Once

Original Story Belong To Phoebe

Starring:

Kim Jongin (GS)

Park Chanyeol

Oh Sehun

Byun Baekhyun (GS)

Wu Yifan

Summary:

Jongin hanya ingin jatuh cinta sebelum ia mati. Ia juga sangat ingin melakukan seks dengan seorang pria yang benar-benar ia cintai walau hanya sekali dalam hidupnya. Tapi akankan Jongin bisa merasakannya?

.

.

.

This is Remake Novel by Phoebe with the same title.

.

.

.

~ Happy Reading ~

.

.

.

Bab 1

Di tengah kerasnya tunas di dalam diriku

Ada sebuah madu yang sangat manis

Dengan penuh kerahasiaan

Menanti sesuatu yang datang untuk membukanya

"Ahnnn..."

Astaga, Jongin benar-benar sedang berusaha membunuh waktunya dengan oral sex. Sehun bukanlah laki-laki pertama, tapi ia yakinkan kalau Sehun akan kecanduan dengan dirinya seperti yang lain.

Jika bukan karena banyak fikiran, Jongin yakinkan bahwa dirinya tidak mungkin melakukan ini. Setidaknya utuk hari ini karena Jongin sudah pernah melakukan hal seperti ini kepada Sehun sebelumnya.

Jongin sama sekali tidak berfikir untuk melakukan seks yang sesungguhnya. Ia belum pernah menginginkan hal seperti itu.

Ah, Jongin menginginkannya tapi tentu saja bukan dengan sembarang pria. Ia ingin melakukan sesuatu seperti itu saat hatinya merasakan sesuatu.

Sebuah lenguhan panjang menandakan kalau Sehun sudah mendapatkan kepuasannya. Jongin segera menjauhkan wajahnya dari tubuh Sehun dan tersenyum kepada laki-laki yang baru menjadi kekasihnya sejak dua minggu yang lalu.

Sehun adalah laki-laki yang masuk ke dalam pekarangan rumahnya melalui sebuah lubang besar di halaman belakang. Mereka berkenalan dan tidak membutuhkan waktu lama untuk meresmikan hubungan.

Semenjak mereka berdua menjadi sepasang kekasih, Sehun selalu mendatanginya ke rumah dan mereka akan berbicara secara sembunyi-sembunyi di salah satu sudut halaman belakang.

Tidak akan ada yang mengganggu mereka disana. Setidaknya di sepanjang sore.

Seperti pasangan pada umumnya, Sehun meminta Jongin untuk melayaninya dan Jongin tidak menolak meskipun ia tidak pernah memberikan seks yang sesungguhnya.

"Kau sangat hebat, Jong. Tekhnikmu tak terkalahkan." Sehun berujar dengan puas.

Jongin tersenyum. "Tentu saja."

"Ya, kau akan selalu membuatku ketagihan jika kali ini gagal seperti sebelumnya. Sekarang bagaimana? Bisakah kita melaju ke tahap selanjutnya?" Tanya Sehun.

"Maafkan aku, sayang. Aku sama sekali tidak menyangka kalau siang ini aku di beri tahu bahwa jadwal home schooling-ku maju. Aku harus segera kembali ke dalam rumah karena beberapa menit lagi guruku akan datang. Kau tau, kalau aku tidak belajar di sekolah. Ayahku tidak mengizinkan aku untuk belajar di luar rumah." Jawab Jongin dengan wajah sedih.

"Aku sungguh kecewa, Jong. Tapi baiklah, kita akan melakukannya lain kali, kan? Aku akan menunggumu menyerahkan diri padaku." Sehun tersenyum lalu berjalan sambil melambaikan tangan.

Pemuda itu melangkah mendekati sebuah lubang di tembok diantara tanaman rambat yang lebat dan menghilang.

Jongin menghela nafas berat. Ia membayangkan akan merasakan sesuatu yang luar biasa saat pertama kali bertemu dengan Sehun, ia berharap bisa merasakan bagaimana bercinta yang sebenarnya dengan seseorang yang sangat di cintainya.

Tapi Sehun sama sekali tidak seperti apa yang di harapkannya.

Jongin mendekap dadanya. "Tuhan, hari ini lagi-lagi aku tidak merasakan apa-apa." Ucapnya pelan.

"Kau sudah selesai?" Sebuah suara mengganggu ke khusyukan Jongin.

Ia mencari sumber suara yang mengganggunya barusan dan menemukan Park Chanyeol, guru home schooling-nya baru saja keluar dari dalam semak-semak bunga krisan sambil memijati bahunya sendiri.

Apa yang laki-laki itu lakukan disana? Ia mengetahui semuanya?

"Tuan Park?" Ucap Jongin pelan.

"Kau terlalu lama menyelesaikannya, Jong. Aku fikir aku akan kehilangan kendali dan keluar dari persembunyianku. Aku terlalu lama melipat tubuhku disana." Ujar Chanyeol dengan sedikit kesal.

"Kau..." Jongin masih tidak bisa menyangka. "Kau sejak kapan ada disana? Kau melihat semuanya?"

Chanyeol tersenyum bijaksana. Sejak ia mengenal Jongin, ia sudah menganggap Jongin seperti adiknya sendiri. Terlebih semenjak ia di mintai tolong oleh Baekhyun, kakak sulung Jongin untuk menangani semua mata pelajarannya karena gurunya yang lama sudah mengundurkan diri.

Jongin terlalu malas untuk belajar. Ia selalu memiliki banyak alasan untuk menghindar. Jongin juga sering berpura-pura sakit sehingga Chanyeol seringkali kehabisan akal untuk membujuknya mengikuti pelajaran.

Tapi untuk yang kali ini, ia sama sekali tidak menyangka melihat aksi oral sex muridnya dengan mata kepalanya sendiri.

Chanyeol menggeleng-geleng tak percaya. "Aku harusnya memang datang lebih cepat karena Baekhyun mengajakku makan siang. Tapi rasanya aku tidak mengatakan padamu kalau akan mempercepat jam pelajaran." Ucap Chanyeol menyindir.

"Astaga. Kau..." Jongin mendekat ia memandangi wajah Chanyeol lebih lekat.

"Aksimu cukup hebat, Jong. Laki-laki tadi itu pacarmu? Dia sama sekali tidak salah mengatakan kalau kau memiliki teknik yang cerdas untuk oral sex." Ucap Chanyeol dengan sebuah senyuman di wajahnya.

"Kau menginginkannya juga?" Jongin semakin merapatkan tubuhnya kepada Chanyeol, menempatkan wajahnya di hadapan penis milik Chanyeol yang masih tertutup celana. Ia berusaha membuka ikat pinggang Chanyeol dan melepaskan celananya. Sayangnya Chanyeol segera mendorong kepalanya.

"Biarkan aku memuaskanmu juga sebagai bayaran untuk tutup mulut." Ucap Jongin membujuk.

"Aku tidak beniat untuk oral sex tanpa seks yang sesungguhnya. Perlu kau tau." Chanyeol kembali memperbaiki ikat pinggangnya dan mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih tegas.

"Kembalilah ke rumah, Jong. Pelajaran akan kita mulai sekarang. Bukankah tadi kau bilang bahwa jam pelajaranmu di percepat?" Ucap Chanyeol lagi.

"Tapi, tuan Park. Itu hanya alasan." Sangkal Jongin.

"Alasan apa? Karena tidak ingin melanjutkan ke tahap berikutnya?" Tanya Chanyeol.

Jongin mengangguk. Chanyeol menyentuh kepala Jongin yang hanya setinggi dadanya.

"Berapa usiamu, Jong?" Tanya Chanyeol pelan.

"Itu pertanyaan yang sangat sensitif. Tapi karena kau akan menjadi kakak iparku, aku akan menjawabnya. Usiaku tujuh belas tahun."

"Dan kau selalu melakukan ini setiap kali berpacaran?"

"Aku hanya mencoba untuk mencari chemistry dengan itu."

"Kau sudah pernah sampai ke tahap seks yang sesungguhnya?"

Jongin menatap Chanyeol sesaat, lalu menggeleng.

"Berhentilah melakukan hal itu kepada sembarang laki-laki. Kau hanya memiliki keperawanan itu sekali seumur hidupmu. Maka sekali kau kehilangannya, kau tidak akan pernah bisa mendapatkannya kembali. Jadi yakinkan dirimu untuk tidak kecewa terhadap dirimu sendiri karena menyerahkan hal yang penting seperti itu kepada sembarangan orang." Ucap Chanyeol lembut.

Jongin mengerutkan dahinya. "Tapi oral sex bisa berkali-kali, kan?"

"Terserah. Yang pasti, sekarang bersiap-siaplah untuk memulai pelajaran dan-"

"Aduh."

Chanyeol tidak bisa melanjutkan ucapannya. Ia memandangi Jongin yang tiba-tiba saja terduduk sambil memegangi dadanya.

Gadis itu kelihatan sangat kesakitan. Dahinya berkerut menandakan kalau nyeri yang di rasakannya serius. Chanyeol segera merendahkan diri agar bisa sejajar dengan gadis itu.

Jongin mengaduh sakit.

"Jong?" Panggil Chanyeol pelan.

Jongin tidak merespon apa-apa. Ia memegangi dadanya.

"Jong, kau baik-baik saja?" Tanya Chanyeol mulai panik.

"Tuan Park. Aku tidak akan memintamu untuk membatalkan pelajaran. Tapi bisakah kita mengundurnya beberapa jam lagi? Dadaku sangat sakit, sepertinya aku butuh istirahat." Ucap Jongin lirih.

"Kau serius, kan? Ini bukan main-main."

"Pernahkah aku main-main?"

Chanyeol terdiam lama. Ia memang selalu mengira kalau Jongin berpura-pura sakit. Tapi tidak ada satupun yang menunjukkan kalau hal itu hanya main-main saja, Chanyeol tau bagaimana ekspresi kesakitan yang sebenarnya dengan yang hanya berpura-pura. Ia yakin kalau Jongin tidak berpura-pura.

Tapi anak itu tidak pernah berlaku seperti itu di hadapan orang lain. Hanya di hadapannya. Ia pernah bertanya kepada Baekhyun tentang ini, tapi Baekhyun selalu mengatakan kalau Jongin cukup nakal dan itu pasti bagian dari tipuannya.

Anak itu selalu berpura-pura sakit untuk mendapatkan sesuatu. Ia bahkan pernah memalsukan surat beberapa kali untuk bolos sekolah, karena itulah ayahnya menghentikan pendidikan resmi di sekolah untuk Jongin. Anak itu selalu bermasalah.

"Baiklah, aku akan memberikanmu waktu dua jam saja. Beristirahatlah." Ucap Chanyeol pada akhirnya.

.

.

.

~ o ~

.

.

.

"Jadi dia memergokimu?" Kyungsoo bertanya, salah seorang pelayan muda di rumahnya yang paling dekat dengan Jongin menatapnya penasaran.

Jongin mengangguk dengan wajah penuh kemalanganya.

"Dia benar-benar membuatku malu. Aku hampir saja melarikan diri begitu melihat wajahnya. Kau bisa bayangkan tidak? Tuan Park akan menjadi kakak iparku dan aku harus menanggung rasa malu ini seumur hidup." Keluh Jongin.

"Jadi kau berpura-pura sakit seperti ini untuk menghindarinya?" Tanya Kyungsoo lagi.

Jongin mengangguk lagi. "Dia pasti menertawakanku. Karena itu, tolonglah aku. Aku tidak bisa bertemu dengannya mungkin untuk selamanya. Katakan padanya kalau aku sedang istirahat dan belum bisa di bangunkan."

"Kau memintaku berbohong lagi?"

"Kali ini untuk harga diri, Kyung. Aku tidak memintamu berbohong untuk menghindari pelajaran. Aku hanya merasa malu."

"Bisa kau bayangkan seandainya kau dan Sehun benar-benar bercinta di halaman belakang tadi?"

"Aku akan segera mencar pisau dapur dan mencungkil mataku dengan itu agar aku tidak bisa melihat ekspresi tuan Park lagi."

Kyungsoo tertawa halus. "Tapi aku tidak akan bisa menghentikannya jika ia ingin menungguimu seperti biasa sebagai ganti jam pelajarannya yang kau abaikan."

Jongin menghela nafas berat. Park Chanyeol memang selalu melakukan hal seperti itu jika Jongin mengaku sakit. Ia akan membacakan buku yang berkaitan dengan pelajaran hari ini dan baru akan berakhir sesuai dengan saat jam pelajarannya berakhir. Apa yang harus Jongin lakukan?

"Hadapi saja." Ucap Kyungsoo santai.

"Atau aku bolos saja?" Kilah Jongin.

Kyungsoo tertawa. "Kau mau bolos kemana? Ini rumahmu sendiri dan kau tidak memiliki celah untuk melarikan diri. Lagipula tuan Park calon kakak iparmu, kan? Kau juga tidak akan bisa menghindarinya seumur hidup. Cepat atau lambat dia juga akan tinggal di rumah ini bersama keluarga kalian. Sekarang ayo keluar, kita berbincang-bincang di halaman saja sampai jam pelajaranmu tiba."

Jongin menggeleng untuk menyatakan ketidak setujuannya tentang ajakan Kyungsoo untuk berpindah ke halaman. "Kita di kamar ini saja. Sampai jam pelajaranku tiba."

"Itu artinya kau mau belajar hari ini?"

"Yah, meskipun aku harus merasa malu. Wajahku pasti memerah sepanjang pelajaran nanti. Aku akan kelihatan bodoh."

"Kau kelihatannya tidak senang, tapi guru yang kali ini tidak mungkin di ganti lagi. Kau harus menerima Tuan Park untuk mengajarimu sampai kau benar-benar lulus sekolah menengah. Nikmatilah, setidaknya kau mendapatkan guru yang tampan dan baik hati."

"Tapi aku pasti kelihatan sangat kikuk."

"Karena oral sex tadi? Kau ini aneh, seringkali melakukan oral sex tapi merasa malu hanya karena seorang laki-laki melihatnya? Lalu kau kemanakan mukamu saat menghadapi penis laki-laki yang selama ini menjadi pacarmu? Seharusnya kau mencoba seks yang sebenarnya, kau tau itu?" Ucap Kyungsoo heran.

"Aku tidak tau harus melakukan apa saat melakukan seks."

"Kau hanya perlu membuka kedua kakimu dan membiarkan sesuatu masuk kesana. Itulah yang ku sebut sebagai posisi X dan cara Y."

"Tapi tidak buruk melakukannya dengan mulut. Maksudku, pada awalnya memang sangat menjijikkan. Tapi lama kelamaan aku merasa kalau hal itu tidak ada bendanya dengan saat kita makan es krim."

"Kau sangat aneh, Jong. Mari kita selidiki. Apakah ada laki-laki yang kau sukai saat ini?"

Jongin memandangi langit- langit kamarnya untuk berfikir. Ia mengingat seseorang. "Sehun. Jika tidak aku tidak mungkin melakukan hal itu kepadanya."

"Itu berarti kau tidak benar- benar menyukai Sehun. Bukankah kau juga hampir melakukannya dengan tuan Park jika laki-laki itu tidak menolak tadi? Dengarkan aku, Jong. Jika suatu saat nanti kau menemukan laki-laki yang benar-benar kau cintai. Maka kau akan membukakan kakimu untuknya dan mengizinkannya menyatu denganmu." Jelas Kyungsoo panjang lebar.

"Benarkah?"

"Tentu saja, Benar. Percayalah padaku."

Jongin mendekap dadanya lebih erat. 'Tuhan, benarkah itu akan terjadi?'

"Sekarang sudah saatnya Jong. Kau harus kembali ke kelasmu di bawah. Gurumu sudah menunggu." Ucap Kyungsoo mengingatkan.

Jongin tersenyum. "Doakan aku, ya? Semoga saja aku tidak mempermalukan diri lagi di depan tuan Park."

Lalu ia bangkit dari ranjangnya dan melangkah keluar kamar. Beberapa orang pelayan yang sedang membersihkan lantai atas tampak begitu kaku saat Jongin membuka pintu kamarnya.

Nyaris semua pelayan disini masih muda seusianya tapi tidak ada satupun yang bisa dekat dengannya seperti Kyungsoo. Ia merasa semua orang memusuhinya.

Ketika Jongin melintas, ia mendengar bisik-bisik yang membuatnya tertegun. Jongin selalu mendengar kata-kata yang sama.

"Benarkah dia sakit?"

"Tidak, dia selalu berpura-pura. Nona muda yang manja."

"Ya, seandainya aku memiliki harta sebanyak yang keluarga Kim miliki, aku pastikan kalau diriku tidak membutuhkan apapun untuk terlihat menarik. Tapi nona muda itu malah berpura-pura sakit untuk menarik perhatian."

"Itu karena tidak ada yang memperhatikannya."

"Ya, hanya tuan muda Kris yang memperhatikannya jika ia datang."

"Untuk apa dia bersikap seperti itu? Bukankah dia orang yang taat? Aku selalu melihatnya ke synagogue* di halaman belakang."

[Synagogue: Sejenis tempat ibadah yang ada di dalam rumah.]

"Stt, aku juga ingin tau apa yang di lakukannya di Synagogue. Dia melarang siapapun untuk datang ke synagogue setiap sore."

"Ah, ini bukan masalah apa yang di lakukannya di Synagogue. Hanya saja, sikap penipunya itu. Bukankah kontras sekali dengan sikap taat yang selalu di tunjukkannya?"

Jongin berusaha menutup telinga. Tidak ada seorang pun yang berhak mengomentari hubungannya dengan Tuhan. Lalu mengapa semua orang merasa berhak? Untuk apa mereka bertanya? Jongin percaya pada Tuhan dan ia yakin Tuhan akan memberikan apa yang di inginkannya.

Jongin berusaha tersenyum tegar. Mereka benar bahwa tidak ada seorangpun yang menyukainya. Di rumah ini hanya ada Kyungsoo dan Kris kakak laki-laki satu-satunya yang peduli padanya.

Yang lain bertindak seolah-olah mereka tidak memiliki Jongin atau Jongin tidak berhak memiliki mereka.

Jongin memutar langkahnya. Ia ingin kembali ke kamar dan mengurung diri. Tiba-tiba saja ia kehilangan semangat untuk belajar.

Jongin hanya ingin mandi dan berdoa kepada Tuhan, ia ingin mendapatkan cinta seperti yang orang lain miliki.

Jongin masih melamun saat ia menabrak seseorang. Perlahan Jongin mengangkat kepalanya dan menatap Park Chanyeol ada di depannya.

"Kau salah jalan. Jong? Bukankah tangga turun ada di sebelah sana?" Ucap Chanyeol sambil menunjuk arah tangga.

Jongin mengerjap beberapa kali. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya kali ini. Chanyeol berada di lantai atas rumahnya? Itu artinya laki-laki itu baru saja dari-

"Kau dari kamar Baekhyun?" Tanya Jongin.

"Kita tidak sedang membicarakan itu Jong. Kau tidak mungkin berjalan ke arah yang salah di rumahmu sendiri, kan?" Jawab Chanyeol.

"Tidak, aku hanya merasa tidak enak badan, jadi-"

"Tapi aku melihatmu baik-baik saja." Chanyeol memotong.

"Aku benar-benar sakit."

"Aku hanya akan mengikuti kebohonganmu sebanyak satu kali hari ini. Jadi.-" Chanyeol menggapai tubuh Jongin dengan ringannya lalu memanggul gadis itu di bahunya.

"Kau harus belajar sekarang juga. Karena aku harus segera pergi makan malam bersama kakakmu." Lanjut Chanyeol.

"Tunggu, kau pergi saja, aku tidak masalah jika tidak belajar hari ini demi kau dan Baekhyun."

Jongin masih membela diri meskipun ia sudah mendarat dengan sukses di bahu Chanyeol. Park Chanyeol juga sudah melangkahkan kakinya menuju tempat dimana mereka biasa belajar.

"Kau harus belajar dulu."

"Aku tidak apa-apa tidak belajar kali ini."

"Diamlah, Jong. Aku tidak bisa menerima alasan apapun selagi kau belum lulus sekolah."

.

.

.

~ o ~

.

.

.

Berdoa sama sekali tidak bisa membuatnya merasa bosan. Karena hanya itu yang bisa Jongin lakukan untuk mengisi waktunya, berdoa, berdoa, dan berdoa.

Tuhan, jika benar Sehun adalah orang yang aku cintai, maka tunjukkanlah. Aku ingin merasakan cinta. Setidaknya sekali saja dalam hidupku.

"Jong, kau sudah lama menungguku?" Jongin membuka matanya. Itu suara Sehun yang baru saja mengunjunginya di Synagogue seperti yang selalu di lakukannya.

Laki-laki itu memandangi tempat ibadah di rumah itu dengan terkesima. Ia selalu menganggap kalau Synagogue adalah tempat yang aneh, dan Jongin sadar akan itu. Sehun seorang Atheis.

[Atheis: Seseorang yang tidak memiliki agama dan kepercayaan pada Tuhan.]

Jongin membalik tubuhnya secara sempurna lalu berhadap-hadapan dengan Sehun. Laki-laki itu tersenyum dan Jongin membalas senyumnya.

"Aku sedang berdoa, Sehun."

"Berdoa tentang apa?"

"Tentangmu."

Sehun mengangguk bangga. "Aku sangat senang sekali karena dirimu mengingatku dalam doamu. Apa yang kau harapkan untuk terjadi padaku dalam doamu?"

"Haruskah aku mengatakannya? Itu rahasiaku dengan Tuhan."

"Ah, ya baiklah. Sekarang bagaimana dengan jadwal harian kita? Kita akan pergi ke belakang Synagogue ini lagi? Aku ingin merasakan sentuhanmu sambil memandangi rumpun bunga krisan."

"Tentu saja aku akan melakukannya untukmu."

"Dan kita akan melanjutkan ke tahap selanjutnya kan?"

Jongin tersenyum simpul. "Kita lihat saja nanti."

.

.

.

~ o ~

.

.

.

Di tengah kerasnya tunas di dalam diriku

Ada sebuah madu yang sangat manis

Dengan penuh kerahasiaan menanti sesuatu yang datang untuk membukanya

Tuhan, segeralah kirimkan sesuatu itu.

Aku ingin mekar sebelum pada akhirnya mati dan layu.

Desahan penuh kepuasan menggema dari bibir Sehun. Jongin mungkin adalah gadis terhebat yang pernah melakukan hal itu kepadanya karena hal seperti ini sudah seringkali Sehun lakukan di luar sana.

Meskipun begitu, ia tetap merasa kalau Jongin-lah yang paling mahir sehingga Sehun terus terdorong untuk mendatanginya setiap sore dan menikmati permainan Jongin nyaris setiap hari.

Tapi kali ini, Sehun merasakan sesuatu yang aneh pada gadis itu. Jongin tidak semanis biasanya, hari ini Jongin jauh lebih menggebu-gebu lalu termenung setelah semuanya selesai. Gadis itu membeku di antara kedua paha Sehun. Menanti sesuatu? Entahlah. Dia tidak berlaku seperti biasanya.

"Jong, kau ada masalah hari ini?"

Jongin terbangun dari lamunannya lalu memberikan sebuah senyuman untuk Sehun. "Tidak, semuanya baik-baik saja."

"Kau sangat bernafsu hari ini. Apakah ada sesuatu yang terjadi denganmu?"

"Tidak ada." Jawab Jongin. Ia sedang memikirkan sesuatu dan baru tertegun beberapa saat ketika melihat Sehun mencapai kepuasannya.

Sesuatu yang tidak mungkin dikatakannya kepada Sehun bahwa hatinya tidak bisa merasakan apa-apa. Sehun tidak juga bisa memberikannya perasaan yang Jongin inginkan.

Entah perasaan seperti apa itu. Mungkin perasaan yang akan sangat luar biasa saat Jongin mendapati rasa itu ada dihatinya. Ia juga belum pernah merasakan perasaan seperti itu sebelumnya.

"Bisakah kita-"

"Kau hanya memiliki keperawanan itu sekali seumur hidupmu. Maka sekali kau kehilangan itu, kau tidak akan pernah bisa mendapatkannya kembali." Ucapan Sehun harus terpotong oleh ucapan Jongin tentang keperawanan yang membuat alis Sehun berkerut heran.

Jongin tidak bisa memungkiri kalau ia terus memikirkan kata-kata Chanyeol tempo hari. Ya, Chanyeol benar. Ia hanya akan melepas keperawanannya sekali dan tidak akan bisa mendapatkannya kembali jika sudah kehilangan hal itu.

Akankah ia menyerahkannya kepada Sehun? Mungkin Sehun adalah pemuda tertampan yang pernah menjadi kekasihnya. Tapi tetap saja Jongin tidak pernah bisa merasakan perasaan yang di inginkannya saat bersama Sehun.

Ia ingin bercinta setidaknya sebanyak satu kali di dalam hidupnya. Tapi tentu saja Jongin tidak bisa melakukannya dengan orang yang tidak bisa memberikannya perasaan megah yang di inginkannya. Jongin ingin bukan hanya ada nafsu dalam percintaannya, tapi juga cinta, kepasrahan, ketuhanan.

"Aku tau kalau kau adalah gadis terhebat yang pernah melakukan hal ini kepadaku. Jadi sekarang saatnya kita untuk-"

"Sehun, kita putus saja."

Sehun terdiam dalam jeda yang panjang. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Jongin memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka sedangkan mereka baru saja selesai melakukan sebuah foreplay yang sangat luar biasa. "Apa?"

"Ini bukan karena aku tidak menyukaimu. Aku sangat menyukaimu Sehun. Tapi aku tidak bisa melakukan hal itu denganmu. Maafkan aku. Aku harap kau tidak datang lagi kemari. Aku akan menutup lubang itu dan ku harap kita tidak pernah bertemu lagi." Dan Jongin meninggalkan Sehun dalam keadaan tertegun.

Tidak bisa dipungkiri kalau Jongin merasakan kesedihan saat berpisah dari Sehun. Air matanya mengalir tanpa di kehendaki. Jongin sama sekali tidak berbohong saat ia mengatakan kalau dirinya menyukai Sehun.

Tapi Jongin tidak bisa bertahan hanya karena perasaan sederhana. Ia ingin cinta yang sesungguhnya, yang menggetarkan seluruh jiwa raganya dan Sehun belum bisa memberikannya.

Sekarang, yang bisa di lakukannya hanya menjauh dari Sehun. Pergi menjauh hingga tanpa sengaja Jongin menabrak sesuatu. Saat ia menengadah, ia mendapati Park Chanyeol di hadapannya. Laki-laki itu menatap Jongin penuh dengan keheranan, mungkin karena ini pertama kalinya Chanyeol melihat Jongin menangis.

"Jong, ada apa? Kau menangis?"

"Jong?" Suara lain berteriak memanggil namanya. Jongin menoleh dan mendapati Kris, kakak laki-lakinya berjalan cepat menyongsongnya.

Jika saja tidak melihat Kris, Jongin akan memilih mendaratkan tubuhnya dalam pelukan Chanyeol. Tapi tentu saja Kris adalah pilihan terbaik bila di bandingkan dengan Chanyeol, karena itulah Jongin melangkah lebih cepat menyongsong Kris yang hanya tinggal beberapa langkah di dekatnya lalu membenamkan wajahnya di kedalaman pelukan Kris.

Kris menerima pelukan adiknya dengan heran. Jongin terisak dan Kris sempat terpaku bingung dengan ekspresi adiknya. Ia memandangi Chanyeol meminta penjelasan. "Kau tidak menyakiti adikku kan, Chanyeol?"

Chanyeol menggeleng. "Aku mencarinya karena dia tidak ada di kelas. Seharusnya dia sudah siap belajar hari ini karena aku harus menemani Baekhyun ke pesta temannya."

"Ah, ya. Aku percaya untuk yang satu itu." Kris lalu membelai kepala Jongin dengan gerakan yang sangat halus. "Kau punya masalah, Jong?"

Jongin mengangguk. "Aku baru memutuskan untuk berpisah dari Sehun."

"Pacar barumu yang kau ceritakan padaku itu?" Kris tersenyum kepada Chanyeol lalu bergumam. "Kau beruntung pernah merasakan itu. Bagaimana denganmu Chanyeol?"

"Aku dan Baekhyun memasuki tahun ke enam. Setidaknya selama enam tahun belakangan aku tidak pernah merasa kehilangan cinta. Dan, yah. Kadang-kadang aku merindukan rasanya kehilangan. Kehilangan seperti itu akan membuat kita lebih bisa menghargai apa yang sudah menjadi milik kita."

"Nah, kau dengar Jong? Kau masih muda dan perasaan kehilangan juga penting untuk kau rasakan. Akan ada ganti yang lebih baik nantinya. Lalu apa yang menjadi alasan kalian bisa berpisah? Sehun berselingkuh? Atau kau tidak menyukainya lagi? Ah, tapi kurasa kau masih menyukainya. Kau tidak mungkin menangis seperti ini jika tidak menyukai Sehun."

"Dia tidak berselingkuh. Aku juga masih menyukainya. Aku hanya ingin mendapatkan perasaan yang lebih dari Sehun, tapi dia tidak bisa memberikannya."

"Perasaan?" Kris melirik Chanyeol lagi. "Perasaan seperti apa?"

"Mungkin cinta." Jongin bergumam pelan lalu menoleh kepada Park Chanyeol sejenak. "Apakah cinta dan suka berbeda?"

Park Chanyeol mengangkat kedua bahunya. "Aku juga tidak begitu tau tentang hal itu. Bagiku cinta dan suka nyaris sama. Jadi sekarang bagaimana, Jong? Kau akan belajar? Jika kau memang benar-benar tidak bisa mengikuti pelajaran hari ini, aku akan memberi libur. Tapi untuk hari ini saja."

Jongin mengendurkan pelukannya kepada Kris lalu menatap Chanyeol lebih serius. "Kau mengizinkanku libur? Jadi aku tidak perlu sakit lagi? Aku cukup putus cinta dan kau pasti akan memberikan libur padaku."

"Aku serius, Jong. Aku harus menemani Baekhyun, kau ingat? Seharusnya aku juga mengajarmu lebih cepat dari hari biasanya karena itu."

"Tapi libur kali ini akan ku simpan untuk lain kali. Aku tetap akan belajar jika kau hanya akan mengajar sebentar hari ini. Aku tidak akan menyia-nyiakan waktu bersantai. Tapi berjanjilah, tuan Park. Libur yang kau berikan kali ini boleh ku ambil kapan saja jika aku menginginkannya."

Kim Jongin pada akhirnya membuat Chanyeol tidak bisa berhenti memikirkannya. Gadis itu benar-benar tidak bisa berkonsentrasi belajar hari ini karena Jongin tidak henti-hentinya melamun. Chanyeol tau bagaimana rasanya patah hati.

Dan ia mengerti dengan perasaan Jongin meskipun, seperti yang tadi dikatakannya kalau Chanyeol tidak lagi merasakan patah hati sejak ia dan Baekhyun memiliki hubungan khusus.

Enam tahun dan ia sudah melupakan bagaimana rasanya kehilangan orang yang dicintai. Yang diketahuinya dari Baekhyun hanyalah rasa memiliki.

Meskipun begitu, kepedihan Jongin karena berpisah dari Sehun bisa dimaklumi sehingga Chanyeol sama sekali tidak ingin menegur Jongin saat gadis itu melamun.

Chanyeol juga menyesali melihat kejadian itu hari ini. Ia sama sekali tidak menyangka akan melihat Jongin meminta Sehun untuk tidak datang lagi dengan berani meskipun setelahnya ia harus menangis seperti tadi.

Diam-diam masih terekam jelas di benak Chanyeol saat Jongin mengatakan kalau ia masih menyukai Sehun. Ia hanya ingin mendapatkan cinta. Chanyeol menghela nafas. Alasan yang unik untuk gadis seusianya.

"Chanyeol, apa yang kau fikirkan?" Baekhyun bertanya sambil menyentuh lututnya.

Chanyeol kembali ke dunia nyata dan melihat keramaian pesta lagi. Ia sedang memikirkan Jongin di rumah, anak itu mungkin menangis sejadi-jadinya karena sedang merasa kehilangan.

"Aku sedang memikirkan adikmu."

"Jongin?"

Chanyeol mengangguk. "Hari ini dia baru saja putus cinta. Aku terganggu karena Jongin tidak berkonsentrasi belajar karena itu. Dia selalu melamun di sepanjang pelajaran."

"Dia akan baik-baik saja besok pagi. Jongin sudah sering menangis karena patah hati. Dia selalu memutuskan semua kekasihnya di saat hatinya sedang berada di puncak perasaan sukanya. Mungkin Jongin tidak ingin merasakan bagaimana rasanya ditinggalkan. Aku juga bingung dari mana dia mendapatkan laki-laki yang selama ini selalu menjadi pacarnya. Padahal dia tidak pernah keluar rumah. Semula ku kira semua laki-laki itu hanya khayalannya saja. Lagipula dia hanya bisa berada di rumah dan tidak bisa keluar karena hukuman kenakalannya, dia tidak bisa berpacaran bebas di rumah, kan?"

'Astaga, kau bahkan tidak tau sebebas apa adikmu di belakang rumah' Chanyeol membatin.

Iapun juga tidak akan tau tentang gaya berpacaran Jongin jika saja tidak sedang mengejar kucing Persia yang akan di hadiahkannya untuk Baekhyun.

Kucing itu masuk ke dalam rumah keluarga Kim melalui lubang di tembok yang di tutupi tanaman rambat yang sangat lebat. Karena Chanyeol terlalu sibuk terperangah melihat Jongin dan Sehun, kucing itupun menghilang entah kemana.

"Ya, aku hanya tidak bisa melihatnya seperti itu. Jongin yang nakal jauh lebih baik daripada Jongin yang selalu bersedih."

"Kau selalu memperhatikan Jongin."

"Karena dia sudah seperti adikku. Aku yakin Kris di rumah juga sedang sibuk membujukknya."

Baekhyun tersenyum. "Aku rasa Kris tidak kesulitan sama sekali. Mungkin ia tidak harus membujuk Jongin. Jongin akan datang sendiri ke kamarnya dan tidur dalam pelukannya. Kris selalu ada di saat Jongin bersedih. Kurasa karena hubungan mereka yang paling dekat di rumah. Mungkin aku terlalu kaku sebagai anak tertua sehingga tidak ada seorang adikku pun yang dekat denganku."

"Astaga, kenapa kau berkata sepert itu? Kau membuatku sedih." Chanyeol merangkul bahu Baekhyun dan membelai lengannya.

"Kris dan dirimu sebaya, dia mungkin tidak nyaman dengan saudara tirinya. Apalagi sebaya, mungkin dia takut jatuh cinta padamu."

"Apa yang kau katakan?"

"Hanya kemungkinan."

"Lalu bagaimana dengan Jongin? Mengapa dia tidak bisa dekat denganku?"

Chanyeol angkat bahu. "Kalian sama-sama perempuan."

"Ya, itu bisa menjadi alasan mengapa Jongin seharusnya bisa dekat denganku, kan?"

"Tidak juga, kebanyakan saudara perempuan di negara ini bermusuhan dengan saudara perempuan mereka karena persaingan."

Baekhyun mendesah. "Tapi aku tidak meyakini kalau aku dan Jongin bermusuhan karena hal itu. Anak itu yang selalu menjauh."

"Kau pernah berusaha mendekatinya?"

"Beberapa kali."

"Kau akan bisa dekat dengannya. Aku percaya. Sekarang makanlah, jangan sampai kau kehilangan selera makan dan menjadi kurus karena itu."

"Aku suka mendengarmu memperhatikan keluargaku, Chanyeol. Aku akan semakin yakin memilihmu sebagai suamiku."

Chanyeol tersenyum. Ya, beberapa bulan lagi ia dan Baekhyun akan menikah. Tinggal hitungan bulan dan mereka akan benar-benar bersatu setelah menjalin kasih selama enam tahun.

Chanyeol percaya itu akan terjadi, ia selalu berdoa kepada Tuhan agar bisa menikah dengan Baekhyun yang sudah sangat di yakininya sebagai pasangan terbaik untuknya.

Chanyeol memandangi Baekhyun dengan kagum. Wanita inilah, yang selama enam tahun terus setia mendampinginya dalam susah dan senang.

Pernikahan adalah impiannya sejak lama dan saat Baekhyun menerima lamarannya Chanyeol benar-benar bahagia.

"Aku tidak bisa bersabar lagi menunggu hari pernikahan kita."

"Kenapa kau tiba-tiba mengatakan hal itu?"

Chanyeol angkat bahu. "Itu yang ada di hatiku saat ini."

.

.

.

~ To be Continued ~

.

.

.

Author Note:

Mianhaeyo. I'm sorry. Maafkan saya, readers-nim. Karena bukannya ngelanjut fanfic-fanfic saya yang masih hutang saya malah mempost novel remake seperti ini -lagi-.

Bukannya saya mau lepas tanggung jawab atau apa. Di awal kan saya sudah minta izin sama semua readers-nim kalau saya akan sedikit sibuk dan tidak punya banyak waktu luang untuk menulis fanfic lagi. Di tambah mental dan minat saya pada EXO, khususnya pada Kai, yang semakin surut. Entah kenapa semakin hari saya merasa semakin hilang feeling sama mereka. Rasnya setiap saya liat video atau gambarnya Kai, saya merasa biasa aja, gak excited seperti dulu. Rasanya beda. Dan saat ini saya sedang berusaha untuk membangun kembali minat dan cinta saya buat mselea. Karena jujur saja saya gak sampai hati buat ninggalin mereka. Saya udah jatuh cinta sama Kris sejak teasernya di rilis awal 2012 atau akhir 2011 gitu, saya lupa.

Tapi menulis adalah hobby saya, jadi kalian jangan khawatir saya tidak akan melanjutkan fanfic saya. Cuma perlu waktu yang lumayan aja. Hehe.

Saya juga merasa sedih karena setiap saya buka just in di ffn ini, hampir gak nemuin fanfic HunKai. Author-nim, where are you now that I need you? Tapi jujur aja saya juga ngerasain apa yg author Kai uke lainnya rasain, kehilangan minat, mood, feel dan malah empet. Tapi yasudahlah.

At last, kamsahamnida, readers-nim. ^^

.

.

.

.

Wanna review? Thanks before. :D