PRECIOUS

By : FannyHan

Pair : SiHanKyu, KyuMin, and other

Warning : Yaoi!

Rated : M

Backsong : I Wonder If You Hurt Like Me-2AM

Disclaimer : I am not, in any way, take any profit from the story. All real people are used without their permission. Events portrayed are fictional and do not reflect on the actual people within the stories. The contents are purely made for personal entertainment.


Lima belas tahun yang silam…

Seorang bocah lelaki yang usianya kira-kira enam tahun tampak sedang serius mengintip dua bocah lelaki yang tengah bermain tak jauh dari hadapannya. Dia berdiri di balik sebuah pohon besar agar tidak ketahuan. Sejak tadi dia sudah ingin sekali ikut bergabung untuk bermain dalam bahasa yang tidak dimengerti olehnya.

Lantas bocah itu mulai berpikir apakah kedua orang itu adalah alien seperti di film-film yang diam-diam selalu ditontonnya bersama dongsaengnya. Habisnya, mereka tidak berbicara dalam bahasa korea sama sekali. Tapi justru itulah yang membuat bocah tersebut semakin penasaran ingin mengenal keduanya. Bocah itu masih terus menatap mereka, ketika salah satu dari keduanya mulai sadar sedang diamati lalu melihat dan menunjuk bocah itu supaya temannya yang satu lagi bisa melihatnya.

Merasa kalau keberadaannya sudah diketahui, bocah itu buru-buru pergi dari tempat itu karena dia takut ditangkap oleh keduanya. Dia mulai berlari secepat yang dia bisa. Namun sayangnya, dia menginjak tali sepatunya sendiri dan akibatnya dia terjatuh di tanah dengan keras. Rasa sakit luar biasa di kaki serta telapak tangannya bercampur dengan rasa takut membuatnya mulai menangis dengan keras.

Saat itu taman tempat mereka berada sedang sepi dan tidak banyak orang yang berlalu lalang. Bocah itu terus saja menangis sampai kemudian dia melihat kedua bocah lelaki yang tadi diamatinya kini sudah berada di dekatnya. Anak lelaki yang lebih besar mulai berlutut di hadapannya, sedangkan yang seorang lagi, yang tadi menunjuknya hanya berdiri di belakang sambil terus memegangi ujung baju temannya.

"Sakit, sakit, segeralah pergi. Sakit, sakit, segeralah pergi~~~" anak lelaki yang lebih besar itu mulai bernyanyi dalam bahasa korea sambil meniup-niupkan luka yang ada di kaki dan tangan bocah lelaki itu.

Setelah mendengar anak lelaki itu bernyanyi dalam bahasa yang dia mengerti, bocah lelaki itu perlahan mulai berhenti menangis dan menatapnya dengan sesenggukan. Anak lelaki itu masih terus bernyanyi dan memperhatikan lukanya.

"Masih sakitkah?" tanya anak lelaki itu sesudahnya. Bocah itu mengangguk pelan. Dia masih belum berani membuka mulutnya untuk berbicara.

"Tapi kau sudah berhenti menangis. Aku selalu melakukan ini pada Mimi, dan dia juga langsung berhenti menangis." katanya sambil tersenyum bangga. "Benar kan, Mi?"

Anak lelaki di belakangnya mengangguk malu-malu.

"Kenapa tadi kau kabur waktu kami melihatmu? Padahal kami kan ingin mengajakmu bermain bersama-sama."

"Kupikir.. kalian… itu, alien." aku si bocah tersebut sambil sesenggukan.

"Gege, apa itu alien?" tanya bocah bernama Mimi dengan bahasa korea yang beraksen.

"Alien itu monster dari luar angkasa yang datang untuk menculik manusia. Aku pernah menontonnya di rumah. Kenapa kau berpikir kami itu alien?"

"Habis, habis, kalian berbicara dalam bahasa yang aneh."

"Ohhhh." anak lelaki itu segera mengerti. "Kami tadi berbicara dalam bahasa Cina, bukan bahasa alien. Sudahlah, ayo kita main sama-sama!"

"Aku boleh ikut bermain dengan kalian?" tanya bocah lelaki itu dengan mata berbinar-binar.

"Tentu saja!"

Setelah itu mereka bertiga mulai bermain bersama-sama di taman itu sampai seorang wanita setengah baya muncul di kejauhan sana dan memanggil keduanya.

"Gege, ayo pulang." Mimi sekali lagi menarik-narik ujung baju saudaranya itu.

"Ya, ya. Kami pulang dulu, ya." pamit si anak lelaki itu pada teman baru mereka.

"Eh, kalian sudah mau pergi?" bocah lelaki itu tampak tidak rela harus berhenti bermain dengan teman barunya. "Apa kita masih bisa bermain lagi besok?" tanyanya penuh harap.

"Tidak, tidak bisa lagi." anak lelaki itu menggelengkan kepalanya. "Nanti malam kami akan kembali ke Cina, dan tidak akan lagi berada di sini."

"Cina itu ada di mana? Apakah dekat dengan rumahku?"

"Ibuku bilang Cina itu letaknya jauuuh sekali dan ada di seberang lautan sana. Baiklah, kami pergi ya. Dah! Ayo Mi, ucapkan selamat tinggal."

"Selamat tinggal."

"Tunggu dulu, aku belum tahu siapa nama kalian? Mungkin aku bisa meminta ibuku untuk pergi ke Cina dan mencari kalian."

"Ah, namaku Geng, dan dia Mimi. Ingat baik-baik ya!" seru anak lelaki itu sambil berlari-lari kecil menuju ke arah wanita tadi yang ternyata adalah ibunya. Mimi mengikutinya dari belakang.


Terdengar derap langkah kaki yang berlari di sepanjang koridor rumah sakit. Tampak seorang lelaki sedang berlari terburu-buru dan segera berhenti begitu menemukan bagian informasi.

"Pasien, yang baru saja mengalami, kecelakaan, lalu-lintas, ada dimana dia sekarang?" serunya terputus-putus pada perawat yang bertugas di ruang informasi.

Perawat yang ditanya masih berpikir sebentar lalu segera mengerti. "Ah, apakah pasien itu seorang lelaki?"

"Ya! Di mana dia?" tanyanya semakin tidak sabar.

"Saat ini dia sedang berada di unit gawat darurat dan sedang menjalani pemeriksaan. Ruangannya berada di lantai dua sebelah kiri paling ujung." perawat itu masih ingin memberikan arah yang harus dilewati oleh lelaki itu, tapi sayang lelaki tersebut sudah lebih dulu berlari. "Tuan! Dilarang berlari di koridor rumah sakit!" serunya, tapi tentu saja tidak didengarkan oleh lelaki itu.

Ketika lelaki itu tiba di ruangan yang sudah disebutkan oleh perawat tadi, dia bisa melihat beberapa wajah yang tidak asing lagi sedang berdiri di dekat pintu dan menunggu proses yang sedang berlangsung di dalam kamar tersebut. Salah seorang dari mereka, yaitu seorang lelaki yang tingginya menjulang menyadari kehadirannya dan segera berjalan menghampirinya dengan penuh rasa marah.

"Yah! Untuk apa lagi kau datang kemari? Bukankah ini yang menjadi harapanmu selama ini? Pergi sekarang juga dan jangan pernah kembali lagi, bajingan!" umpatnya pada lelaki itu.

"Zhoumi, aku, aku hanya ingin mengetahui keadaannya."

bersama dua bocah itu, tapi dia merasa malu dan mendengar kedua bocah itu saling berbicara

"Kau," Zhoumi hampir saja bisa meraih kerah baju lelaki itu dan berniat untuk memberikan satu pukulan keras ketika seseorang akhirnya keluar dari dalam ruangan tersebut. Ternyata dia dokter yang tadi langsung menangani keadaan pasien.

"Dokter! Bagaimana keadaan putra kami?" sepasang suami istri yang tadinya juga ikut menunggu bersama seorang lelaki lainnya segera mendekati dokter tersebut meminta penjelasan.

"Apakah kalian adalah orang tua dari pasien?" tanya dokter itu yang segera dijawab dengan anggukan kepala. "Kalau begitu anda berdua harus ikut ke ruangan saya sebentar."

"Tidak Dokter. Jelaskan di sini saja. Kami tidak mau berada jauh dari putra kami." sela si istri yang memegang lengan suaminya dengan erat.

"Baiklah." sang dokter menghela napas berat, seakan apa yang ingin disampaikannya adalah sesuatu yang bisa mengguncang mereka. "Pasien mengalami kritis dan hampir saja kehilangan nyawanya jika barusan tidak ditangani dengan cepat." jeda sejenak. "Kami sudah melakukan segala yang bisa kami perbuat untuk menyelamatkan pasien. Dari hasil pemeriksaan sementara, kami mendapatkan informasi kalau pasien berada di bawah pengaruh obat-obat terlarang serta minuman keras sebelum mengalami kecelakaan. Kepalanya terbentur sangat keras, ditambah lagi obat-obat serta minuman tersebut ikut mempengaruhi syaraf otaknya hingga kini dia mengalami keadaan koma."

Sekali lagi dokter itu menarik napas dalam-dalam, lalu dengan penuh rasa bersalah dia mulai berkata dengan nada final. "Maafkan saya untuk mengatakan hal ini. Tapi, tolong persiapkan diri kalian untuk menghadapai hal terburuk yang akan terjadi pada pasien."

Sesudah kalimat itu dilontarkan, wanita setengah baya tersebut segera tidak sadarkan diri dan suaminya dengan sigap menangkap tubuhnya sebelum terhempas ke lantai. "Zhoumi! Tolong bantu Paman mengangkat Bibi."

Lelaki yang bernama Zhoumi itu cepat-cepat mengikuti apa yang dikatakan oleh pamannya, lalu mereka bersama-sama membawa wanita tersebut ke ruangan lain yang ditunjukkan oleh dokter itu.

Kini di depan ruangan itu hanya dua orang lelaki yang terdiam sambil terus berdiri memandangi kepergian Zhoumi beserta keluarganya. Semenit kemudian, salah seorang dari keduanya berniat untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Kyuhyun." panggilnya ketika tangan lelaki itu sudah menyentuh kenop pintu. Lelaki yang bernama Kyuhyun tersebut segera membalikkan badan dan menatap lawan bicaranya dengan pandangan datar.

"Pergilah sekarang juga Siwon. Tidak ada seorang pun yang ada di sini yang mengharapkan kehadiranmu. Bahkan Hankyung pun tidak."

"Hankyung, aku harus melihatnya. Aku harus mengetahui keadaannya."

"Kukatakan sekali lagi, pergilah sebelum aku terpaksa mendaratkan tanganku padamu. Kaulah yang menyebabkannya mengalami kecelakaan seperti ini, jadi kau tidak berhak lagi mengetahui keadaannya. Pergilah!" putus Kyuhyun lalu memasuki ruangan tersebut.

Kalimat terakhir itu terasa menusuk tepat di ulu hatinya, dan memang itulah kebenarannya. Dialah yang menjadi penyebab kecelakaan itu. Dia! Karena perbuatannya, secara tidak langsung dia telah mengantarkan orang yang paling berarti dalam hidupnya ke persimpangan jalan menuju kematian dan kehidupan. Kini dia hanya bisa menyesali segala perbuatannya dan mati-matian berdoa kepada Tuhan agar dia bisa sekali lagi memperoleh keajaiban itu.

"Salahkah kalau aku berharap untuk bisa selalu berada di sisi orang yang kucintai?"

Tanpa dia sadari kini air matanya ikut meleleh di kedua pipinya.


A/N : Tadinya ide ini terlintas begitu aja di kepalaku, dan Tada! Sekarang aku tuangkan dalam tulisan. Awalnya sih memang terasa Angst, tapi untuk ke depannya akan ada drama, romance, dan mungkin humor. Ini masih prolog, jadi aku buat singkat. Kalau yang ripiu banyak, aku lanjut. Dan kalau enggak, aku hapus aja deh dan jadi karya pribadi.

Ohya, jangan lupa baca ff aku yang Love Via Interview dan Move On juga ya sekaligus tinggalkan jejak! #Promosi, promosi.