"Nona …"/

"A …apa?"/

"Fuu …sepertinya selera musik kita cocok."/


.

.

.

For FESI 21 AWARDS: RUN TO WIN

A fanfiction made by: Hana-chan Kirei

Disclaimer: Murata and Inagaki sensei

Title: Winning Your Heart

Main chara: Akaba X Karin

Warning: pastinya OCC, crack pair, AU, author baru dan gajeness

.

.

.

Enjoy it …


"Karin, kamu sudah tahu ramalan cinta hari ini?"

"Ra …ramalan cinta?"

"Iya, katanya hari ini kamu akan bertemu jodohmu, Karin!"

"Jodoh?"

.

.

.

Karin menghela nafas berat, tak ia sangka perkataan temannya tadi membuatnya agak linglung dan tentu saja juga membuat jantungnya berdebar hebat. Hei, siapa yang tidak akan gila jika tiba-tiba ada seseorang yang meramalkan hari ini kau akan bertemu dengan jodohmu?

Kertas-kertas untuk menggambar komik yang ia buat yang sedari tadi dipegangnya kini ia terlantarkan begitu saja. Matanya menatap jalan setapak di taman itu yang sore ini tengah ramai dijejaki oleh kaki-kaki manusia.

Sedetik kemudian ia tersenyum geli, "Gawat, entah kenapa aku sedikit berharap orang itu adalah Yamato-kun." ternyata diam-diam Karin memiliki perasaan yang lebih kepada Eyeshield 21 Kansai tersebut.

.

~Meanwhile~

.

"Kau tahu, Akaba? Aku pasti akan mengalahkan Musashi si Magnum 60 yard itu sebentar lagi! Smart!" ujar Kotaro sesumbar seperti biasanya sambil mengeluarkan sisir dan kemudian tentu saja menyisir rambutnya.

"Bisa tidak kau berbicara tentang hal yang lain? Kau memuakkan sekali!" ucap Julie seraya menarik —atau bisa dibilang menjewer telinga Kotaro, "Kita sudah jauh-jauh ke taman ini untuk ganti suasana tapi kau masih saja berkutat dengan pertandinganmu dengan Musashi yang sama sekali tidak penting itu!" mendengar itu Kotaropun hanya bisa mencibir.

"Fuu …selera musik kita memang terlalu berbeda, Kotaro." ujar Akaba yang pastinya sangat ganyambung itu semakin membuat Kotaro jengkel.

"Diam kau! Dasar gitar otaku!" umpatnya seraya melemparkan jurus mautnya —air liur pada Akaba.

Julie yang berada di tengah dua orang freak itu hanya bisa mengelus dadanya sabar, kemudian iapun tersenyum melihat dua orang yang tidak sadar umur itu dimarahi oleh pengunjung taman lain yang merasa terganggu akan ulah mereka, 'rasakan!' pikirnya.

Whuss ~ ~ ~

Angin —udara yang bergerak itu berhembus cukup keras beberapa saat yang lalu, membuat para pengunjung taman cukup kelabakan —tak terkecuali gadis quarterback itu, kertas-kertas naskah komiknya berterbangan —berserakan dijalanan, membuatnya ingin menangis keras-keras karena takut kehilangan akan satu saja dari kertas-kertasnya tersebut.

"Hei, sepertinya gadis itu kesulitan! Aku akan menolongnya dengan smart!" Kotaro berlari ke arah sang gadis dan menolongnya memungut kertas-kertas yang bertebaran itu.

Julie memicingkan matanya melihat gadis itu, "Itu kan quarterback Teikoku?" tanyanya sembari menunjuk-nunjuk Karin, "menurutmu apa yang sedang dia lakukan disini, Akaba?" lanjut Julie bertanya pada Akaba yang tadi berdiri di sebelahnya, namun tak ada jawaban dari ace mata merah itu, "Akaba?"

Julie lantas mencari sosok Akaba yang tiba-tiba saja menghilang, dan tahukah, tanpa disangka-sangka ia menemukan sosok Akaba sedang membantu Karin memungut kertas-kertasnya —tentu saja diiringi dengan cacian dari sang kicker yang merasa Akaba menirunya. Julie tersenyum sekali lagi sebelum ia melangkah ke tempat sahabat-sahabatnya yang idiot itu.

.

.

.

"Ini kertas-kertasmu, Nona." Kotaro tersenyum sambil memberikan kertas-kertas 'hasil tangkapannya' pada Karin, suaranyapun mendadak berubah menjadi cool.

"Te …terima kasih," balas Karin sambil membungkuk-bungkukkan badannya berulang kali.

"Fuu …tak perlu berterima kasih, Nona."ucap Akaba yang memang sudah cool dari sananya, sekali lagi Kotaro hanya bisa manyun.

"A …anda kan ace mata merah dari Bandou?" Karin terkejut setelah memperhatikan siapa orang yang telah menolongnya itu.

"Fuu …" Akaba hanya tersenyum sambil mengejreng gitarnya —ganyambung.

"Maaf, tapi satu orang lagi ini siapa?" tanya gadis berkepang itu —menanyakan Kotaro. Dunia memang kejam, Kotaro dan kau harus tahu itu.

Julie yang baru datang menyusul merekapun tertawa terbahak seraya menepuk-nepuk pundak Kotaro 'sabar-ya-Kotaro', "Dia ini kicker kami." terang Julie sambil tersenyum.

"Akh …manager Bandou, selamat siang." sapa Karin sambil menunduk gugup berulang kali —lagi-lagi.

"Huh! Kenapa hanya aku yang tidak dikenali sih?" Kotaro semakin manyun, kini panjang bibirnya setara dengan Donald Bebek dan memecahkan rekor dunia sebagai 'bibir terdoer'.

"Ma …maafkan saya …" lagi-lagi gadis itu menunduk gugup dan tergagap-gagap.

Jreeng, "Fuu …itu karena tonemu yang tidak sesuai, Kotaro." Oh Akaba, sudah berapa kalikah kukatakan, kau sama sekali tidak nyambung?

"Sudah hentikan!" cegat Julie sebelum terjadi lagi perseteruan antara duo freak itu, "Karin-san boleh kutahu apa yang kau lakukan di sini?"

"Eto …karena sekarang sedang liburan musim semi, kami tim 1 Teikoku melakukan perjalanan ke Kantou selama beberapa minggu, dan aku ke taman ini mencari inspirasi untuk komikku." terangnya.

"Wah, Karin-san rajin sekali ya," puji Julie tulus.

"Ti …tidak juga." balas Karin malu-malu.

Tiba-tiba seorang pria datang dengan setengah berlari mendekati mereka, "Karin? Aku menjemputmu karena tadi kau bilang hanya akan keluar sebentar," ucap pria itu dengan nada khawatir di kata-katanya, "tapi syukurlah kau tak apa-apa." lanjutnya lega.

Pipi Karin seketika merona merah mendengar suara yang sangat ia kenali itu memanggilnya, terlebih lagi dengan dihiasi nada khawatir pada intonasinya, "Ya …Yamato-kun …"

Julie yang melihat reaksi Karin itupun langsung mengangguk dan tersenyum mengerti. Kotaro yang melihat kedatangan pria itu hanya bisa mencibir (lagi) karena merasa sangat kalah auranya dan tentu saja TAMPANGNYA. Sedangakan Akaba, yah … apa yang bisa diharapkan darinya? Ia hanya (lagi-lagi) mengejreng gitarnya.

Yamato tertegun sejenak melihat mereka dan kemudian ia tersenyum dengan kharismanya, "Teman-teman dari Bandou, apa kabar?"

"Sepertinya yang kau lihat, kami selalu smart!" jawab Kotaro yang langsung disambut oleh jitakan Julie.

"Maaf Yamato-san, ya kami baik. Bagaimana dengan kalian?" tanya orang yang paling waras dari trio Bandou itu —Julie.

"Kami baik-baik juga, Nona Sawai." Setelah mengatakan itu Yamato kemudian melirik Karin dan sukses membuat qurterback perempuan itu blushing untuk kedua kalinya, "Kalian tak keberatan kan jika aku membawanya pergi?"

"Ya, tentu saja Yamato-san, kami juga ingin pergi."

"Terima kasih, ayo Karin kita pergi." ajak Yamato pada Karin —ataukah perintah?

"Ba …baik Yamato-kun." sahut Karin sambil mengikuti dari belakang Yamato yang sudah mulai beranjak pergi.

Tapi, sesaat setelah Karin beranjak dari tempatnya semula, seseorang yang sedari tadi berdiri di sebelahnya menarik tangannya lembut, menahan langakahnya mengikuti sang Eyeshield 21 Kansai.

"A …Akaba-san?" Karin gelagapan setengah mati karena tangannya dipegang —atau sepertinya digenggam oleh Akaba.

"Nona …"

"A …apa?"

"Fuu …," Akaba melepas kacamatanya (dengan kerennya) dan kemudian tersenyum menatap Karin, "Sepertinya selera musik kita cocok," setelah mengatakan itu iapun melepas tangan Karin dengan tetap tersenyum.

Karin yang bingung —atau mungkin sangat bingung dengan perkataan Akaba barusan hanya bisa berbalik arah dan berlari mengikuti Yamato yang sudah jauh meninggalkannya.

Tapi siapa sangka, kata-kata Akaba barusan meninggalkan bekas di hati dan pikirannya, layaknya racun laba-laba.

.

.

.

To Be Continue


Bingung banget mau bikin fict apa, eh malah dapat ide pasaran gini T_T

Mohon reviewnya ya^^