min Hyuk melingkari bahu pacarnya itu.

"Aku pikir aku harus memberi makan Macaroon dulu supaya kita tidak terganggu," jawab Ji Hyun sambil mengelus Macaroon yang sedang tidur lelap di pahanya.

"Macaroon enak sekali. Kapan aku bisa tidur di situ seperti Macaroon?" Min Hyuk merengek.

"Kau kan bisa kapan saja, selama di rumah tidak ada orang dan kau ada di sana. Macaroon tidak."

Min Hyuk manyun. Ji Hyun hanya tersenyum.

"Ji Hyun, aku boleh tanya serius padamu? Kau tidak capek dengan hubungan seperti ini?"

Raut wajah Ji Hyun mulai berubah. "Kenapa?"

Setelah beberapa detik diam Min Hyuk bicara. "Aku ingin bisa memelukmu seperti ini juga di sekolah. Kapan pun, aku ingin melihatmu. Saat aku sedang bermain band, aku ingin kau melihat dan memberiku semangat, men-support-ku saat bermain bola, makan siang bersamaku, mengerjakan tugas di perpustakaan, semuanya. Aku ingin melakukan semua hal bersamamu di sekolah. Tidak seperti ini. Berat buatku melihatmu dari kejauhan dan aku tidak bisa memelukmu dari belakang. Aku ingin kau terus berada di dekatku. Aku tidak mau kau di ambil siapapun." Min Hyuk bicara panjang lebar dengan ekspresi sangat memohon dari mulutnya dan penuh harap di wajahnya.

Ji Hyun yang memperhatikan cowok di sampingnya -berbicara dan menatap langsung matanya- merasa getir dan merasa ada sesuatu yang menyempiti jantungnya. Matanya mulai berlinang air mata. "Aku belum bisa, Min Hyuk. Maafkan aku…"

Min Hyuk terdiam menunduk. Situasi ini sudah berkali-kali terjadi. Sebenarnya ia mulai bosan dengan linangan air mata kekasihnya. Tapi di sisi lain, ia juga merasa sakit jika Ji Hyun sudah seperti itu.

Dan untuk kesekian kalinya, air mata Ji Hyun menetes.

Min Hyuk tahu pasti adegan air mata Ji Hyun yang turun pasti akan terjadi. Untuk menenangkan perasaan Min Hyuk sendiri yang kalut, ia melihat ke arah jam tangannya. Jam 9 malam. Waktunya untuk membawa Ji Hyun pulang.

Dengan menguatkan hati yang sebenarnya sudah bergemuruh, Min Hyuk mencoba menahan emosinya dan berusaha untuk lembut pada Ji Hyun. Walau hal itu sulit dan wajah Min Hyuk sendiri menunjukkan itu. Pelan-pelan ia mengangkat dagu Ji Hyun dan menatap mata perempuan itu. Mata yang selama ini ia lihat gelap sekarang begitu bersinar di bawah bulan sabit.

Min Hyuk memegang bagian kepala perempuan di sampingnya. Ia lakukan itu agar perempuannya mau melihat matanya, mata yang penuh dengan harapan dan permohonan. "Maaf.. aku tidak bermaksud menekanmu. Aku hanya ingin bilang bahwa aku merasa hubungan seperti ini tidak pantas bagiku. Aku menyukaimu, kau juga menyukaiku, kan? Kita saling suka, kau berkata 'ya' saat aku menanyakan keseriusanku. Dan aku ingin semua orang tahu itu, tahu bahwa kau dan aku saling menyukai. Aku yakin aku tidak akan kuat lagi untuk hubungan seperti ini tapi aku hanya ingin kau untuk sekarang. Ji Hyun, tidak ada yang salah denganmu. Aku mohon jangan seperti ini terus." Min Hyuk menunjukkan ekspresi yang… membuat perempuan itu tersentuh. Sayangnya, Ji Hyun bukan tipikal wanita yang mudah luluh hanya karena itu. Ji Hyun mencoba memalingkan pandangannya ke arah lain. Bukan karena grogi akan sosok indah di depannya seperti Min Hyuk, tapi karena ia takut ia akan percaya dengan apa yang baru saja Min Hyuk katakan padanya.

Bagi Min Hyuk adegan ini sudah biasa. Ia tahu Ji Hyun tidak bisa melihat mata orang lain. "Aku antar kau pulang, ya?" Min Hyuk masih bersikeras untuk lembut, dan menahan emosinya.

(Depan rumah Ji Hyun)

"Kau akan pergi?" tanya Ji Hyun.

Min Hyuk mengangkat alis sambil menatap pacarnya. "Maksudmu?"

"Akan ada libur seminggu. Kau akan pergi tamasya bersama yang lain?" Ji Hyun menjelaskan pertanyaannya.

Min Hyuk terdiam sejenak. Ketiga kerabat dekatnya memang mengajak tamasya saat liburan sehabis ujian ini. "Ya." Min Hyuk menjawab datar.

Gadis Min Hyuk melihat raut datar cowok di hadapannya. Ia yakin Min Hyuk punya perasaan kesal karena 'penolakannya' di taman barusan. "..Baiklah. selamat bersenang-senang. Hati-hati, jangan lupa makan dan tidur sebelum jam 12 malam. Aku masuk dulu."

Ji Hyun berbalik dan sebelum ia melangkah dari tempatnya…

"Ji Hyun?" Min Hyuk menyebut namanya.

Yang dipanggil menengok ke arah pacarnya. Tatapan murung khas Ji Hyun begitu mengena di hati Min Hyuk saat itu.

"Ehmm.. Kau serius menyukaiku, kan? Kau tidak bermain-main, kan?"

Ji Hyun menaikkan alis dan mengerjipkan matanya lalu mengangguk.

Min Hyuk merasa darahnya mengalir deras dan ada sedikit bagian di hatinya yang mengirimkan perintah ke otak untuk menghampiri cewek itu dan memegang erat kedua lengannya.

Dengan nafas yang memburu, Min Hyuk menatap mata kekasihnya itu dengan mata penuh pilu dan meminta. "Kalau begitu, kau tidak akan menyesal dengan hal ini, kan?"

Ji Hyun yang kaget karena tindakan Min Hyuk hanya bisa diam terpana. Pertama kalinya sejak sebulan ini Min Hyuk menunjukkan tindakan agresif kepadanya seperti sekarang. Seperti sekarang, saat dengan cepat Min Hyuk menempelkan bibir tipisnya ke bibir Ji Hyun.

Ji Hyun kaget. Ia merasa jantungnya berdetak 1000 kali lebih cepat saat ini. Begitu pun jantung Min Hyuk yang sudah berdetak sama cepatnya dengan milik Ji Hyun. Min Hyuk gugup, takut tapi ingin melakukannya. Sekitar 3 detik bibir itu menempel, kini bibir Min Hyuk mulai 'menangkap' bibir bawah kekasihnya.

Jika ditanya bagaimana perasaan Ji Hyun saat itu, ia juga sama kagetnya, sama takutnya, sama inginnya juga seperti Min Hyuk. Saat bibir mereka bersatu seperti sekarang, entah mengapa perasaan galau dan risih kedua insan itu kini memudar sedikit demi sedikit. Mereka menikmati apa yang terjadi.

Satu tangan Ji Hyun mengelus bagian belakang kepala kekasihnya dan ia mulai memejamkan mata. Min Hyuk dengan wajah merahnya masih asyik membiarkan bibir Ji Hyun ada di dalam capitannya dengan mata terpejam. Detik hingga menit, mereka menikmati cumbuan lembut yang hangat. Saat keduanya merasa cukup, mereka saling melepaskan diri perlahan dan saling menatap dengan wajah kemerahan serta ekspresi gugup.

Min Hyuk tersenyum malu, Ji Hyun tersenyum malu-malu.

Seperti malam pertama mereka pacaran, Min Hyuk kemudian mencium kening wanita pujaannya itu di depan rumah. "Tidur yang nyenyak, ya?" mata Hyukkie benar-benar lembut saat itu.

"He-eum," jawab cewek itu sambil mengangguk.

"Masuklah," ujar Min Hyuk sambil tersenyum (dan sebenarnya ia masih malu-malu soal kejadian 'mesum' beberapa menit yang lalu.

Dengan nurut, perempuan tercinta di sini mulai membuka pagar dan melambaikan tangan ke Min Hyuk sembari menutupnya. Min Hyuk yang sudah siap melaju dengan sepedanya membalas lambaian tersebut sambil tersenyum dan akhirnya pamit dari sana.

Dengan perasaan senang dan riang Min Hyuk mengayuh sepedanya. Dengan perasaan senang dan bahagia, Ji Hyun lekas menuju pintu rumahnya untuk masuk. Tepat saat ia membuka kenop pintu..

"Ji Hyun~!"

Terdengar suara pria memanggil namanya dari balik pagar. Ia berharap Min Hyuk yang kembali padanya, tapi nyatanya..

"Ya?" jawab Ji Hyun pada laki-laki yang sedang ia tatap.

"Ini, aku mau mengembalikan catatan yang kemarin-kemarin di pinjamkan oleh Mae Ri. Maaf karena aku meminjamnya tanpa izin darimu. Dia ingin aku mengembalikan ini langsung kepadamu, sekaligus minta izin setelah pinjam. Hehe..," ujar cowok itu.

"Oh,, ah, iya tidak apa-apa. Terima kasih sudah mau repot-repot kemari."

"Tidak apa-apa, aku sekalian melewati jalan pintas. Aku baru tahu rumahmu di sini dari Mae Ri tadi siang. Jadi sekalian saja aku kembalikan."

"Ahh.. begitu…" Ji Hyun tersenyum menanggapi kalimat cowok tersebut.

Mendadak cowok tersebut menyodorkan telapak tangannya. Ji Hyun agak heran.

'Untuk apa?'

"Kita belum saling kenal, kan? Namaku Lee Jong Hyun."