Title : Get Merried

Author : Vikey

Cast : Sasuke - Sakura

Genre : AU, Romance gaje, Fluff gagal.

Rate : T+

Type : OS

Dedicated for Saverscontest : Banjir TomatCeri 2014 (BTC4).

Happy reading~

Summary :

Sasuke, hari ini kau akan tamat. Hari-hari bebasmu sebagai bujangan akan berakhir. Jadi, siapkan dirimu/Semoga saja pernikahan ini batal/ aku baru tahu nama calon istriku Haruno Sakura saat pengucapan janji pernikahan/ Tak bisa kupercaya. Aku menikah dengan orang yang bahkan tidak kukenal. Mengerikan/sebuah kesalahan yang membuat Sasuke harus merubah seluruh kisah hidupnya/Dedicated to Ssaver Contest : Banjit tomatceri 4 (BTC4)

Pernikahan adalah kesalahan yang harus dibuat tiap orang. (George Jessel)

Pernikahan yang berhasil tergantung pada dua hal, menemukan orang yang tepat dan menjadi orang yang tepat (Anonim)

Sasuke

Sial, kupukir hari ini tidak akan datang. Hari dimana lonceng kematian untuk masa bujanganku berakhir. Ah, sejak dulu aku phobia pernikahan. Oke, belum dalam tahap phobia akut sebenarnya. Hanya saja, menurutku semua alasan untuk sebuah pernikahan adalah nonsens. Pernikahan menurut deskripsiku hanyalah tali kekang yang akan membatasi semua tingkah lakuku. Oke, bukan maksudku menjadi laki-laki bangsat yang nengandalkan tampang dan kekayaan. Semua orang juga tahu, kalau bungsu keturunan Uchiha ini termasuk dalam bujangan paling diminati sejagad Konoha. Aku bisa mendapatkan perempuan manapun yang kuinginkan dengan satu jentikkan jariku. Meskipun itu tak kulakukan karena menurutku segala sesuatu yang berhubungan dengan wanita itu merepotkan.

Berhenti memikirkan apa yang akan terjadi hari ini. Ingat, sebuah kata mutiara yang berbunyi, hari ini pasti berlalu, maka bergeraklah. Berbekal kalimat sakti itu, kuangkat pantatku dari kasur empuk yang setia menemani malamku sepanjang umur. Ah, dobel sial. Baru membuka mata saja langsung disambut benda itu terpajang dibalik pintu. Yah, Jas hitam pernikahan yang baru dikirimkan dari Paris langsung oleh baka aniki. Yang katanya berharga mahal dan khusus dirancang untuk acara ini. I don't care!

"Sasu.." ketukan di pnitu membuyarkan lamunan suram pagiku.

"Jangan masuk!" Balasku keras. Malas sekali harus menghadapi ocehan tak guna dari baka aniki. Coba, sehari saja dia tidak merusak suasana hatiku. Dan kupikir aku masih harus meneruskan drama kemarahanku padanya. Oke, bukan bermaksud menjadi adik durhaka. Salahkan saja Itachi-baka yang membuatku terpaksa menjalani hari paling indah dalam tanda kutip ini. Kalau bukan alasan dia mengancam tidak akan menikah dan berubah jadi gay jika aku tidak mau menikah hari ini. Kupikir sampai kapanku aku tidak akan menikah. Dan sejujurnya aku tidak terlalu peduli Itachi mau jadi gay ataupun juga kalau saja kaa-san tidak terkapar pingsan mendengar ucapan ngawur kakak laki-lakiku itu. Jadi, pada intinya alasan utama pernikahanku ini karena kaa-san.

"Terlambat baka... aku sudah masuk." Sial, dobel tripel sial, ingin sekali rasanya melempar lampu duduk di sampingku ini ke wajah nyengirnya.

"Eih... Sasu-cake, ini sudah jam berapa? Kenapa belum siap-siap. Ini hari yang indah untukmu. Cepat sana mandi." Dengan kekuatan mega yang entah didapatnya dari mana (yang aku curiga dia baru saja berguru pada samson) baka Itachi mendorongku menuju kamar mandi di sebelah kanan ranjang.

"Tidak usah bawel. Sana keluar dari kamarku!" dengusku marah dari dalam kamar mandi. Kemudian, berjalan menuju westafel dan melihat wajah tampan sempurnaku dari pantulan di kaca.

"Sasuke, hari ini kau akan tamat. Hari-hari bebasmu sebagai bujangan akan berakhir. Jadi, siapkan dirimu." Yah, rutinitas pagiku sebelum mandi adalah bermonolog dengan diriku sendiri. Karena tidak ada orang yang mengenalku luar dalam kecuali diriku sendiri, khas Uchiha Sasuke.

.

.

.

"Nah itu Sasu-cake... akhirnya keluar juga kau. Kupikir kau akan kabur Sasu." Baka Itachi langsung menarikku ke pintu depan begitu aku turun dari tangga.

"Sasuke-kun, kau tampan sekali. Persis ayahmu." Kaa-san ikut mendekat. Memeluk tubuh tegapku dengan haru.

"Jangan kecewakan leluhur Uchiha, Sasuke." Tepukan lembut diberikan Tousan, membuatku melotot pada Itachi. Karena aku yakin dia yang sedang disindir oleh Tousan. Dasar kakak merepotkan.

.

.

.

Perjalan berjalan sedikit macet. Katanya ada kecelakaan di jalan tol. Syukurlah. Semoga saja pernikahan ini batal. Dan ngomong-ngomong tentang pernikahan. Bahkan aku belum kenal siapa calon istriku. Bertemu saja belum. Sungguh persiapan pernikahan yang mengesankan. Semuanya sudah diurus oleh niisan dan kaa-san. Mereka bilang calon istriku itu cantik dan sempurna. Awas saja kalau gadis yang mereka pilih itu dibawah standarku. Itachi akan menerima balasanku.

"Nah, sesuai permintaanmu Sasu. Acara pernikahan ini diadakan dengan sederhana. Hanya mengundang beberapa keluarga dan kenalan saja. Bahkan teman-temanmu tidak diundang." Kudengar Ocehan Itachi-nii yang bersemangat. Jadi bingung, sebenarnya siapa yang mau menikah. Aku atau dia. Kan aku yang nikah. Tapi malah dia yang repot. Tak mengacuhkan, telinga kusumpal dengan headphone dan memutar lagu-lagu metal kesukaanku.

"Sasu... kita sudah sampai." Kurasa Kaa-san menyentuh bahuku. Mengalihkan perhatianku dan melepas i-pod.

"Hn..."

"Sepertinya kita telat. Ayo Sasuke, Kaa-san. Acara segera dimulai." Dengan tak sabar baka-aniki menarik lenganku kesana kemari. Oh God! Kenapa kakakku tiba-tiba pecicilan begini. Sungguh tidak mencerminkan seorang Uchiha. Dosa apa kaa-san dulu mengandungnya.

"Eh, Itachi. Kenapa pelaminannya ada dua." Kaa-san berhenti di depan salah satu pintu masuk gedung pernikahan yang ternyata memang ada dua pelaminan disana.

"Yang mana ini? Kaa-san kemarin tidak ikut check gedungnya. Kan kamu yang terakhir checking."

"Batalkan saja Kaa-san. Kita tunda saja pernikahannya." Sahutku santai. Ah, semoga saja memang akan dibatalkan. Kami-sama sungguh sayang padaku.

"Jangan terlalu berharap Sasu-cake. Pernikahanmu akan tetap dilaksanakan. Ayo, pasti yang ini. Mari kaa-san." Dengan sadis Baka-niisan memukul kepalaku sebal. Sial, dobel tripel sial. Aku dipermalukan didepan umum. Awas kau keriput.

"Jadi, siapa nama calon istriku?" tanyaku begitu kami sudah masuk dan melihat mempelai wanitaku sudah berdiri dipelaminan. Ah, sial. Dobel tripel sial. Perutku tiba-tiba melilit. Sangat tidak etis Uchiha Sasuke gugup menghadapi calon istrinya yang belum ia kenal.

"Aku lupa, nanti juga kau akan tahu. Kemarin Akatsuki yang memilihkan gadisnya."

Sial, sekali lagi. Jadi calon istriku ini pilihan geng sinting Akatsuki. Tahu begitu aku saja yang cari sendiri. Hah, tamat riwayatmu Sasuke. Pasti gadis pilihan geng aneh itu sama anehnya dengan mereka. Ini sebenarnya pernikahan atau apa sih. Niat banget kayaknya. Tarik nafas Sasuke, tarik. Semua akan indah pada waktunya, kalau memang istrimu nanti benar-benar seaneh Geng sinting Akatsuki. Suruh saja dia operasi plastik biar wajahnya mirip Lucy pacarnya si Dragneel itu.

Oke, langkah harus segagah mungkin. Buat semua orang terpesona terutama calon istrimu yang sedari tadi terus menunduk. Tunjukkan kharisma seorang Uchiha. And than, its show time!.

.

.

Terdengar gila memang, aku baru tahu nama calon istriku Haruno Sakura saat pengucapan janji pernikahan. Meski sedikit tak ikhlas aku bisa mengucapkan janji itu yang entah akan ku tepati atau tidak. Dan hei, ekspresi terkejut calon yang sebentar lagi akan menjadi istri sahku itu sungguh lucu. Dia terperangah menatapku dari balik tudungnya. Mata hijaunya membulat terkejut. Pasti dia terpesona melihat ketampananku.

"Nona sakura... Maukah kau berjanji, mencintai Suamimu Uchiha Sasuke selamanya. Dalam suka maupun suka. Dalam sehat maupun sakit. Sampai ajal menjemput." Kuperhatikan sepertinya dia tidak fokus dengan ucapan saksi pernikahan kami. Hei cantik. Ada apa denganmu? Oke, kupikir kekhawatiranku berlebihan. Gadis ini, calon yang sebentar lagi akan menjadi istriku ini cantik dan menggemaskan. Pipinya bulat dengan mata hijau sebening telaga.

Wajah paniknya itu, membuat sesuatu di bawah perutku bergolak. Belum pernah ada seseorang yang berhasil membangkitkan hasratku dalam satu kali tatapan. Ternyata menikah tidak seburuk yang ku pikir.

"Kenapa tidak dijawab sayang?" kubisikkan ucapanku ditelinganya. Sedikit nakal, kutiup lubang telinganya menggoda dan reaksinya sungguh mengagumkan. Dia langsung tergagap dengan mata hijau bersinar gugup.

"A..A..aku mau!" sahutnya dengan cicitan gugup mendominasi, bahkan ia menjawab masih dengan mata hijau menatapku tegang. Gadis pintar. Sekarang kau sudah menjadi istri sahku.

"kalian resmi menjadi sepasang suami istri. Tuan Sasuke, kau boleh mencium mempelaimu sekarang." Tanpa disuruh dua kali, tanganku bergerak menyentuh leher belakangnya. Sedikit memutar tubuh istriku sayang ini dan memeluk pinggangnya. Mungkin ada beberapa detik kami bertatapan intens. Menggodanya sungguh mengasyikkan. Kutarik tudung kepalanya membuat wajah manisnya kini terlihat jelas. Tatapanku menjalar dari surai pink yang mengintip dari balik tatanan rambutnya. Kemudian dahinya yang lebar, disusul kelopak matanya yang mengerjap dengan indah. Sungguh karya Tuhan terindah yang pernah kulihat ditambah sepasang mata hijau menyejukkan. Dan jangan lupakan, bibir paling mengagumkan yang membuatku tidak sabar untuk menyentuhnya.

"Kau cantik sayang..." bisikku rendah. Menarik wajahnya semakin mendekat. Sedikit seringai ku pasang dalam senyumanku sebelum bibirku menyambar bibir tipisnya yang berwarna pink pucat. Ah, mempelai paling cantik yang pernah kulihat. Memang, segala sesuatu yang menjadi milik Uchiha Sasuke harus exclusive.

"Selamat datang dalam dunia penuh kebahagiaan nyonya Uchiha." Bisikku disela ciuman kami. Ah, sial. Dobel. Tripel sial. Bibirnya begitu lentur dan membuatku merasa candu hanya dalam satu kecupan. Dan sepertinya, istri tersayangku ini sedikit kewalahan menghadapi keliaran gerakanku.

Ah, benar-benar candu. Dan terpaksa aku harus mengakhiri ciuman luar biasa ini karena istriku tersayang sudah megap-megap kehabisan oksigen. Ingatkan aku untuk memberinya privat nanti. Karena kupikir gadis manis ini masih amatiran.

"Kau..." bisiknya sedikit terengah dengan wajah memerah. Sial, dobel tripel sial. Rasanya ingin sekali upacara konyol ini segera berakhir dan aku bisa menikmati hak exclusive atas istriku ini sendirian. Tanpa ada pengganggu. Tahan Sasuke, semua akan indah pada waktunya.

.

.

.

Tanpa menunggu lagi, aku bergegas menarik tangan lembut istriku sayang yang baru kuingat lagi bernama Sakura Haruno. Yah, sejak tadi perhatianku hanya terfokus pada ekspresi aneh yang ditujukan istriku tersayang. Ah, seandainya kutahu menikah akan sebahagia ini, mungkin sejak dulu aku sudah menikahi gadis berambut pink pudar yang menyembul dari tudung kepalanya. Ah, segala tentang gadis ini terlihat begitu indah.

"Siapa kau?" teriaknya begitu memasuki Limo hitam yang akan membawa kami ke rumah.

"Suamimu..." Sahutku dengan senyum paling lebar yang pernah kutunjukkan pada orang lain. Sial, euforia kebahagiaan ini menjungkir balik duniaku. Sebelah tanganku terangkat untuk membelai pipinya. Terasa begitu halus dibawah sentuhan ibu jariku. Benar-benar sempurna. Tuhan memang tahu apa yang terbaik untukku.

"Bukan... seharusnya aku tidak menikah denganmu." Geraman marahnya membangkitkan sisi liarku. Ah, sial, dobel tripel sial. Wajah merahnya menggemaskan. Dan apa yang dikatakan mulut manisnya, tidak menikah denganku? Yang benar saja.

"jangan bercanda sayang. Faktanya kita sudah menikah sekarang. Aku suamimu dan kau istriku. Habis perkara."

Aku tahu, istriku sayang sedang menahan amarahnya. Mata hijaunya berkilat. Membuatnya terlihat seperti pantulan hutan lebat di daerah tropis. Gadis ini, istriku sayang pintar sekali menjeratku hingga ke dasar.

Beringsut menjauh, sedetik kemudian istriku sayang menyemburkan amarahnya yang tak mampu dia bendung lagi. Kata-kata kecewa bahwa seharusnya dia menikah dengan kekasihnya bernama Gaara atau siapalah aku tidak peduli. Dan kemudian dia tertawa dalam nada tak percaya.

"Oh Kami-sama. Tak bisa kupercaya. Aku menikah dengan orang yang bahkan tidak kukenal. Mengerikan!" dia memukul kepalanya sedikit histeris. "Hentikan mobilnya, aku mau turun. Kita selesaikan semuanya dan batalkan pernikahan konyol ini."

Memutar bola mataku, tak percaya dengan ucapannya. Membatalkan pernikahan ini. Oh yang benar saja. Jangan harap. Tak peduli salah mempelai atau apapun masalahnya, Uchiha Sasuke tidak akan melepaskan apa yang sudah menjadi miliknya. Termasuk istri tersayangku ini. Akan kulakukan apapun yang akan membuatnya tetap disampingku. Ketika Uchiha Sasuke sudah memutuskan. Semua akan terjadi seperti apa yang kuinginkan.

"Paman... putar balik. Kita ke Bandara sekarang juga." Ku lirik istriku sayang, matanya membulat dengan ngeri mendengar titahku pada Paman Ichiraku yang dengan senang hati menjadi supir mobil pengantinku ini.

"Apa yang akan kau lakukan tuan. Hentikan mobilnya sekarang juga." Pemberani, gadis ini menatap nyalang padaku. Menarik kerah bajuku mendekat.

Ah, sial, dobel tripel sial. Keuntungan buatku.

Wajah manisnya membuatku lapar ingin melahapnya sekarang juga. Tahan Sasuke. Jangan terburu-buru. Istrimu ini gadis yang berbeda. Gunakan strategi. Pelan-pelan. Perlahan. Lalu terkam. Dan dia akan menjadi milikmu selamanya. Pikiran ini membuatku bersemangat dan tertantang.

"Sayang, kita akan langsung berbulan madu." Menebar rayuan, bibirku sudah mendekat di telinganya. Membisikkan kalimat itu sehalus mungkin. Dan strike! Tubuh istriku sayang ini mengigil menahan getaran dari efek guncangan yang kuberikan. Sedikit lagi Sasuke. Sekali lagi, aku merasakan bibir lembutnya terbuka. Siap menyambut kedatangan bibirku. Oke, jangan ingatkan aku untuk berhenti. Ciuman yang awalnya lembut kini perlahan berubah menggebu penuh kerakusan. Sakura benar-benar responsif. Kami berebut udara di sela ciuman menakjubkan ini. Mulutnya benar-benar indah. Kami-sama, aku benar-benar terhanyut dalam pusaran kebahagiaan. Gadis ini akan dan harus menjadi milikku.

Drrtt... drrttt.

Kebahagiaanku terinterupsi dengan sempurna. Jika bukan informasi penting, akan kubunuh siapapun yang sudah mengganggu moment terindahku bersama Sakura. Kulirik istriku sayang yang sepertinya masih terpana dengan kedahsyatan ciuman kami tadi. Dengan perlahan kutarik bahunya agar kepalanya bersandar padaku. Dia tidak menolaknya, bagus.

"Sasuke... gawat!" cerocosan panik kakakku tiba-tiba masuk begitu kuangkat telepon.

"Ada Apa baka-niisan?" sahutku santai, sebelah tanganku membelai rambut Sakura yang sekarang sudah tergerai dengan indah. Mata hijaunya masih belum fokus, yakin demi apapun. Dia terkesan dengan perlakuan lembutku. Kau beruntung Sakura, menjadi satu-satunya gadis yang menerima perlakuan lembutku.

"Sasuke...! kau mendengarku." Ah, sial. Dobel tripel sial. Lagi-lagi si baka ini mengintrupsi lamunan indahku.

"Iya.. dengar. Ada apa?"

"Sekarang kau dimana? Aku tidak bisa memberitahu lewat telepon. Cepat kerumah. Harusnya kalian sudah disini 15 menit yang lalu."

"Aku di jalan menuju Bandara, aku mau mengajak istriku honeymoon. Sudah jangan ganggu lagi."

"Jangan berani menutup teleponnya Sasuke. Disini kacau. Kau salah mempelai. Demi Tuhan. Sasori ngamuk-ngamuk disini. Yang kau nikahi bukan Shion. Tapi Sakura, adiknya Sasori yang hari ini menikah juga." Terdengar nada histeris dari suara kakakku dan teriakan kekacauan di belakangnya. Sedikit menjauhkan telepon, ku lirik Sakura yang masih melamun dengan nyaman dalam pelukanku. Kuharap Sakura, istriku sayang ini tidak mendengar teriakan Itachi.

"Aku sudah tahu, tapi aku tidak peduli. Kau yang selesaikan kekacauan disana. Oh iya, niisan. Katakan pada Sasori temanmu itu. Dia harus merestui pernikahan kami atau aku tidak akan membawa Sakura pulang. Aku akan sangat berterima kasih padamu niisan." Diakhir kalimat, langsung kumatikan ponselku bahkan mencabut baterainya. Tidak ada yang boleh mengganggu masa bulan madu kita Sakura sayang. Bisikku sambil mencium jidat lebarnya saat kulihat ia menutup mata hijau yang sekarang menjadi favoritku.

.

.

.

Langit berubah gelap begitu kami mendarat di tanah Barcelona, Spanyol. Setelah ciuman dahsyat kami di mobil saat masih di Konoha tadi. Istri cantikku ini berubah pendiam. Kupikir dia malu untuk mengakui kalau dia memiliki ketertarikan yang sama padaku. Dasar gadis gengsian. Kepeluk pinggangnya posesif saat kami beranjak keluar dari Bandara.

"Dimana ini Uchiha-san." Bisiknya dengan perjuangan keras menahan rona merah dipipinya. Tak tahan, kutundukkan wajahku dan mencium pipinya sekilas. "Di Barcelona sayang, dan panggil aku Sasuke-kun." Geramku menahan hasrat yang bergejolak di bawah sana. Aku memiliki batas kesabaran.

"Tidak... aku tidak mau." Tolaknya berusaha melepaskan pelukanku. Sebuah usaha yang sia-sia sayangku. Aku tidak akan melepasmu.

"Tidak ada bantahan sayang, atau aku akan memaksamu bercinta disini sekarang juga." Ucapanku melambat, teredam dijidat lebarnya yang menurutku indah. Sudah kukatakan, segala sesuatu tentang istriku sayang ini begitu indah. Bibirku sudah menempel erat dikulit lembutnya, disusul kedua tanganku juga mengeratkan sentuhan di pinggulnya. Hangat, semua keresahan dan kemarahan yang sempat bergolak seketika menghilang hanya dengan memeluk tubuh Sakura. Dan aku bersumpah melihat tatapan iri orang-orang yang menyaksikan moment bahagiaku ini. Karena nyatanya, kami berpelukan di tengah kerumunan lalu lalang.

"Demi Tuhan... aku mencintaimu Sakura." Mengangkat wajahnya dengan kedua tanganku, bisa kulihat binar terkejut di mata hijaunya. "Beri aku waktu untuk menunjukkan bahwa kita memang ditakdirkan untuk bersama. Aku adalah lelaki yang dikirimkan oleh Kami-sama untuk menjadi suamimu. Apa kau percaya padaku?" sial, Dobel, tripel sial. Mulutku ini tiba-tiba sangat lancar mengeluarkan kata-kata manis yang kuyakin baru kali ini seumur hidupku. Dan seperti mendapatkan dunia dan seisinya, kebahagiaanku berlipat-lipat saat melihat Sakura, Istriku sayang mengangguk yakin dengan tatapan terpesona. Bagus. Tinggal selangkah lagi dan kau tidak akan bisa berpaling dariku sayang. Kau akan melupakan segalanya dan hanya ada aku di hidupmu. Tidak kekasihmu, kakakmu bahkan orang tuamu. Hanya akan ada aku, Uchiha Sasuke, suamimu.

Dan kuberitahu satu hal. Menikah itu menyenangkan. Tidak seburuk yang kalian pikirkan oke.

Owari...

.

..

.

..

.

.

.

.

.

.

.

..

Omake...

Kupandang wajah teduh istriku sayang yang sedang tertidur dalam dekapanku. Tiga bulan sudah pernikahanku berjalan, dan aku merasa seperti mimpi. Hari-hari yang kami lalui bersama semuanya begitu indah. Sakura Uchiha, wanita menggemaskan yang akan selalu merona bahkan setelah setiap hari melihatku telanjang. Ah, aku sangat mencintaimu sayang. Menundukkan wajah, kutarik dagunya dan berniat memberikan kecupan di bibir tipisnya yang membengkak, sisa dari percintaan dahsyat kami semalam.

"Trtttttt... trrrrrttttttt..."

Dan terintrupsi dengan sempurna. Sial, dobel tripel sial. Siapa yang bertamu sepagi ini. Bahkan jam baru menunjukkan pukul tujuh pagi. Menarik lenganku perlahan, takut istri sayangku ini terbangun. Kemudian bangkit dan meraih celana boxer dan jubahku sebelum membuka pintu kamar. Tidak etis bukan menerima tamu sambil telanjang. Kalian yang sudah menikah pasti tahu apa yang semalam kulakukan bersama istriku.

"Siapa!"

Dan buagh... sebuah pukulan hampir saja mematahkan hidungku jika tidak refleks menghindar. Apa-apaan ini.

"Dimana Sakura!" oh sabar bung. Tiba-tiba pria berambut merah darah dan bermata seperti Panda ini merangsek masuk sambil teriak-teriak.

"Apa yang kau lakukan!" balasku menarik bahunya kasar.

"Polisi akan menangkapmu karena menculik calon istriku. Cepat katakan, dimana kau sembunyikan Sakura!" pria gila ini masih teriak-teriak tak Karuan. Ah sial, dobel tripel sial. Bisa-bisa Sakura terbangun dari tidur lelapnya. aku menyeretnya keluar dari apartement yang kutinggali bersama Sakura sejak kedatangan pertama kami saat bulan madu di Spanyol ini. Lenganku melayang bersiap memukulnya.

"Tahan Sasuke!" tiba-tiba baka Itachi muncul dan menarik tubuhku. Dan seseorang berambut merah lainnya juga menarik tubuh pria panda ini dari cengkramanku.

"Niisan, siapa pria gila ini."

pletak

"Baka!" bukannya menjawab pertanyaanku, Itachi-nii malah memukul kepalaku. Persis seperti yang sering ia lakukan. "Dia calon suami asli Sakura!"

Oh, aku paham. Jadi si panda ini yang seharusnya menikah dengan Sakura sayangku.

"Sasuke, dimana adikku?" kali ini pria berambut merah berwajah baby face yang agak sedikit mirip sakura ini menatapku dengan tajam.

"Adikmu? Ah, sakura. Dia masih tidur. Kelelahan." Mataku menyipit menyadari tatapan benci si panda padaku. Aku tak bisa menyembunyikan seringai kemenangan saat mendengar geramannya.

"Sasuke-kun! Sasuke-kun, kau dimana?" terdengar suara panik dari dalam rumahku. Sepertinya permata hatiku itu sudah terbangun dari sleeping beautynya. Dan kebiasaannya saat terbangun adalah memelukku sebentar sebelum ia benar-benar beranjak dari tempat tidur. Pasti dia panik tidak mendapati suaminya disampingnya.

"Disini sayang." Sahutku menenangkan.

"Ku pikir kau kemana. Aku khawatir tidak menemukanmu di kamar." Tanpa menyadari tamu-tamu yang hadir, Sakura langsung melabuhkan tubuhnya dalam pelukanku. Ups, aku langsung memeluknya dan menyelubungi tubuhnya dengan jubahku. Sakura tak sadar kalau dia hanya memakai tanktop dan celana pendek. Rambutnya ia ikat keatas menampakkan lehernya yang penuh bekas merah percintaan semalam. Strike! Si panda itu pasti kaget setengah hidup. Skak mat.

"Sasu... aku hamil!" bisik Sakura dengan ceria, semakin menyembunyikan wajahnya didadaku masih belum menyadari keberadaan tamu tak diundang ini.

"Hah! hamil?" bukan aku yang berteriak. Tapi tiga pria dibelakangku. Membuat Sakura kaget dan mengangkat wajahnya.

"Sasori-nii, Gaara-kun." Kaget Sakura. Dan ini adalah pukulan terakhir untuk si pria panda yang malang. Sakura langsung bersembunyi dalam pelukanku begitu menyadari siapa yang berdiri dibelakangku. Good job Sayang, aku mencintaimu.

Selesai!

Yehayyyy... semoga kalian terhibur. Ada yang mau versi Sakuranya? Sabar ya! Hehehe. Terima kasih.