"Aichi,"

Sang lelaki tua membuka suara, memulai percakapan mereka. Sosok bersurai biru yang diketahui bernama Aichi itu mengangkat kepalanya yang sedang fokus memotong hidangan di depannya.

"Ada apa, Ayah?" Tanya Aichi sopan.

Sang 'Ayah' terbatuk, "Aku pikir kau sudah cukup dewasa untuk mengerti hal ini," Jedanya.

"Hm?"

"Aku… mungkin akan menikah lagi, jadi kau akan memiliki ibu baru, Aichi."

Satu garpu jatuh ke lantai marmer ruang makan mereka.

Aichi menatap horor ayahnya, yang kemudian hanya dibalas dengan senyuman canggung.


NEW FAMILY? OR NEW LOVE?

Cardfight! Vanguard © Bushiroad, etc, etc.

This fic © Urihana

Warning: AU, OOC, typo(s), delusi berlebihan, humor garing, de el el.

Pairing: Kai x Aichi x Ren

Tidak ada keuntungan materi yang saya ambil dari pembuatan ini, dengan kata lain, hanya untuk coretasupancoret kesenangan.


Aichi duduk khidmat di kursi meja belajar yang ada di kamarnya sembari mengerjakan PR dari sekolahnya. Kalimat 'ibu baru' masih terngiang-ngiang di kepala sang bluenette, sampai rasanya ia mau headbang lalu terjun dari kamarnya yang notabene ada di lantai dua.

Pikirannya kembali melayang saat mereka masih bercakap-cakap beberapa belas menit yang lalu.

FLASHBACK

"Ibu….?"

Aichi tidak percaya apa yang dikatakan oleh sang ayah. Sudah bertahun tahun ia hidup tanpa sosok ibu, sekarang sang ayah dengan seenak jidatnya berkata ia akan memiliki ibu tiri.

"Yaa, wanita itu kenalanku dari perusahaan yang bekerja sama denganku. Aku mengenalnya sekitar satu setengah tahun yang lalu."

Kalimat itu makin membuat syok pemuda itu. Bahkan menggenggam sendok pun tidak kuat.

'Dafuq, selama itu aku tidak peka? Dasar Aichi bodoh! Bodoh!' Rutuk Aichi dalam hatinya. Menyesal ia tidak terlalu akrab dan tidak sering bersua dengan ayahnya itu.

"Niatnya nanti malam aku akan mengenalkanmu padanya, mumpung hari ini sabtu, aku ingin mengajakmu makan malam dengannya di restoran Pale Moon. Oh iya! Sekalian, ia juga akan mengenalkan kedua anaknya nanti"' Jelas sang ayah panjang lebar.

'Dia juga sudah punya anak?! Dua?!' Batin Aichi pening.

"Jadi, mungkin hari ini usahakan kau mengerjakan tugas sekolahmu dulu ya, biar tidak menumpuk nantinya," tambahnya dengan senyum suci seolah tanpa dosa.

Aichi mau pingsan aja, Yah.

END OF FLASHBACK

"Uuh, lagian kenapa harus mendadak seperti itu, sih! Kan kaget tiba-tiba Ayah bilang bakal punya Ibu baru!" Dumelnya sembari mengacak-acak rambutnya.

Aichi sih sebenarnya senang juga. Setelah sekian lama kedua orangtuanya bercerai, ia dan Emi harus terpisah dan membuat Aichi sendirian di rumah itu.

Kenapa tidak tinggal bersama mereka saja? Karena Aichi masih sayang kepada sang Ayah dan tidak mau membuatnya sendirian di rumah ini.

Tapi nyatanya malah dia yang sendirian. Yah, meskipun banyak maid dan butler di rumahnya, tetap saja. Dia kan bukan tipikal yang gampang bersosialisasi. Belum lagi mereka kalau diajak berbicara sopannya minta ampun, seolah mereka beda kasta (walau nyatanya memang benar sih).

Kini ia sudah mengerjakan semua tugasnya, dan mendadak rasa bosan muncul seketika. Mau ke ruang perpustakaan keluarga rasanya malas, dan hampir semua bukunya sudah pernah ia baca (jangan tanya kenapa ratusan hingga ribuan buku yang ada di sana bisa ia baca lebih dari tiga perempatnya).

Ia menyalakan ponselnya, ah, ada email masuk.

From: Misaki-san
Subject: Berkumpul

'Aichi, nanti sore Kamui mengajak kita ke rumahnya untuk ngumpul, kau mau ikut? Kalau bisa nanti aku bawakan kue yang waktu itu.'

-=END=-

Reply | Delete | Back

"Haa," Aichi mendesah kecewa, sudah ia duga teman-temannya akan ngumpul hari ini. Dengan cepat ia membalas pesan tersebut.

To: Misaki-san
Subject: Maaf!

'Maaf, Misaki-san! Ayahku hari ini mengajakku makan malam dengannya, mungkin besok bisa? Aku juga akan bawakan game yang kemarin. Tolong sampaikan permintaan maafku pada Kamui-kun ya! (TTATT'

Send | Back

Setelah mengirim pesan tersebut, Aichi kembali mendesah kecewa. Padahal hari libur seperti ini merupakan kesempatan emas baginya untuk hangout bersama teman-temannya. Namun baginya, kehendak sang ayah itu sangat tidak boleh disia-siakan. Lagipula sudah lama sekali mereka tidak pergi bersama-sama karena sang ayah yang sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Kemudian Aichi merebahkan dirinya ke kasur, memutuskan untuk tidur lagi agar bisa memotong waktunya. Habisnya ia bosan menunggu dari siang ke sore tanpa melakukan sesuatu.

Dan tak beberapa lama kemudian ia mulai terjun ke alam mimpinya.


"Hm..?" Aichi mengucek kedua matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk. Kemudian ia memeriksa ponselnya. Benar saja, ada email dari Misaki setengah jam yang lalu.

From: Misaki-san
Subject: tak apa

'Tidak apa-apa kok, aku juga tadi baru mendapat email darinya bahwa dia harus pergi ke rumah saudaranya yang meninggal. Aku pun sekarang sedang mengurus toko. Titip salam pada ayahmu ya.'

-=END=-

Reply | Delete | Back

Aichi lega, untunglah hari ini janji mereka batal. Soalnya kalau tidak bertiga rasanya kurang.

Lalu ia teringat harus pergi dengan ayahnya untuk makan malam dengan— ehem, calon ibunya. Dengan segera ia memeriksa jam yang ada di samping mejanya.

Jam setengah enam sore.

Ayahnya bilang akan berangkat ke sana jam setengah tujuh malam, dengan kata lain masih ada sisa waktu satu jam untuk mandi dan memilih baju yang akan dikenakannya.

Dengan sigap ia mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandi. Tak lupa ia juga mempersiapkan beberapa baju untuk dipakai.


Aichi mau tidak mau mangap liat restoran yang akan mereka kunjungi dari dalam mobil. Sudah ia duga kalau restorannya bakal mewah. Tapi tidak kebangetan sampai ia seolah menjadi putrid dengan dibantu untuk turun dari mobil.

Mengekor ayahnya, ia melihat lihat sekitarnya. Rasanya sangat awkward, berasa seperti anak pemilik warteg nyasar ke pesta dansa. Tak lama kemudian sang ayah memutar sedikit kepalanya, menatap Aichi sembari menunjuk dua orang lelaki dan satu wanita di salah satu meja makan.

Aichi kejang dadakan melihat dua orang lelaki yang sangat ia kenal itu. Tetapi untungnya mereka tidak mengenal Aichi, jadi tidak apa-apa sepertinya.

"Maaf, kami terlambat." Ujar Ayah Aichi sembari duduk di salah satu kursi di situ, diikuti Aichi yang duduk di sebelah salah satu lelaki yang berambut merah.

"Ah, iya, kita belum sempat memperkenalkan satu sama lain ya, hihihi." Ujar sang wanita diikuti suara tawa kecil dari bibir tipisnya. Kemudian ia melihat Aichi dan berkata, "Salam kenal ya, Sendou Aichi. Aku Kai Ayaka, ehm, kekasih ayahmu," Ujarnya agak tersipu. Usianya sepertinya cukup muda, bila dilihat dari wajah dan suaranya.

"Nah, ini kedua anakku, yang ini Kai Toshiki, serta yang itu Suzugamori Ren," Tambahnya sembari menunjuk kedua lelaki yang ada di samping Aichi dengan menggunakan kipas yang sedang ia pegang.

"Suzugamori….? Kenapa nama keluarganya berbeda?" Pikirnya dalam hati.

"E-eeh, salam kenal, Ayaka-san, Kai-san, dan… Suzugamori-san," Ujarnya gugup lalu sedikit membungkuk. Salah satu yang bersurai brunet seperti Ayaka mengangkat alisnya, sedangkan sang surai merah melambaikan tangannya sambil tersenyum gembira. Aichi setidaknya lega, yang bernama Suzugamori Ren masih mau menyapanya dengan hangat.

"Salam kenal Aichi-kun! Panggil aku Ren saja, hehe. Oh iya, kok kau memanggil kami san? Bukan onii-chan nih~?" Ujar Ren menggoda Aichi.

"E-eeh, habisnya kita kan belum terlalu kenal…eeh…" Jawabnya malu. Yang dibalas dengan reaksi tawa kecil Ren dan sedikit perubahan posisi alis dari Kai Toshiki.

"Haha~ tidak perlu seformal itu~" Ujar Ren dengan nada senang lalu memeluk tubuh mungil Aichi.

Aichi hanya tertawa canggung di hadapannya. Bagaimana bisa SENIOR-nya yang sangat popular di sekolahnya bisa menjadi calon saudara tirinya? Pertanyaan itu masih terngiang ngiang di kepalanya. Ya, ia bisa mengenal kedua orang itu karena mereka berdua Super Duper High School Level Popular.

Eh sori melenceng ke fandom lain.

"Hahaha, kalian ternyata cepat akrab ya! Oh iya, namaku Sendou Aragaki, ayah dari Aichi. Salam kenal!" Ujar Ayah Aichi, lalu menjabat tangan Ren.

Setelah selesai berkenalan, ayah Aichi lalu memanggil salah satu waitress di sana untuk memesan makanan.

Sembari menunggu makanan dibawakan, Ayaka dan Aragaki menjelaskan dari awal cerita sejak mereka bertemu. Keduanya terlihat begitu mesra dan tertawa saat bernostalgia dengan sudut pandang masing-masing. Sedangkan Kai malah memasang earphone, tidak mendengarkan percakapan mereka.

Alergi orang pacaran, mungkin?

"Oh iya Aichi-kun," Ayaka menyela pembicaraan mereka, "Kami 'kan berencana akan menikah bulan depan, mungkin ini agak tiba-tiba, tapi nanti aku dan kedua anakku beberapa hari lagi akan berkemas dan pindah ke rumahmu. Mohon bantuannya, ya." Ujarnya. Lalu mulai meminum wine di gelas kecilnya dengan anggun.

Aichi kesetrum. Demi figurine Blaster Blade pakai baju maid, dia kembali tidak menyangka akan terjadi secepat itu. Aichi kemudian menatap Ren dengan tatapan nanar, yang dibalas dengan anggukan cerianya.

Apa cuma dia yang telat mengetahui semua hal ini?!

Pah, bunuh Aichi di rawa-rawa. Aichi sudah tidak kuat.

Aichi sudah putus asa dalam taraf selevel anak SMA yang dipaksa bunuh-bunuhan di fandom sebelah. Semua yang ayahnya katakan entah rasanya sangat sangat membuatnya jantungan. Masa iya nikah bulan depan, orangtua satu-satunya dalam hubungan kekasih dengan wanita lain selama satu setengah tahun, dan kakak tirinya pindah beberapa hari lagi itu bisa dicerna sekaligus di otaknya dalam sehari? Oh, sepintar-pintarnya Aichi, pasti ada saatnya dimana ia merasa sangat goblog saat itu juga.

Aichi mewek.

Dan herannya Ren bisa menyadari ekspresi abstrak yang dibuat oleh Aichi saat mengetahui bahwa Aichi dan dirinya akan tinggal bersama. Padahal ia biasanya tipikal cowok tidak pekaan.

"Aichi-kuun, kok ekspresimu seperti kurang senang?" Tanya Ren dengan nada kekanakan.

What the hell.

"Bu-bukan tidak senang kok! Hahaha! Aku hanya—" omongan Aichi terpotong ketika salah satu waitress disana datang membawa hidangan pembuka untuk mereka.

Shit, jadi awkward kan!

Aichi menyesal telah membuat –calon— kakak tirinya itu sedih dengan ekspresi Aichi tadi. Apakah mukanya terlihat kesal saat Ayaka mengatakan itu? Bahkan pemuda bermarga Sendou itu pun tidak mengerti.

"Umm… anu.. Ren-san?"

"Hmm… ya?" Sang surai merah yang sedang melahap makanannya pun menoleh, lalu membulatkan matanya. Hal yang membuat Ren terkejut adalah Aichi dengan wajah agak tersipu menarik lengan baju Ren dengan pelan, lalu menundukkan kepalanya.

Rasanya Ren ingin membawanya pulang lalu memasukkannya ke peti kaca untuk bahan koleksi. Tapi niatnya ia urungkan, daripada dimutilasi sama ibunya lalu dibuang ke dimensi lain.

"M-maaf— aku bukan tidak senang kalian a-akan pindah ke rumahku… aku hanya… kaget.. d-d-dan senang…." Ujarnya tergagap. Ekspresinya yang cute dan polos membuat ayahnya hampir menjatuhkan makanan dari piringnya. Bahkan Kai yang terlihat tidak peduli pun memasang wajah terkejut, memunculkan semburat kemerahan tipis di pipinya.

"Aichi-kun… K-kau manis sekali…" Ayaka hampir tak bisa berkata kata dengan ekspresi malu yang ditunjukkan Aichi saat itu. Membuat sang surai biru makin blushing di tempat.

Ren? Tidak usah ditanya. Saat itu juga ia langsung memeluk erat Aichi seolah itu teddybear yang biasa dipakai untuk tidur. Betapa manisnya Aichi jika sedang tersipu malu seperti itu.

Sepertinya sebelum kedua orangtuanya menikah, ia sudah terkena brocon duluan.


"Wah… hujannya tidak berhenti ya…"

Saat ini kelima orang tersebut sedang berada di depan restoran tersebut. Pokoknya saat itu hujan deras, dan jalan untuk ke rumah keluarga Toshiki yang berada di luar kota tersebut ditutup sementara karena hujan deras yang disertai badai.

Jadilah saat itu ayah Aichi menelpon sang supir untuk membawa mereka semua ke kediaman keluarga Sendou. Tadinya Ayaka menolak karena takut merepotkan. Namun karena ayah Aichi bersikukuh, akhirnya ia setuju.

"Nee~ mobilnya belum datang? Aku ngantuk~" Ujar Ren sembari mengusap matanya dengan tangannya. Sejak kejadian beberapa waktu yang lalu itu, ia sangat lengket dengan Aichi. Bahkan melepas gandengannya dengan Aichi pun tak mau.

"Jangan manja, Ren." Balas Kai dengan suara berat. Yang dibalas dengan tawa kecil Aichi disertai sweatdrop. Sedangkan Ren hanya memanyunkan bibirnya, kesal dengan perilaku saudaranya yang dingin.

"Ah, itu dia!"

Kalimat itu menginterupsi percakapan mereka. Ya, terlihat dari kejauhan mobil hitam yang sangat familiar di mata anggota keluarga Sendou. Mobil itu pun berhenti tepat di depan restoran mereka, sang supir membuka kaca mobil kemudian meminta maaf, lalu mempersilahkan masuk seluruhnya. Yang direspon dengan anggukan, kemudian masuk ke dalam mobil.

Aichi bersyukur, setidaknya ia tidak harus berlama-lama di depan restoran itu. Hawa dingin karena hujan menusuk kulitnya selama puluhan menit. Membuatnya lega sudah dalam di dalam mob— maaf interupsi,

Ternyata sekarang Aichi sedang dalam posisi super awkward.

Ia menyesal duduk ditengah kursi barisan belakang, dihimpit oleh Kai dan Ren. Sedangkan kedua orang dewasa itu duduk di bagian tengah. Posisinya saat ini SANGAT tidak nyaman.

Ren yang daritadi merengek karena mengantuk akhirnya tertidur pulas setelah duduk di situ. Namun ia menaruh kepalanya di kedua paha Aichi. Yang dengan kata lain, Aichi sedang memangku kepala Ren saat itu juga.

Kai pun ternyata yang daritadi mengomel dengan kemanjaan Ren, tertidur juga. Tanpa ia sadari kepalanya jatuh di pundak Aichi. Hebatnya, ia tidak terbangun karena hal itu.

Ternyata ia orang yang gengsinya tinggi.

Aichi langsung menggeleng, menghentikan pikiran nista tentang calon kakaknya itu. Pokoknya saat itu ia bingung, bagaimana caranya terlepas dari posisi yang sangat ambigu ini. Bahkan kedua orangtuanya pun tidak sadar akan keadaan di belakang mereka, tidak melihat Aichi yang saat itu sedang memasang muka memelas dengan tulisan 'SOS' tercetak di dahinya.

Mobil itupun melaju kencang ke kediaman Sendou di tengah hujan badai malam itu.

To Be Continued

N/B: okay what the f ini saya buat apaan =)) niatnya sih mau bikin fic feels Aichi yang tinggal di Panti Asuhan terus dirawat sama keluarga Kai. Tau-tau di tengah jalan saya modyar nyerah bikin feels. Mungkin emang bukan jodohnya lol, saya bukan tipikal orang yang bisa bikin orang kebawa suasana sedih.

Akhirnya sih saya buat tentang ayahnya yang kawin lagi. Lel, jahat ya? Tante Shizuka sama Dedek Emi ditinggal cerai sama sang papa tercyintah /PLAK /nyumputdikolongkasur

Continue or not? Itu ditentukan oleh readers sekalian~

Salam Kimoi,
Urihana Yuu