Jujur saja, Hime mendapatkan ide buat nulis fic ini dari Chapter 485.

Semua boleh menuliskan fic yang idenya dari Chapter 485, kan?

Jadi, jika ada kesamaan dengan fic lain, Hime minta maaf. Tapi sekali lagi, Hime beritahukan ide fic ini dari Chapter 485

.

.

.

.

Truth, ThatI Love You

Disclaimer: Masashi Kishimoto

By: Ran Hime

Rate:T

Pair: SasuNaru, NaruSaku

Genre: Romance, Angst

Warning: OOC, Canon, Typo, Shonen-ai, Alur cepat dan alur maju mundur xp.

.

.

.

Chapter 1

Mereka masih berdiri di tempat yang masing-masing dan saling berhadapan. Saling menatap dengan pandangan yang berbeda. Saling merasakan gemuruh di dada masing-masing. Antara harapan dan kebencian.

Kilat tajam dari mata Onix itu dirasa bukan sebenarnya. Ada Sesuatu yang coba ditutupi, dengan aura hitam pekat yang siap membunuh kapan saja. Tapi pemilik rambut pirang itu, tak dapat mengartikan hal itu. Tak dapat mengartikan tatapan Sasuke.

Selama menjalani hari-hari dengan Sasuke, Naruto tlah terbiasa mendapatkan tatapan kebencian. Terbiasa mendapatkan kata-kata yang kurang mengenakkan. Semua itu karena Sasuke yang dikuasi kebencian dan rasa ingin balas dendam. Namun untuk kali ini, bahkan Naruto tak dapat mengartikan tatapan Onix itu.

Lalu kali ini... kalimat yang biasanya ditujukan untuk seorang Itachi Uchiha, terucap untuk dirinya.

"Aku akan membunuhmu!"

Naruto menatap dalam ke manik onix yang tak seperti dulu. Kali ini bahkan lebih pekat dari malam yang gelap. Ia mencari arti kata yang ada dalam sekelumat kalimat tadi. Naruto termangu dalam diamnya. Tak memperdulikan sekelilingnya. Jika saat ini, guru dan sahabatnya tengah mengkhawatirkan keadaannya. Pikirannya sibuk mencerna kalimat dari Sasuke.

Apakah Sasuke benar-benar akan membunuh dirinya?

Mengingat banyak hal yang pernah disadari oleh seorang Uchiha Sasuke. Bahwasannya Uchiha yang tersisa itu, berusaha melindungi Naruto.

Hanya Naruto yang selalu bisa merasakan hal itu. Sifat dan sikap yang tak pernah terlihat orang lain. Bahkan Naruto masih mengingat saat merah marah. Ketika itu, kelompok 7 sedang berlatih memanjat pohon lalu menandainya dengan kunai. Naruto bisa merasakan hawa ingin membunuh, yang keluar dari tubuh Sasuke. Rasa tak suka terus menguar disekitarnya. Namun Naruto tak tahu, rasa tak suka itu untuk apa! Entah tak suka karena ia mendekati Sakura, ataukah tak suka karena Sakura peduli pada dirinya.

Apakah Sasuke akan membunuh Naruto? Hah~ entahlah! Namun jika mengingat hal-hal yang pernah terjadi. Bisa saja hal itu hanya ucapan. Mengingat bagaimana, Sasuke mati-matian melindungi Naruto, Ketika mereka dalam misi lalu bertarung dengan Zabuza dan Haku. Saat itu, bahkan Sasuke tak perduli jika jarum es Haku -yang seharusnya mengenai Naruto- malah menusuk kulitnya. Bagaimana Sasuke memeluk Naruto dengan erat, sedangkan dirinya sudah terluka begitu parah. Sasuke tak ingin Naruto terluka sedikitpun.

Kemudian di lembah akhir. Bahkan Sasuke menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Dengan dalih ada orang yang lebih ingin dibunuh untuk membangkitkan Mangekyo, Sasuke tak berusaha membunuh Naruto yang bahkan tak mungkin melawan.

Namun nyatanya...

Ukh, tiba-tiba rasa itu muncul lagi. Perasaan ketika mengingat seorang sahabat, yang mempunyai ikatan lebih. Serasa sayap-sayap -yang entah apa itu- terus berterbangan memenuhi perutnya. Mencoba mencari jalan keluar dengan menerobos dinding perutnya. Rasa mual itu muncul lagi. Meski Naruto tak bermaksud mengingat hari itu di lembah akhir.

Masih bisakah Sasuke membunuhnya, setelah banyak hal yang tlah terjadi.

Naruto tak mampu bergerak sedikitpun. Perasaan itu tlah mengacaukan pikirannya. Bahkan ketika saat Sasuke tlah beranjak pergi dari hadapannya bersama pria bertopeng, Naruto tak mampu mengejarnya.

Mata saphire-nya menyaksikan langkah Sasuke sampai lenyap. Baru terasa sesuatu yang sakit. Dari mulutnya keluar busa hingga akhirnya ia pingsan. Hah~ Naruto tak tahu rasa sakit itu dari mana. Apakah dari kepergian Sasuke, ataukah dari racun kunai Sakura yang menggores di wajahnya saat menyelamatkan Sakura.

.

.

.

I do not know.
The butterflies are always playing in my stomach.
Only when you crossed my mind.
All be gray.

.

.

.

oO0~Ran Hime~O0o

.

.

.

10 tahun kemudian

Mata birunya terbuka. Ia mengerjap beberapa saat, ketika sinar-sinar matahari masuk dari celah jendela kamarnya. Naruto mengangkat tubuhnya dan duduk di atas kasur untuk meregangkan otatnya. Ia menoleh ke arah jam weker di atas meja di samping ranjangnya.

"Jam 10 pagi," gumanya pelan.

Bukan tanpa alasan ia bangun sebegitu siangnya. Namun karena ia tidur larut malam, akibat mengerjakan laporan misi, akhirnya ia harus sesiang itu.

BRAK...BRAK...

"KAK NARUTO!"

Teriakan dan gedoran tak sabar dari pintu, membuat Naruto tersadar dari lamunannya. Dengan terburu-buru, ia turun dari ranjang lalu berjalan menuju pintu. Ketika pintu itu terbuka, terlihat sosok murid kesayangannya dulu, Konohamaru, menampakkan ekspresi tak jelas. Antara senang, senang, sedih, bahagia dan juga benci berbaur menjadi satu.

Naruto hendak menanyakan apa yang terjadi, namun sebelum kalimat itu keluar, kohonomaru mendahuluinya.

"Dia pulang, kak Naru! Dia pulang!"

Naruto membeku dalam tatapan tak percaya.

Siapa yang pulang? Tak pernah ada yang pergi jauh dalam misi beberapa bulan ini. Lalu siapa yang pulang? Hah~ jawabannya hanya satu. Mata Naruto melebar tak percaya. Jikapun dia pulang, apa tujuan dari dia?

Dengan buru-buru Naruto masuk lagi ke dalam. Dengan langkah cepat, ia mengganti pakaiannya. Keluar lagi menemui Konohamaru, untuk ikut bersama ke kantor Hokage dan memastika sesuatu.

.

.

.

Truth, that I love.
Felt when all has passed.
Autumn wind aground.
It changed the frozen winter.

.

.

.

Naruto takkan percaya, meskipun Hokage yang mengatakannya. Pemilik mata onik itu kembali. Sasuke tlah kembali, 10 tahun setelah perang shinobi keempat berakhir. Apa yang membuatnya mengingjakkan kembali hidupnya di Konoha!

"Dia datang tadi pagi. Tanpa melakukan perlawanan sedikitpun, dia menyerahkan diri."

Perkataan Hokage kelima, benar-benar tlah membangkitkan lagi kupu-kupu bersayap itu.

Apa yang membuat Sasuke melakukannya? Pertanyaan itu bergelayut manja di pikiran Naruto. Ia tahu bagaimana sifat seorang Uchiha Sasuke. Jika tak ada tujuan Khusus, semuanya hanyalah dianggap tak berarti.

Naruto menggigit bibir bawahnya, mencoba meredakan di hatinya.

Naruto menunduk. Menatap hal yang tak terduga. Cincin indah tersemat di jari manisnya. Perasaannya beraduk kembali. Sakura! ya... mungkin itulah tujuan Sasuke pulang. Untuk mendapatkan cinta Sakura setelah membalaskan dendam kakaknya, membunuh pria bertopeng yang menghasut dirinya untuk menghancurkan Konoha.

Perlahan sesak terasa. Mata biru itu terasa panas hingga memenuhi umbun-umbunnya. Bagaimanapun Sakura adalah orang yang begitu peduli kepada dirinya. Ia tak boleh egois. Sasuke tlah datang. Dan inilah saatnya melepas Sakura dan menyatakannya dengan Sasuke.

Naruto mengangkat kepalanya. Ia memandang lurus ke depan. Tak perlu menatap Sakura yang ada di belakangnya. Yang perlu dilakukan hanyalah mengatakan 3 kata.

"Dia tlah pulang!"

Naruto menarik nafasnya. Untuk sekali lagi, ia mengulangi kalimatnya.

"Dia tlah pulang, Sakura! Kau bisa kembali kepadanya.

Tunangannya itu terkejut. Mata emerald-nya melebar. Tak menyangka Naruto akan mengatakan hal itu. Mereka tlah bertunangan selama 3 tahun. Apakah Naruto benar-benar ingin mengakhiri semuanya?

Mereka yang ada di ruangan Hokage nampak terkejut dengan reaksi yang diberikan oleh Naruto.

.

.

.

Truth, thatI love.
Although time has been so late to give a chance.
But you still precious to me ties.
Yesterday, today and tomorrow onwards.
Forever..

.

.

.

To be Continue...

.

.

.

Bagaimanapun menurut kalian, Hime berharap kalian mau memberikan review ^_^

.

.