.
BUDDING ROMANCE
Originally Written by Jewelf1sh
Chapter 1 - [2,7k words]
0o0-0o0
PLAK!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Hyukjae. Pemuda bertubuh mungil itu terhuyung dan memegangi pipinya yang panas dan memerah.
"KAU! KAU MEMALUKAN KELUARGA HYUKJAE! APA YANG AKAN ORANG-ORANG KATAKAN TENTANG KITA. TENTANG AKU, IBUMU, KELUARGA BESAR LEE!"
Suara ayah Hyukjae yang membentak kasar menggema di rumah Keluarga Lee, keluarga pengacara terkenal di Seoul.
Hyukjae hanya tertunduk. Ia berusaha keras butiran air mata tak keluar dari pelupuk matanya.
Ayah Hyukjae menarik kedua bahu anaknya itu dan mengguncang-guncangkannya dengan keras.
"KATAKAN PADA AYAH BAHWA INI HANYA RASA KEINGINTAHUAN ANAK MUDA, HYUKJAE!"
Hyukjae memberanikan diri menatap ayahnya.
"Ayah, inilah aku. Aku menyukai pria," kata Hyukjae.
PLAK!
Pukulan kembali mendarat di pipi Hyukjae. Kali ini ia sampai jatuh terduduk karena sang ayah juga menghempaskan tubuhnya.
Hyukjae meringis kesakitan. Ia menoleh ke arah ibunya tapi wanita itu hanya berdiri mematung.
"KELUAR! KELUAR DARI RUMAH INI JIKA KAU MEMILIH JALAN HIDUP MENJIJIKKAN SEPERTI ITU!"
Hyukjae terkejut dan memandangi punggung ayahnya.
"Ayah…"
"Aku tak punya anak sepertimu!" kata kepala keluarga Lee itu pelan namun jelas dan tegas. Kalimat itu juga terdengar seperti keputusan final yang tak dapat dinegosiasikan oleh siapapun. Dada Hyukjae seperti terhimpit. Sakit sekali.
Tak ada yang bergerak, tak ada yang berani bersuara. Dua asisten keluarga Lee yang mendengarkan pertengkaran anggota keluarga ini dari balik pintu pun bisa merasakan ketegangan.
Perlahan Hyukjae mengumpulkan segala keberaniannya untuk membuat keputusan. Kemudian Ia berdiri hanya untuk membungkuk dalam-dalam kepada kedua orangtuanya.
"Terima kasih sudah merawatku selama ini. Maafkan aku karena telah mengecewakan," kata Hyukjae lembut.
Hyukjae mengangkat wajahnya untuk melihat sang ayah. Tubuh pria dewasa itu tak bergeming dan tetap memunggunginya. Hyukjae mengalihkan pandangan pada wanita yang selama ini ia sayangi dengan sepenuh hati, wanita itu memalingkan wajahnya.
Dengan nafas berat, Hyukjae kembali membungkuk memberi hormat. Hyukjae tahu dengan ini semua kehidupannya sebagai seorang Lee, tamat. Ia sendiri tak kan berusaha merubah keadaan. Hyukjae telah menerima dirinya sendiri sebagai seorang gay dan bila orang tak bisa menerima jati dirinya yang seperti ini, maka ia pun tak kan memaksa.
Hyukjae melangkahkan kaki meninggalkan ruang keluarga Lee. Dan bukan hanya ruangan itu saja, tapi semuanya. Hyukjae tak membawa apapun yang berstatus milik keluarga itu. Di hadapan asisten keluarganya, Hyukjae menyerahkan ponsel, kunci mobil, kartu kredit, ATM, dan jam tangan mewahnya.
Hyukjae meninggalkan kediaman Lee hanya berbekal baju yang melekat di badan dan beberapa lembar uang yang tersisa di dompetnya. Uang itu bukan milik keluarga Lee. Itu adalah hasil jerih payahnya memenangkan kompetisi dance secara diam-diam tanpa sepengetahuan orangtuanya. Jumlahnya tidak banyak, mungkin hanya cukup untuk bertahan beberapa hari saja.
0o0-0o0
"Maaf aku terlambat."
Hyukjae menengokkan kepala melihat Donghae yang kini duduk di sampingnya. Hyukjae tertawa kecil.
"Itu kan bukan hal yang baru," sindir Hyukjae. Donghae itu memang tak pernah tepat waktu. Terkadang ia bahkan harus menunggu sampai dua jam.
Donghae tersenyum karena Ia tahu Hyukjae selalu tak pernah marah atas keterlambatannya. Jika itu orang lain, Donghae yakin mereka pasti sudah menggorok lehernya dengan sadis.
"Yah, tapi kenapa di tempat yang seperti ini?" tanya Donghae sambil melihat sekeliling. Mereka ada di sebuah taman kota sekarang ini.
"Hanya ingin suasana lain," jawab Hyukjae. Ia menyandarkan kepalanya di bahu kuat Donghae.
"…," Donghae tak menyahuti perkataan kekasih yang dipacarinya selama setahun itu.
Beberapa menit berlalu dan keduanya hanya duduk dalam diam.
"Kenapa kau hari ini diam sekali, Donghae," tanya Hyukjae memecah keheningan.
Sekian detik tak mendapat respon, Hyukjae meluruskan duduknya dan menatap Donghae.
"Hyuk…," kata Donghae.
Mendengar namanya disebut dengan nada pelan dan ragu-ragu. Perasaan Hyukjae seketika menjadi tak enak.
"H-hmm?" Hyukjae menyahuti pelan.
"Hyuk, kita masih muda kan?" kata Donghae.
Hyukjae tertawa.
"Aku bisa lihat itu. Wajahmu belum keriput, rambutmu juga belum memutih," timpal Hyukjae.
"Aiiishh…bukan itu maksudku," kata Donghae.
"Lalu?" Hyukjae menaruh dagunya di pundak Donghae. Tapi Hyukjae terkejut ketika pemuda yang dicintainya itu menghela nafas dan mendorong pelan tubuhnya untuk membuat jarak di antara mereka.
DigDugDigDugDigDug…
Jantung Hyukjae entah mengapa berdebar-debar kencang karena perasaannya semakin tak enak.
Hyukjae diam dan menunggu Donghae mengatakan sesuatu.
"Hyuk…," akhirnya Donghae angkat suara.
"Ayo kita putus," kata Donghae dengan ekspresi serius.
0o0-0o0
Ini sudah hari keempat Hyukjae berjalan tak tentu arah di Kota Seoul. Tanpa rumah, tanpa uang, Hyukjae tak tahu apalagi yang harus dilakukannya. Sebelum ini, ia sudah mengunjungi beberapa tempat untuk melamar pekerjaan paruh waktu. Tapi tak ada yang mau menerimanya secara langsung. Hyukjae tak punya ponsel jadi ia juga tak bisa dihubungi. Selama empat hari ini pun ia tak pergi ke sekolah. Entah ada yang mencarinya atau tidak.
Jika Hyukjae mau, mungkin ia bisa mengandalkan dua sahabatnya, Junsu dan Shindong. Tapi mengalami dua kali terluka amat dalam di hari yang sama oleh orang-orang yang sangat ia cintai membuat Hyukjae takut untuk menemui mereka. Bagaimana kalau ternyata Junsu dan Shindong bukan teman yang dapat dijadikan sandaran? Bagaimana kalau mereka selama ini hanya menyukainya karena ia seorang Lee? Pikiran-pikiran negatif memenuhi kepala Hyukjae hingga akhirnya ia memutuskan untuk menanggung semuanya sendiri.
Hidupnya yang sekarang ini bukan salah siapa-siapa. Ini murni keputusannya. Karena itu Hyukjae bertekad untuk mandiri walau sekarang ia terlunta-lunta tak jelas dan kelaparan. Saat malam tiba Hyukjae tidur beralaskan dan berselimutkan karton di sebuah taman. Beruntung ini bukan musim dingin atau ia pasti sudah mati. Jika ingin membersihkan diri Hyukjae harus pergi ke stasiun kereta. Ia menggunakan toilet umum. Walaupun di sana tak bisa mandi karena itu dilarang, setidaknya Hyukjae bisa membasahi badannya dengan handuk murah yang dibelinya dari sebuah toko. Penampilannya sekarang ini bisa dibilang kumal. Tidak mandi dan keramas, baju juga lusuh. Kondisi yang benar-benar berkebalikan saat ia masih seorang Lee yang clean freak.
"Baiklah, aku akan menurunkan semuanya."
Hyukjae mendengar seseorang berkata. Dilihatnya kemudian seorang pria dengan hati-hati menurunkan bunga-bunga yang nampak cantik dan segar dari mobil terbukanya dan mengangkut bunga-bunga tersebut ke dalam sebuah toko. Toko bunga.
Pria tersebut seperti sedang terburu-buru. Sesekali Hyukjae melihatnya menengok arloji di tangan. Sementara itu tak ada seorang pun yang membantunya.
Hyukjae tak tahu apa yang dipikirkannya saat mendekati pria itu, tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya meluncur begitu saja.
"Apakah kau membutuhkan bantuan, Tuan?" tanya Hyukjae.
Mendengar itu sang pria berhenti bergerak dan memandangnya dari ujung kepala hingga kaki.
"Aku tak pernah percaya pada orang yang tak ku kenal tapi…aku sedang tak punya banyak waktu untuk berpikir. Bisa kau bantu aku mengangkut ini semua ke dalam?"
Hyukjae tersenyum dan mengangguk.
"Hati-hati, oke. Jangan sampai bunganya rontok. Aku akan merugi," kata orang tersebut.
"Aku mengerti," sahut Hyukjae.
Pemuda bertubuh mungil itu pun langsung bergegas melaksanakan tugasnya. Satu dua kali ia mengangkut bunga, gerak geriknya diawasi. Hyukjae berusaha tak melakukan kecerobohan. Ketiga kali, Hyukjae bisa melihat pria tersebut mulai memperhatikan catatannya dan tak lama setelah itu menghilang di dalam toko untuk berbicara dengan pemilik toko.
Hyukjae tak menghitung berapa kali ia bolak balik mengangkuti bola. Begitu semua usai, Hyukjae berdiri di luar toko untuk menunggu pria tersebut. Kalau pria itu adalah orang baik, mungkin ia bisa makan untuk hari ini.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya pria itu keluar, namun Hyukjae terkejut karena ia berjalan sangat cepat dan langsung masuk ke dalam mobilnya. Belum sempat Hyukjae mengejar, pria itu sudah menyalakan mesin mobil dan langsung meninggalkannya. Tanpa sepatah kata dan selembar uang.
Hyukjae menepuk-nepuk dadanya. Lalu mengelus perutnya.
"Tidak apa-apa…, Aku akan baik-baik saja," Hyukjae meyakinkan dirinya.
Siang itu, Hyukjae kembali mencari peluang di manapun seperti hari-hari sebelumnya. Sayang, hasilnya nihil. Hingga malam ia tak mendapatkan apapun.
Hyukjae berjalan kembali ke arah taman yang sudah seperti rumahnya. Ia berencana akan memenuhi perutnya dengan air kran di taman itu. Tetapi ditengah perjalanan Hyukjae berubah pikiran. Ketika ia melewati toko bunga yang sama siang tadi, Hyukjae berhenti di sana. Sekarang ada tanda "Close" di pintu kaca toko tersebut.
Hyukjae menghela nafas mengingat-ingat kejadian siang hari itu. Ternyata orang yang tidak berperasaan itu memang ada. Bahkan mungkin banyak. Hyukjae menyandarkan punggungnya ke tembok toko lalu merusutkan tubuhnya ke bawah hingga ia terduduk. Angin malam yang berhembus membuatnya kemudian melipat kaki ke arah dada dan memeluk kakinya sendiri. Hyukjae berpikir, malam ini tak apa jika ia tak tidur di taman. Hyukjae menyembunyikan wajahnya dan menutup mata.
"Hei," Hyukjae samar-samar mendengar seseorang berkata.
"Hei, apa kau bisa dengar aku?"
"Apa orang itu bicara padaku?" batin Hyukjae.
"Hei. Aku bicara padamu," kata orang tersebut dan Hyukjae merasakan goncangan di bahunya.
Hyukjae pun memutuskan untuk mengangkat kepala untuk melihar siapa pengganggu tidurnya. Semoga bukan preman atau mafia. Tidak. Hyukjae tak sanggup menghadapi mereka di saat seperti ini.
"Ah, ternyata benar. Kau anak yang tadi siang itu."
Hyukjae mengedip-ngedipkan matanya.
"Maaf, tadi aku sangat terburu-buru. Aku sampai melupakanmu."
"O-oh," timpal Hyukjae yang masih agak terkejut menyadari dihadapannya ada pria pemilik mobil berisi bunga-bunga cantik itu.
"Hmm…kau… ," Hyukjae melihat pria itu seperti salah tingkah atau bingung. Kelihatannya pria tersebut sedang membaca kondisinya. Hyukjae memutuskan hanya diam dan menunggunya untuk berbicara.
"Kau tahu. Kalau kau tak punya tempat tinggal, kau bisa ikut denganku," kata orang tersebut pada akhirnya.
Hyukjae tersenyum.
"Orang tak berperasaan mungkin banyak tapi orang yang peduli itu… ada."
"Aku tak pernah percaya pada orang yang tak ku kenal tapi…aku sedang tak punya banyak waktu untuk berpikir. Bisa tolong beri aku tempat tinggal?" kata Hyukjae.
"Yah! Bukankah itu mirip perkataanku siang ini?" sahut pria tersebut sebelum tertawa. "Oh ya, namaku Leeteuk."
0o0-0o0
"Hyung, apa ini diletakkan di sini?" tanya Hyukjae.
"Yang itu? Ah, jangan-jangan. Tanaman itu tak tahan matahari. Masukkan ke dalam greenhouse C, Hyuk," pekik Leeteuk sambil memupuki bunga dihadapannya.
"Teuki! Hyukjae! Aku beli makanan. Ayo kita istirahat."
Yang terakhir itu adalah suara Kangin, kekasih Leeteuk. Hyukjae baru mengetahui bahwa Leeteuk juga seorang gay setelah dua hari tinggal bersamanya. Hyukjae pikir mereka pasangan yang serasi, Hyukjae mengagumi keduanya. Singkat cerita, Leeteuk adalah seorang pengusaha dari Busan yang memiliki brand bernama Budding Romance. Lini bisnis yang ditekuni pria itu melingkupi usaha tanaman dan bunga. Ia menerima order pengiriman bunga untuk toko-toko di Seoul. Terkadang juga menerima order khusus untuk acara pernikahan dari seorang temannya yang wedding organizer. Selain itu Leeteuk juga mengelola kafe dan resto kecil yang dibangun didekat kebunnya berikut sebuah penginapan sederhana. Sementara Kangin adalah pemilik peternakan yang letaknya bersebelahan dengan lahan bunga Leeteuk. Menurut cerita Kangin, ia dan Leeteuk dulunya tak pernah akur karena ternak Kangin sering kali menjadikan tanaman-tanaman Leeteuk sebagai camilan. Tapi pada akhirnya panah cupid berkata lain. Dua tahun lalu mereka saling jatuh cinta.
Tiga bulan berlalu sejak Hyukjae pertama kali bertemu Leeteuk, dan Hyukjae tak pernah berhenti mengucap syukur. Kini ia mendapat tempat tinggal, makan berkecukupan dan dilingkupi orang-orang yang baik. Leeteuk dan Kangin memperlakukannya seperti seorang adik, ah bukan, terkadang seperti seorang anak. Hyukjae tak complain mengenai ini, karena ia merasa seperti mendapatkan keluarga baru.
Hyukjae tak menyembunyikan apapun dari mereka. Ia menceritakan semua kisahnya. Ketika mendengar itu Kangin terlihat sangat emosi. Sementara Leeteuk memeluknya dan menangis. Tapi… Hyukjae justru tersenyum. Aneh memang. Terkadang orang tak dikenal serasa lebih hangat dari pada orang terdekat.
Kangin juga menyuruh Hyukjae untuk melanjutkan sekolah. Jika Hyukjae tak bisa mendapatkan beasiswa, Kangin dan Leeteuk sepakat untuk membiayai sekolahnya. Sebagai gantinya, Hyukjae bekerja paruh waktu untuk merawat bunga di kebun Leeteuk. Kangin bahkan rela mengurus segala administrasi kepindahan sekolahnya.
Dan begitulah. Semua berjalan dengan cepat. Besok adalah hari pertamanya di sekolah baru sebagai siswa grade 11 SMA Saphire. Hyukjae harus bekerja keras mengejar ketertingalan.
0o0-0o0
Tujuh tahun kemudian…
"Hyuuuuuung, kau seharusnya tak menolak ajakan itu. Aku yakin ia akan menunjuk restoran terbaik," protes Seungkwan pada Hyukjae begitu mereka turun dari mobil. Hoshi dan DK mengikuti dari belakang.
Hyukjae tertawa.
"Teuki hyung, kami kembali," kata Hyukjae.
"Ahh, selamat datang. Apa semua lancar? Seungkwan, Hoshi, DK, kalian tidak menimbulkan masalah kan? " tanya Leeteuk.
"Mereka ingin menjualku demi makanan," lapor Hyukjae.
"Ah, hyung… kami tidak melakukannya," bantah Hoshi.
"Tapi kemungkinan kita bisa makan enak. Nichkhun ssi itu kan kaya," kata Seungkwan.
"Kenapa kau hanya memikirkan makanan, Seungkwan," DK melihat temannya itu lalu menggelengkan kepalanya.
"Memangnya apa yang terjadi?" tanya Leeteuk tak paham.
Hyukjae tak mau menjawab dan memilih untuk pergi ke kamarnya. Ia ingin sekali mandi. Leeteuk pun meminta penjelasan Seungkwan, Hoshi, dan DK. Ketiga anak muda itu mulai bergabung dengan Budding Romance setahun yang lalu. Walau terkadang Leeteuk pusing menghadapi mereka, kelakuan-kelakuan konyol mereka membuat suasana selalu lebih meriah. Ia bahkan masih ingat saat Seungkwan dan Hoshi terpaksa harus tidur semalaman di atas pohon karena di kejar-kejar kambing Kangin yang sedang mengamuk. DK dan Hyukjae menertawakan keduanya sampai terguling-guling dan Kangin menolak menyelamatkan mereka. "Sudah kubilang jangan mengganggu kambing yang mudah marah itu. Mereka malah berlagak cowboy dan matador. Biarkan saja mereka mendapat pelajaran," kata Kangin.
"Hyung, aku tak mengerti. Mengapa Hyukjae hyung menolak semua orang yang mendekatinya," kata Hoshi.
"Coba kita list pria-pria itu. Arrghh. Hyung! Mereka semua tampan-tampan, memilik badan yang bagus, pekerjaan oke, yah…walau tidak semuanya pintar. Tapi…tapi… semuanya adalah kandidat pacar yang bagus," cerocos Seungkwan.
"Uhum. Haruskah kita me-list pria-pria yang mendekatimu, Seungkwan?" goda DK.
"Tutup mulutmu, DK!" sambar Seungkwan.
Leeteuk dan Hoshi tertawa.
"Hyung, apa sesuatu pernah terjadi pada Hyukjae hyung?" tanya Hoshi dengan nada perhatian.
"Hmm… Bagaimana mengatakannya. Hyukjae….dia…. Dulu, aku menemukannya tidur di jalanan," kata Leeteuk.
Seungkwan, Hoshi dan DK terkejut. Ekspresi ketiganya kemudian juga berubah masam begitu mendengar kisah Hyukjae. Mereka jadi mengerti kenapa Hyukjae menolak cinta. Hanya karena preferensi seksual yang berbeda, pertalian darah putus. Di saat Hyukjae menghadapi titik terendahnya, sang kekasih memutuskan hubungan. Cinta yang dimilikinya benar-benar menguap dalam sekejap dan meninggalkannya tanpa apapun untuk bersandar disaat rapuh.
Seungkwan menjadi merasa bersalah karena selama ini ia selalu mendorong Hyukjae untuk berkencan.
"Yah. Ada apa dengan suasana yang berat ini?" tanya Hyukjae yang sedang mengeringkan rambutnya usai mandi. Ia melihat semua orang nampak muram.
"Hyuuuuuuuuung," Seungkwan memeluk Hyukjae.
Belum sempat Hyukjae bereaksi, Hoshi dan DK juga memeluknya.
"Kami akan selalu ada untukmu, hyung," kata Hoshi.
"Aku akan melatih otot-ototku. Aku akan memukul pria itu suatu hari nanti," janji DK.
"Huh?" Hyukjae terheran-heran. Ia melirik Leeteuk. Kekasih Kangin itu hanya menunjukkan senyumannya.
Hyukjae menghela nafas.
"Yah! Kalian berkeringat!" kata Hyukjae dengan nada kesal. Walau begitu Leeteuk bisa melihat bibir Hyukjae tersenyum.
0o0-0o0
"Seungkwan, letakkan bunga-bunga yang putih ini di sekitar tempat pengucapan ikrar. Kau harus menatanya dari yang besar lalu kecil. Di bagian yang melengkung itu juga. Nanti tambahkan pita dan kain putih yang menjuntai. Aku meletakkan kain-kain putih itu di sana."
Hyukjae memberi instruksi pada Seungkwan. Saat ini semua kru Budding Romance sedang sibuk mengerjakan proyek lansekap pernikahan outdoor.
"Hyung, mulai dari mana lampu-lampu ini harus dijulurkan?" tanya Hoshi.
"Hmm. Heechul hyung menginginkan itu dipasang mulai dari arah masuk sampai mendekati tempat ikrar. Tapi semua kabel tak boleh terlihat," jelas Hyukjae.
"Hah? Kita akan menutupnya menggunakan apa? Aissh... Hyung, apa kau tidak merasa Heechul hyung itu terlalu cerewet?" kata Hoshi.
Hyukjae tertawa.
"Pelankan suaramu jika kau tidak ingin pantatmu ditendang," komentar Hyukjae.
"Arrghhhh…. Rasanya aku tak sanggup! Argh, sungguh. Hyung, bagaimana kau bisa tahan menghadapinya?" kali ini DK bergabung dan mengeluarkan uneg-unegnya tentang Heechul.
"Apa boleh buat, wedding organizer Heechul hyung adalah yang terbaik di kota ini. Kalau hyung sangat menuntut kesempurnaan dan detil itu wajar," jelas Hyukjae.
"DK! KEMARIKAN PANTAT MALASMU! AKU BILANG YANG INI DILETAKKAN DI SANA!" Terdengar suara teriakan Heechul yang seperti menggema ke seluruh lokasi.
"Tuhan, jangan berikan aku kekasih yang modelnya seperti itu…" gumam DK sebelum berjalan ke arah Heechul.
Hyukjae tertawa pelan.
"Hyung, apa aku seperti Heechul hyung?" tanya Hoshi tiba-tiba.
"Huh?" Hyukjae tak paham maksud pertanyaan Hoshi.
"Aish. Lupakan, hyung," kata Hoshi.
Hyukjae melanjutkan pekerjaannya. Ia mengisi vas-vas kaca besar dengan bunga putih dan lilin. Rencananya vas tersebut akan diletakkan di atas balok-balok kayu yang tersusun seperti tak beraturan untuk menambah kesan manis dan romantis.
"Sungmin ssi. Ini adalah Hyukjae. Ia bisa dibilang asistenku. Jika kau menginginkan detil tambahan atau suatu perubahan kau bisa katakan padanya."
Hyukjae mendengar Heechul berbicara pada seseorang dan menyebut namanya. Ia pun menoleh.
"Hai. Aku Sungmin. Calon pengantin pria," kata orang yang bersama Heechul.
Hyukjae membersihkan tangan dengan lap lalu menjabat tangannya. "Aku Hyukjae." Setelah basa basi singkat, Heechul meninggalkan keduanya untuk mengurusi hal lainnya.
"Jadi apa anda menginginkan detil tambahan?" tanya Hyukjae santun.
"Ah ya tentang itu, kekasihku ingin kalian menambahkan bunga berwarna biru di area itu. Itu juga," Hyukjae mendengarkan dengan seksama. "Dia menyukai warna biru, jadi aku rasa menambahkan itu juga bagus. Kesannya pun tidak terlalu polos."
"Minie! Kau disitu rupanya."
Seseorang secara tiba-tiba memeluk Sungmin dari belakang, membuat pria tersebut terkejut. Akan tetapi ternyata bukan Sungmin saja yang terkejut. Hyukjae juga. Bahkan keterkejutannya mungkin lebih besar dari pada Sungmin.
"Donghae…," kata Hyukjae.
0o0-0o0
Tbc
