Ok~ jadi ini ff pertama yang kupublish berasal dari theory of ngasalness *baka no chiyoriiii, pinjem katanya ya XD* ketika menghayal disiang hari. Enjoooy~
Seorang wanita separuh baya dan putri yang berada dalam gendongannya nampak berjalan kearah tempat tidur. "Kaa-san, mau bacakan dongeng?" Bisik sang putri lirih. Sang Okaa-san pun menghentikan langkahnya diikuti gerakan memutar badan kearah putrinya, mengerutkan dahi, tampaknya berpikir, lalu tersenyum dan duduk disisi ranjang. Sudah lama ia tidak membacakan dongeng bagi putrinya, itupun karena ia kehabisan dongeng untuk diceritakan. Sekarang ini, ia kebingungan. Salahkan dirinya sendiri yang mendidik anaknya terlalu baik –jika itu termasuk kesalahan, sehingga sang putri cukup pintar untuk selalu menolak ketika dibacakan dongeng yang sama lebih dari tiga kali.
"Lenka-chan tahu legenda daerah kita?" Ucap wanita itu akhirnya. Ia memutuskan untuk menceritakan itu. Kebenaran yang hanya diketahui oleh dirinya seorang. Sang putri mengangguk antusias. "Coba beritahu Okaa-san,"
Dengan wajah tampak berbinar, ia –yang kita ketahui sebagai Lenka memulai ceritanya, "Dahulu, ada kerajaan bernama Lucifenia yang dipimpin putri jahat. Ia dipanggil dengan sebutan 'Daughter Of Evil' karena sifatnya tersebut yang jahat." Sang gadis kecil berhenti sejenak, menarik nafas. Sampai disini sang Kaa-san tersenyum kecut, raut wajahnya tidak terbaca. Seperti ada... penyesalan? "Pada akhirnya rakyat melakukan revolusi lalu dia mati ditangan rakyatnya sendiri dengan dieksekusi."
"Lanjutkan," Ucapnya ketika melihat putri semata wayangnya tampak setengah sadar, memaksanya kembali bercerita.
"Namun sebenarnya yang dieksekusi adalah kakak kembarnya, yang memilih untuk bertukar tempat. Memang kenapa? Jangan bilang Okaa-san kalau Kaa-san lupa cerita ini, padahal dulu Kaa-san suka sekali membuatku mendengar legenda kita ini berkali-kali. Kaa-san mau menceritakan ini atau tidak?" Sang putri masih dengan wajah yang berbinar –dan pura pura kesal mengharapkan cerita pengantar tidur dari sang Okaan, meskipun nyatanya sudah beberapa kali ia nyaris terbuai mimpi.
"Benar sekali." Responnya, "Ceritamu memang benar. Itu adalah cerita legenda yang diketahui oleh semua orang di desa kita 'kan? Tapi–" Ia menghela nafasnya sebentar, memandang putrinya, "–itu bukanlah kenyataannya Lenka. Bukan sama sekali. Legenda itu salah..." Setetes airmata jatuh. Membuat tanda tanya besar bagi Lenka kecil. Mencoba untuk mengerti. Namun Lenka malang, rasa kantuknya menang. Sebelum mendengar sepatah katapun dari Okaa-sannya ia terlelap. Sedangkan sang Okaan bergegas meninggalkan kamar anaknya.
Leah Croft
Proudly Present
"The Truth : Story Of Evil"
For Teen
Based on Story Of Evil Stories (Akuno-P/MoTHY)
Plot and Character isn't mine. But this fanfiction is mine.
Let's begin the story and hope you enjoy it
"Alleeeeeeen! Kembali kauuuuuuu" Teriak seorang gadis kecil bergaun kuning yang lucunya masih berumur sekitar 4 tahun. Coba tebak aku membawamu kemana. Ya, sekarang akan kubawa kau ke abad pertengahan. Tepanya waktu dimana legenda itu terjadi.
Terlihat seorang- ah, tepatnya sepasang anak kecil, laki-laki dan perempuan. Yang satu adalah gadis kecil bergaun kuning yang berteriak tadi. Dia tampak manis, rambut sebahu-nya ia gerai, langkahnya yang kecil mencoba mengejar seorang laki-laki didepannya. Anak laki-laki tersebut berpakaian layaknya orang normal di desa.
Desa? Ah, tampaknya aku lupa memberitahukan lokasi, ya? Ini adalah salah satu desa di kerjaan Lucifenia. Pemerintahannya terkenal jahat. Pajak yang tinggi, hukuman sadis, dan siapapun yang mencoba menentang atau melanggar peraturan akan di hukum; eksekusi. Ditiap tiap tengah desa akan ada alat pancung, itu agar warga dapat melihat eksekusi. Menolak? Silahkan saja. Tapi kau akan masuk daftar hukuman mengerikan tersebut pada esoknya harinya.
"Tidak akan! Ehehehehe" Kembali ke pasangan kecil kita, mereka masih kejar-kejaran. Anak yang kita ketahui bernama Allen tersebut berhenti sejenak lalu menjulurkan lidahnya. Dua anak tersebut adalah teman dari kecil. Allen Avadonia, anak dari Leonhart Avadonia dan adik dari Germaine Avadonia. Ibu mereka, Lilliane, seorang figur penyayang yang senantiasa berada disisi mereka. Ayah mereka, Leon, terkenal dikalangan orang orang desa. Tentu saja, ia adalah salah satu dari first Three Heroes yang masih hidup.
Sedangkan gadis kecil kita, Ia adalah Rilliane. Hanya Rilliane. Ya, anak yatim piatu di panti asuhan kecil milik desa tersebut. Anak ini sangat manis dan menyebalkan dalam waktu yang sama. Sifatnya yang kadang menyerupai 'Oujo-sama' membuatnya sering diledek oleh Allen. Satu lagi, wajah Rilliane dan Allen sangat mirip. Dan 'sangat' disini berarti Amat Sangat Mirip Sekali. Singkatnya, mereka identik. Orang akan menyebut mereka kembar jika pertama bertemu. Tidak ada yang tahu mengapa. Ya, tidak ada. Kecuali Leon sendiri. Dan aku.
Leonhart –yang ayo cukup kita panggil Leon tidak seharusnya memiliki anak laki-laki. Namun keadaan mendesaknya, saat itu ada peraturan bahwa sebuah keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki lebih dari sepuluh tahun semenjak menikah, sang ibu akan dipenggal. Ia tidak mau istrinya tercinta, Liliane yang juga seorang dari Three Heroes mati karena masalah yang, uh, bahkan tidak layak disebut masalah. Leon memilih untuk datang ke gereja, memohon. Hingga pada suatu malam seseorang datang, membawakan keranjang berisi bayi. "Rawatlah, kelak suatu saat dia yang akan menyelamatkan kerajaan ini."
Hingga saat ini, ia benar-benar menyayangi Allen seperti anaknya sendiri. Ia masih tidak mengerti apa maksud dari perkataan yang diucapkan orang itu. Intinya, Leon menyayanginya. Dan tidak ada masalah selagi anak itu dan kakaknya tetap ada disisinya.
"Gawat! Oujo-sama telah meninggal!"
"Bagaimana ini? Telah terjadi kekosongan kekuasaan,"
"Tidak ada keluarga yang dapat menggantikannya. Tidak ada seorangpun dari mereka yang memiliki darah murni!"
"Kita akan mati.."
Begitulah kira-kira pembicaraan seluruh anggota kerajaan. Para maid, butler, footman, dan para anggota istana resah. Tentu saja, Ratu Anne, telah meninggal, dan tidak ada seorangpun yang bisa menggantikannya. Jika terjadi kekosongan kekuasaan lebih lama, cepat atau lambat masyarakat desa akan mengadakan revolusi. Itu artinya kematian bagi anggota Istana.
"Sire, angkat saja seseorang dari desa. Atau kita semua akan mati." Ucap perempuan berambut putih abu-abu dengan nada yang datar kepada lawan bicaranya, entah gendernya apa, sulit dipastikan. Tapi dia memakai topi pada rambut blondenya dan untuk alasan tertentu sebelah matanya ditutup. Disebelahnya ada seorang berambut pirang diikat kesamping, dilihat dari name-tag pakaian maid-nya, dia bernama Ney Futapie.
"Baka no Mayu! Mudahnya kau bilang seperti itu. Salah-salah orang yang kita angkat malah berhati baik dan kita tetap berakhir dengan membusuk dipenjara. Bahkan jika kita mengangkat salah satu anggota kerajaan pun, resikonya terlalu besar!" Balasnya sambil menatap ke jendela. Wajahnya merah padam, emosi mungkin. "Hei Ney! Jangan diam saja! Kau adalah maid kepercayaan kami! Kau juga yang mengetahui rahasia ini lebih dulu kan?"
"Ckckck," Decak si maid pirang kita. "Bukan aku yang penasihat kerajaan. Biarpun aku tahu, kenapa? Aku hanya maid." Tambahnya simpel dengan wajah malas. Ney Futapie bukanlah maid utama, tapi dia anak adopsi dari Miriam Futapie yang menjabat menjadi kepala maid. Ia terbiasa malas dan tidak menerima perintah dari selain anggota bangsawan, ataupun laki-laki tampan –aku tahu ini menjijikan. Selain itu, Ney juga punya mulut besar.
"Kau harus menemuinya. Ah, Tidak. Kita harus menemuinya."
Si perempuan yang dipanggil Mayu tadi tampak terkejut mendengar kalimat terakhir dari partner sesama penasihat kerajaan itu. Seketika kekhawatiran tersirat dari wajahnya yang datar. "T-tidak bisa. Tidakkah kau ingat, ketika Yang Mulia Arne telah menemuinya? Yang dia inginkan hanyalah agar kerajaan kita tidak bangkrut, lihat sekarang. Kita kaya, tapi dibenci. Dan sekarang kau ingin menemuinya! Resiko apalagi yang akan kita terima!? Aku lebih baik mati ditangan rakyat daripada harus menanggung resiko dari si laknat Evil of Pride itu." Balasnya. Suaranya pelan, tapi terlihat jelas bahwa ia sedang berusaha meredam emosinya yang meluap-luap. "Berhentilah menjadi egois. Pikirkan juga orang lain!"
"Cih," Si lelaki –entahlah, mungkin perempuan? Membalikkan badannya. Muak. Dengan kejam ia mencengkram rahang gadis malang kita, yang nyatanya masih tetap berwajah datar. "Diam dan turuti saja kataku. Ingat, nyawa keluargamu bisa langsung mati dengan permohonan nona muda Futapie itu." Tambahnya lagi dan disambut smirk oleh Ney. Kemudian ia berjalan melewati perempuan yang mari kita sebut sebagai Mayu dengan angkuh. Ya, ia membulatkan keputusannya. Ia harus melakukannya.
Ia terus berjalan hingga dibagian Timur istana, bagian yang paling sepi dari keempat penjuru istana. Dibelakangnya terdapat dua wanita tadi. Begitu sampai dilorong ketiga, ia menarik tuas berupa lampu pijar dan muncullah sebuah tangga –oh, ruang rahasia bawah tanah. Diruangan itu terdapat aura gelap yang kurang mengenakkan, disisi kanan maupun kiri dinding ruangan terdapat barang-barang kuno juga tergantung lukisan mendekati abstrak yang menggambarkan sesuatu yang gelap menyerupai... iblis?
Mari kita sebut saja orang berambut blonde dan bertopi itu Oliver –memang itu namanya. Ia berjalan hingga keujung ruangan. Meletakkan sesuatu yang aneh ke sebuah wadah. Lalu, "It's me, Evil of Pride," bisiknya dengan sangat pelan, bahkan cukup pelan untuk didengar ketika kau tepat disebelahnya. Tapi tetap saja, cukup untuk didengar oleh seseorang disana.
"Hmmm, datang juga kau. Bahkan kau membawa nona kecilmu dan partnermu ini hm? Ada apa? Apakah keabadianmu yang mengambil seluruh keluargamu tujuhpuluhlima tahun yang lalu itu masih belum cukup?" Bisik seseorang –atau sesuatu?, tepat ditelinganya. Tentu saja, masih tidak ada seorangpun disitu kecuali dua wanita dan.. err.. Laki-laki.
"Shut up you, Evil."
"Evil, huh? Yes I am. But I'm not the one who prefer to sacrifice my family JUST for the immortality."
"Of course not. You already Immortal." Terjadi keheningan sesaat. "Muncullah," Ucapnya lagi. Tetap tak ada respon. "Anne telah mati"
WUSSSHH... Seketika ada angin berhembus, dan muncullah sesosok berjubah hitam. "Anne... telah mati?" Hening sesaat. "Berarti sekaranglah waktunya."
Oliver menaikkan sebelah alisnya, berniat meminta penjelasan lebih. Tapi ia diam. Memilih untuk menatap nona muda Futapie disebelahnya yang menyunggingkan senyum lebar. Bahagia sekali. Ia tidak mengerti. Sudah hampir sembilan puluh tahun ia selalu bertemu makhluk dihadapannya –berkat keabadian tentunya, namun tetap mengerikan ketika bersamanya.
"Pergi ke desa Elphegort. Cari dan temukan anak itu. Dialah yang akan menggantikan Anne."
Ia terdiam. Mencoba mengerti maksud dari sang Lucifer.
#OliverPoV
Apa ini? Apa maksudnya? Anak itu?
"Berhenti pura-pura bodoh." Seolah mengerti dengan pikiranku, Mayu angkat bicara. Anak, anak, anak... Satu-satunya anak yang masuk dipikiranku adalah... "Ya. Dialah keluarga Lucifen yang hilang. Sebagai penanda berakhirnya masa kejaayan dari Sihir Hitam yang melindungi Lucifenia."
Aku membulatkan mataku, Tidak mungkin. Jika itu benar terjadi. Jika putri kecil itu naik takhta, maka pada akhirnya masa emas dari sihir Lucifenia akan musnah. Tapi sudah tidak ada pilihan. Sihir akan hilang juga jika orang selain orang yang tidak memiliki darah Lucifen memimpin.
Wush. Selintas angin lewat didepanku. Bersamaan dengan munculnya sebuah buku tebal. Buku tersebut adalah buku yang dituliskan oleh peramal dimasa dulu, yang semuanya memiliki kecocokan dengan kenyataan. Ya, semua yang ada dibuku tersebut menjadi kenyataan 99,9%, 0,1% nya nyaris benar. Dan sekarang buku ini diambil oleh Lucifer. Akupun mulai membuka halamannya secara acak.
"Bacalah."
Hari ini, sang Iblis yang diusir dari surga berpindah tempat, mencoba mencari wilayah untuk dilindungi dengan kekuatan Pride-nya. Ratu Arne yang sedang kesulitan pun menerima bantuannya. Lucifer sang Iblis tinggal diruangan bawah tanah yang dibuat khusus. Kerajaan pun merubah namanya menjadi Lucifenia. Seketika kerajaan makmur. Namun, Ratu Arne yang tidak menepati janjinya dengan Iblis –memberikan satu keluarga sebagai tumbal menerima resikonya. Ia dihilang ingatkan dan memiliki setetes darah Lucifer, memiliki Pride {Kesombongan} yang kekal. Darah tersebut akan ikut turun pada setiap keturunan perempuannya,dan saat itulah ia mati.
Ya, benar. Sejarah kerajaan ini memang benar. Seluruh penjuru negeri juga tahu kalau secara tiba-tiba, Ratu Arne menjadi jahat, mendadak ia hilang ingatan, lalu dimulailah penderitaan bagi rakyat desa. Halaman berikutnya lagi-lagi terbuka secara acak.
Pada akhirnya mereka menemukan tanda-tanda berakhirnya masa kekuatan Lucifer didaerah tersebut. Sang anak dari Ratu Anne hilang. Seorang Angel diutus agar mengambil bayinya, sehingga sang putri hidup masih sebelum mengalir darah Lucifer dari tubuh ibunya. Lalu ketika suatu saat sang putri hilang ditemukan dan naik takhta, tak lama ia akan mati diikuti musnahnya Black Spirit. Orang-Orang didaerah tersebut yang meminta sesuatu kepada Lucifer akan mati. Dan Lucifenia akan kembali tentram.
"Serahkan saja padaku." Ucap Ney dengan senang hati. Tentu saja, ia tidak akan mati sekalipun Lucifer pergi. Tapi aku.
#SomeonePoV
"Hmmm, sudah waktunya. Elluka, inilah tugas terakhir sekaligus tugas paling penting. Datanglah ke kerajaan Lucifenia, tawarkan pada Haku, Oliver atau bahkan langsung ke Lucifer akan bantuanmu mengambil sang putri yang hilang. Bilang kau adalah sebuah spirit maka mereka akan mengerti."
"Aku? Melakukannya sendiri?"
"Haha.. tentu saja tidak, Luka. Kau akan dibantu oleh lelaki Venomania yang sudah kuhilangkan ikatan dari iblis Lust. Selanjutnya dia akan bernama Gast Venom. Ajarilah dia sebaik mungkin sebagai manusia biasa yang normal. Dan jangan lupa, ini adalah tugas terakhirmu"
Mereka berdua,tepatnya sesosok berjubah dan wanita berambut merah muda. Hingga akhirnya si wanita pamit undur diri dan pergi meninggalkan ruangan itu. Wajahnya yang tadi tampak datar berubah menjadi murung, aura hitam menguar dari tubuhnya. 'Baiklah. Tugasku ini sangatlah berat bahkan jika kukerjakan sendiri. Dan sekarang ia memintaku untuk mengerjakannya dengan seorang yang tidak waras dan mesum. Oh! Jangan lupa bahkan ia adalah manusia setengah terong yang menjelma menjadi samurai jejadian. Ingatkan aku agar aku menjaga attitude -dengan cara tidak tertawa guling-guling atau menangis meraung-raung atau parahnya membunuhnya saat bertemu dengannya agar harga diriku tidak turun drastis'.
Tadaaaa~ selesai juga fanfic pertama yang saya publish. Mohon masukannya yaaaa senpai~!
Ohiya, ini saya apresiasikan untuk sebagai bentuk kekaguman saya pada Vocaloid, Akuno-P dan Chiyori Uzume :P
Mind to review and be my friend?
-Nakamura Michiyo
