Sakura mengamati flatshoes yang membalut kakinya. Sasuke mengamati sepatu sport yang ia kenakan. Naruto mengamati Sasuke dan Sakura tanpa minat.

Kenapa mereka berdua memandangi sepatu mereka seperti itu? Apa ada yang salah?, begitu pikir Naruto. Namun, ia tak menemukan jawabannya.

.

.

Shoes © darkbam

Naruto © Masashi Kishimoto

[Meskipun mereka tidak berjalan beriringan, tetapi mereka tetap akan kembali di tempat yang sama]

All standart warnings applied!

.

.

Waktu Sakura masih kecil, tangannya selalu digamit oleh ayah atau ibunya. Terkadang ia memandang ke depan, namun lebih sering ke ia melihat ke bawah. Memandangi sepatu yang membungkus kakinya.

Sepatu itu ...

Mereka selalu bersama, namun tak pernah bertemu.

Ironis.

.

.

.

Pernah sekali waktu Sasuke terjatuh karena kaki kirinya tersandung batu yang lumayan tajam. Kebetulan juga ia sedang memakai sandal saat itu, alhasil kakinya terluka dan berdarah. Untung disana ada Naruto yang langsung mengobati lukanya yang bisa dikatakan lebar.

"Kenapa kau tidak memakai sepatu tadi? Sudah tahu jalan disini banyak batu-batu yang tajam," omel Naruto. Sasuke hanya diam.

"Apa bedanya jika aku memakai sepatu atau sandal?" Naruto menatap Sasuke bingung.

"Tentu saja, sepatu dapat melindungi jemari kakimu dari batu apa bila kau tak sengaja menendangnya," jawab Naruto. Sasuke mengangkat arah pandangnya pada Naruto.

"Sepatu atau sandal. Mereka sama-sama alas kaki dan mereka tak mampu berjalan beriringan dengan pasangannya. Jika aku memakai sepatu, saat salah satu kakiku menendang batu atau benda apapun itu, maka kaki yang lain tak akan merasakan apa-apa. Namun jika aku mengenakan sandal, apabila hal yang sama terjadi, maka kakiku yang satunya juga akan merasa sakit ... seperti yang diarasakan kaki yang menendang batu tersebut."

Kala itu, Naruto tidak dapat memahami maksud dari ucapan Sasuke.

.

.

.

Sasuke mendekap erat Sakura yang tengah menangis. Ia akan berangkat ke Austria untuk mengambil beasiswa yang telah diberikan padanya. Naruto memandangnya sedih.

Kemudian, Sasuke melepas pelukannya. Menatap dalam manik kembar sewarna klorofil itu dalam-dalam.

"Ini tidak akan lama. Hanya dua tahun saja, kok," Sakura menghapus air mata di pipinya.

"Tidak akan lama, katamu?" Sasuke mengangguk sembari mengacak helaian merah muda itu. Membuat sang pemilik menggerutu tak suka karena rambutnya menjadi berantakan. Tapi, biarlah ... Sasuke tidak akan dapat mengacak surai lembut dan harum itu dalam waktu yang tidak singkat.

Ia menatap Naruto, dan memeluk pemuda itu. "Kau tidak akan menangis?"

Naruto berdecak dan melepas pelukannya, "jangan bodoh, Sasuke."

"Baiklah, aku titip Sakura padamu, Naruto. Jika terjadi apa-apa padanya, maka kaulah yang akan bertanggung jawab," ia meninju pelan dada kanan Naruto.

"Kau bisa mengandalkanku,"

Dan Sasuke dengan berat hati harus meninggalkan dua orang yang sangat berarti baginya itu.

.

.

.

Sekarang Sasuke menyadari satu hal, bahwa meskipun sepasang sepatu tak dapat berjalan beriringan, namun pada akhirnya mereka akan kembali pada tempat yang sama. Mungkin begitu juga dengan hubungannya dan Sakura saat ini. Walau ia dan Sakura tak dapat berjalan beriringan sekarang, namun nanti pasti Sasuke akan kembali lagi untuk bersama gadis itu ...

Seperti sepasang sepatu yang akan selalu mencari pasangannya ... Sasuke juga akan selalu mencari Sakura kemana pun gadis itu pergi ...

.

.

.

END

.

.

.


Author's area is here!

Maaf jika ini terlalu tidak nyambung dan bikin pembaca gagal paham. Saya sendiri juga tidak mengerti apakah yang saya tulis ini ...

Tapi, terima kasih karena sudah membaca sampai akhir /membungkuktigapuluhderajat/ x). Sorry if there was a little annoying typo(s)!

...

Lots and lots of love,

bam