SURAT CINTA DARI BAEKHYUN
By : Fifioluluge
.
.
FF ini terinspirasi dari cerita berjudul I am not straight anymore yang ditulis sama author Fandrias94
Ada yang pernah baca?
Ratednya aman kok tenang aja hehehe
Selamat membaca chingudeulll #kayaadayangbacaja #plakkk
Jangan lupa review ya kalau sudah baca hehehe
.
.
CHAPTER 1
.
Sesosok namja berperawakan mungil menatap jijik sepasang namja dan yeoja yang mungkin sepasang kekasih sedang bercumbu di sudut ruang loker. Kalau bukan gara-gara sepupu sialannya yang super cerewet itu mungkin Ia tidak akan ada di sini menyaksikan hal menjijikan tepat di depan matanya.
Oh abaikan saja hal itu. Ia harus fokus pada tujuan awal. Membuka loker si pangeran yang dipuja seluruh yeoja di sekolah dan menaruh surat titipan dari sepupunya. Begitu saja dan selesai.
Ngomong-ngomong soal sepupunya. Namanya Baekhyun. Dia seorang namja yang tergila-gila pada pangeran sekolah yang oh tuhan jelas-jelas juga seorang namja dan terkenal playboy. Dia itu kehilangan otaknya dimana? Si pangeran itu jelas sekali sangat normal alias straight alias tidak belok. Dan baru 2 hari yang lalu putus dengan kekasih yeojanya.
"Luhan sayang, ini kesempatan emas buatku. Jarang-jarang pangeranku itu single. Mungkin saja kan dia itu bi. Dan jelas aku ini sulit ditolak, Lu. Ayolah bantu aku. Jeballlll…"
Begitu kata sepupunya saat namja si pengantar surat tadi yang bernama Luhan protes mengenai kenormalan si pangeran sekolah.
"Lihat siapa yang ada di depan lokerku."
Suara husky yang seksi itu menyadarkan Luhan dari lamunan soal sepupunya. Luhan pun mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Oh ini bukan hari baiknya. Dia…
.
"O…Oh Sehun?"
Si pangeran sekolah sekaligus namja yang tadi bercumbu di sudut ruang loker jika dilihat dari penampilannya yang acak-acakan ditambah yeoja yang menggelayut mesra di lengan kirinya dengan penampilan kurang lebih sama.
"Oppa, ternyata kau punya penggemar namja hihihi" ujar yeoja yang menggelayut di lengan Sehun sambil tertawa mengerikan.
"Oh tidak, bukan. Aku bukan." Elak Luhan dengan wajah super panik.
Tentu saja dia panik. Posisinya benar-benar mencurigakan. Tangan kanannya sedang membuka loker milik Oh Sehun dan tangan kirinya memegang surat berwarna pink dengan gambar hati dan sebatang cokelat. Bukankah sudah jelas Ia seperti penggemar rahasia yang tertangkap basah oleh idolanya?
"Oppa, sepertinya aku harus kembali duluan. Kau bersenang-senanglah dengannya." Pamit yeoja tadi lalu mengedipkan sebelah matanya pada Luhan.
Sungguh, yeoja itu membuatnya merinding.
.
BRAKK
.
Sehun menutup lokernya tepat di depan wajah Luhan yang ketakutan.
"Jadi, siapa namamu hmm?" Tanya Sehun sambil mengunci tubuh Luhan dengan satu tangannya.
"Lu..Luhan imnida." Balas Luhan sambil menunduk dengan tangan gemetar.
"Baiklah, Luhan. Kau boleh jadi kekasihku."
"Ne?"
"Kau sekarang jadi kekasihku. Kekasih pria pertamaku." Ulang Sehun dengan penuh percaya diri sambil sesekali memainkan rambut Luhan.
"Ah, kau salah paham, Sehun-sii. Ini bukan dariku. Sungguh. Aku tidak bohong. Ini dari sepupuku. Namanya Baekhyun. Jadi, seharusnya dia yang kau jadikan kekasih. Aku sama sekali tidak tertarik padamu. Aku ini normal." Jelas Luhan dengan satu tarikan napas.
"Normal huh? Tidak usah berkelit. Sudah jelas itu surat cinta dan cokelat untukku. Sama halnya kau menyatakan cinta padaku. Dan ya, aku menerimamu."
"Sudah kubilang itu bukan…
"Aku. Tidak. Peduli. Kau yang mengantarkannya."
"SUDAH KUBILANG BUKAN AKU!" bentak Luhan sambil menatap Sehun tajam.
Luhan sangat kesal pada namja di hadapannya ini. Rasa takutnya hilang seketika. Dengan keberaniannya yang entah muncul dari mana Luhan bisa menatap Sehun seperti sekarang. Tapi si Oh Sehun keparat itu malah tertawa dan dengan seenak jidatnya mengusap rambut Luhan.
"Santai saja, sayang. Aku juga normal, sama sepertimu. Ini pertama kalinya aku ingin mencoba hal baru. Aku ingin mencoba berpacaran dengan namja."
"Mencoba huh? Apa kau kehabisan stok yeoja? Apa otakmu sedang konslet?"
"Bagaimana kalau kita bertaruh?" bisik Sehun tepat di depan bibir Luhan, membuat Luhan geli sendiri.
"Bertaruh apa? Tidak usah macam-macam." Balas Luhan sambil mendorong wajah Sehun dengan telunjuknya.
"Kau bisa mendapatkan ferrariku jika aku lebih dulu jatuh cinta padamu. Dan jika sebaliknya, aku akan melepaskanmu. Bagaimana? Taruhan yang menarik kan?"
Ya benar. Sangat menarik dan tidak adil namun menguntungkan bagi pihak Luhan. Bagaimana pun juga, Ferrari milik Oh Sehun itu sangat menggiurkan. Luhan harus. Harus menerima taruhan ini.
'Maafkan aku, Baekki.'
"Huft, baiklah. Aku setuju."
Sehun tersenyum puas mendengar jawaban Luhan.
"Baiklah, kau sekarang kekasihku. Kekasih Oh Sehun."
.
CUP
.
Apa itu barusan?
Sehun baru saja mencium Luhan. Tepat di bibir. Walaupun hanya kecupan 3 detik tapi tetap saja berefek buruk pada Luhan. Tapi Sehun tidak peduli dengan ketermenungan Luhan dan berbalik pergi. Namun baru selangkah, Ia kembali lagi.
"Ini coklat dan surat untukku kan? Terimakasih." Ucapnya santai sambil mengambil paksa surat dan coklat yang berada di tangan Luhan yang masih dalam mode terkejutnya.
"Oh, satu lagi. Kau harus membiasakannya. Aku akan sering melakukan itu. Bibirmu manis." Kata terakhir Sehun sebelum beranjak pergi meninggalkan Luhan yang sudah tergeletak lemah bersandar pada loker.
'Ini mimpi buruk. Dia baru saja mengambil ciuman pertamaku. Dan oh bagaimana aku menjelaskannya pada Baekhyun?'
.
XXX
.
"Baekkie."
"Oh lihatlah, Kyungie. Ada pengkhianat di sini. Aku muak melihatnya. Ayo pergi." Sindir Baekhyun begitu melihat sepupunya, Luhan menghampirinya.
Baekhyun pun segera menarik paksa lengan Kyungsoo untuk menjauh dari Luhan. Kyungsoo hanya menatap Luhan dengan tatapan tenang-saja-ini-tidak-akan-lama. Dibalas anggukan lemah dari Luhan.
Sejak 3 hari yang lalu, si Oh Sehun keparat itu mengumumkan di radio sekolah bahwa Ia dan Luhan adalah sepasang kekasih, Baekhyun memusuhi Luhan.
.
"Siang semuanya, aku Oh Sehun. Aku punya pengumuman penting untuk kalian semua. Hari ini aku sudah tidak single. Luhan anak kelas 11.2 baru saja jadi kekasihku. Kalian harus menerimanya. Aku cinta kalian semua."
Begitulah pengumuman yang berakibat buruk pada fisik dan mental Luhan. Tak sedikit yang mencelanya dengan cara terang-terangan, ada juga yang menerornya lewat surat kaleng bahkan lokernya sering jadi sasaran. Dan hari ini yang terburuk. Luhan dilempari telur busuk, dikunci di kamar mandi dan baju olahraganya digunting. Dan si Oh Sehun itu tampak tidak peduli.
"Itulah resiko jadi kekasihku. Kau harus sabar hmm?"
Sialan benar kan? Oh Sehun hanya mengatakan itu saat membebaskan Luhan dari kamar mandi, itupun setelah 3 jam Luhan berada di dalamnya.
"Nih, pakai." Titah Sehun sambil melemparkan jaketnya ke lantai dan berakhir tergeletak di bawah kaki Luhan.
Dan setelah itu, dia pun pergi begitu saja meninggalkan Luhan yang terlihat mengenaskan dengan baju seragam penuh noda dan bau busuk dari telur. Luhan ingin menangis rasanya. Badannya sakit semua dan terlebih hatinya. Sekarang Ia tidak punya siapapun yang berada di pihaknya.
Sepupu dan sahabatnya menjauhinya. Bahkan si Oh Sehun yang notabene kekasihnya tapi tidak bisa disebut kekasih itu pun tidak membelanya ataupun sekedar berbelas kasih. Bukannya Luhan ingin dikasihani. Tapi, tidakkah kekasihnya itu peduli sedikit saja. Memangnya semua ini terjadi gara-gara siapa? Dan ah mungkin ini juga salahnya karena mengiyakan tawaran Sehun.
Dengan gontai, Luhan pun membersihkan tubuhnya dan segera mengganti pakaiannya dengan celana olahraga yang untungnya masih utuh dan jaket yang tadi dilemparkan oleh Oh Sehun. Setelahnya Ia pun bergegas pulang karena sekolah sudah sepi.
"Sudah selesai? Ayo."
Luhan sedikit terkejut melihat Sehun di depan pintu ruang ganti.
"Sedang apa kau di sini? Kukira sudah pulang."
"Tentu saja, menunggu kekasihku. Dia terlihat tidak sanggup pulang ke rumah. Jadi sebagai kekasih yang baik, aku mau mengantarnya pulang."
"Cih. Kekasih yang baik? Kekasih yang baik tidak akan diam saja saat melihat kekasihnya diperlakukan semena-mena."
"Baiklah, maafkan aku sudah pura-pura tidak melihatnya. Lain kali akan ku coba menolongnya." Balas Sehun dengan santai tanpa rasa bersalah sama sekali.
"Lebih baik sekarang kita pulang." Tambahnya lalu berjalan begitu saja tanpa melihat Luhan mengikutinya atau tidak.
Dengan mengesampingkan kekesalan dan harga dirinya. Luhan akhirnya memilih mengikuti Sehun. Sehun benar, raga dan jiwanya yang lelah tidak akan sanggup berjalan ke halte dan menunggu bis untuk sampai ke apartemennya yang nyaman.
.
Tidak ada percakapan sama sekali antara Luhan dan Sehun. Mereka benar-benar tidak terlihat seperti sepasang kekasih. Sehun hanya fokus menyetir dan Luhan hanya fokus melamun.
"Dimana rumahmu?"
"Seoulian Metropolis Apartemen daerah seondong-gu."
"Kau tinggal sendiri?"
"Ya."
"Dimana orang tuamu?"
"Kenapa kau ingin tahu? Sudahlah menyetir saja."
"Baiklah, jika tidak ingin cerita. Aku hanya ingin mengenal lebih banyak tentang kekasihku."
"Tidak ada gunanya bagimu."
Sehun pun hanya menghela napas melihat keacuhan kekasihnya.
.
Mobil Ferrari merah cherry Sehun berhenti di depan bangunan apartemen yang cukup mewah. Sehun sedikit kagum karena Luhan berani tinggal sendiri di apartemen yang cukup besar.
"Kau mau mampir?" tawar Luhan dengan tatapan ku-mohon-jangan-mampir.
"Aku ada urusan lain. Kekasihmu ini sangat sibuk." Jawab Sehun dengan sombong.
"Cih. Yasudah. Lagipula aku hanya basa basi. Terima kasih sudah mengantarku." Balas Luhan dengan acuh lalu segera keluar dari mobil Sehun.
Sehun menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Luhan yang tidak ada manis-manisnya sama sekali. Kalau begini sih, bagaimana bisa Sehun jatuh cinta pada Luhan?
"Baiklah, aku pulang." Pamit Sehun dibalas anggukan Luhan.
Luhan pun langsung berbalik masuk ke gedung apartemennya tanpa peduli Sehun sudah menjalankan mobilnya atau belum. Ia benar-benar butuh istirahat.
.
Ting
.
Luhan hendak masuk ke lift sebelum melihat sosok Baekhyun di dalamnya. Luhan hampir lupa kalau apartemen Baekhyun ada di lantai yang sama dengannya. Namun sepertinya Baekhyun pura-pura tidak melihat Luhan dan keluar begitu saja dari lift. Luhan hanya menghela napas sabar. Ia pun segera masuk dan menekan angka 12, lantai apartemennya.
.
XXX
.
Sehun menepati ucapannya. Saat Luhan yang berada di tengah kerumunan para yeoja penggemar Oh Sehun hendak disiram jus alpukat, tiba-tiba saja Sehun muncul di hadapan Luhan sehingga Ia terkena siraman. Tentu saja, yeoja yang menyiramnya kaget.
"O..Oppa? Mianhe aku tidak sengaja."
"Jebal. Ku mohon pada kalian semua. Biarkan aku dan Luhan bersekolah dengan tenang. Restui kami. Aku sedih melihat kalian memperlakukan kekasihku seperti ini. Kalian tidak mau kan melihat Oppa sedih?"
Luhan hampir menyemburkan tawanya saat Sehun berkata seperti itu. Apalagi dibagian 'kalian tidak mau kan melihat Oppa sedih?' itu benar-benar menggelikan. Akting Oh Sehun memang bagus. Buktinya semua yeoja itu langsung diam. Merasa bersalah mungkin? Bahkan ada yang sampai menangis. Luhan tidak percaya pengaruh ucapan Oh Sehun yang konyol itu bisa sampai seperti ini.
"Mianhe, Oppa. Kami hanya tidak terima kau berpacaran dengan namja."
"Minta maafnya pada kekasihku."
"Luhan Oppa, maafkan kami." Ucap semua yeoja itu serempak.
"Gwenchana. Aku tidak terlalu memikirkannya." Balas Luhan sok tegar.
Padahal dalam hatinya Ia geram bukan main dan ingin menguliti satu persatu dari mereka. Demi apapun Luhan tidak pernah merasa seburuk ini. Ia hanya seorang namja biasa yang mungkin hanya teman sekelasnya saja yang mengenalnya. Sebelumnya Ia tentram-tentram saja belajar di sekolah ini. Tapi semenjak menjadi kekasih tapi bukan kekasih Oh Sehun, semua hal buruk terjadi menimpanya. Oh Sehun benar-benar pembawa sial.
"Kau tidak mau mengucapkan sesuatu padaku?"
Suara Sehun membuyarkan lamunan Luhan. Luhan baru sadar kalau yeoja-yeoja itu sudah pergi dan kini tinggal dirinya dan Sehun dengan seragam basah yang berada di koridor.
"Kau menggelikan, Tuan Oh."
"Wah wah wah, aku tidak percaya kau mengatakan itu. Setidaknya, berikan aku satu ciuman."
Luhan pun tertawa meremehkan. Tapi entah apa pikirannya sedang konslet atau konsentrasinya hilang karena belum minum aqua #abaikan. Luhan tiba-tiba saja menarik tengkuk Sehun dan melumat bibirnya dengan semangat. Sehun? Tentu saja melotot tidak percaya.
Jujur saja, ciuman Luhan sangat memabukan dan terlalu manis membuat Sehun terbuai dan akan membalas sebelum Luhan melepaskannya begitu saja.
"Menikmatinya eoh? Aku hebatkan dalam berciuman?" tutur Luhan dengan nada mengejek lalu pergi begitu saja meninggalkan Sehun dalam mode linglung.
Sehun segera sadar dari keterpakuannya dan kemudian menampilkan seringai liciknya.
'Kau salah telah mempermainkanku, Luhan.'
.
XXX
.
Terlihat 2 namja berwarna kulit kontras sedang memperebutkan bola orange di lapangan basket.
.
DUG DUG DUG
.
BLASS
.
SRET
.
DUG DUG DUG
.
"Bagaimana rasanya berpacaran dengan namja?" Tanya sosok namja hitam sambil mendribble bola yang baru saja Ia rebut dari Sehun.
"Biasa saja. Tidak ada yang special."
.
BLASS
.
"Benarkah?" Tanya namja itu lagi sambil memegang bola yang baru saja masuk ke ring dan menghentikan permainan.
"Dia sama murahannya dengan semua yeoja yang pernah ku tiduri."
"Hahaha ternyata kau tetap Oh Sehun."
"Tentu saja, Kai. Memangnya ada alasan untukku berubah? Kau tahu? Kemarin dia menciumku dengan agresif seperti jalang yang haus belaian. Cih."
"Ku kira kau akan menjadi belok sepertiku." Ucap Kai lalu mengoper bolanya pada Sehun.
"Dalam mimpimu, kkamjong."
"Lalu kapan kau akan mengakhirinya? Kau tahu. Jangan kau kira perasaan seorang namja itu tidak lemah seperti yeoja. Bahkan kekasihku saja perasaannya sangat lembut. Aku pura-pura marah saja dia menangis."
"Segera setelah aku berhasil menidurinya."
"Kau memang brengsek."
"Yang kau bilang brengsek ini sahabatmu."
.
DUG DUG DUG
.
BRAKK
.
Sehun mencoba memasukan bolanya namun untuk pertama kalinya bola itu memantul dari ring.
.
DUG DUG DUG
.
SRET
.
Kai langsung merebut bolanya.
"Jangan sampai kau menyesal."
.
XXX
.
Luhan benar-benar menyesali perbuatannya 2 hari yang lalu. Akibat Luhan mencium Sehun waktu itu, Sehun jadi sering mencium Luhan dan tidak tahu tempat. Entah itu di kantin, di mobil, di toilet, di perpustakaan, di koridor bahkan di depan guru konseling. Luhan sampai ditegur oleh Lee songsaengnim, pasalnya Luhan itu murid teladan dan anak baik-baik sebelum dicemari oleh Sehun.
"Aku tidak melarang kalian berpacaran. Tapi tolong jangan di sekolah apalagi di hadapanku. Dan Luhan, tolong nasihati kekasihmu itu."
Betapa malunya Luhan. Dan si Oh Sehun itu hanya memasang tampang tidak peduli. Dasar Oh Sehun mesum menyebalkan.
"Sehun, tolong jangan menciumku seenaknya!" pinta Luhan dengan wajah memelas saat Sehun mengantarnya ke kelas.
"Wae? Aku kan kekasihmu." Sahut Sehun datar.
"Bukan berarti kau bisa menciumku di depan umum. Itu memalukan. Apa kau tidak punya malu?"
"Jadi, kalau di tempat yang tersembunyi kau mau? Lagipula kenapa harus malu? Aku hanya ingin menunjukan kalau kita ini pasangan yang saling mencintai."
"Saling mencintai pantatmu. Pokoknya jangan begitu lagi. Sudah sana kembali ke kelasmu. Sudah mau bel."
"Baiklah, sayang. Apapun yang kau katakan akan ku turuti."
Luhan memutar bola matanya malas.
.
CUP
.
"Dah sayang…. Kkkk"
.
Luhan menggeram karena sekali lagi kecolongan. Dia menatap sebal ke arah Sehun yang sudah kabur sambil tertawa setelah mencuri satu ciuman di bibirnya.
.
.
Hari ini Luhan sudah janjian dengan Oh Sehun untuk menemaninya ke toko buku. Tapi gara-gara Luhan seorang murid teladan maka Ia tidak bisa menolak saat Kang songsaengnim meminta bantuan padanya untuk menyusun buku-buku baru di perpustakaan. Apalagi Luhan merupakan pelanggan tetap yang hampir 50 persen waktu istrirahatnya Ia gunakan di perpustakaan. Jadi mau tidak mau Ia membatalkan janjinya dengan Oh Sehun.
Lagipula sejak kapan Luhan suka pergi dengan Oh Sehun. Malah baguskan kalau Ia tidak jadi pergi.
.
To : Oh Sehun
Kita tidak jadi pergi. Aku harus membantu Kang Saem.
.
From : Oh Sehun
Baguslah, aku tidak terlalu suka buku.
.
Luhan mendecih membaca balasan dari kekasih tapi bukan kekasihnya itu. Pantas saja dia ranking terakhir di kelasnya. Dasar Oh Sehun pemalas. Jika sudah menyangkut yeoja saja dia semangat. Benar-benar tipe kekasih yang buruk.
Tapi semenjak berpacaran dengan Luhan, Sehun tidak terlihat dekat dengan yeoja manapun. Tidak tau sih kalau di belakang Luhan. Luhan sih tidak peduli. Yang penting nanti Ia bisa mendapatkan Ferrari menggiurkan milik Sehun.
Kini Luhan sedang konsentrasi mendata buku-buku yang baru datang. Banyak sekali novel-novel baru yang belum Ia baca. Luhan benar-benar merasa beruntung karena akan meminjam novel-novel itu lebih dulu. Sebagai pelanggan spesial, Luhan diperbolehkan meminjam buku lebih dari dua.
"Jika sudah selesai mendata, tolong kau susun di rak ya."
"Ne, Saem."
.
Tidak terasa sudah dua jam Luhan berkutat di perpustakaan. Dengan 6 novel digenggamannya, Luhan sudah bersiap akan pulang.
"Terimakasih sudah membatuku, Luhan."
"Ne, Kang Songsaengnim. Saya juga senang membantu saem. Saya pulang duluan." Pamit Luhan sambil membungkuk lalu bergegas untuk pulang.
Rupanya perut Luhan berkata lain. Saat sedang berjalan menuju gerbang, Luhan merasakan perutnya bergejolak minta di keluarkan. Kalau menunggu sampai di apartemen, Luhan takut tidak kuat dan mengeluarkannya di jalan. Tidak tidak tidak. Itu buruk.
Dengan langkah seribu, Luhan cepat-cepat berbalik menuju ke kamar mandi sekolah.
.
Sesampainya di toilet…
"Ahh…"
Tidak. Itu bukan desahan lega Luhan yang berhasil mengeluarkan sesuatu dari lubang pantatnya. Tapi sesuatu yang lain. Itu suara yeoja. Luhan tidak salah masuk toilet kan?
"Ahh lebih cepathh oppahhh…"
Sialan. Rupanya ada pasangan yang bercinta di toilet. Luhan yang hendak menuntaskan keinginannya untuk buang air besar menjadi tidak ingin. Luhan tidak habis pikir, remaja sekarang memang tidak tahu tempat. Bercinta di toilet. Ewww sangat menjijikan. Luhan bergidik lalu melepaskan jam tangannya dan mencuci tangannya di wastafel.
"Sehunnhh oppahh…"
.
DEG
.
Sehun? Oh Sehun? Kekasihnya?
.
Luhan langsung mematikan keran dan mendengarkan desahan itu lebih seksama.
"Kau menikmatinya?"
Itu….. suara Oh Sehun.
.
Sialan. Kenapa napasnya mulai tercekat? Kenapa dadanya sesak sekali? Kenapa matanya mendadak buram? Tidak mungkin.
Tanpa Luhan sadari, air mata telah menggenang di pelupuk matanya. Kepalanya berputar. Semuanya terlihat berbayang. Desahan-desahan itu terus bersahutan dan semakin tenggelam di telinga Luhan.
.
BRUKK
.
Luhan terus berjalan mundur dan tidak sengaja menabrak tong sampah yang ada di dalam kamar mandi.
Sunyi.
Desahan itu tiba-tiba berhenti disusul suara tak asing di telinganya.
"Siapa itu?"
.
Tes
.
'Tidak mungkin aku jatuh cinta secepat ini padamu, Oh Sehun.'
.
XXX
.
TBC/DELETE
.
Mind To Review?
.
FF ini kalau lanjut paling Cuma Threeshoot atau paling banter sampe Chap 4
Lanjut atau tidaknya tergantung kalian
Silahkan memberikan apresiasi kalian pada kotak review
-Terima Kasih-
.
