: Masashi Kishimoto
Summary: Awalnya Naruto tak percaya hal yang berbau mistis selama semuanya bisa ia jelaskan dengan logika. Hingga ia mengalami sendiri kejadian membingungkan, terjebak di dalam tubuh seorang gadis pada jaman berbeda. Yang mengharuskan nya memulai kehidupan baru di tengah keluarga kecil yang bersedia mengasuhnya.
Apa jadinya ketika sebuah fakta yang terungkap membuatnya harus menjalani kehidupan yang rumit, sebagai syarat agar bisa kembali ke kehidupannya yang awal.
Pairing: SasufemNaru
Genre: Fantasy, romance, adventure, angst, hurt etc.
Warning: Gender switch, gaje, OOC, bikin sakit mata, absurd dll
Don't like don't read
Story by: J-Jofiana
Scent Lotus
Tap...
Tap..
Napas tersengal, peluh menetes dari dahi kecil seorang anak berusia delapan tahun, wajah lugunya merengut menatap kakeknya yang berjalan santai di depan.
"Kakek apa masih jauh?" Inari bertanya untuk kesekian kalinya.
Dan kakeknya, Tazuna pun selalu menjawab dengan kalimat yang sama. "Sebentar lagi, tinggal satu tanjakan dan kita akan sampai."
"Tapi kek, kita sudah menanjak sejak tadi," ujarnya bersungut-sungut.
Sementara Tazuna hanya menggeleng mendengar keluhan cucunya, hari ini dirinya ingin mencari tanaman obat untuk dijual ke kota, jaraknya yang sedikit jauh menjadikan dia terpaksa membawa cucunya serta, sebab tidak akan ada yang menjaga cucu kesayangan nya nanti, istrinya telah meninggal setahun yang lalu dan mereka hidup terpencil, hanya tinggal cucunya Inari yang menjadi keluarga sekaligus tanggung jawabnya sekarang.
Kali ini pria tua itu melambatkan langkahnya, paham dengan cucunya yang masih lelah, akhirnya Tazuna menggendong Inari.
Matahari hampir tegak, mereka sampai di sebuah hutan lebat, udaranya yang lembab serta pohon yang ditutupi oleh lumut membuat mata hitam bulat Inari berbinar, anak itu segera meminta turun dari gendongan kakeknya.
"Hati-hati Inari, kau akan terjatuh."
"Iya kek," jawaban singkat cucunya membuat pria tua itu menghela napas, kadang ia harus sabar menghadapi cucunya yang hiperaktif.
"Kakek akan mencari tanaman obat, kau bisa bermain tapi jangan jauh, dan berteriak kalau ada sesuatu," peringat Tazuna pada cucunya, Inari sendiri mengangguk dengan antusias tujuan utamanya sekarang adalah sungai yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Tazuna pun melakukan tujuan utamanya ketempat ini, tanaman yang ia cari memang cukup langka, setaunya hanya di hutan yang sekarang ia datangi tumbuhan itu berada.
"Ahh, aku rasa ini benar," monolognya kemudian mencabut tanaman kecil yang memiliki bau khas.
Ia terus melanjutkan, sambil sesekali memperhatikan Inari yang terlihat bermain air.
Tazuna hendak mendatangi cucunya setelah semua tanaman yang dia inginkan di rasa cukup, ia sedikit heran ketika melihat Inari berlari kearahnya dengan wajah pucat.
"Kakek ada orang hanyut disungai."
Sontak saja Tazuna terkejut, ia pun menghampiri Inari yang tampak kelelahan. "Ayo kek, nanti kakak itu hanyut," desak Inari menarik-narik tangan kakeknya.
Mau tak mau Tazuna mengikuti langkah cucunya, pria tua itu sekarang berada dipinggir sungai "Di sana kek." Tunjuk Inari diikuti pandangan Tazuna.
"Oh Dewa!" Ujar Tazuna shok melihat tubuh yang terdampar diseberang sungai "Kakek akan menyeberang untuk memeriksa, kau tunggu disini ya," pesan Tazuna setelahnya.
"He'em." Gumam Inari sebagai balasan.
Beruntung tinggi sungainya hanya selutut walau alirannya cukup deras, jadi ia bisa menyeberang dengan mudah.
Ia mendekati tubuh seorang gadis muda menurutnya terlihat dari perawakan yang dimilikinya. Sebuah desahan lega keluar dari mulutnya, ketika merasakan napas gadis itu yang masih terasa, segera saja Tazuna membawanya ke seberang menuju cucunya yang telah menunggu dengan patuh.
Di sebuah rumah amat sederhana berdinding kayu yang dikelilingi oleh ladang serta hutan lebat, duduk dua laki-laki berbeda generasi, mereka adalah Tazuna dan cucunya yang sekarang duduk menghadap ranjang berisi seorang gadis yang terbaring tak berdaya.
"Kakek, kapan kakak itu akan sadar?"
"Kakek tidak tau Inari, yang pasti kita tunggu kakak itu hingga sadar," ujar Tazuna "kakek ingin mengambil air sebentar kau tunggu disini ya." Pria tua itu bangkit mengambil ember, ia pun berangkat ke sungai yang berjarak tak jauh dari pondoknya.
Sementara itu orang yang sedari tadi ditunggu, akhirnya mulai muncul tanda akan sadar.
Ngehh...
Kelopak mata itu mulai terangkat, perlahan menampilkan manik sapphire cerah "aku dimana?" kata gadis itu serak, dengan kesadaran yang belum sempurnya ia menatap sekitar dengan dahi berkerut "tempat apa ini?" ia bertanya sekali lagi walau tidak yakin ada yang menjawab.
Semua sendi tubuhnya terasa kaku, dan beberapa bagian tubuhnya merasakan nyeri.
"Kakak sudah sadar!" Seruan suara anak kecil membuat nya sedikit terkejut.
"Siapa?" ia kembali bersuara, tak berapa lama ia mendengar derap langkah mendekati, ia pun langsung mendapati seorang anak kecil yang mengenakan pakaian lusuh menatap berbinar.
"Kakak tunggu dulu, Inari akan memanggil kakek." Inari kemudian pergi lagi, meninggalkan gadis itu yang tengah kebingungan.
"Sebenarnya apa yang terjadi padaku?" beragam pertanyaan mulai muncul di otaknya, ia bahkan tidak bisa mengingat terakhir hal yang ia lakukan.
Ia menatap sekitar yang tampak asing, tak berapa lama ia kembali mendengar suara langkah kaki, namun kali ini ia melihat seorang kakek mengikuti anak tadi.
"Kau sadar lebih cepat dari perkiraanku, bagaimana kakimu, apakah kau bisa merasakannya."
"Y-ya, aku bisa merasakannya walau sedikit sakit," jawabnya jujur, seluruh tubuhnya serasa habis dihantam batu besar.
"Syukurlah, kau mungkin pulih dalam seminggu," ujar Tazuna membuat gadis itu tercenung "Namamu siapa nak, dan kenapa kau bisa hanyut disungai?"
"Hanyut?" pastinya lagi bingung.
"Ya, cucuku menemukanmu disungai, beruntung saat itu sungai tidak meluap," Jelas Tazuna sambil meracik tanaman obat.
"Aku tidak ingat kenapa bisa disana," jawabnya jujur "namaku Uzumaki Naruto," ujar Naruto memperkenalkan diri.
"Namaku Tazuna, kau bisa memanggilku kakek seperti Inari." Naruto hanya mengangguk sebagai jawaban, tak ada salahnya pikirnya.
Tazuna terdiam sejenak "Nak, kau bisa tinggal disini hingga lukamu pulih, nanti kakek akan menemanimu mencari keluargamu, kakek yakin mereka akan khawatir," Tazuna menyarankan, ia iba.
Naruto membuang napas perlahan "Orang tuaku telah meninggal saat aku kecil, aku tidak memiliki keluarga kecil." Perasaan sesak mendesak, gadis itu membuang napas mencoba mengenyahkan perasaan mengganjal.
Seketika Tazuna yang mendengarnya merasa bersalah "maafkan kakek, kakek tidak tau nak."
"Tak apa, Naru bisa memakluminya." Ia mengangkat sedikit sudut bibirnya yang terasa ketat.
"Kalau begitu kau bisa tinggal bersama kami, kalau kau mau."
"Bolehkah?" Naruto memastikan.
"Tentu saja, aku akan lebih senang memiliki dua cucu, dan Inari tidak akan kesepian lagi." Jelas Tazuna terdengar menggebu.
"Terimakasih kek."
•••TBC••••
