FF ONE SHOT EXTRA 1 BOBBY/ DOUBLEB/ YAOI/APOLOGY/Part 1
Title: Apology
Author: Bang Young Ran
Rating: T *sementara*
Genre: Yaoi/Friendship/Romance/Drama/Triangle Love/AU
Length: 1 to 5
Main Cast:
Kim Ji Won aka Bobby (IKON) as Bang Ji Won aka Bobby (A/N: D ff ni, Bobby lbih muda dari Hanbin)
Kim Han Bin aka B.I (IKON) as Moon Han Bin aka B.I
Support Cast:
Kim Yoojung (Actress) as Moon Yoojung as Hanbin's sister
Yoo Young Jae aka Moon Young Jae
BAP from ONE SHOT ff*nyusul*
Nyusul...
Disclaimer: DoubleB and BAP is their parents, and it's Youngranie fic~ muaaaachh...*kechup basah*
Warning: TYPO! OOC! YAOI/BoysxBoys! STRAIGHT! DRAMA! TRIANGLE LOVE! NO PLAGIARISM! NO BASHING!
Author's Note(PENTING): Annyeong~^0^)/ Ff ni adalah extra 1 dari ff ONE SHOT spesial Bobby Bang. Extra 2... masih rahasia~ *bisik2* Akhir kata, selamat membaca bagi Readers-nim smua yang masih penasaran ma kelanjutan kehidupan keluarga The Mato's setelah FF ONE SHOT~ \(=^o^=)/ Bye!*kabur*
Summary: Like a criminal, I ran away.
.
.
.
EXTRA 1 : APOLOGY
Prolog
"Menurutku Yoojung Noona sangat cantik, Hyung. Seperti Youngie Samcheon!" Bobby berkata, menatap jauh ke depan, tepatnya ke seberang jalan sana, di mana sesosok gadis remaja cantik tengah bercengkrama dengan teman-temannya. Bobby tersenyum begitu melihat angin semilir membelai surai hitam sepunggung Si Gadis, membuat helaian lembut tersebut sedikit berkibar.
Oh, ne, Yoojung Noona-Nya memang selalu terlihat cantik; dari ujung kaki, hingga ke ujung kepala.
Sementara Hanbin, 'Hyung' yang tengah diajak bicara, juga ikut menatap ke seberang jalan. "Ne, Yoojung Noona memang terlihat sangat mirip dengan Umma," ucapnya membenarkan sembari mengangkat bahu acuh, lalu kembali berpaling mengamati sepeda BMX-nya yang sengaja diletakkan terbalik dengan roda menghadap ke atas. "Sifat mereka juga sama," tambahnya.
"Sama-sama baik?"
"Sama-sama cerewet! Hahaha~"
Yah, Hyung! Tapi mereka sama-sama baik, 'kan?!"
Tawa heboh Hanbin terhenti, berganti dengan mata sipitnya yang semakin menyipit, menatap Bobby yang tengah memeluk papan skateboard dengan tatapan menyelidik. "Kenapa kau begitu ingin tahu? Kau... menyukai Nae Noona?"
Blush~
Well, Hanbin sepertinya tidak membutuhkan jawaban lisan, toh, wajah merah padam Bobby sudah menunjukkan segalanya. Dan kalau boleh jujur, Hanbin sudah menduga hal ini sebelumnya. Bobby hanya... terlalu transparan? Polos? Open book?
"Ne,"
Deg.
"... Yoojung Noona adalah gadis impianku, Hyung. Aku menyukainya dari dulu."
Krak...
Tapi kenapa... dada Hanbin terasa sakit mendengarnya langsung dari mulut Bobby?
APOLOGY
Part 1
Ting Tong...
Rumah ber-design modern minimalis tersebut, pagi itu dikejutkan oleh kedatangan sesosok namja tampan, bertubuh tinggi, dan atletis. Sebuket mawar merah di tangannya. Ia tersenyum sembari menciumi wangi semerbak dari buket, seolah sudah tahu pasti, kalau makhluk cantik yang akan menerima buket tersebut, juga akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya.
Cklek~
"Oh, Bobby?! Kau datang?"
Bobby, namja tampan bertubuh atletis bernama asli Bang Ji Won yang ditanyai, tersenyum lebar hingga kedua matanya yang sipit melekuk, membentuk bulan sabit. Serta merta ia membungkuk dalam di hadapan pria menjelang paruh baya, yang masih saja terlihat begitu mempesona dengan sepasang mata doe, di hadapannya. "Annyeong, Youngie Samcheon. Maaf, aku datang terlalu pagi soalnya—"
"Bobby!"
Kepala mungil bersurai hitam panjang, dengan poni di-roll, menyembul di atas bahu kanan Sang 'Youngie Samcheon'. Dari jarak sedekat ini, Bobby dapat menyandingkan langsung kemiripan keduanya; wajah kecil, bibir yang mungil, dan, oh, mata doe yang begitu polos, riang, dan cemerlang itu. Keduanya adalah ibu dan anak yang sangat akrab. Tidak mengherankan kalau Yoojung, yeoja manis bersurai hitam legam dan panjang ini, mewarisi segala hal yang ada pada diri Moon Young Jae, Sang Umma. Samcheon, baginya.
"Hi, Noona. Err... apa aku datang terlalu cepat?" tanya Bobby menyesal, melirik poni Yoojung yang masih dalam keadaan digelung oleh roll rambut.
"Tunggu," Youngjae yang merasa diabaikan mulai angkat bicara, "kalian akan pergi?" tanya-nya sangsi.
Mata doe Yoojung sontak membulat, menatap Sang Umma tidak percaya. "Ne. Umma lupa? Aku sudah memberitahu Umma kemarin, kan, saat kita pulang dari supermarket?"
Sesaat ekspresi Youngjae tampak linglung, namun beberapa detik kemudian ingatan yang puterinya jabarkan berbondong-bondong menghampiri kepalanya. Ia reflek menepuk jidat dengan lucu. "Omo! Umma lupa, Chagi. Mianhe, Bobby-ya."
"Kkkk... ne, tidak apa-apa, Samcheon."
"Kalau begitu, masuklah dulu, Bobby-ya. Dan kau, Young Lady, segeralah bersiap-siap! Kau tidak malu membuat teman kencanmu menunggu lama?!" omel Youngjae, berkacak pinggang sembari berpura-pura memberikan tatapan tajam pada Sang Puteri.
"Ugh, Umma...! Bukankah Umma memiliki seorang nampyeon untuk diurus? Cepatlah, Appa lebih membutuhkan perhatian Umma. Tadi kulihat Appa membongkar mesin Range Rover. Hanya Tuhan yang tahu bagaimana nasib mobil itu di tangan Appa." Yoojung mendramatisir nada suaranya sedemikian rupa, memutar tubuh Sang Umma agar berbalik arah, dan mendorong bahunya pelan dari belakang, menggiringnya menuju ruang tengah.
"Hei!" protes Youngjae, berlagak memberontak meski pada kenyataannya, kakinya melangkah mengikuti bimbingan Yoojung.
Dalam kurun satu menit, yeoja manis yang Bobby tunggu akhirnya kembali. Senyum lebar menarik tinggi pipi berperona pink lembut itu. Bobby bahkan bisa melihat gummy pink Yoojung; mengingatkannya akan sosok Sang Appa dan Hyung-nya, Minki.
"Maaf, Bobby. Masuklah. Sebentar lagi aku siap." Yoojung menarik salah satu pergelangan tangan Bobby yang tidak memegangi buket, membawanya memasuki ruang tamu.
"Mianhe, Noona. Aku datang terlalu cepat."
"Kkkk... gwenchana. Aku suka namja yang menghargai waktu. Santai saja, oke?"
Seringai bangga menghiasi wajah Bobby. Senang mendapati kalau secara tidak langsung, Yoojung telah memujinya. "Oh, ya, Noona, ini untukmu."
"Whoaaa, terima kasih banyak, Bobby~! It's beautiful!" Buket mawar merah tersebut Yoojung terima dengan suka cita.
Dan persis seperti yang diperkirakan, yeoja manis itu menciumi wangi semerbak dari mawar di dalam buket. Membuat Bobby tersenyum semakin lebar karena Yoojung menciumi bunga yang di tengah—mawar sama yang ia ciumi sebelumnya.
"Kkkkk~ Dan sangat wangi." Yeoja manis dan cantik itu menambahkan. Memperlihatkan senyuman lima jarinya yang cemerlang untuk kesekian kalinya pada Bobby. "Oh, ya, hari ini kita akan ke mana, Bobby? Apa aku harus berdandan khusus? Bagaimana pakaianku? Apa aku terlihat out of place dari rencanamu?" Yoojung bertanya sembari berputar, membuat rok one piece dress selutut yang ia kenakan sedikit mengembang, lalu kembali pada tempatnya semula. Oh, Yoojung selalu terlihat cantik saat mengenakan gaun berwarna pastel.
Tapi...
"Err, Noona, Mianhe, seharusnya aku memberitahumu dari awal. Aku ke sini mengendarai motorku. Kurasa kau harus mengganti rokmu, Noona."
"Ah, geure? Baiklah, kalau begitu aku—"
"Kau pembohong, eoh, Yoojungie?"
Suara dari ruang tengah menyela. Yoojung menoleh hanya untuk bertemu mata dengan Sang Umma. Serta wajah merajuk yang menggemaskan itu. "Hihihi... bagaimana Range Rover Umma?" tanya-nya menahan tawa.
"Binie bersama Appa-mu di garasi. Mana mungkin akan terjadi apa-apa pada mobil itu kalau ada adikmu di sana!? Ish..."
"Hahaha, mianhe, Umma. Lain kali tidak akan kuulangi lagi! Kkkkk~"
"Hanbin Hyung pulang?!" tanya Bobby kaget, menyela keakraban ibu dan anak di depannya.
Youngjae terkekeh, mendapati ekspresi antusias Bobby begitu mirip dengan Hyung-nya, Himchan aka Umma Bobby sendiri. "Kkkk~ ne, Bobby-ya. Binie baru pulang kemarin. Dia bahkan tidak memberitahu kami kalau dia akan pulang! Dia berkata kalau ini adalah surprise. Dasar, Anak Itu! Oh, ya, sebaiknya kau temui dia di garasi, ne!? Sudah lama kalian tidak bertemu, 'kan?"
"Benar, Bobby. Kau temui Binie dulu, aku akan bersiap-siap."
~~~~~~~~\(=^0^)/\(0o0=)/~~~~~~~~
"Gosh, Dad, how long do you haven't been checking out this car?! The pipe even stucked up with the thick ashes powder!"
"Itu karena The Mato's tidak beraksi lagi, Hyung."
Sahutan tiba-tiba tersebut membuat setengah bagian tubuh yang sebelumnya berada di bawah kolong mobil, merosot keluar dengan bantuan papan beroda—mirip skateboard, hanya saja lebih lebar karena tubuh seseorang bisa berbaring di atasnya.
1 detik,
2 detik,
... 3.
"Hello," sapa Bobby, memecah tatapan penuh selidik milik namja yang masih dalam posisi berbaring itu, dengan senyuman riang. Memperlihatkan eye smile plus bunny teeth. Menyejajarkan posisi dengan berjongkok duduk, Bobby mengamati wajah kebingungan tersebut lama. Tidak ada yang berubah. Moon Han Bin masih terlihat tampan dengan bagian tengah bibir atas yang meruncing seperti biasanya. "Long time no see, B.I Hyung~"
Deg!
Panggilan itu jelas menyentak kebingungan Hanbin. Hanya satu orang di dunia ini yang memanggilnya dengan nama itu. "Omo! BOBBY-YA!" pekiknya heboh, bangkit duduk dengan begitu bersemangat hingga tidak menyadari, kalau kepalanya belum keluar sepenuhnya dari kolong mobil. Alhasil, suara benturan keras langsung menggema, menyayat telinga siapapun yang mendengarnya. "AKH! Appo~!"
Bobby yang menyaksikan itu semua sontak membelalakkan mata. Dengan panik diraihnya salah satu tangan Hanbin, membantu namja itu duduk lurus, dan memeriksa puncak kepalanya. Damn! Bobby dapat melihat bagaimana memar kemerahan mulai muncul di puncak kepala Hanbin.
"Chu~ sst... It's nothing, Hyung... Bobby kiss the booboo to go away."
Mungkin inilah yang disebut dengan insting. Bobby tanpa berpikir melakukan hal yang sedari kecil selalu mereka lakukan terhadap satu sama lain, tiap kali bagian tubuh mereka terluka. Dia mengecup kepala Hanbin yang memar, meniupnya pelan, dan menggumamkan mantra 'kiss the booboo to go away'.
Seolah mereka adalah bocah kecil. Seperti dulu.
"Yah! Ssh... kau pikir kita ini masih anak-anak?! Kkkk~" Mau tidak mau Hanbin terkikik juga dibuatnya. Dia sangat senang mendapati setelah tiga tahun lamanya, Bang Ji Won aka Bobby, sahabatnya sedari kecil, sama sekali tidak berubah. Bobby masih bocah periang dan murah senyum. Yah, meskipun tinggi badan serta ukuran tubuhnya—Holymother, Hanbin bahkan tidak mengenalinya dengan semua otot, bahu bidang, dan dada yang tegap itu!—berubah drastis.
"Tapi cara itu masih berhasil, kan, Hyung? Buktinya, kau sekarang tersenyum!"
Hanbin berlagak berpikir hanya untuk tertawa lebar dan mengangguk setuju. "Hahaha, ne, kurasa mantra itu masih bekerja. Bagaimana kabarmu, Bobby-ya? Kau banyak berubah. Aku sampai tidak mengenalimu tadi."
"Geure? Hyung malah tidak berubah sama sekali. Aku baik, Hyung. Bagaimana dengan Hyung sendiri? Apakah New York begitu menyenangkan? Kau sampai tidak pernah pulang sekalipun ke Korea, Hyung. Kami semua merindukanmu!"
Bobby dan Hanbin layaknya saudara kembar. Mereka tidak terpisahkan sedari kecil. Bukan, bukan karena pada kenyataannya waktu itu seluruh The Mato's family tinggal dalam satu atap, tapi karena... keduanya merasa cocok. Meski ada perbedaan umur, Hanbin lebih tua satu tahun dari Bobby, tapi hal itu tidak menghalangi kekompakan keduanya.
Sayang, tiga tahun yang lalu Hanbin memutuskan untuk kuliah ke luar negeri. Bobby tidak pernah mengira kalau Hyung Tersayangnya ternyata memiliki rencana tersendiri dalam hidupnya. Mereka selalu berbagi, lalu? Kenapa sekarang berbeda?
Tapi... Bobby bukanlah seorang yang akan mengekang keinginan Sang Sahabat. Dia membiarkan Hanbin pergi. Bahkan, hingga mengantarnya ke bandara, menatap pesawat yang Hanbin tumpangi terbang jauh, meninggalkan semua kenangan dan keakraban mereka.
Tunggu,
Kenapa Bobby jadi mengingat-ingat kenangan menyedihkan itu?!
Lihatlah! Sekarang Hanbin di hadapannya! Terlihat fresh dalam balutan celana khaki dan kaus oblong hitam! Bobby bahkan dapat merasakan tekstur halus dari surai hitam di kepala Hanbin di antara jemarinya.
"Ssh..."
Desisan lirih tersebut sukses menarik perhatian Bobby. "Hyung? Kepalamu masih sakit?" tanya-nya khawatir.
"Ssk... kurasa, aku harus merawat memar ini dengan benar."
#########\(^0^)/\(^3^)/#########
"Bobby – Omo! My Lil' Binie?! Kepalamu kenapa?" Yoojung yang baru saja menuruni tangga, terbelalak lebar dan langsung menyongsong Sang Namdongsaeng yang tengah dikompres handuk pada puncak kepalanya oleh Umma mereka. "Umma, apa yang terjadi?"
"Huft, adikmu berpikir, kepalanya cukup kuat untuk dibenturkan ke kolong mobil." Youngjae berkata, dengan gemas menarik pipi kiri Hanbin, memperlakukan Sang Anak Bungsu bak seorang bocah.
"Yah, Binie, kenapa kau masih saja ceroboh, eoh?! Kupikir setelah lama tinggal sendiri di New York, kau akan berubah menjadi namja yang mandiri dan waspada. Tapi lihatlah? Jangan-jangan, kau masih sering membenturkan wajah ke pintu kaca karena lupa membukanya?!" Yoojung mengomel panjang lebar sembari berkacak pinggang. Tubuhnya yang kurus sama sekali tidak terlihat mengintimidasi, kalau boleh jujur.
Hanbin hanya cengengesan. Memberi Sang Noona senyuman lima jari dan eye smile yang terlihat begitu familiar. Ah, ya! Seperti Appa mereka, Moon Jong Up.
Bicara mengenai Sang Appa.
"Oh, ya, Umma, Appa mana? Tadi Appa bersamaku di garasi, lalu tiba-tiba, menghilang begitu saja! Aku malah bertemu Bobby."
"Appa-mu sedang mandi, Chagi. Entah bagaimana wajahnya ketumpahan oli," terang Youngjae, memutar bola matanya jengah disertai tergelitik saat mengingat bagaimana wajah Nampyeon-nya berkerut tidak nyaman karena berlumuran cairan minyak kental berwarna hitam tersebut. "Nah. Kurasa memarnya sudah reda. Kau lebih baik juga segera mandi, Binie. Sudah waktunya sarapan. Dan kau, Young Lady, cepatlah pergi nge-date bersama Uri Bobby. Kau tahu berapa lama kau membuatnya menunggu?! Atau... kalian ingin sarapan disini dulu?"
"Ah, tidak, Samcheon. Aku akan mengajak Yoojung Noona sarapan di luar. Ayo, Noona, kau sudah siap?" tanya Bobby yang langsung Yoojung balas dengan senyuman cemerlang dan anggukan antusias. Ia kemudian melirik Hanbin dan menyeringai lebar layaknya bocah. "Bye, Hyung. Aku akan menghubungimu. There's so much things that we'll need to catch up."
Dan setelahnya, Bobby dan Yoojung pergi. Mereka bergandengan tangan. Mata Hanbin menatap nanar tangan berjemari lentik itu; tangan besar yang menggenggam tangan mungil milik Sang Noona.
Tangan Bobby.
'Kau akhirnya mendapatkan gadis impianmu, Bobby-ya.'
~~~~~~~~\(=^0^)/\(0o0=)/~~~~~~~~
KLAP!
Mata yang sebelumnya terpejam gelisah, akhirnya terbuka juga. Hanbin melarikan tangan kanan ke dada, mengurut jantungnya yang berdebar kencang tidak menentu. Seolah, dan berharap, kesakitan tak kasat mata itu akan lenyap. Atau paling tidak, mereda barang sejenak.
Sakit.
Ini menyakitkan.
Kenapa setelah sekian lama, memori 'itu' kembali menghiasi bunga tidurnya?
Saat itu mereka hanyalah dua orang bocah polos. Hanbin berpikir, sungguh konyol karena seorang bocah seperti Bobby, mengaku kalau dia menyukai Noona-nya dari dulu. Dan sungguh konyol, karena Hanbin tidak menyadari percikan api yang membakar relung dadanya saat itu adalah suatu bentuk dari penolakan; ketidak-iginan-nya akan pengakuan Bobby.
Kenapa?
Kenapa Bobby malah menyukai Noona-nya? Kenapa Bobby menyukai Yoojung?! Kenapa Bobby tidak... menyukainya?
"Hiks..."
Lagi-lagi hal ini terjadi padanya. Hanbin tidak seharusnya terus-menerus tenggelam dalam penolakan tidak kasat mata ini! Apakah tidak cukup tangisannya selama ini? Kenapa... setelah bertahun-tahun... kecemburuan tidak pantas ini masih membakar dirinya?! Hanbin benci ini. Moon Han Bin seharusnya tetaplah menjadi seorang malaikat baik hati, seperti yang selalu Bobby gambarkan tentangnya.
Malaikat tidak seharusnya merasakan iri. Malaikat tidak seharusnya merasa cemburu. Malaikat tidak seharusnya... selalu bergumam di dalam lubuk hati jika seandainya saja Moon Yoo Jung tidak pernah ada. Itu buruk. Hal yang sangat buruk, yang pernah seorang adik pikirkan tentang kakak kandungnya sendiri.
"Hiks... mianhe, Yoojung Noona... hiks, mianhe..."
TBC
NB: Ff terpaksa dipisah dari One Shot takutx Readers-nim pembaca One Shot pada ga suka ma ni couple. Kalian bebas baca ato ga ni ff^^ HIDUP DOUBLEB! DOUBLEB! DOOOOOOUUUUUBLEEEEBBBBBBB! BAAAAAAAAPPPPPPPP!
