OC Karakteristik
Nama : Kuroko Ryu
Sekolah : SMP Teiko Kelas 3-B
Umur : 14 Tahun
Tinggi Badan : 153 cm
Berat Badan : 37 kg
Tanggal lahir : 14 Februari, Aquarius
Gol. Darah : O
Ryu mempunyai rambut dan mata biru seperti Tetsuya, rambutnya sepanjang pinggul dan dikuncir kuda dengan pita merah (pemberian Akashi). Badannya kecil, berkulit seputih salju dan memiliki wajah dan suara yang manis, namun tidak dengan kepribadiannya. Dia energik dan periang namun sedikit sadis dan dijuluki sebagai 'Little Devil' dari SMP Teiko. Perawakannya yang seperti ini disebabkan karena dia terlahir prematur pada bulan kehamilan ke-7 ibunya. Dia dapat mengumpulkan data dan informasi pemain, namun tidak bisa sebaik Momoi, dia tak bisa memprediksi perkembangan dari pemain tersebut. Dia mengenal hanya mengenal Akashi dan Midorima dari kelima Kiseki no Sedai.
Langit begitu gelap disertai guyuran hujan yang menimpa Tokyo saat itu. Seorang anak perempuan-kurang lebih 12 tahun-berdiri terpaku dibawah guyuran air hujan. Matanya melebar seperti tak percaya akan hal yang tengah ia lihat. Tak jauh dari anak perempuan tersebut, tergeletak seorang laki-laki yang usianya tak terlalu jauh dari sang anak perempuan.
Perlahan anak perempuan tersebut menghampiri anak laki-laki tersebut. Kulit anak laki-laki tersebut yang agak kecoklatan, tubuhnya yang tingginya kira-kira 180-an cm serta wajah rupawan yang dimiliki pasti dapat memukau banyak wanita. Namun, bukan hal itu yang sedang terlihat dalam pancaran mata baby blue sang perempuan. Yang dapat ditangkapnya saat ini hanyalah warna merah pekat yang keluar dari tubuh si laki-laki.
Seperti tersadar dari lamunannya, dia berlari mendekat serta berteriak.
"Masamune-senpai!"
.
.
.
"Gara-gara kau, hal ini terjadi pada senpai!"
.
.
.
"Anta no sede...
Zenbu no..."
.
.
.
Dia terlonjak kaget dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya. Bayangan akan mimpi yang baru saja dirasakannya masih teringat dengan jelas di otaknya. Matanya bergerak melihat jam digital yang terletak pada meja di sebelah tempat tidurnya. Warna merah dengan angka 05.17 seakan memelototinya untuk segera bangun.
Karena mimpi yang dirasakan, dia tak ada niatan untuk meneruskan acara tidurnya. Dia segera turun dan pergi menuju ke kamar mandi. Dilihatnya pantulan dirinya pada sebuah kaca, wajah dengan kulit putih seputih susu, dengan mata dan surai baby blue yang sewarna, serta bibir tipis dan mungil juga hidungnya. Seharusnya ia terlihat sangat manis, namun yang terlihat malah mata yang merah dan surai biru yang acak-acakan. Iapun hanya dapat menghela nafas dan pergi meninggalkan cermin untuk mandi dan bersiap-siap pergi ke sekolah.
.
.
.
Segala ingatan buruk tidak bisa kulupakan... Bahkan sampai hari ini.
Gomen, senpai.
.
.
.
Seorang wanita berambut hitam tengah sibuk dengan pekerjaannya di dapur untuk menyiapkan sarapan. Tak lama kemudian dua orang laki-laki dengan surai baby blue datang dari lantai dua rumah tersebut dan langsung menuju ruang makan. Sang wanita menoleh dan tersenyum.
"Ohayou, anata, Tetsuya" kata sang wanita.
"Ohayougozaimasu, Okaa-san" sang anak laki-laki menjawab dengan wajah datarnya, sebut saja Kuroko Tetsuya.
"Ohayou, anata." kata laki-laki yang lebih tua, yang tak lain dan tak bukan adalah ayahnya.
"Ryu wa?" tanya ibu Kuroko.
"kurasa dia masih bersiap-siap." jawab anak lelaki bermarga Kuroko itu.
"Ohayou, 'kaa-san, 'tou-san, nii-san." seorang anak perempuan dengan rambut dan mata yang sama warnanya-baby blue-datang dari lantai dua.
"Ohayou, Ryu. Apa kau tidur nyenyak?" Tetsuya berkata sambil melihat adiknya tepat dimatanya.
"Iya, nii-san." jawabnya dengan tersenyum. Mungkin orang lain tak akan menyadari, tapi Tetsuya bukanlah 'orang lain' dia adalah kakak tersayang dari anak perempuan bernama Ryu. Yang dapat Tetsuya tangkap dari senyuman adiknya hanyalah kesedihan dan penyesalan yang sangat mendalam.
"nii-san hari ini upacara masuk sekolah 'kan?" kata Ryu sambil memakan sarapan yang telah disiapkan ibunya.
"hai'"
"klub apa yang mau nii-san masuki?" kata Ryu dengan tatapan mata dan raut muka yang sama dengan kakaknya.
"Basuke, kana?"
"yappari, na... Nii-san sangat suka basket sih.." entah mengapa raut muka Ryu saat ini kontras dengan apa yang ada dipikirannya. Senyumannya yang hangat terpancar jelas dari sinar matanya, namun ada sedikit perasaan sedih dan khawatir akan kakak tersayangnya itu.
Ia hanya bisa berharap untuk yang terbaik bagi kakaknya. Di Seirin, sekolah baru kakaknya. Sekolah baru tanpa ada kelima monster dari sekolahnya saat ini, Teikou chuugaku.
.
.
.
Saat basket yang sangat kau cintai berubah menjadi hal yang menyakitkan.
Apa yang harus kulakukan?
.
.
.
Bunga sakura berjatuhan di sepanjang jalan menuju sekolahnya. Warna soft pink memenuhi seluruh pandangannya ditambah dengan warna biru langit yang menjadi latar dari pemandangan tersebut memancarkan segala unsur keindahan. Namun hatinya berkecamuk masih mengkhawatirkan kakaknya dengan sekolah barunya. Tapi pikiran itu segera ditepisnya, ia yakin pasti kakaknya baik-baik saja. Kakaknya itu kuat, pasti kakaknya akan mendapatkan- bukan tapi memilih hal yang terbaik untuknya.
Haah...
"bosan" satu kata terucap dari bibir mungil dari Ryu.
"Ryu-chi~n" tiba-tiba ada anak laki-laki berambut kuning memeluk Ryu dari belakang. Tingginya kira-kira 187 cm, berbadan tegap dengan wajah yang tampan.
"Naniyo, Kyouhei?" Ryu tetap dengan wajah datarnya melepaskan pelukan anak yang telah diketahui bernama Kyouhei.
"Apa pamflet untuk perekrutan siswa baru ke klub kita sudah jadi?" tanyanya dengan binar antusias terpancar dari matanya.
"Sudah, tinggal besok kita menyebarkannya. Tapi kukira walau tanpa pamfletpun mereka akan masuk ke klub kita."
"Benarkah? Kenapa bisa?" tanya Kyouhei
"Jangan berlagak bodoh! Tentu saja karena 3 kali kemenangan lima monster itu banyak yang ingin masuk klub basket kita." jawab Ryu.
"iya-iya. Aku tahu itu, aku hanya menggodamu saja." jawab Kyouhei dengan cengiran menempel di wajahnya. Tapi Ryu lebih tau kalau Kyouhei merasakan pressure dari beban yang berat yang harus ditanggung. Kemenangan 3 kali dari senpai mereka yang telah lulus memang memberi rasa bangga terhadap mereka serta nama baik sekolahnya meningkat. Namun setiap hal pasti memiliki dua sisi, salah satu sisi negatifnya adalah hal itu memberi beban tersendiri bagi kohai yang ditinggalkannya. Terutama untuk kapten tim basket yang baru-Takano Kyouhei 3-B untuk tahun ini.
"Kyouhei..." panggil Ryu dengan menatap mata lelaki itu dengan dalam. Yang dipanggil hanya menoleh dan tersenyum lebar-yang dimata Ryu terlihat dipaksakan-dan mengacak rambut Ryu.
"Ashita wa ganbarouna, Ryu-chin." dengan itu diapun pergi.
.
.
.
Saat mereka memberi beban berat untuk kami. Hal apa yang harus kulakukan untuk pertama kali?
Apa yang harus kulakukan untuk meringankan beban mereka?
Keesokan harinya...
Hari ini melelahkan. Bahkan setelah semua pelajaran selesai dia harus mempersiapkan latihan klubnya hari ini. Biasanya dia tak akan sesibuk ini, namun dari tahun ini posisinya naik dari manajer tingkat dua menjadi manajer tingkat satu. Haaah... Apa boleh buat tugas tetaplah tugas, dia harus mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Setidaknya dia ingin sedikit meringankan beban mereka walau dari belakang mereka, mendorong dengan kekuatan yang tidak seberapa. Walau hanya dari pinggir lapangan basket.
.
.
.
"haah... Lelahnya..." dia meregangkan otot-ototnya sambil berjalan keluar area sekolah. Walaupun tubuhnya lelah, tanpa disadari ia telah berjalan menuju arah lapangan street basket. Entah mengapa dia merasakan keingin yang kuat untuk pergi ke arah tersebut.
Sesampai di sana, dia melihat 2 orang sedang melakukan one-on-one. Salah satunya adalah anak laki-laki bersurai baby blue yang sangat ia kenali dan seorang lagi adalah anak laki-laki berbadan tegap dengan surai merah-hitamnya. Dari sana terlihat sekali bahwa kakaknya kalah telak dalam match itu. Tapi karena rasa ingin tahu yang tinggi, dia mendekat dan bersembunyi. Sayup-sayup dia mulai mendengar perbincangan dua orang tersebut.
"Apakah kau dengar apa yang baru kau katakan? Seberapa besar kau menganggap tinggi kemampuanmu hingga berpikir untuk bisa mengalahkanku? Aku tak percaya betapa arogannya kau menantangku!" si merah berteriak pada kakaknya.
"Masaka, tentu saja Kagami-kun lebih kuat daripadaku. Aku tahu sejak sebelum kita bertanding." jawab kakaknya pada orang yang baru dikenal bernama Kagami. Mendengarnya Kagami menarik kerah Tetsuya dan mendekatkannya ke wajahnya. "Apa kau mengajakku bertengkar? Apa yang kau maksudkan?" jawabnya dengan wajah yang menurut Ryu menyeramkan. Namun kakaknya tetap berwajah datar seperti biasanya.
"Aku ingin melihat seberapa kuat Kagami-kun dengan mata kepalaku sendiri."
"Ha!?" dengan itu Kagami melepaskan kerah Tetsuya yang tengah dicengkramnya.
"ano..." Tetsuya berkata sambil mengangkat bola basket yang sedang dipegangnya ke hadapan Kagami.
"Cukup. Aku tak tertarik pada orang lemah." kata Kagami sambil berjalan menuju tasnya yang tergeletak disamping lapangan.
"Biar kukatakan satu hal ini. Kau lebih baik berhenti bermain basket, tak peduli berapa besar kau mencoba menutupinya dengan kata manis seperti kerja keras, yang paling dibutuhkan adalah bakat. Kau tak punya bakat dalam basket." Hal itu membuatmu marah dan kau ingin keluar dan menghajarnya. Namun sebelum kau dapat melakukannya, kakakmu bertindak terlebih dulu.
"Aku tidak mau." dengan tegasnya ia berkata hal itu.
"Aa!?"
"Pertama, aku mencintai basket dan aku tidak mempunyai faham yang sama denganmu. Aku tidak peduli siapa yang kuat atau siapa yang lemah." terangnya
"Apa katamu?"
"Aku tidak seperti kamu. Aku adalah banyangan."
Setelahnya Kagami pergi dari lapangan basket itu. Suara kakakmu
"Ryu, keluarlah. Aku tahu kau ada disana." kata Tetsuya sambil membereskan barangnya.
"teehee.. Aku tertangkap basah, ya..?" kata Ryu sambil keluar dari tempat persembunyianya. Merekapun mulai berjalan pulang kerumah bersama-sama.
"ne.. Nii-san.. Kenapa kau menantang orang bernama Kagami-senpai tadi?" kataku penasaran.
"Menurutmu kenapa?" Tetsuya membalikkan pertanyaan pada adiknya.
"Kalau dari yang kudengar nii-san ingin mengetahui kekuatan Kagami-senpai. Tapi untuk apa nii-san mencari tau?" Tetsuya hanya membalas pertanyaan adiknya dengan sebuah senyuman. Namun dari senyuman itu Ryu tau apa yang sedang diincar oleh kakaknya itu. Ryu 'pun membalas senyuman kakaknya dengan senyumannya yang paling tulus dan memancarkan 100% aura manisnya.
.
.
.
Semoga saja dengan ini senyumanmu serta senyuman mereka kembali bersinar terang diwajah kalian.
Semoga saja 'cahaya' barumu menuntunmu mendapatkan hal yang kau inginkan.
.
.
.
Hari ini hujan turun dengan derasnya, para anggota tim basket Teiko melakukan latihan dalam gym. Seorang anak perempuan dipinggir lapangan memperhatikan latihan sambil mencatat sesuatu pada notenya. "Apa onii-san sudah mendapatkan kepercayaan Kagami-senpai, ya?" adalah yang ada dibenaknya saat ini.
"Ryu-chi~n" lagi-lagi si pirang bernama Kyohei memeluknya dari belakang. "Kyouhei, bisakah kau berhenti melakukan ini." kata Ryu sambil melepaskan pelukan dari temannya itu. "Ada apa?" tanyanya setelah melihat wajah si pirang yang memelas karena tidak diperhatikan. "Bisa tidak kau mengatur latih tanding dengan sekolah lain. Aku bosan jika setiap hari yang kita lakukan hanyalah latihan dasar." jawabnya dengan agak memelas pada Ryu. Helaan nafaspun terdengar dari mulut Ryu.
"Kenapa kau tak usulkan ini pada pelatih. Kau kan kaptennya." jawab Ryu.
"He.. Apa hal itu bisa dilakukan?" tanyanya. Sebuah perempatan muncul di dahi Ryu.
"Tentu saja bisa, baka. Jika kau benar ingin latih tanding, usulkan saja ke pelatih. Itukan wewenangmu sebagai kapten" dengan itu Kyouhei pergi sambil berucap terima kasih.
Tak lama setelah Kyouhei pergi, Ryu dirangkul oleh seseorang lagi. Lagi-lagi dia menghela nafas.
"Naniyo, Ranmaru?" tanyanya pada pemuda yang merangkulnya. Ia memiliki rambut merah dengan poni sisi kiri lebih panjang dari yang kanan, dan tentunya betubuh tinggi.
"anosa... Richi... Ayo pulang sekolah kita ke majiba!" kata orang yang dikenal dengan nama Mori Ranmaru.
"Pertama, bisakah kau berhenti memanggilku begitu. Dan kedua, untuk apa aku harus pergi bersamamu?" jawab Ryu dengan sedikit menahan amarahnya.
"Iinjyanai. Tenang saja aku yang akan traktir." mendengar kata 'ajaib' itu Ryu pun langsung tergiur dan meng'iya'kan ajakan Ranmaru.
.
.
.
Sesuai janjinya, Ryu dan Ranmaru pergi ke Majiba sepulang sekolah. Ryu hanya mau memesan Vanilla shake saja, namun Ranmaru memaksanya untuk memesan teriyaki burger "Makanlah yang banyak dan cepatlah tumbuh" katanya sambil mengacak rambut Ryu. Walaupun agak kesal karena dikatai pendek secara tidak langsung, Ryu menerima tawaran Ranmaru, namun dia memilih super spicy teriyaki burger karena dia sangat suka makanan pedas. Maklum saja jika Ryu merasa kesal karena tingginya hanyalah 153 cm pada saat ini. Diapun heran dengan pertumbuhannya padahal dia sangat suka dengan susu sampai sehari dia bisa menghabiskan 3 botol susu. Tapi tubuhnya tetap saja kecil.
Setelah memesan makanan, mereka pergi mencari tempat duduk yang masih kosong. Dia melihat dua orang yang dia kenal, maka dia duduk dimeja dibelakang anak laki-laki berambut baby blue. Namun karena tingkahnya yang agak aneh, Ranmaru pun bertanya sambil duduk dihadapanya. "Ada apa, Richi?""sshh..."
"Pergilah ke tempat yang lain" kata si merah yang Ryu kenal dengan nama Kagami.
"Aku tidak mau." jawab sang kakak. Mendengarnya Kagami berkata sambil melihat sekelilingnya "Jika seseorang melihat kita, mereka akan mengira kalau kita itu teman baik!" hal ini sungguh membuat Ryu menahan tawa yang diikuti oleh tatapan aneh dari Ranmaru.
"Tempat ini adalah tempat langgananku." Kagami menghela nafas lalu melempar salah satu burger dari gunungan burgernya ke Tetsuya. "Aku tak suka orang yang buruk dalam basket. Tapi aku sedikit mengakuimu." Tanpa sadar Ryu telah tersenyum senang setelah mendengar ucapan Kagami tersebut. "Terima kasih"
Setelahnya Ryu yang selesai pulang mendahului dua orang tersebut. "Richi..." panggilan Ranmaru menyadarkannya dari lamunan panjangnya. "Nani?" jawabnya.
"Kenapa kau tertarik pada orang tadi?" kata Ranmaru. "Aku hanya sedikit khawatir padanya. Tapi kurasa aku hanya berlebihan, kakakku sudah punya teman yang mungkin akan menjadi sahabatnya." terang Ryu. "Hai'? Ryu no Onii-san? Anak laki-laki kekar berambut merah itu?" tanya Ranmaru dengan wajah tak percaya.
"Bukan tapi satunya lagi" sedikit kesal Ryu menjawabnya.
"Ha!? Aku tak melihat orang lain lagi." namun Ryu hanya diam dan meneruskan acara pulang ke rumahnya.
.
.
.
Kau memang seorang yang penuh banyak kejutan.
Apakah dengan ini aku boleh berharap lebih?
Apakah nanti harapanku tidak membebanimu?
.
.
.
"Tadaima." Suara yang terdengar dari pintu depan membuat Ryu segera berlari melesat menuju sumber suara tersebut.
"Okaeri, Nii-san. Kagami-senpai to doudatta?" tanpa membuang waktu Ryu langsung ke topik utamanya.
"Bukankah kamu sudah mendengarnya?" Bukannya malah menjawab, Kuroko yang lebih tua malah memberi pertanyaan pada adiknya.
"Tapi aku masih belum tahu hasil akhirnya. Ayolah, nii-san beritahu aku." Ryu yang dasarnya keras kepala memaksa sang kakak untuk memberitahunya. Tetsuya pun tersenyum dan berkata "Kagami-kun adalah 'cahaya' baruku." Karena terlalu senang senyuman paling lebar merekah pada wajah putih porselennya.
.
.
.
Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah memberimu dorongan semangat.
Namun aku sangat berharap kau dapat meraih hal yang paling kau inginkan.
Selesai juga cerita pertamaku
Maaf, kalau ceritaku kurang bagus, salah ejaan dan terlihat banyak sekali time skip.
Cerita ini kubuat sejalan dengan Animenya, jadi tak semuanya adalah ceritaku. hehehehe...
Maaf jika aku banyak memakai bahasa jepang, soalnya ada banyak tutur kata yang kalau di-translate jadi bahasa Indonesia jadi kurang enak di baca (pakai feeling, hehehehe...). Bagi yang tidak mengerti tolong katakan, akan kuberi translate Indonesia-nya di fanficnya.
Apa sebaiknya kulanjutkan atau Owari?
RnR Please!
