Hai hai, minna-san! Ogenki desu ka? Genki desu? Haik haik! *angguk-angguk pala*
Ini 'kan akhir tahun, nggak aneh kalau ada fict bertema natal! Yah, iseng publish sebelum PKL awal tahun depan nanti sih...
Ah, capek basa-basi gak jelas. Langsung saja mulai!
Christmas Spirit
An Eyeshield 21 fanfiction
Disclaimer : Story by Riichiro Inagaki and Art by Yusuke Murata… But this fict is mine!
Don't like? Don't read! Back button waiting you!
You want to read? Review please...
18 desember 2010
Kutub Utara, Pabrik Mainan...
"Cepat kerja, kalian kurcaci pemalas sialan! Natal tinggal seminggu lagi!" Blarr-blarr-duar! "Yang di sebelah sana juga! Ya, kalian, kurcaci-kurcaci sialan!"
"Heeiii, divisi mainan plastik kekurangan stok kardus smaart!"
"Kaa~ pita ungu untuk divisi mainan elektronik sudah habis lagi..."
"Kado untuk divisi mainan kain sudah selesai dibungkus MAX!"
Dor! "Bagaimana dengan divisi mainan kertas?"
"Siap, semua anak sudah punya ritme sendiri, Hiruma-san."
"Hmph," jawab sinterklas berambut pirang spike itu. "Yang sudah selesai, cepat bantuin divisi lain. Yang nggak kerja dengan benar akan dibungkus bersama kado!" Duarr!
"SIAP!"
Hiruma menarik nafas sebentar untuk menenangkan diri. Dia kembali berjalan keliling sambil menyebarkan aura iblis untuk memaksa kurcaci lain bekerja. 'Sebentar lagi waktu istirahat', pikirnya saat melihat jam. 'Divisi mainan kayu, persiapan kado berjalan terlalu lambat. Divisi mainan elektronik, kehabisan pita ungu. Juga pita pink. Kurcaci-kurcaci rookie itu mengganggu divisi mainan kayu, harus dipanggil untuk pelatihan lagi. Cih, tahun ini banyak gangguan'... "Ng?"
DUOR!
"3 Haha bersaudara, jangan harap bisa kabur..."
"Ha?"
"Haa?"
"Haaa?"
"Kami bukan saudara!" teriak 3 kurcaci itu kompak.
DUOR!
"KEMBALI KE JALUR MASING-MASING, CEPAT!"
Bwush! Dengan cepat 3 kurcaci itu pergi meninggalkan Hiruma. Sinterklas dan kurcaci yang lain segera mempercepat kerjanya. Nggak mau dimarahi kepala mandor.
"Wah, wah... Hiruma, hari ini juga kau galak sekali, ya," tegur sinterklas gendut pendek super tua dengan rambut super tipis. Dialah sinterklas paling agung di antara sinterklas, tetua Doburoku. Terkadang ia juga suka berkeliling melihat hasil kerja para bawahannya.
"Pak tua duduk sambil minum teh saja," kata Hiruma sambil menepis tangan yang sudah berkeriput itu dengan kasar.
"Tapi tak usah menghabiskan peluru terlalu banyak, uang untuk beli peluru bisa untuk hal lain," kata tetua Doburoku sembari meminum sake kesukaannya. "Kasihan mereka kalau harus bekerja di bawah tekanan melulu," tetua Doburoku pun berlalu, membuat Hiruma kembali menyepat cuek.
Teng teng teng teng teng!
"Makan siang sudah siaaap!" teriak kurcaci raksasa dengan kepala berbentuk kastanye sambil membunyikan lonceng. Para sinterklas dan kurcaci yang sedari tadi membuat, membungkus, dan merapikan tumpukan kado untuk anak-anak sedunia segera behamburan ke arah kantin. Melahap habis makan siang yang sudah disiapkan.
Hiruma sedang mengelap senapan kesayangannya sambil memakan permen karet free-sugarnya dengan khusuk, saat seorang sinterklas lain menyodorkan segelas kopi hangat untuknya.
"27 menit 43 detik lagi istirahat selesai," ucap Hiruma menerima kopi tersebut.
"Iya, iya," Musashi menghela nafas khas bapak-bapak tua. "Kamu ini terlalu galak, istrimu sampai kabur, tuh."
"Biarin. Asal kau tahu, kerja kita masih tergolong lambat. Kalau begini terus, kita harus lembur."
Hiruma kembali mengelap senapannya sambil membaca laporan kerjanya hari ini. Musashi kembali menyeruput kopinya.
"...anak itu pergi ke mana?"
"Kalau maksudmu Suzuna, dia sedang mengobati lukanya di tempat biasanya."
Hiruma segera berdiri dan meninggalkan Musashi sendirian.
"Setidaknya, balikin dulu gelasmu ke dapur, dong..."
Bukit salju di belakang pabrik...
"Aduh!"
"Tenanglah, Suzuna!" tahan pemuda berambut putih yang sedang memegang obat merah. "Aku tak bisa mengobatimu kalau kamu bergerak terus!"
"Tapi, Ri—auw!" Suzuna berjengit lagi saat cairan merak tua itu menetes di lukanya.
"Kau mau kuobati, nggak?" Riku memasang segera death glare tingkat tinggi, membuat gadis imut berambut hitam itu terdiam.
"Bagus, anak baik." Riku segera membebat jari mungil Suzuna dengan cekatan. "Kau harus belajar lagi dalam teknik pengguntingan."
Gantian Suzuna yang memasang muka cemberut. "Aku payah soal membungkus kado, juga membuat kado... Aku benar-benar membenci natal."
"Hahaha! Ini hanya soal latihan, kok!"
"Maksudmu, aku ini pemalas yang nggak pernah berlatih? Kenapa Rikkun nggak mau melatihku?"
"Suzuna, Suzuna..." ucap Riku sambil menghela nafas. "Bahkan para kurcaci senior juga bingung melatihmu."
"Eeh?"
"Kalau kau berhasil setidaknya membungkus 30 kado hari ini, nanti kau kuajak ke toko kue terenak yang kutahu, deh!" janji Riku, dengan jempol menghadap muka Suzuna dan gigi putih yang bersinar menyilaukan.
Cling! Raut be-te segera menghilang dari muka Suzuna, diganti oleh ekspresi semangat menggebu-gebu. "Okee~ Aku siap!"
'Ini anak, sedikit dorongan langsung semangat,' pikir Riku geli.
Dor!
"Kalau kalian berdua nggak makan siang, bagaimana kalian bisa kerja hari ini?" kata Hiruma dramatis. Muncul dari balik kepulan salju.
"Selamat siang, Hiruma-san," sapa Riku sopan. Sekarang dia sudah terbiasa dengan kehadiran Hiruma yang selalu diawali dengan bunyi keras senapan.
"Kita sibuk sampai tanggal 25, jangan harap bisa libur," kata Hiruma tersenyum ala setan, membuat kedua anak itu saling pandang. "Dan kau, rambut putih sialan, nanti bantu divisi mainan kayu. Ada kurcaci baru yang bikin ulah. Lalu, kau anak sialan—"
TENG TENG TENG TENG!
"Mimpi buruk datang menyerang! Semua divisi harap segera bersiap! Sekali lagi, mimpi buruk datang menyerang!"
"Cih, ayo pergi!" kata Hiruma sambil memberikan senjata-entah-dari-mana pada Suzuna dan Riku.
"Pertunjukan utama dimulai~!" teriak Suzuna kegirangan sambil mempersiapkan kantong peluru. Mereka bergerak cepat ke Lapangan Utama, tempat landasnya para Sinterklas, di mana para mimpi buruk suka datang menyerang mereka.
"Ini perang, bukan main-main, Suzuna." Dengan cepat Riku mengarahkan moncong senapannya pada beberapa mimpi buruk yang mendekatinya. Dordordor! Para makhluk jejadian itu segera menghilang tak berbekas.
"Jangan kira kalian bisa mengambil kado kami selama ada aku," ucap Riku dengan gaya keren.
"Hee, hebat juga kau," puji Marco melihat hasil kerja Riku. Di belakang mereka, sinterklas dan para kurcaci lainnya juga menghabisi mimpi buruk lainnya.
"Riku 'kan selalu smart!" kata Kotaro sambil menembakkan meriam membabi-buta, dibantu Julie yang mengisi pelurunya. Di sebelahnya, Suzuna dan Akaba menembakkan senapan bersama dengan berirama.
"Kubilang hebat, bukan smart," bisik Marco sweatdrop.
"Nghaahaha~! Rasakan ini, mimpi buruk!"
Blaarr! "KALIAN! Jangan biarkan satu pun kado kita diambil!"
"Siap!"
Para sinterklas dan kurcaci bekerja mengusir para mimpi buruk dengan baik, terlihat dengan berkurangnya mimpi-mimpi buruk.
Untuk sesaat, Hiruma melihat celah di antara mimpi buruk. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Hiruma segera menyelinap menembus kawanan mimpi buruk. Bertemu dengan pemimpinnya langsung.
"Kekeke, kali ini pun gagal lagi, ya?" kata Hiruma sembari memamerkan taringnya.
"Mou, aku sudah tahu, kok," jawab wanita itu. "Anak itu juga mulai membantu, ya..."
"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang, ng?"
Aura tajam segera menerjang Hiruma. "Jangan kira aku akan mengalah. Masih banyak anak yang tak yakin dengan cita-citanya. Aku akan memperbanyak mimpi buruk dan terus mengganggu kalian."
"Coba saja kalau bisa, kekeke!"
Tersenyum tipis, perempuan itu pergi meninggalkan Hiruma yang tertawa penuh kemenangan. Mimpi buruk yang tersisa pun pergi mundur. Dan para sinterklas bersorak atas kemenangan mereka. Begitu juga para kurcaci yang berhasil melindungi kado-kado mereka.
"Yeahh! Mereka pergi!"
"Ada kado yang direbut?"
"Tidak ada!"
"Horee!"
"Ya~ ini baru natal!" kata Suzuna ceria. "Nyanyikan lagu kemenangan! Halo, anak-anak baik di seluruh dunia!"
"Kami adalah sinterklas dan kurcaci yang tinggal di Kutub Utara..." nyanyian kemenangan mulai dinyanyikan oleh para sinterklas dan kurcaci. "S'tiap tahun kami bekerja membuat kado-kado untuk kaliaaan..."
"Tch, kembali pada pekerjaan membungkus kado!" teriak Hiruma yang sadar akan banyaknya pekerjaan yang belum beres juga.
"Mimpi buruk yang datang pun, tak 'kan bisa menghentikan kami semua... Membagikan kado untuk kalian, para anak-anak baik di seluruh duniaaaa..."
Darderdordarderdor! "KEMBALI BEKERJA, BAWAHAN SIALAAANN!"
Ruang kantor Sinterklas Agung...
Tetua Doburoku sedang melihat laporan hasil kerja hari ini, saat mimpi buruk datang menyerang. Tapi dia tak perlu khawatir, para bawahannya tak pernah mengecewakannya.
"Huft... Tahun ini juga mimpi buruk pun terus bertambah," ucap Doburoku pada dirinya sendiri.
Matanya tertuju pada layar-layar yang menampilkan pemandangan-pemandangan anak-anak di seluruh dunia. Banyak dari mereka yang hidup dengan takdir yang kejam. Anak-anak jalanan yang patut dikasihani. Kelahirannya tidak diharapkan orang tuanya, ditindas, disiksa, dan diperlakukan semena-mena tak berkeprimanusiaan, dibuang begitu saja ke jalanan, bertahan hidup tanpa bantuan siapapun, di dunia yang keras ini...
Tetapi mereka berhasil hidup sampai sekarang.
Semangat hidup yang sangat hebat. Kemauan mereka untuk hidup tak tergoyahkan. Itulah sumber kekuatan para sinterklas. Dengan kekuatan itu, sinterklas—juga ditambah dengan bantuan dari para kurcaci—dapat membagi kebahagiaan pada semua anak.
Yang disesalkan, di dunia yang bertambah keras ini, anak-anak itu hidup tanpa cita-cita ataupun impian yang semestinya dimiliki anak-anak biasanya. Mereka hanya memikirkan bagaimana melewati hari ini. Mereka juga masih dibayangi ketakutan-ketakutan yang berasal dari masa lalu mereka. Hal itulah yang melahirkan mimpi-mimpi buruk, dan menyerang sinterklas.
Ditambah dengan munculnya sang wanita misterius—sebutlah dia Putri Mimpi Buruk—mimpi burukpun semakin bermunculan.
"Sudah kubilang, Hiruma... Kaupun harus memperhatikannya..."
~~TSUZUKU~~
Author's Note : Gyaaa~ pendeknya! Mana banyak misterinya, lagi! *maklum, semangat pertama kali bikin multichap* Sudahlah, kuusahakan cepat publish biar cepat selesai. Pokoke aku harus melewati ujian dulu biar bisa ngetik sepuasnya libur sekolah akhir tahun nanti! *ini anak bukannya belajar malah curi-curi waktu buat ngetik fic*
Sampai ketemu lagi, dan tolong review untuk bahan bakar semangat mengetikku!
