.

Rasanya Chanyeol mau mati.

Di sampingnya Kim Jongin nyengir nista, membuat Chanyeol ingin menjejalkan sepatunya yang belum dicuci sebulan pada mulut Jongin. Sementara dibelakangnya Oh Sehun berdehem disengaja, sok cool. Chanyeol makin emosi.

"Sori, Yeol… habisnya kau tahu 'kan, walau sipit, Byun sonsaeng-nim itu punya seribu mata." Jongin membela diri.

Sehun menambahkan, "Terima saja nilaimu yang pas-pasan itu, Chan…"

"TERIMA MULUTMU! AYAHKU PASTI MENCINCANGKU!"

Oke, Chanyeol sudah meledak. Bersiaplah kalian menjadi budaknya saat jam istirahat nanti, Jongin dan Sehun.

.


NANIMONAI?!

Romance (kayaknya), absurd (pastinya)

Cast milik siapapun yang memilikinya(?), plot milik sayah

WARNING! Shounen-Ai, GAJE, NGENES

-ChanBaekYeol-


.

Masalahnya sederhana sekali, kelas mereka tadi mengadakan ulangan matematika. Dan Chanyeol yang notabene musuh abadi matematika (dia selalu bilang bahwa matematika lah yang memusuhinya) tidak bisa mencontek dari Jongin dan Sehun karena guru matematika mereka, Byun Baekhyun, yang padahal tengah bercinta dengan laptopnya entah bagaimana bisa melihat setiap inci pergerakan murid-murid malas sejenis Chanyeol.

Itu membuat Sehun dan Jongin juga tidak bisa berbuat apa-apa karena Byun Baekhyun galak luar biasa. Jongin masih sayang nyawa, ia sudah kapok dihukum mengetik oleh Baekhyun. Mengetik selama setengah hari full maksudnya. Ditambah jeweran manja dari Baekhyun langsung jika Jongin salah mengetik satu huruf saja. Baekhyun sukses membuat arwah Jongin lepas dari tubuhnya.

Oh-dunia-begitu-kejam.

Sehun lain lagi. Meskipun tampangnya setenang es batu, sebenarnya ia juga pernah dihukum Byun Baekhyun karena remedial ulangan matematika. Dari trio kwik-kwik Chanyeol-Jongin-Sehun, ia memang yang paling bagus dalam hal akademik. Singkatnya, Sehun paling pintar. Tapi entah karena hari itu dia sial atau diguna-guna Chanyeol agar ia juga remedial bersama Chanyeol yang langganan remidial, tiba-tiba nilai Sehun anjlok bak kotak kardus diduduki gajah.

Hukumannya? Jika Jongin sampai tidak bisa menulis karena jemarinya sekaku tiang bendera, maka Sehun bagaikan penderita sariawan level tertinggi hingga tak mampu bicara. Baekhyun menyuruhnya membacakan dongeng Cinderella berbahasa Inggris. Ups, ada informasi yang terlewat, Sehun membaca dongeng-dongeng itu sambil men-translate-nya ke bahasa Korea. Dan kali ini bonusnya adalah cubitan mesra di pipi bila ia salah berucap satu kata saja.

Kontan saja pipinya nyut-nyut-an karena Sehun memang bukan ahli ke-Inggris-an.

Itu baru Sehun dan Jongin. Murid-murid kelas 2-B sudah pernah merasakan neraka dunia bernama 'hukuman Byun sonsaeng' yang berbeda-beda. Dan semuanya aneh-aneh. Satu-satunya yang mencetak rekor belum pernah dihukum hanyalah Kyungsoo, si peringkat satu seangkatan.

"Haaah! Kenapa guru matematika harus si pendek itu, sih?!" Chanyeol nelangsa. Jiwa raganya seolah tercabik-cabik hanya karena eksistensi dari seorang guru matematika.

Byun Baekhyun adalah guru baru. Mulai mengajar seminggu lalu, di semester kedua. Baru sehari saja ia sudah menggemparkan sekolah dengan aksi hukuman ekstrem-nya yang walaupun aneh, harus diakui bahwa itu ampuh. Entah suatu keajaiban atau kutukan kalau Chanyeol adalah satu-satunya murid yang kebal dengan hukuman Baekhyun.

Chanyeol sebenarnya juga tidak mau dihukum. Dia sudah lelah berurusan dengan Baekhyun dua kali dalam seminggu. Baekhyun mungkin juga sudah muak melihat wajah murid 'tersayang'-nya yang satu ini. Tapi Chanyeol bisa apa? Ia hanya bisa bertanya pada boneka teddy bear kakaknya tentang "Siapa yang menciptakan matematika?!"

Well, masalah Chanyeol sangat serius.

Ayahnya pengusaha kaya raya, punya cabang dimana-mana. Ibunya dulu aktris dan penyanyi, sekarang ibu rumah tangga biasa. Kakaknya sekarang menjadi manager di salah satu perusahaan keluarga Park sekaligus desainer ternama.

Cuma dia yang menyedihkan disini.

Betapa malangnya.

Ayah Chanyeol begitu frustasi menghadapi putranya yang melihat deretan angka seperti melihat amuba yang harus dibasmi. Entah dengan cara apa lagi beliau gunakan agar Chanyeol bisa bersahabat akrab dengan matematika. Berbagai guru mulai yang biasa sampai yang professional sudah ia datangkan, tapi hasilnya tetap telur bebek, nol besar.

Pada dasarnya, Chanyeol sudah anti matematika. Jadi—ya, begitulah. Sekeras apa pun usaha gurunya, jika Chanyeol sendiri tidak mau belajar, sudah pasti tidak akan berhasil.

Ah, Park Chanyeol yang malang.

"Byun-sonsaeng datang!"

Teriakan cempreng salah satu teman sekelasnya membuat trio kwik-kwik kembali bersikap sok serius, sok wibawa, sok rajin, sok pintar. Tadi setelah ulangan, Byun Baekhyun memang ke ruang guru untuk memeriksa jawaban murid-muridnya. Katanya dia tidak suka suara bising saat memeriksa jawaban. Entah siapa yang bilang begitu.

Dan sekarang dia datang membawa bencana.

Baekhyun memasuki kelas dengan tenang. Kertas ulangan dalam genggaman, pulpen dikaitkan pada kantung kemeja. Pemuda manis (nan pendek) itu menghampiri meja guru dan memukulnya keras. Membuat para murid yang sudah tegang kini serasa diambang kematian.

Oh, sudah mulai. Neraka dunia.

"Saya rasa pelajaran yang saya ajarkan pada anda sudah benar-benar dimengerti…" pemuda bersurai cokelat gelap itu melempar pandangan Medusa ke sekeliling ruangan.

"…tapi masih saja ada satu orang yang remedial…" Chanyeol langsung kena kutuk menjadi batu saat Baekhyun menatap tajam ke arahnya.

"Park Chanyeol, bagian mana yang anda kurang mengerti?"

Mati. Mati kau, Park Chanyeol. Ayo cepat putar otakmu! Otakmu tidak pernah diputar, sih.

Chanyeol melirik Jongin takut-takut, Jongin malah membuang muka dengan ekspresi 'aku tidak mengenalmu' dengan kejamnya.

"Tuan Park?"

"…Se-semuanya, sonsaeng-nim…"

Terdengar cekikikan kecil dari teman-teman sekelasnya, termasuk Oh Sehun dan Kim Jongin. Chanyeol langsung mengumpat dalam hati betapa laknatnya dua bocah kwik-kwik itu.

Baekhyun terlihat lima kali lipat lebih seram dari biasanya. Api imajiner ditambah wajah suram dan mata menyala membuat semua murid bergidik ngeri. Ini bahkan lebih mengerikan daripada melihat hantu sekalipun.

"Park Chanyeol…" Baekhyun menggeram, Chanyeol menciut, "…besok bawakan aku tandatangan ayahmu pada kertas ini." Baekhyun mengangkat sebuah map dengan beberapa berkas di dalamnya. "Tidak ada alasan. Harus besok."

Dengan itu, ia mengakhiri kelasnya dan berjalan keluar ruangan diiringi napas tertahan para murid.

.

Hening…

.

"AKU MAU MATIIII!"

Seluruh penjuru kelas menatap Chanyeol iba. Sempat terpikir oleh Sehun membuat kotak amal melihat keadaan ini (dan tentu saja uangnya nanti ia nikmati sendiri). Jongin berusaha menenangkan kawannya dengan menepuk pundak Chanyeol berkali-kali hingga ia tersedak.

"Yah!" Chanyeol menepis tangan Jongin kasar. Dendam kesumatnya pada Jongin makin menjadi setelah insiden 'Kim-Jongin-tidak-mengenal-Park-Chanyeol-sungguh-percayalah-padaku-sonsaengnim-bbuing-bbuing' plus memalingkan wajah dari Chanyeol dengan manja dan penuh penghayatan itu.

"Kim Jongin! Oh Sehun! Bawakan aku makan siang langsung dari kantin kesini! Dan tidak boleh ada yang membantu kalian! ARASSEO?!"

"MWOYA?!"

Nah, sepertinya Chanyeol sudah ketularan Baekhyun. Kantin di lantai bawah, kelas mereka ada di lantai tiga. Ditambah porsi makan Chanyeol yang begitu besar tapi entah mengapa tubuhnya tetap kerempeng. Kalau ditanya soal itu Chanyeol selalu menjawab, "Itu karena pendapatan dan pengeluaranku selalu seimbang, bung."

Ambigu sekali.

Singkatnya, hidup Sehun dan Jongin akan berakhir dengan dua kata nista ; mati kelelahan.

.

.

.

Chanyeol berjingkat pelan di rumahnya sendiri sambil mengumpati tinggi badan Baekhyun dalam hati. Setelah melewati jalanan setapak menuju pintu rumahnya yang cukup panjang—dan dia baru sadar akan hal itu—, sampailah Chanyeol di hadapan sang pintu.

Pemuda dengan surai caramel itu berdiri tegak di depan pintu, kemudian menarik napas panjang. Matanya ditajamkan, dada dibusungkan, tangan kanan memberi hormat ala upacara bendera pada sang pintu.

Entah apa maksudnya.

Kemudian dengan langkah ragu, ia meraih gagang pintu berbahan jati itu kemudian mendorongnya pelan.

Seonggok kepala menyembul dari balik pintu. Chanyeol celingukan mencari-cari tanda kehidupan dalam rumahnya sendiri.

"Ibu?" dia menajamkan pendengaran dari arah dapur, "aman." Tidak ada suara berisik ibunya dari dapur yang biasanya tengah memasak makan siang.

"Park Yura?" pendengaran ditajamkan ke ruang tamu, "aman." Tidak ada suara 'kriuk-kriuk' kakaknya yang biasanya tengah mengunyah kripik kentang sembari mendesain.

"Ayah…?" dengan gerakan patah-patah Chanyeol menoleh ke kiri dari posisinya, tepat diruang kerja ayahnya, "…aman!" Dan tidak ada suara ketikan komputer dari dalam sana.

Chanyeol menghela napas lega. Kemudian dengan kecepatan cahaya, pemuda itu segera berlari ke kamarnya di lantai dua. Kaki panjangnya melesat melompati tiga anak tangga sekaligus dengan lincah. Terlihat garis finish imajiner di depan pintu kamarnya dan ia bersorak dalam hati tatkala berhasil sampai didepan pintu kamar dengan keadaan sehat tanpa kurang suatu apapun.

Ehm, mungkin ada kurang sedikit. Kurang waras.

Chanyeol menghela napas lega. Kemudian dengan senyum seribu jari dia membuka pintu kamarnya.

Pintu berderit terbuka, Chanyeol bengong sambil tersenyum bagai patung monyet kasmaran, dan didepannya, didalam kamarnya, berdiri tiga onggok manusia beridentitas sang ibu, sang ayah, dan sang kakak yang tengah bersidekap ala detektif menang kasus.

"Siang, saudara Chanyeol. Apa warna celana dalam-mu hari ini?" Park Yura, sang kakak bertanya nistah.

Chanyeol yang masih loading menjawa sontak, "Pink, sonsaeng-nim!"

….rupanya jiwa Chanyeol terlempar ke masa-masa saat ia tengah dihukum Baekhyun menyebutkan nama-nama warna.

Ibunya menyeringai ambigu melihat reaksi Chanyeol, bohlam kasat mata menyala diatas kepalanya, "Siapa cinta pertamamu, Park Chanyeol?"

"PISAAAANG!"

Bukan, Chanyeol tidak sedang berkelana ke masa lalunya, saudara-saudara. Cinta pertamanya memang pisang.

Dan hal itu membuat peneliti bertanya-tanya apa spesies Park Chanyeol sebenarnya.

Dua pertanyaan nista ditambah jawaban ngenes dari istri dan anak-anaknya membuat sang ayah geleng-geleng kepala (dalam hati) (karena dia masih dalam mode detektif). Segera beliau meluruskan kekacauan yang terjadi dengan berdehem ganteng.

"Ahem, anakku sayang," Chanyeol mabuk laut tiba-tiba, "Langsung saja, mana hasil ulangan matematikamu hari ini?"

JGEEERR

Background petir disusul badai salju ditambah sound effect yang sangat dramatis sekali.

"TIIDAAAAAAK!" Chanyeol langsung sujud minta pengampunan,

"AYAHKU TERCINTAH! SUNGGUH PUTERAMU INI TIDAK INGIN MENGECEWAKANMU! TETAPI HARI INI DEWI FORTUNA BAHKAN TIDAK SUDI MEMANDANGKU, DENGAN SEGENAP JIWA RAGA ANANDA MEMINTA BELAS KASIH AYAHANDA! JANGAN AMBIL KARTU KREDIT ANANDA AYAAAAHH!"

…Sweatdrop berjamaah.

"Cukup. Ayah serius, Park Chanyeol. Calon penerus EXO Grup tak boleh kalah pada matematika!"

Maka ayah Chanyeol segera merebut ransel puteranya tanpa perlawanan berarti dari Chanyeol yang kini jiwanya tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Beliau segera mengubek tas Chanyeol dan menemukan seberkas map dengan tulisan Caps Lock "TERUNTUK AYAHANDA PARK CHANYEOL." pada covernya.

…ngek.

Guru mana yang kewarasannya agak-agak nganu…

Lalu terdengar berturut-turut bunyi map yang dibuka, kertas yang dibalik, dan napas tertahan ayah Chanyeol.

Park Yura yang melihat situasi kurang menguntungkan segera mengambil alih. Disambitnya kertas misterus yang membuat ayahnya ayan mendadak itu dan dibacanya dengan sepenuh hati.

"Teruntuk Ayahanda Park Chanyeol, putera anda sepertinya mengalami masalah serius dengan sesuatu bernama matematika. Saya yakin anda sudah tahu mengenai hal tersebut karena permusuhan mereka sudah mendarah tulang—ehm, mendarah daging terlalu mainstream—"

Park Yura memasang wajah 'WTF',

"—Jadi, saya sarankan sebelum tidur, recokilah Park Chanyeol dengan rumus matematika walau hanya satu materi. Bila perlu tempel semua macam rumus disetiap sudut kamarnya—"

"Wuanjrit!" batin Chanyeol.

"—kemudian di pagi hari, suruh dia melihat jam sedikit lama, lalu menghitung setiap langkah yang ia lakukan ke kamar mandi. Selanutnya beri makan dia makanan yang mengandung protein dan Omega 3 yang banyak seperti sayuran, daging, minyak ikan kod juga bagus. Tidak lupa buah-buahan terutama strawberry, karena itu buah kesukaan saya—"

Keluarga Park mengeluarkan perempatan imajiner pada dahi kanan.

"—dan terakhir susu sapi segar, karena 'Empat Sehat Lima Sempurna' adalah prinsip siapapun yang menciptakannya. Jadi, kesimpulannya, yang terpenting adalah Park Chanyeol harus lebih sering lagi berlatih menjawab soal-soal matematika. Because experience is the best teacher. Semoga anda bisa mengatur waktunya dan menasehari dan bila perlu mengawasi putera anda secara lebih intensif. Sekian. Tertanda, Byun Baekhyun. P.S : Tolong bubuhkan tandatangan anda pada kolom yang tersedia, sebagai bukti bahwa Park Chanyeol benar-benar sudah memperlihatkannya pada anda. P.S.S : Tanda tanggannya yang asli."

….krik

"HANJIR! BUAT APA COBA DIA NULIS BANGUN TIDUR DAN MAKANAN KALAU UJUNG-UJUNGNYA YANG PALING PENTING ITU LATIHAN?!" Park Yura berteriak dengan tenaga dalam.

"Ber-inggris pula, dia itu kan guru matematika…" sang ibu berusaha memaklumi.

"Ayah! Tak bisakah Byun-sonsaengnim dikeluarkan saja?! Lihat, suratnya saja aneh begitu! Aku tidak suka cara mengajarnya, ayah!"

Yah, EXO High School, sekolah Chanyeol adalah sekolah swasta milik keluarga Chanyeol. Walaupun begitu, Chanyeol tidak berlaku seenaknya, dia memilih untuk berperilaku seperti murid biasa sesuai ajaran keluarganya. Ada lurusnya juga Park Chanyeol ini.

Hening, semua makhluk yang ada disana terdiam menanti reaksi sang kepala keluarga. Aneh, Chanyeol merinding. Perasaannya saja atau ayahnya memang sedang…menyeringai?

"Ayah punya solusi yang bagus, nak!"

"Ya Tuhan, kutuklah ayahku agar membenci matematika.'

Ayahnya bertepuk tangan bahagia dengan mata berbinar, persis anak kecil diberi permen, "Byun-sonsaengnim harus menjadi guru privat-mu!"

Dan secuil jawaban itupun telah memberi ultimatum telak bagi eksistensi Park Chanyeol.

"TIIIDAAAAAAAKKKKK!"

.

.

.

TBC

.

.

.

…kerasukan apa sayah menistakan keluarganya Chanyeol... /sungkem ke Baekhyun/ /eh/

Jangan bash karakternya yang ancur, bash saja sayaaa T_T ~