Persahabatan.
Satu kata indah yang merupakan salah satu esensi penting dalam kehidupan.
Ada banyak warna yang bisa menghiasi esensi penting ini. Suka, duka, ketulusan, kebohongan, pengertian, yah...yang jelas sangat banyak.
Ini adalah kisah tentang mereka, satu jiwa yang tulus dan ceria dan satu jiwa lain yang selalu menutupi dirinya dengan kebohongan. Entah apa yang takdir rencanakan pada mereka, namun segalanya terasa indah di mata mereka.
Gaiken to Naimen
Original song/story (c) Scop
Inazuma Eleven GO/CS/Galaxy (c) Level-5
Warning: AU, slight OOC, minat dan keahlian karakter yang rada crack, cerita selipan (?), alur klise dan gampang ditebak, interpretasi ATM, dsb.
I only own the story, tho. Idea resemblances are just coincidence.
Sudah 15 menit sejak kakiku mulai terpijak disini.
Disini aku, Morimura Konoha, berdiri di depan salah satu pintu kelas di SMP Raimon. Kalau kau ingin bertanya kenapa aku pindah kesini, aku tidak tahu. Yang jelas, sudah setengah semester berlalu dan entah kenapa orangtuaku menginginkanku untuk lebih bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Mereka bilang, lingkungan di sekolah lamaku kurang kondusif. Dan beginilah jadinya.
"Lo anak baru, ya? Sampai kapan mau berdiri disitu?"
"HEEEEE~?!" Bukan, bukan, itu bukan orang lain. Itu suaraku. Selalu saja seperti itu setiap kali bertemu orang baru. Dan biasanya selalu sepaket dengan kaki dan tangan gemetaran dan muka melas.
"Santai aja lah!" Anak yang entah dari kapan berdiri disampingku hanya tersenyum. "Gini-gini, gue nggak akan ngegigit orang, kok! Lo pasti anak baru disini, kan?"
"I-iya..."
"Kalo gitu, ayo masuk!" Ia menyeret pintu kelas dan menarikku masuk bersamanya.
Dilihat dari jumlah bangku kosong, sepertinya hanya setengah dari total siswa yang baru datang. Secara ini masih pukul 07.40 pagi.
"Nah, wahai anak baru, kenalkan!" Anak berambut pink yang tadi menarikku itu merentangkan tangannya. "Inilah kelas 1-2!"
"Tapi kok cuman se-setengah..."
"Karena rata-rata anak-anak sini terlalu mager untuk datang cepat!"
Kontan semua yang disana hanya sweatdrop.
"Nggak gitu juga, Sakura-chan.." Terdengar suara seseorang. "Eniwei, yang sama lo itu siapa?"
Lagi-lagi anak yang ternyata dipanggil Sakura itu merentangkan kedua tangannya. "Nah, wahai seantero 1-2, kenalkan! Ini..."
.
.
"...lo siapa ya?"
GEDUBRAK.
Kalau sudah begini, nggak ada cara lain. "Ah, a-aku murid baru disini. Namaku Morimura Konoha. Senang bisa bertemu dengan kalian!"
"Mana orangnya sih?" Suara yang lain menyahut.
"Nozaki, jangan bilang lo bawa-bawa hantu."
Aku cemberut. Siaul, dibilangin hantu. Hadeh, nasib jadi orang pendek.
"Ini orangnya!" Sakura mengangkat badanku tinggi-tinggi. Dan sekarang, terlihat anak-anak disana memasang wajah kagum.
"Itu toh orangnya?"
"Ermahgerd, totemo kawaii~"
"Horee, teman baru di kelas!"
Aku hanya bisa tertegun. Ya ampun, ternyata benar. Suasananya sangat beda dengan sekolah lamaku.
"Jadi, Morimura-chan? Mau duduk dimana? Tenang aja, semua seneng ketemu sama lo!" Sakura mengedip kepadaku.
"Te-terima kasih...," gumamku perlahan. "Sepertinya yang dekat jendela itu sudah cukup untukku."
"Baiklah!" Sakura menurunkanku, dan dengan cepat aku menuju bangku kelas yang kutunjuk tadi.
Dan baru 1 menit aku berada disitu, tepukan pelan menghampiri pundakku.
"HE-HE-HEE-"
"Woles, bro! Kita belom aja kenalan, Morimura-chan!" seru seseorang dibelakangku. Aku menoleh untuk mengetahui bahwa suara itu ternyata milik seorang cewek berambut coklat panjang dan berbando kuning.
"Gue Kinako, Nanobana Kinako!" Anak itu memasang pose hormat-grak. "Senang ketemu sama lo!"
"Eh-he.." Aku berusaha untuk tersenyum. "Ma-makasih... Senang juga bertemu denganmu."
"Nggak usah formal gitulah." Kinako cengengesan. "Kita kan temen satu kelas."
"Ah, un."
Dalam waktu kurang dari 5 jam, aku sudah kenal baik dengan semua anak-anak 1-2. Mereka semua sangat baik dan akrab, tidak seperti mereka yang menganggapku mengganggu.
Tapi, tetap saja. Aku yang kecil dan lemah ini tidak bisa menunjukkan kelemahanku pada mereka. Kalau sampai ketahuan, mereka bisa meninggalkanku seperti mereka dulu.
Hari ini, sebagai pelajaran terakhir, kami disuruh menulis tentang masa lalu kami saat di SD.
Ya ampun! Aku hanya bisa mengacak-ngacak kepalaku. Apa yang harus kutulis?! Ya Tuhan, haruskah semuanya tersingkap disini?
Karena sudah tidak bisa berpikir lagi, akhirnya aku tidak punya cara lain. Perlahan kugoreskan pulpenku diatas kertas...
.
...dan menulis kebalikan dari kenyataan yang kualami.
Sepulang sekolah, Konoha terlihat aneh. Ia langsung berlari dengan cepat ke arah yang berlawanan dengan arahku dan yang lainnya.
"Konoha-chan, nggak PB-an sama kita?" seruku padanya waktu itu.
"Ah, nggak usah, Sakura-chan. Gue masih ada yang harus dikerjain di rumah." Dan selanjutnya, wujudnya sepenuhnya ditelan jarak.
"Eh, tapi-" Udah telat, Nozaki Sakura. Elah. Malah teriak-teriak lagi. Udah tau orangnya udah ilang.
-kalau ke arah sana kan malah lebih jauh lagi...
"Demi apapun, Konoha kenapa, ya..." Seseorang berambut biru pendek disampingku pun terlihat kebingungan. "Padahal tadi kan lo bilang rumah lo sama rumah dia searah, kok malah ke arah sana?"
"I know right?" Aku menghela nafas. "Mungkin dia lagi pengen jalan jauh biar bisa tinggian dan kurusan dikit..."
"Sakura, parah banget lu!" Ia tertawa. "Mentang-mentang badannya udah kurus tapi pendek juga..."
"Yaudah sih, Aoi~ Kan gue cuman bercanda!"
"Apa itu berarti Konoha punya hal lain yang harus dikerjain?" Kinako jebe.
"Tapi itupun juga di rumah, katanya!"
Kami bertiga saling berpandangan. "Itu berarti..."
Sepertinya Konoha masih terlalu sungkan untuk bergaul dengan kami, ...atau dia punya alasan lain?
"Gimana pun juga, Sakura," Aoi nyahut duluan, "lo kan orang pertama yang ketemu dengannya dan mungkin sahabat pertamanya. Itu berarti lo harus bisa tau tentang apa yang terjadi dengannya sampe dia bisa kayak gini."
"Lo tau dari mana kalo gue sohib pertamanya?"
"Kan gue cuman nebak."
Baik aku maupun Kinako sama-sama sweatdrop.
"Nggak usah disuruh lo pun bakal gue kerjain, Aoi." Aku nyengir lebar setelah berhasil keluar dari fase sweatdrop tadi. "Tapi lo punya nggak cara biar dia nggak tau kalo kita—er, gue lagi kepo-in dia?"
"Pura-pura bego aja, Sakura!" Kinako, kalimatnya nggak gitu juga kali.
-rrrrrr~
Selamat kepada hape saya yang berhasil mengalihkan topik pembicaraan yang super-penting ini, anda mendapatkan 2 juta rupiaaaah! (?) (A/N: Kok jadi rupiah, sih =_=)
.
.
"ECIEE YANG HARI INI JANJIAN SAMA MATATAGI!" As always, Aoi udah paling bacot kalo nyangkut yang ini.
"OIYA, YA!" Kinako ikutan. "YANG BENTAR LAGI MAU JADIAN, NTJIEE! Kalo udah jadian, minta PJ-nya ya mbaaak!"
Memang, hampir semua anak-anak di angkatanku tahu bahwa sudah lama aku naksir dengan Matatagi Hayato, anak dari kelas 1-3. Udah ganteng *iya nih ngaku!*, pintar, atletik, berbalas pula modusnya! Cuman bukan soal jadiannya yang jadi masalahnya, terutama setelah aku mengambil ponselku barusan.
.
.
Dari mana mereka tahu kalo yang meneleponku barusan itu Matatagi?
Nahloh.
"Ya ampun, kalian berdua calon peramal yang horor, ya." Aku memelototi kedua sahabatku yang mendadak guling-gulingan nggak jelas di tengah jalan.
"Apapun itu jadinya entar," sela Aoi dengan suaranya yang masih keselip tawa, "we wish you good luck for both subjects, sir!"
"Subjects? Dikate gue ulangan!" Tapi di dalam hati, aku tahu maksudnya apa. Soal janji dengan Matatagi dan juga soal permasalahan Konoha.
"Kalo gitu, doain gue ya! Gue duluan nih!" Aku berlalu di depan mereka, melambai.
Mereka pun membalas melambai dari kejauhan. Sesekali terdengar tawa dari sana.
Yah, sepertinya aku belum bisa mengaktifkan fitur "kepoin orang" untuk hari ini.
"Ini. Kau pasti lapar."
Satu hal yang sudah menjadi kebiasaanku setiap hari sejak 6 tahun yang lalu: Memberi makan kucing-kucing kecil yang berada di taman setiap sore.
"Meong!" Ketiga kucing itu tampak berebut memakan roti yang kuberi tadi. Aku mengerti apa itu maksudnya. Terima kasih!
"Tidak apa-apa. Aku tidak keberatan kok." Aku tertawa kecil.
Baru hari pertama aku ada disana, sudah banyak kebohongan yang sudah kubuat...Entah apa reaksi mereka kalau sampai mereka tahu semua ini...
"Kau tahu, neko-tachi? Hari ini sangat lain dari biasanya. Kau tahu istilah teman-teman yang seringkali kusebut, kan?"
"Meong~"
"Ya, mereka yang selalu menganggapku mengganggu walaupun hanya sekedar melihat wajahku saja. Tapi sekarang tidak lagi. Sekolah baru, teman-teman baru. Aku juga kaget tadi pagi setelah tahu bahwa mereka semua sangat baik."
"Meong~?"
"Tapi aku tidak tahu apa sifat asli mereka sama dengan mereka yang dulu. Yang jelas saat ini aku harus jaga-jaga."
"Meong!"
"Mau bagaimana lagi? Aku hanya tidak ingin masa lalu terulang lagi...walaupun beresiko tetap kesepian seperti sebelum-sebelumnya..."
Dan sebelum aku menyadarinya, tubuhku sudah gemetaran selagi bendungan yang sejak tadi terbentuk di sudut mataku mulai jebol. Ketiga kucing itu terdiam sebentar, kemudian mendekat kepadaku dan mengelus-ngeluskan kepala mereka di kakiku.
"Terima kasih...Kalian pengertian sekali..."
"Meong!" Ah. Dari nada suaranya juga sudah ketahuan. Sama-sama!
Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 16.00. Oh, ya ampun! Sudah satu jam aku disini! Cepat-cepat aku mengambil tasku dan bergegas pulang.
"Sudah ya, neko-tachi!" seruku pada mereka.
Author's Note.
YA AMPUN, INI APAAN, COBA-?! Songfic sih songfic, tapi kan Scop-san nggak pernah nyebutin kepoisme di lagu itu- *dor*
Di Warning tadi disebutin "keahlian karakter yang rada crack", kira-kira ada yang bisa nebak atau ngasih saran, nggak? Mhuehehehe!
But anyways, hope you enjoy this fanfic! Feel free to review this! Yoroshiku onegaishimasu~ :D
