.
.
.
Di siang hari yang terik panas dan berubah menjadi hujan lebat di saat yang sama, hari sekolah yang biasa, tanggal juga bulan yang biasa di bulan Juli.
Kicau jangkrik yang bernyanyi riang samar-samar terdengar dari pohon—menantikan musim panas yang akan datang setelah musim semi menerbangkan impian helai-helai bunga sakura.
Suasana istirahat makan siang di SMA Karasuno terlihat lenggang dan santai, sehingga kebanyakan pergi keluar kelas dan ke kantin atau berkeliling sekolah.
Di kelas 1 - 2, terdapat sedikit siswa-siswi yang tetap berada di kelas—tetapi, kita pusatkan sekarang di salah satu sudut kelas. Terdapat empat anak perempuan yang tengah menyantap bekal makan siangnya alias bento. Dan ada sang protagonist di salah satu antara mereka.
"Wah! Terlihat enak, Sasaki-chan!" ujar gadis bernama Arisa pada salah satu temannya Sasaki yang tengah membuka kotak bento-nya.
"Terima kasih, ini aku buat dengan makanan yang ada saja di kulkas." ujarnya sambil tersenyum ramah.
Risa yang berada di sebelah Navira sedikit kaget melihatnya yang memperlihatkan dua kotak bento dan salah satunya sudah makan terlebih dahulu.
"Astaga,kau bawa dua ya, Navira-chan? "
Dia mendongakkan kepala padanya sambil mengunyah makanannya.
"Hm? Aku sedang lapar makanya bawa dua bekal."
Yah, Navira kadang memang lapar tapi itu tak masalah karena mereka memakluminya dan akhirnya kalian berbincang ringan sambil makan bento.
Gadis itu mengunyah makanannya kembali sambil mendengarkan perbincangan ringan ketiga teman-temannya. Dari berbagai topik yang ada, mencuatlah satu topik yang membuatnya mau tak mau harus didengarkan.
"Navira-chan, kau sudah pernah bertemu dengan anggota tim voli dari sekolah lain?" tanya Arisa penasaran sambil menatapnya yang mau mengambil tempura dari bento.
"Kau bicara apa, Arisa-chan? Pastilah pernah. Dia 'kan manager klub voli sekolah kita." Sasaki berujar pada teman kelasnya tersebut sambil memegang sumpitnya.
"Jadi... Kau pasti pernah bertemu dengan Oikawa Tooru dari Aoba Jousai'kan?"
Gadis bermata hijau giok yang tengah meminum air putih dari botol pun tersedak dan terbatuk-batuk—sampai harus ditenangkan oleh Sasaki dengan tepukan punggung.
Risa yang melihat reaksinya tertegun dan menoleh ke arah Arisa. "Arisa-chan, apa maksudmu bertanya begitu padanya?"
Risa , teman sekelas yang pengertian dan lemah lembut tersebut tahu kalau dia tidak terlalu suka membicarakan topik apalagi membahas tentang laki-laki.
Yang bersangkutan hanya mengendikkan bahu. "Aku hanya penasaran. Habisnya, pasti mau tak mau Navira-chan akan bertemu dengan anggota tim dari sekolah lain. Apalagi kudengar Oikawa Tooru itu cukup terkenal akan keahliannya di olahraga dan tampan di kalangan gadis."
Setelah dia tenang (terima kasih pada Sasaki yang menepuk punggungnya), gadis itu memincingkan mata sambil bertanya curiga dan sewot. "Oi, aku memang pernah bertemu dengannya langsung. Lantas kenapa?"
Yah, dia pun masih ingat ketika melihat caranya berlatih tanding dengan tim sekolah kalian. Serangannya memang mematikan dan hampir membuatnya merinding ketika memikirkannya lagi.
Untung saja waktu itu tidak terkena pemain lain, kalau sampai...
Oke, Navira tak ingin membayangkannya jadi kita lewatkan saja.
"Sudah ku bilang, hanya sekedar penasaran. Kenapa kau terkejut? Pantas saja bukan—dengan keahliannya bermain di lapangan, dia menjadi kapten tim sana."
"Begitukah? Informasimu lengkap juga ya..." Sasaki tertawa garing karena informasi yang didapatkan oleh temannya yang jago mendapatkan berita dari kalangan siswa siswi.
Navira memutar kedua bola matanya dengan malas. Memang benar, dia pernah bertemu dengannya—dan terlihat dia berpenampilan ala playboy walau dapat diandalkan di lapangan.
Tapi sikapnya itu...
Ugh, memikirkannya saja sudah malas.
"Tapi aku juga menyukai kapten di tim sekolah kita—dia terlihat pemberani." ucap Sasaki setelah duduk kembali dan mengambil acarnya dari bento-nya sendiri.
Navira menoleh sambil mengernyitkan dahi. "Maksudmu Sawamura-senpai? Dia yang berambut hitam dan anak kelas tiga? Kau pernah ikut antar aku ke klub kan ya?" Ia mencoba mengingat.
Gadis berambut sepinggang tersebut tersenyum riang dan mengangguk. "Ya. Dia seperti pemimpin yang hangat."
Dia berpikir lagi sambil mengunyah telur gulung goreng. Sawamura memang terlihat berwibawa dan sangat bisa diandalkan di lapangan pada saat kesulitan, apalagi dia memiliki aura ramah dan hangat. Dia juga menerima dan merawat Navira beserta pemain lainnya dengan baik di klub.
Mungkin dia setuju akan pendapat Sasaki. Seperti seorang ayah dan pemimpin yang baik.
"Benar sekali. Sawamura itu mempunyai catatan yang bagus di klub dan ramah orangnya pada semua siswa." Arisa menyetujui pendapat teman sekelasnya tersebut.
"Oh, kalau tidak salah ada kapten lain yang tampan—pernah suatu kali bertanya padaku arah menuju klub voli dengan beberapa orang anggota rombongannya di lorong koridor bawah." Risa menyahut sambil mengangkat jari telunjuknya singkat.
Navira sedikit mengorek informasi, sekaligus penasaran. "Ciri-cirinya?"
Sumpitnya mengambil tomat potong segar yang ingin kau lahap.
Gadis tersebut berpikir sesaat. "Rambut hitam tegak... berantakan sih. Dia tinggi dan cukup tampan. Lalu ada juga yang memegang video games, satu lagi seperti punk, mereka berpakaian jersey serba merah dan bertuliskan Ne... Apa ya, aku lupa tapi ada tulisan 'Ne' di lengannya."
Dia hampir menjatuhkan tomat yang ingin dimakan—untung saja mendarat di kotak bekal.
Sasaki yang bingung akan reaksinya bertanya dengan penasaran juga khawatir. "Navira-chan, kau baik-baik saja? Jangan shock lagi dong!~"
Navira mencoba menenangkan temannya itu dan menghela napas. "... Yang berambut tegak itu juga kapten."
Risa dan Sasaki tertegun lalu mengangguk mengerti sementara Arisa diam saja.
"Kuroo Tetsurou... SMA Nekoma 'kan?" koreksi Arisa, disambut oleh anggukan singkat darinya.
"Benar. Dia juga salah satu dari kapten tim sekolah terkuat yang ada di kota Metropolitan—apalagi catatannya juga bagus. Dia pilar dari timnya dengan setter mereka yang bernama Kenma Kozume—anak yang memegang video games. Apalagi SMA kita dengan SMA mereka mempunyai sejarah yang cukup unik di lapangan voli dari dulu." jelasnya pada mereka bertiga.
Ketiganya sekarang mengerti sambil angguk-angguk singkat, menikmati bekal mereka sekali lagi.
Selagi mereka berpikir, Navira juga membayangkan wajah mereka juga teknik permainan mereka di lapangan. Memang pantas, apalagi kemampuan mereka sangat baik ketika bermain di lapangan dengan serius dan bersama dengan tim mereka masing-masing—seperti menyatukan dan membuat tim tetap solid juga utuh.
"Ah~ Navira-chan sangat beruntung ya... Bisa melihat mereka secara dekat. Bikin hati berdebar-debar~ Apalagi kalau mereka tampan, baik, juga atletis. Pasti kebanyakan gadis akan pingsan, hehe..."
Nada godaan Arisa membuatnya, Risa, dan Sasaki memandang terkejut dan sweatdrop di saat bersamaan.
"Iya sih..." gumam Risa sambil berpikir.
"Aku tidak menemukan itu sebagai kesalahan." celetuk Sasaki polos.
Navira yang mulai gerah langsung menyahut, "Ngapain juga aku harus berdebar dekat mereka? Aku malah melihat mereka itu dengan wujud bau keringat, gerah panas latihan, capek, dan juga mereka itu masih belum ada ototnya. Kenapa aku harus pingsan juga, ha?"
Arisa menyeringai kecil sambil bertopang dagu. "Oh ayolah~ Tak usah berbohong. Aku tahu sifatmu, jadi ya tidak masalah juga kalau kau memang berdebar jika dekat dengan mereka."
Navira tak tahu harus membalas apa selain mengalah. Temannya ini memang pandai berbicara layaknya pengacara. "Baiklah, baiklah, anggap saja aku memang berdebar dalam konten tersebut. Lalu?" Helaan napasnya gusar.
"Kenapa kau tidak mendekati mereka? Kau 'kan imut dan manis—kecuali tingkah tomboy-mu. Kecualikan hal itu, siapa yang tak mau dengan Navira-chan?" bujuknya dengan perkataan yang logis sekaligus menghasut. Mukanya pura-pura dipoloskan padahal sebenarnya menyeringai jahil.
Navira tahu itu, dan itulah keahlian Arisa—membujuk dengan rayuan dan keuntungan.
"Hentikan ekspresimu. Tidak cocok, tahu." Navira memandang agak geli juga heran.
"Tapi aku cukup penasaran, bagaimana kalau Navira-chan mengencani kapten tim yang pernah kau jumpai?"
Navira melongo sesaat.
Usulan polos Sasaki yang tak terpikirkan menjadi awal dari penderitaan seorang Navira Ainamida.
"Hei, Yang benar saja! Aku tidak mungkin melakukan itu!" serunya sambil sedikit menggebrak meja.
Tak pernah terpikirkan olehnya untuk berkencan atau menjalin hubungan pacaran. Mendekati laki-laki saja tidak pernah. Sekalinya didekati, dia refleks tonjok di bagian muka atau badan. Dan sekarang temannya menantangnya dalam suatu tantangan sepele?!
"Mana mungkin aku melakukan hal itu?! Itu memalukan!" ujarnya agak keras untuk mempertahankan diri.
Arisa menghela napas singkat. "Sudah kuduga, kau menolak. Kau memang pengecut—"
"Aku tidak pengecut, sialan!"ujar Navira sambil mempertahankan harga dirinya dengan marah kesal, kedua tangannya mengepal.
Risa dan Sasaki mencoba merelai dan menenangkan mereka, tapi tak digubris.
Dia menyeringai kecil, kemudian ia menunjuk Navira dengan telunjuk kanannya. Gadis itu mendadak memasang wajah tegang, sambil menelan ludah dengan pelan.
"Kalau begitu, buktikan."
Tatapan berarti itu membuat sang teman sekelas terheran dan terdiam.
"Bahwa kau—akan pergi berkencan—dan meladeni para kapten tampan itu. Satu hari satu orang kapten, selesaikan tantangannya kalau mau buktikan bahwa kau tidak pengecut."
Deklarasi Arisa yang merupakan teman sekelasnya, membuat Navira terpaksa terjebak dalam urusan yang berkaitan akan romansa tersebut.
Satu hal yang tak paling ia sukai selain pelajaran Matematika.
"Yah... Mulai lagi deh si Arisa." gumam pelan Sasaki berpeluh, sementara Risa hanya bisa tertawa garing pelan karena melihat situasinya begitu.
"Baiklah! Aku terima tantangannya!" sahut Navira dengan lantang.
Dia takkan membiarkan seseorang merusak harga dirinya—tidak akan!
"Aku pasti akan mengencani para kapten itu hingga tuntas!"
Seringai Arisa makin terbentuk manis menghiasi wajahnya.
"Berjuanglah~ Kami mendukungmu!~" ujarnya manis.
Aku pasti bisa, ya... Aku yakin akan itu!
Teriakan lantang dalam hati Navira membuatnya berani menerima tantangan tersebut.
Yang dimana sumber dari segala masalah akan dimulai—
Ataukah...
Sumber dari sebaliknya?
.
.
.
To Be Continued
Wtf is this lol please forgive me to not update another stories so soon qwq
Another story for some ficlet or short multichaps fic that I accidentally typed and being the draft in my lapop for who-knows-when.
Damn, I look like a lost lamb when I was typed these chap *le laugh*
Okay so whatcha guys think about this story?
Lemme know what you think about it with vote and comment. I will be sure to fix any mistake if you tell me and I will fix it right away~ BYE~~~ ;3
Regards,
DNAgirlz
