Remember Me!
Cast : Lee DongHae, Lee Hyukjae, And Official couple.
Summary : Ini adalah rentetan kejadian antara amnesia Eunhyuk pada Donghae. Kenapa Eunhyuk tak mengingat Donghae sama sekali?
Genre : Drama.
Rated : T
Warning : BL, YAOI, Tulisan transparan, Typo(s), Alur aneh, dan tokoh yang gak sesuai dengan karakter, juga kalimat alien yang menyebar. -_-
Cerita hanya milik author, kesamaan nama, dan yang lainnya hanya kesengajaan author belaka #plak-_-.
DON'T LIKE? DON'T READ!
Fanfic ini adalah fanfic yang merupakan sequel dari fanfic sebelumnya yang berjudul "I Found You!". Untuk menambah imajinasi dan kejelasan, lebih baik kalian baca dulu ff presequel nya ._. dan jangan lupa review di ff ini ataupun presequelnya ya *promosi
#
Matahari semakin tinggi, burung-burung pun mulai berteduh dari teriknya matahari. Donghae duduk di pinggiran kasur king size miliknya dengan kedua ruas jari menyatu, yang ia gunakan untuk menyangga dagunya. Semenjak kejadian kemarin yang menyebabkan Eunhyuk –Yang namanya ia ketahui dari salah satu anak buahnya- di larikan ke ruang UKS sekolah, membuat Donghae terus-terusan memikirkannya. Bukan karena ia merasa bersalah pada namja itu, namun percakapan singkat merekalah yang membuat Donghae uring-uringan.
FLASHBACK
"Spencer?"
"Kau spencer kan?!" pekik Donghae untuk kedua kalinya pada Eunhyuk.
"..." Eunhyuk terdiam, berbagai kilatan memori muncul dikepalanya. Donghae pun terdiam, takut-takut ia salah orang. Takut juga bahwa orang di depannya benar-benar Spencer.
Eunhyuk mulai memegang dahinya, dan memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. "S-spencer?" Ulang Eunhyuk lirih.
BRUK
Eunhyuk jatuh terduduk. Namja manis itu memejamkan matanya meminimalisir pening hebat yang menderitanya. "Argh!" Eunhyuk semakin meremas rambut pirangnya yang baru saja ia bawa ke salon kemarin sore.
"H-hei. Gwenchana?" Tanya Donghae panik. Ia mengelus punggung Eunhyuk, mencoba untuk sedikit menenangkan pria manis itu. Eunhyuk semakin menjerit kesakitan, Donghae dapat melihat Eunhyuk mati-matian untuk tetap membuka matanya saat dirinya nyaris hilang kesadaran.
"Ugh~" Lirih Eunhyuk sebelum akhirnya ia jatuh pingsan. Hampir saja kepalanya terbentur lantai jika Donghae tak menahan beban tubuhnya. Donghae menghela nafasnya kasar, dan dengan setengah hati ia menggendong Eunhyuk sampai ruang kesehatan kampusnya.
FLASHBACK OFF
"Arrggh! Sial!" Donghae melempar bantalnya ke dinding. Ia merebahkan tubuhnya dan menunpukan pergelangan tangannya di dahinya.
"Mungkinkah?" Gumam Donghae sebelum ia terlelap karena terlalu lelah memikirkan semuanya.
#
"Ughh~" Satu leguhan lolos dari mulut Eunhyuk. Bola matanya bergerak-gerak gelisah dalam kelopaknya. Kini bola matanya sudah terlihat, meskipun ia masih harus menetralkan cahaya yang tiba-tiba merambat masuk ke matanya. Ia mendapati langit-langit kamarnya, ia sudah diantar ke rumah mungkin?
"Hyunghh-" Lirih Eunhyuk dengan nafas yang masih terpenggal karna sesak.
Sungmin yang memang sudah berada disamping Eunhyuk semenjak adiknya berusaha membuka mata, menghampiri Eunhyuk dan memegang kedua tangan namsaengnya. "Ne? Eunhyukkie?"
"A-aku pusing~" Adu Eunhyuk manja. Sungmin tersenyum maklum, ia kemudia mengelus pucuk kepala adiknya dan mengecup keningnya. "Aku akan ambil sup buatan eomma di dapur, kau makan ya. Tunggu sebentar." Ucap Sungmin dan ia segera pergi berlalu sebelum Eunhyuk menjawabnya.
.
.
.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu hyukkie?" Tanya Sungmin pada Eunhyuk yang kini sedang disuapinya.
Eunhyuk menelan kunyahan makanannya sebelum menjawab pertanyaan Sungmin. "Aku hanya merasa seperti… deja vu."
Sungmin menghentikan suapannya. "Seperti apa?"
"A-aku.." Bola mata Eunhyuk bergerak gelisah. "Aku melihat seseorang yang tampak tidak asing. Seseorang yang memanggilku spencer.."
Sungmin terpaku, matanya melebar memandang ke arah lantai. Ia mengadah, menatap adik semata wayangnya yang kini tengah merasa kecewa. Ya, Sungmin tau itu. Adiknya merasa kecewa karena tak dapat mengingat apa yang harusnya ia ingat.
"Tak apa." Telapak tangan Sungmin mengelus pucuk kepala Eunhyuk dengan lembut. "Kau tak mengingatnya pun tak masalah. Jangan memaksa untuk mengingatnya Hyuk."
"Ta-tapi hyung.. Di kampus tadi, ada yang memanggilku dengan nama Spencer juga." Adu Eunhyuk.
"Siapa?" Eunhyuk menatap Sungmin heran saat mendengar nada suara Sungmin yang terdengar dingin. "Siapa nama orang itu?" Ulang Sungmin.
"A-aku tidak tahu. Aku baru bertemu dengannya tadi pagi."
Sungmin meletakan makanan Eunhyuk di meja nakas, lalu berdiri dari duduknya. Eunhyuk menatap Sungmin takut, kenapa suasana mood Sungmin berubah drastis?
"Kau lanjutkan makananmu sendiri Hyukie, hyung mau kebawah dulu." Sungmin mengecup pucuk kepala Eunhyuk dan tersenyum tipis sebelum keluar dari kamar Eunhyuk.
"Ada apa dengan Sungmin hyung?" Gumam Eunhyuk. Ia kemudian meneruskan makannya, setelah itu pergi tidur.
~NH~
"Eunhyuk-ah, tadi sebelum kau masuk ada seseorang yang mencarimu."
Eunhyuk menoleh pada Ryeowook, ia memiringkan kepalanya lucu seolah-olah berkata 'siapa?'
Mengerti dengan apa yang ada di pikiran Eunhyuk, Ryeowook segera menjawab. "Lee Donghae."
Eunhyuk menyeritkan keningnya saat mendengar nama asing itu, seingat otak pendeknya ia tak pernah memiliki teman bernama Lee Donghae.
"Nugu?"
Ryeowook melotot lucu pada Eunhyuk. "Yah! Ku pikir kalian sudah saling kenal!" Omel Ryeowook.
"Aku tidak tahu Ryeowook-ah~"
Ryeowook berdecak sebal, ia kembali memfokuskan pandangannya pada catatatnnya. "Molla, dia bilang agar kau menemuinya di taman depan kampus dan temui dia di belakang pohon besar."
Eunhyuk hanya menghela nafasnya lalu kembali memperhatikan seongsaenim.
~NH~
"Di taman depan ya hmm~" Eunhyuk melangkah ke tengah taman, ia menengok ke kiri dan kanan, mencari pohon besar yang dimaksud. Setelah menemukan pohon besar, Eunhyuk segera berjalan kesana, dan mendapati sesosok pria yang berdiri membelakanginya. Ia menyerit heran saat merasa mengenal sosok didepannya.
"Maaf? Lee Donghae?"
Pria itu membalikan badannya dengan senyum menawan khasnya. Eunhyuk seketika lupa caranya bernafas, entah kenapa setiap berhadapan dengan pria di depannya kepalanya terasa pening dan seperti ada sesuatu yang mendesak keluar dari kepalanya.
"P-pergi!" Bentak Eunhyuk.
Eunhyuk memegangi kepalanya yang terasa pening, ia benar-benar berjuang untuk mempertahankan kesadarannya.
"H-hei.." Donghae nampak salah tingkah saat melihat Eunhyuk kembali merasakan sakit di kepalanya.
"Kumohon~ Kepalaku selalu merasa sakit saat berdekatan denganmu." Pinta Eunhyuk dengan memelas.
GREEPP
Eunhyuk membelalakan matanya saat Donghae malah memeluknya, berkebalikan dengan apa yang dimintanya.
"Aku mengerti. Apa sudah merasa baikan?"
Eunhyuk mengerutkan keningnya, tak mengerti dengan apa yang Donghae katakan. Namun kepalanya entah kenapa tiba-tiba merasa baikan saat merasakan kehangatan yang menguar dari tubuh Donghae.
Eunhyuk memejamkan matanya, ia sandarkan kepalanya pada dada bidang Donghae. Kenapa ia merasa ada rasa rindu yang begitu besar menguar begitu saja. Sebenarnya siapa Lee Donghae?
.
.
.
Hembusan angin terdengar sampai ke telinga mereka, saking sepinya keadaan. Baik Eunhyuk maupun Donghae yang kini duduk agak berjauhan tak mengeluarkan suara sedikitpun, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Emm… Eunhyuk-sshi?" Panggil Donghae yang memecahkan kesunyian.
"Ye?"
"Ada beberapa hal yang ingin ku tanyakan padamu. Apakah.. kau mau menjawabnya?" Tanya Donghae ragu-ragu.
"Ya, akan ku jawab sebisaku." Jawab Eunhyuk.
"Err.. pertama, apakah kau.. punya saudara?"
Eunhyuk menyeritkan keningnya, lalu ia menjawab pertanyaan Donghae. "Ya, aku punya hyung."
"Hanya hyung?" Tanya Donghae seolah-olah tak percaya dengan apa yang diucapkan Eunhyuk.
"Ya. Waeyo?" Eunhyuk menatap Donghae heran. Kenapa Donghae seolah-olah tak percaya dengan apa yang ia katakan? Seingatnya ia hanya punya satu hyung, Sungmin hyung.
Donghae tampak berpikir sejenak, ia kembali menatap Eunhyuk sebelum akhirnya kembali bertanya. "Kau ingat masa kecilmu?"
Eunhyuk nampak berpikir, lama.. sangat lama. Kemudian ia menatap Donghae dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. "Aku tidak ingat. Kenapa aku tidak ingat? Hueee.."
"H-hei.. tenanglah! Kau bilang kau punya hyung 'kan? Kenapa tidak bertanya padanya saja?" Bujuk Donghae.
"Kau benar! Aku akan bertanya padanya! Dadah!" Eunhyuk pergi berlalu, meninggalkan Donghae yang melongo. Kemudian Donghae tertawa tanpa sebab, jika ada yang melihatnya mungkin ia sudah dikira orang gila.
"Kalau dilihat dari kepribadiannya, itu memang kau.. Spencer~" Gumam Donghae menerawang kea rah langit.
~NH~
"Hyuung~ ayolah~"
"Shiro! Jangan tanya aku!"
"Hyuuuunggg~"
"Aniyoo, pergi sana. Hush hush!"
"Hyunng!"
"Shirooo!"
"Yak yak! Ada apa ini?" Suara eomma Lee menggelegar, melerai kedua anaknya yang masih setia berdebat jika ia tak segera melerainya.
"Eommaaa~" Eunhyuk menghambur memeluk eommanya, ia menunjuk Sungmin dengan tangannya. "Aku hanya bertanya pada Sungmin hyung tentang masa kecilku, tapi dia tak mau beritahu!" Adu Eunhyuk.
Eomma Lee menatap Eunhyuk sejenak, lalu menatap Sungmin yang cemberut. Ia kembali tersenyum pada Eunhyuk dan mengelus pipi anaknya itu.
"Sebaiknya kau tak perlu mengingatnya Hyukkie, banyak kenangan buruk di masa kecilmu." Ucap Eomma Lee lembut.
"Mwo? Kalau begitu aku menyedihkan sekali. Seperti apa contohnya eomma?"
"Hmm.. pada saat taman kanak-kanak dan sekolah dasar kau selalu di bully teman-temanmu." Eomma Lee terkikik saat membayangkan masa kecil Eunhyuk.
"Mwo?! Yang jelas saja! Tega sekali mereka." Eunhyuk mengerucutkan bibirnya. "Lalu? Apa lagi?"
Eomma Lee berpikir sebentar. "Ah, kau selalu bisa memanjat pohon tinggi tapi tak bisa turun. Kau juga sangat suka mandi hujan, padahal setelahnya akan selalu demam."
Eunhyuk semakin mengerucutkan bibirnya. "Kenapa aku begitu menyedihkan, huh?"
"Kan eomma sudah bilang bahwa Eunhyuk kecil itu sangat malang! Hahaha.." Sungmin menepuk kepala Eunhyuk setelahnya ia menyelamatkan diri dari Eunhyuk.
"Yakk! HYUNNGG~!"
.
.
.
"Jadi ini rumah mereka sekarang. Hah.. apa aku harus kembali masuk ke dalam kehidupan mereka?"
Pria berbaju putih yang dibalut kemeja panjang dan celana jeans yang tampak robek –atau disobek- dibeberapa bagian itu menghela nafasnya. Pria itu, Lee Donghae, sejak tadi mengikuti Eunhyuk yang pulang dari kampusnya. Dan kini ia sedang berdiri di sebrang rumah sederhana milik keluarga Eunhyuk.
Donghae menendang-nendang kerikil yang berada di dekat kakinya, dan tak sengaja kerikil itu mengenai anjing penjaga milik tetangga Eunhyuk.
"GUKK! GUKK! GUKK!"
Anjing itu menyalak pada Donghae. Mungkin anjing itu berpikir bahwa Doghae adalah orang berbahaya yang akan mengancam rumah majikannya.
Donghae membelalakan matanya saat anjing itu mulai mengejarnya. "Aish! Kenapa anjing itu tidak diikat sih?!" Gerutu Donghae.
Jadilah kejar-kejaran Antara si anjing dengan Donghae. Berdoa saja semoga Donghae selamat dari anjing itu.
~NH~
"Eomma~" Eunhyuk memanggil eommanya di sela-sela makan malam mereka.
"Hmm.."
"Emm.. Apa eomma kenal dengan Lee Donghae?"
Eomma Lee menghentikan makannya, begitu pula dengan Sungmin dan appa Lee. Eunhyuk menatap mereka satu per satu. Eunhyuk tersenyum saat eomma menatap padanya.
"Kenapa memangnya?" Tanya eomma Lee datar dan terkesan dingin.
Untuk sejenak Eunhyuk terpaku, namun ia menggedikkan bahunya tak perduli. Mungkin eommanya sedang lelah.
"Aku punya teman bernama Lee Donghae. Entah kenapa saat dia ada di dekatku, aku selalu merasa senang, dan.. aku seperti merindukannya."
Eunhyuk kembali tersenyum pada keluarganya, dan memasukan makanannya ke dalam mulutnya. Ia kembali heran dengan seluruh keluarganya yang kini diam membeku. Apa ada yang salah dengan ucapannya?
"W-wae?"
Eunhyuk sempat berjengit kaget karena tiba-tiba saja eommanya membenturkan sendoknya, ia mulai gelisah dan takut. Kenapa keluarganya menjadi aneh hanya karena ia membahas Donghae?
"Jangan pernah bicara pada saat makan Lee Hyukjae! Apakah tinggal di Kanada membuatmu kehilangan sopan satun mu?"
"A-aniyo eomma! Mianhae."
Eunhyuk menatap eommanya memelas. Ia juga menatap Sungmin yang sepertinya tak ingin menatapnya.
"Eomma sudah kenyang."
Eomma Lee meninggalkan meja makan, di susul appa Lee yang sebelumnya sempat tersenyum kecut ke arahnya.
"Hyung juga?"
Eunhyuk menatap Sungmin sendu. Sungmin menatap Eunhyuk datar, dan akhirnya ia memilih untuk melanjutkan makannya.
"Aniyo. Aku harus mencuci piring setelah selesai."
Eunhyuk menghela nafasnya. Tiga tahun tidak tinggal dengan Sungmin bukan alasan untuk lupa tentang hyungnya itu. Eunhyuk mengerti, Sungmin sama seperti kedua orang tuanya.
"Baiklah, aku selesai. Aku ke kamar dulu." Eunhyuk berjalan dengan lesu menuju ke kamarnya, tak menyadari bahwa Sungmin menatapnya dengan sangat sendu sambil bergumam.
"Mianhae Hyukkie." Gumam Sungmin tanpa ada yang dapat mendengarnya satupun kecuali dirinya.
~NH~
"Hyukkie!"
Eunhyuk menoleh ke sumber suara. Ia tersenyum tipis, lalu kembali ke posisinya semula. Merebahkan kepalanya pada meja kantin.
"Gwenchana?"
Donghae mendudukan tubuhnya tepat di depan Eunhyuk yang kini tampak lesu dan sama sekali tak bersemangat.
"Ne.."
Donghae menyerit tak suka. Ia tahu Eunhyuk berbohong padanya, ia berdecak. Donghae mengelus pucuk kepala Eunhyuk pelan, mebuat Eunhyuk memejamkan matanya karena merasa nyaman.
Donghae baru sadar bahwa Eunhyuk tak lagi berdandan ala fashionista idiot saat ke kempus, hari ini Eunhyuk terkesan asal meski Donghae akui justru memuatnya tampak lebih bagus dari dandanan sebelumnya.
"Wae geurae? Ceritakan padaku."
Eunhyuk menghela nafasnya kasar, ia sedikit menyamankan posisi kepalanya sebelum akhirnya sedikit bergeser agar dapat menatap Donghae.
"Aniyo. Naega gwenchana." Eunhyuk tersenyum. "Ah, aku sudah menanyakan tentang masa kecilku pada keluargaku. Kau mau dengar?"
Donghae sedikit melebarkan matanya, ia sedikit merasa tegang kali ini.
"N-ne. Ceritakan padaku."
"Eomma bilang pada saat kecil dulu, aku sering di bully teman-temanku. Aku juga bisa memanjat pohon, tapi tak bisa turun. Lalu aku juga selalu suka hujan-hujanan, tapi setelahnya aku selalu demam."
Eunhyuk terkekeh. "Aku malang sekali."
Donghae tersenyum kecut. Ia menatap Eunhyuk sendu, sembari tangannya terus membelai kepala Eunhyuk tanpa sadar.
"Boleh.. aku main ke rumahmu?"
"Mwo?" Eunhyuk mengangkat kepalanya. Menatap Donghae kaget. Kenapa Donghae tiba-tiba ingin ke rumahnya?
"Aku hanya ingin kenal dengan keluargamu." Seakan mengerti dengan kebingungan Eunhyuk, Donghae menjelaskan maksudnya.
"A-ah.. Baiklah."
"Ku tunggu di taman sepulang kuliah ne?"
"Arraseo. Aku ke kelas dulu." Eunhyuk bangkit dari duduknya. Ia sedikit menjauhi meja sebelum akhirnya berbalik menatap Donghae. "Kau tidak ikut ke kelas?"
Donghae menggeleng. "Aku mau bolos." Donghae tersenyum. "Tenang saja, aku tetap akan menunggumu di taman."
Eunhyuk mengangguk sekilas, sebelum akhirnya sosoknya hilang.
"Eoh? Tadi aku memanggilnya dengan nama kecil itu, tanpa sadar ya. Dan kupikir dia juga tidak merasa terganggu. Hhh~"
Donghae menghela nafasnya, kemudian segera pergi dari kantin dan menuju ke taman. Ia ingin menenangkan pikirannya di tempat itu.
~NH~
"Berhenti! Jangan sakiti dia! Dasar jelek!" Seorang bocah dengan rambut coklat bermodel jamur berdiri dihadapan beberapa bocah lain, melindungi seorang bocah laki-laki di belakangnya.
"Huh, kau mau belmain dengan kami monyet jelek? Wajahmu milip monyet, kau tahu itu?" ledek bocah dihadapannya dengan logat cadel yang masih menempel di lidahnya.
"Biar! Kalian bahkan jauh lebih jelek dari monyet jelek yang kalian bicarakan. Yong Guk pabo!"
Bocah dengan tampan sangar di hadapannya itu menggeram kesal. Dengan segera ia memberikan pukulannya tepat di pipi tembam si 'monyet jelek'.
"Andwee! Hiks.."
Yong guk dan yang lainnya menoleh ke arah bocah yang sedari tadi terus membungkam mulutnya, dan memilih menyaksikan.
"Hyukkie~ hiks.."
"Kau akhilnya bicala ikan bau! Jadi kelemahanmu itu monyet jelek ini?" Yong Guk menatap Eunhyuk, kemudian menyeringai setelahnya.
"Pukul dia!"
"Hae-ya!"
"Andwee! Hyukkie! ANDWEE!"
.
.
.
"Hiks.."
Bocah lima tahun dengan rambut agak ikal hitam itu membuka matanya. Matanya yang tadinya tertutup kini melirik-lirik gelisah, mencari seseorang yang seharusnya ada dalam penglihatannya.
"Hiks~ hiks~"
Bocah itu mendongakan kepalanya ke atas pohon maple. Ia tersenyum tipis kala mendapati sosok yang dicarinya sedang menangis di atas pohon.
"Tidak bisa tulun lagi Hyukkie?" Tanya si bocah pada bocah lain di atas pohon.
"Hae~ Tolongin~" Eunhyuk menatap bocah di bawah dengan berkaca-kaca, ia benar-benar ingin turun sekarang.
"Hyuk lompat saja, bial Hae tangkap." Ucap Donghae seraya melebarkan kedua tangannya guna menangkap Eunhyuk nanti.
"Tapi nanti Hae jadi tertiban 'kan?"
"Bukannya memang selalu begitu? Hyuk lompat dan Hae akan tangkap, tapi setelahnya kita selalu gak apa-apa kan?" Ucap Donghae dengan penuh keyakinan. Di berikannya senyum tulus pada Eunhyuk, agar Eunhyuk tak ragu lagi.
"Arraseo."
HUP
BRUKK
"Buka matamu Hyukkie~"
Eunhyuk yang tadinya memejamkan matanya erat-erat kini membukanya lebar-lebar, Donghae berada di bawahnya sambil tersenyum.
"H-hae~" cicit Eunhyuk.
Dengan segera Eunhyuk bangkit dari tindihannya pada Donghae, dan menunduk sedalam-dalamnya.
"Gwenchana Hyukkie-ya. Hae gak apa-apa kok, lihat!" Donghae merentangkan tangannya lebar-lebar, lalu menepuk-nepuk dadanya, berusaha menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.
"Nde. Gomawo Hae-ya. Hae selalu nolongin Hyuk kalo Hyuk gak bisa turun." Eunhyuk memeluk Donghae erat, yang dibalas tepukan lembut pada punggungnya.
.
.
.
"Hatchimm!"
Helaan nafas keluar dari bibir tipis bocah yang kini berdiri di samping ranjang dimana seseorang berbaring dengan handuk kecil di dahinya.
"Hyukkie kenapa hujan-hujanan telus? Padahal setelahnya Hyukkie jadi demam begini."
Eunhyuk tersenyum dengan wajah pucatnya. Digenggamnya erat tangan Donghae yang kini mengelus pudaknya.
"Karena Hae suka hujan, jadi Hyuk juga mau coba suka hujan. Setiap hujan turun, Hyuk main hujan-hujanan, Hyuk mau mencoba akrab sama hujan." Jawab Eunhyuk polos.
"Meskipun Hae suka hujan, tapi kan Hae gak selalu hujan-hujanan Hyuk. Lagipula Eommonim bilang Hyuk itu lemah kalau sama hujan, kenapa malah telus hujan-hujanan?"
Eunhyuk mengerucutkan bibirnya. "Bukannya Hyuk udah bilang? Itu karena Hyuk mau akrab sama hujan, karena Donghae suka hujan. Kenapa semua orang ngelarang Hyuk akrab sama hujan sih?"
Donghae menghela nafasnya, dalam hatinya ia sedang mencari cara agar Eunhyuk tak lagi hujan-hujanan.
"Eungg.. tapi bukan begitu calanya aklab sama hujan Hyuk. Ada cala lain."
Eunhyuk menatap Donghae berbinar-binar. "Benar ada cara lain? Hyuk gak perlu hujan-hujanan lagi?"
Donghae mengangguk ragu-ragu. "Emm.. Kita bisa membuat angsa keltas dan menggantungnya sebagai tanda peltemanan dengan hujan. Otte?"
"Jeongmal? Hyuk akan coba cara itu!"
~NH~
"..Ae.."
"…Hae.."
"..Donghae-ya!"
"Uh?" Donghae membuka matanya lebar-lebar. Ia menatap Eunhyuk yang kini sudah duduk di sampingnya entah sejak kapan.
"Kau tertidur."
Donghae bangkit dari duduknya, sedikit mengucek matanya. "Mianhae."
"Gwenchana?" Tanya Eunhyuk yang membuat Donghae menyerit heran.
"Wae?"
"Kau menangis saat tertidur tadi Donghae-ya." Eunhyuk menatap Donghae polos, sesekali mengedipkan kedua matanya.
Donghae membelalakan matanya, ia mengusap permukaan pipinya yang dekat dengan matanya dan menatap tangannya yang memang basah karena adanya liquid bening di matanya.
Donghae tertawa canggung. "Gwenchana. Hanya… sedikit teringat akan masa lalu." Ia menggaruk pipinya yang sebenarnya tidak gatal.
Eunhyuk berdiri dari duduknya, ia membenahi tasnya agar terasa nyaman untuk dipakainya. Ia menatap Donghae sambil mengulurkan tangannya, berniat untuk membantu Donghae berdiri. "Hmm.. Kajja kita pulang."
"A-ah Ne."
~NH~
Donghae bergerak gelisah, sesekali membasahi bibirnya yang entah kenapa terasa sangat kering. Dengan spontan ia memegang tangan Eunhyuk yang hendak membuka pintu. Eunhyuk menatap Donghae seolah mengatakan 'wae?'
Donghae kembali gelisah, itu spontan sungguh! Ia merasa takut untuk bertemu keluarga Eunhyuk. Bukan. Bukan karena ia takut seperti seorang pacar yang meminta restu orang tua pasangannya, tapi takut akan sesuatu yang dulu pernah terjadi.
CKLEKK
"Lho Hyukkie-ya?"
Donghae merundukkan kepalanya, dan berusaha merapat ke punggung Eunhyuk guna melindungi wajahnya agar tak terlihat oleh Eomma Lee yang diyakini Donghae bahwa ia lah yang membuka pintu.
"Ah, Eomma. Kebetulan sekali, aku bawa temanku!" Pekik Eunhyuk senang.
Eunhyuk sedikit menarik-narik Donghae yang bersembunyi di punggungnya. Donghae meremas jemari Eunhyuk yang digunakan untuk menariknya, memberitahu bahwa ia tak ingin Eommanya melihat wajahnya sekarang. Eunhyuk menyerit tak mengerti, namun semua itu teralihkan ketika mencium bau sesuatu yang aneh dari dalam rumahnya.
"Eomma? Sungmin hyung sudah pulang?" Tanya Eunhyuk pada Eommanya. Eomma Lee menggeleng, Sungmin memang belum pulang dari kantornya sejak tadi. "Lalu, eomma sedang memasak?"
"A- YA AMPUN!" Eomma Lee meninggalkan Eunhyuk dan Donghae yang berada di luar, ia langsung menuju dapur dimana sumber utamanya. Mata Eomma Lee berkaca-kaca melihat masakannya yang sudah menghintam dan rasanya pastinya pahit.
"Eomma? Gwenchana?"
Eomma Lee menoleh dan mendapati Eunhyuk yang menatapnya. Eomma Lee hanya menunjuk ke arah kompor dengan wajah yang sudah bermandikan air mata.
"A-aigoo! Apa ini?" Eunhyuk mengambil wajah itu, membuang isinya dan meletakkannya di tempat pencucian piring. Setelahnya ia menyemprotkan pewangi agar bau hangus itu tak lagi menyebar.
"Nah Eomma, apakah kau ingin protes?" Tanya Eunhyuk sembali melirik-lirik makanan yang sudah eommanya buat dengan susah payah dan akhirnya berakhir di tempat sampah. Dari pada harus di makan?
Eomma Lee menghela nafasnya. "Ani, itu pantas untuk makanan itu. Sudah gosong."
Eunhyuk tertawa, juga eomma Lee.
"Ah, iya Hyukkie. Dimana temanmu yang kau bawa itu?"
Eunhyuk berhenti tertawa. Dia sedikit mengelus-elus dadanya menghilangkan sesak akibat tertawa. "Dia di depan eomma."
"Hmm.. Kajja kita sambut dia dulu."
Eomma Lee berjalan menuju ruang tamu dengan tiga jus jeruk yang sudah ia buat di tangannya. Sedangkan Eunhyuk mengekori dari belakang.
~NH~
Donghae menyeka keringatnya yang sejak tadi keluar dengan cepat. Sudah berkali-kali ia menyeka keringatnya, bahkan bagian belakang bajunya sudah terasa basah. Kenapa? Kenapa ia begitu gugup dan takut. Ini memang berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Mungkin wajar jika ia bersikap seperti ini.
"Maaf menunggu lama~"
DEG
Donghae meremas bajunya. Siap tidak siap, ia harus menghadapi ini semua. Dengan keberanian dan keyakinan yang ia kumpulkan, Donghae mengangkat kepalanya dan tersenyum ke sumber suara.
"Annyeong eomma~"
Eomma Lee terpaku. Nampan yang dibawanya sudah bergetar akibat tubuhnya yang memang bergetar.
"K-kau.."
"Mianhae eomma."
TBC
Hahh akhirnya selesai. Maaf author baru bikin sequel yang ini sekarang. Belakangan ini sibuk, nyehehe.
Oh iya, tadinya author mau bikin oneshoot tapi ternyata kebanyakan. Mungkin jadi twoshoot atau lebih. Jadi tetap mematau yaa~
Jangan lupa REVIEW please~
