.

SEMUA YANG TERTULIS DISINI ADALAH FIKSI DAN TAK ADA SANGKUT PAUTNYA PADA KENYATAAN


Pada tahun 2025, United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland telah menghilang dari peta dunia.

Hal ini dikarenakan dari awal permulaan Perang Dunia Ketiga yang meluluhlantakkan pulau kecil tersebut dan berlanjut pada pembantaian pada ras Anglo-Saxon.

Karena bom nuklir yang dijatuhkan tepat berada di atas negara maju tersebut, sehingga penduduk yang bertinggal disana, semuanya berhasil diluluhlantakkan.

Sementara ras Anglo-Saxon lainnya yang tersebar di berbagai penjuru dunia mulai dibantai.

Negara-negara adikuasa pada benua Amerika dan Eropa telah takluk pada negara-negara Asia, khususnya Cina, yang menjadi superpower dunia kini, berdampingan dengan Rusia.

Negara-negara yang berada pada kawasan Asia Tenggara seperti Thailand, Vietnam, Malaysia telah berada di bawah Jepang yang setingkat dibawah Cina. Sementara itu, Timor Leste, Papua Nugini, Brunei Darussalam, Singapura, dan Australia telah menjadi satu dengan Indonesia, yang kini sejajar dengan Jepang dalam posisi ekonomi.

Pada masa-masa ini, United States of America menjadi negara yang mendekati masa-masa kiamatnya.

Dan inilah kisah dari personifikasi United States of America,

Yang akan menjalani hidup pada dunia baru, dimana tak ada seorang pun yang bisa dipercaya.


Redox

Prologue : Abhor

Hetalia : Axis Powers © Hidekazu Himaruya

WARNING : USUK/Post-WW3/un-historical/Pirate!US/Pirate!UK/Implied RoChu/Onesided!AsaKiku


Sebab sama saja seperti Redox,

Dunia ini lambat laun mulai bereduksi.

Terpecah, berubah, lalu beroksidasi.

Akhirnya berkarat juga, seperti besi.


2025

Sakit rasanya.

Lelaki itu tak mengerti. Mengapa semua ini harus terjadi?

Bukankah hari ini ia rencananya hendak menyambut ex-colony-nya yang ia undang beberapa hari lalu ke rumahnya sendiri dan menikmati siang hari di terasnya dengan tenang dan damai, setelah itu berdebat mengenai manakah kata yang benar antara football atau soccer, sembari melontarkan berbagai umpatan dan kata-kata tak senonoh di tengah-tengah pembicaraan mereka kelak, kemudian tertawa lepas setelah membicarakan keadaan dunia saat ini?

Ia masih tak mengerti.

Sungguh, tak bisa mengerti mengapa semua ini harus terjadi secepat ini.

Bagaimana ia tak terkejut, ketika ia sedang dengan tenang-tenangnya membaca koran paginya sembari meminum breakfast tea miliknya, dentuman keras yang membuat tuli dan teriakan warga-warga kotanya segera membahana di telinganya. Setelahnya atap rumahnya pun hancur, dan rumahnya mulai luluh lantak bersamaan dengan tanah. Untunglah dirinya cukup sigap untuk segera memasuki bilik bawah tanah yang sudah ia siapkan jika suatu saat akan ada kejadian berbahaya.

Walau sungguh, ia tak menyangka bahwa ia akan memasukinya saat ini.

Sebab, pernahkah kau mengalami sebuah pagi hari dimana ketika kau baru saja membenahi dirimu dan seketika itu juga, kotamu dijatuhi oleh sebuah bom nuklir seperti masa-masa di Hiroshima atau Nagasaki seperti 80 tahun yang lalu?

Yah, ia memang tak mungkin mati karena sebuah bom, karena dia adalah seorang personifikasi negara. Walau memiliki tubuh yang sama dengan manusia biasa, namun ia tak akan mati hanya dengan bom atom. Ia bisa terluka parah, tapi ia tak akan mati sekarang. Sebab belum semua dari negerinya menghilang, begitu pula dengan bangsanya, walau sebagian besar sudah luluh lantak, bersatu kembali menjadi abu.

Kini ia hidup dengan apa yang tersisa dari bangsanya diluar sana.

Bangsa-bangsa dari Anglo-Saxon yang masih bertahan hidup diluar sana, entah di negeri mana, untuk tetap bertahan hidup dengan keyakinan yang ia punya.

Ya, dirinya tak akan mati, sebelum bangsanya benar-benar lenyap dari muka bumi.

Bunyi derak dan guncangan-guncangan terdengar dari bawah tanah. Dentuman-dentuman yang semakin memilukan dan bunyi fondasi bangunan yang retak, juga dengan iringan teriakan massa yang semakin menjadi-jadi. Menambah suasanan mencekam yang kian meneror diri sang nation, takut akan bagaimana masa depan tanah airnya dan nyawanya sendiri. Sampai kini pun, ia tak bisa mengerti akan serangan dadakan yang diluncurkan pada negerinya sendiri.

Air matanya menitik. Rasa sakit yang mendera di sekujur badannya karena tekanan dan serangan-serangan mendadak yang entah darimana, lalu pandangannya menggelap.

Dan entah sudah berapa hari berlalu, setelah ia tertimbun oleh tumpukan runtuhan bangunan.

Yang ia tahu, ia pasti hidup―tentu saja, karena ialah nation, dan seorang nation tak akan bisa mati karena hal seperti ini―dan kini seseorang tengah mendekatinya. Ah, rupanya ada yang menolongnya. Entah dirinya beruntung atau tidak, ditolong dengan keadaan mengenaskan dan penuh darah. Tulang-tulangnya sudah patah semua, dan andaikan ia bukanlah seorang nation, ia pasti sudah berada di pintu akhirat.

Sayangnya ia bukan manusia, dan ia iri pada manusia yang bisa mati.

Biarpun ia tak menyangka, bahwa yang menolongnya adalah…

"Arthur…"

Alfred F. Jones.

Lelaki personifikasi dari United States of America, dengan iris sapphire yang cerah, kini telah diselimuti kesedihan. Bekas tangisan dari matanya yang sembap dan agak basah. Wajah yang pucat, memerah dan berkeringat, sepertinya sehabis berlari atau bekerja keras akan sesuatu. Ujung-ujung jemari sang lelaki yang menolongnya terlihat banyak luka-luka kecil, dan dari dahinya, darah yang merah pekat masih mengucur cukup deras dari

"Kenapa kau disini..." disela-sela batuknya, Arthur berkata kepada sang personifikasi United States of America, "Kau tak boleh disini! Mereka bisa saja menyerangku untuk jebakan menarikmu kemari dan..." dan kata-kata sang Briton terhenti karena telunjuk sang American telah berada di bibirnya, mengisyaratkannya untuk diam.

"Jika memang mereka menggunakanmu untuk jebakan menarikku kemari, aku tak bisa memaafkan mereka." suaranya tertahan, terdengar bergetar, "Sudahlah, biarkan saja mereka mencabik-cabik diriku, selama dirimu tidak mati..."

"America!"

"Ssh..." Alfred merapatkan pelukannya pada sang Briton yang terkulai lemas, "Simpan debatnya untuk nanti saja, akan kubawa kau kembali ke rumahku dan..."

"Tak perlu..." sang personifikasi dari United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland yang mendadak mendapatkan kembali kekuatannya untuk menggerakan tubuhnya entah darimana itu berbicara, mengencangkan pelukannya kepada sang ex-colony-nya, dulu sekali, "America, kau tak perlu menolongku. Cukup kau biarkan aku disini dan kau bisa pergi. Daerah ini sudah terlalu berbahaya dan kau masih punya kepentingan lain lagi di negerimu!"

"Lalu meninggalkanmu disini? Begitu maksudmu?" dengan lontaran kata-kata penuh sarkasme, Alfred menjawab sang ex-motherland yang masih berada di pelukannya, "Lagipula, apa yang akan kau..." dan sebelum sang American menyelesaikan kata-katanya, sang Briton telah memotongnya,

"Selama aku tahu dirimu masih hidup, aku akan tetap berjuang untuk hidup juga."

"Aku tak yakin. Bagaimana kau bisa hidup jika keadaanmu sudah seperti ini?" dan kini, membopong sang Briton yang lemah, setengah hidup tersebut, "Sudahlah England... bukan, Arthur," memberi penekanan pada nama sang personifikasi yang lebih tua tersebut, "Mulai sekarang, akulah yang akan melindungimu."

Dan selanjutnya, hanya kesunyian yang panjang dan suara pesawat yang berterbangan di angkasa luas sana lah yang terdengar...

Sementara dimulailah, Perang Dunia Ketiga, membawa Arthur Kirkland dalam tidur panjangnya.

– ・–

2042

17 tahun telah berlalu, dan kini Perang Dunia Ketiga telah berhenti.

17 tahun ia telah dilindungi keberadaannya oleh sang personifikasi dari United States of America, tersembunyi dari dunia yang telah menganggap dirinya telah benar-benar mati, baik bangsanya secara total, dan personifikasinya. Dilindungi dari dunia, dan terisolasi, berdua saja dengan ex-colony-nya, yang kini melindunginya mati-matian dan menjalani perangnya sendiri dengan seluruh dunia, walau secara resmi Perang Dunia Ketiga telah berakhir.

Ia mencoba mengingat apa yang terjadi selama 17 tahun ia tak sadarkan diri, mencoba membaca suasana dan menerka-nerka dimanakah ia kini. Sebuah kamar yang kecil, dengan kayu yang mendominasi desain interior dari ruangan tersebut dan bunga mawar dalam jumlah banyak memenuhi ruangan. Tepat di sebelahnya, terdapat jendela yang menghadap pada hamparan padang rumput yang berwarna kekunigan, dan sisi lain ruangan yang berdekatan dengan pintu terdapat bendera nasional dari United States of America. Ia tersenyum, menyadari di tanah manakah ia berada kini. Senyumannya segera memudar dan seluruh wajahnya berubah menjadi pucat ketika dirinya melihat pada peta dunia besar yang menutupi satu sisi dinding di depannya dan tak menjumpai keberadaan pulaunya.

Sebagai seorang personifikasi yang telah membesarkan koloninya tersebut, Arthur merasa sangat kecewa.

Sebab ketika ia melihat peta dunia itu, ia melihat sebuah peta dunia yang sudah tercoret-coret garis merah dengan gambaran geografis yang tak jauh berbeda secara sekilas―tanpa pulaunya yang sudah menjadi abu 17 tahun silam, tentu saja―namun kini ia benar-benar menyadari bahwa ada banyak negara yang menghilang, sementara masing-masing negara yang tersisa telah mempunyai garis batas yang berbeda-beda. Jauh dari apa yang diingat sang personifikasi United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland tersebut. Negeri kembaran United States of America tersebut, Canada, sudah menjadi satu dengan saudara kembarnya. Ia tak menjumpai negeri Wine-bastard satu itu, juga dengan beberapa negara terdekatnya. Ia tak menjumpai yang namanya Portugal dan saudaranya, Spain, juga hampir luput dari matanya. Netherlands dan Belgium juga sudah tak ada lagi pada peta. Germany, Italy dan Austria beserta Hungary telah menjadi satu. Para negara-negara Nordics juga terlihat menjadi satu. Dan jangan kau tanyakan kemana menghilangnya tiga negara Baltic menyedihkan itu, sebab sudah pasti tiga-tiganya menjadi bagian dari Russia yang kini teritorinya telah merambat jauh lebih luas, dan beraliansi dengan China, menjadi superpower dunia.

Ia melihat ke arah kawasan Asia Tenggara. Tak banyak berubah kecuali negeri Zamrud Nusantara, yang kini telah memperluas teritorinya dengan menjadikan Australia, Singapura, dan Brunei Darussalam pada dirinya. Arthur terkekeh, sejak kapan asuhan Netherlands keras kepala dan kotor tersebut bisa mengekspansi kekuasaannya demikian luas? Ia tak mengerti bahwa hanya dalam puluhan tahun saja, negara berkembang keras kepala itu sudah menjadi maju. Kelewat maju malah, menurut bayangan Arthur sendiri.

Dunia sudah terlalu banyak berubah.

Dan disinilah dirinya, yang baru sadar dari tidur panjangnya selama 17 tahun semenjak dimulainya Perang Dunia Ketiga. Disinilah dirinya, yang tengah terkulai lemas penuh luka yang tak akan sembuh, dan tengah menatap ke arah hamparan padang rumput luas kekuningan. Disinilah dirinya, tengah tenggelam dalam ketidak-berdayaan dan kesedihan yang mendalam, sementara sang ex-colony-nya memperjuangkan segala yang ia punya untuk mempertahankan keberadaan dirinya, Arthur Kirkland, untuk tetap menjadi sebuah "eksistensi" nyata dan bernyawa.

Arthur melihat pada kaki kanannya yang telah lumpuh, yang nantinya juga akan kembali sembuh seperti biasa. Ia mendesah ke arah refleksinya pada sebuah kaca dan kemudian pada tangan kanannya yang mulai terlihat "memudar" dan seperti ilusi atau hologram yang menipis dan tak tersentuh, walau sesaat kemudian, keadaan tangannya kembali semula.

Seketika itulah Arthur tertawa getir.

Cepat atau lambat, ia akan "mati" untuk sungguhan.

Di saat itulah, pintu kamarnya terbuka. Muncul sosok yang pasti selama ini membawakan bunga-bunga mawar yang ada di ruangan tersebut untuknya. Sosok yang tengah tersentak dalam keterkejutan dan tergambar secara jelas pada iris baby blue yang terlindung oleh kacamatanya. Arthur mendesah, dan menyinggungkan senyum lemahnya pada sang American.

"Hei bodoh, bunga-bunga ini terlalu banyak."

Dan sang American yang sedari tadi menggenggam sebuket mawar di tangan kanannya, tak peduli jika buket tersebut terlepas dari tangannya, dan segera menyambar sang Briton dalam pelukannya.

"Iggy... Arthur! Kau..."

"Ya?"

"Kau masih hidup..."

Sang Englishman tertawa kecil, tawa khasnya yang sudah tak didengar oleh sang American selama belasan tahun terakhir, "Tentu saja aku hidup, git." dan membalas pelukan Alfred, yang tengah menitikkan air matanya, "Sungguh, kau seharusnya tak menolongku. Aku tak punya apa pun lagi padaku untuk membantumu."

Pada masa ini, 2042 adalah tahun dimana ketika Perang Dunia Ketiga usai, dan dunia kembali mengalami Perang Dingin. Perang Dunia Ketiga pun terjadi karena konflik antara Amerika dan Rusia yang semakin memanas, dan akhirnya gencatan senjata diluncurkan kembali. Dengan pemboman pada satu negeri United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland beserta dengan Negara-negara Eropa di sekitarnya, adalah awal dari Perang Dunia yang menyengsarakan banyak umat manusia, sekali lagi.

Dunia ini telah berubah banyak, dan Asia Tenggara adalah daerah dominan dari tampuk kekuasaan dunia. Dengan Cina yang berdampingan dengan Rusia, memimpin tampuk kekuasaan dunia. Negara-negara di benua Eropa dan Afrika terpuruk, sementara di bagian benua Amerika terisolasi. Unifikasi dan separasi banyak terjadi, juga penggambaran ulang peta dunia secara menyeluruh, diikuti dengan berbagai perubahan-perubahan besar lainnya.

Salah satu dari perubahan besar itu termasuk eksistensi dari United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland yang dihapus dari peta, sementara personifikasinya sendiri akan menghilang dengan perlahan dan pasti.

Walau seluruh dunia mengira sang personifikasinya telah tiada.

Sebab sepertinya mereka tidak tahu, bahwa sebelum bangsanya benar-benar punah, maka personifikasinya tak akan mati begitu saja. Mereka mengira selama pemerintahan secara de jure telah tiada, maka matilah sang personifikasi untuk selamanya. Jika kenyataannya memang demikian, maka Arthur Kirkland masih memiliki sedikit bayangan bahwa masih ada rasnya yang hidup di luar sana. Anglo-Saxon adalah salah satu ras moyang yang bertempat di Inggris Raya, dan pastilah jika semua ras Anglo-Saxon telah dibantai, ia akan benar-benar mati sepenuhnya.

Anehnya, sang American tak merasa janggal pada kenyataan tersebut.

"Tapi... Tak ada yang bisa kupercaya selain dirimu, Arthur..." sang American menatap ex-motherland-nya, "Lagipula kau pantas ditolong. Kau orang yang sangat kupercaya dan kusayang."

Dasar.

Beginilah apabila mental anak-anak berada pada tubuh orang dewasa. Beginilah jadinya jika seorang anak kecil yang selalu tertimpa urusan orang dewasa. Semaju dan sehebat apa pun seorang America, ia memang masih kurang pengalaman dibandingkan negara lainnya, dan seringkali, membuatnya tak mencoba berpikir dua kali atas semua yang ia lakukan, bagaikan remaja labil hendak membuat keputusan.

"Tidak bisa begitu." Arthur menjawab dengan tegas, "Jangan percaya pada siapa pun. Bahkan jika itu diriku, jangan pernah, sekali pun, kau percayai di dunia yang seperti ini."

"Kalau begitu... Siapa gerangan yang bisa kupercaya?"

"Hanya dirimu sendiri yang bisa kau percaya."

Ya, sebab untuk apa mempercayai seorang yang tak berdaya dan mendekati ajal seperti dirinya, Arthur Kirkland?

Dan hingga nanti pun, Arthur Kirkland tak akan memberitahukan pada seorang yang ia sayangi bahwa semua yang telah ia lakukan untuk menolong dirinya telah sia-sia. Ia tak mau mengecewakan sang ex-colony dan jika ia mati, ia tak mau Alfred menyalahkan diri sendiri dan merasa usahanya selama ini sia-sia.

Ia sudah tak punya apa-apa lagi, sebab dirinya sendirilah satu-satunya yang tersisa dari United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland.

Dan jika ia menghendaki dirinya untuk menghilang, maka menghilanglah ia.

"A... Apa maksudmu?"

"Tidak apa-apa," Arthur mendesah, "Nanti kau juga mengerti sendiri."

– ・–

Pada suatu pagi kau menasihatiku dan memarahiku.

Kau lontarkan semua umpatan dan nasihat itu padaku,

Tapi kutahu bukan maksudmu untuk membuatku takut padamu,

Sebab aku tahu bahwa kau berharap jika suatu hari aku tak bernasib sama sepertimu.

– ・–

2097

45 tahun telah berlalu semenjak Perang Dunia Ketiga berakhir,

Rasanya seperti angin lalu saja, terasa cepat sekali.

Lelaki bermata hijau tersebut akhirnya benar-benar sembuh secara fisik. Ia tak mengerti mengapa kakinya yang seharusnya pincang kini bisa digunakan lagi. Arthur tak begitu mementingkan hal itu, sebab baginya, sudah tak ada gunanya lagi segala "ornamen" fisiknya, karena bangsanya sudah hampir punah. Bangsa Anglo-Saxon yang hampir semuanya dibantai setelah bom nuklir dijatuhkan pada pulaunya tercinta, pada negerinya yang kini telah tiada, bahkan rasanya sekeping tanahnya saja. Arthur Kirkland mendesah, mencoba meringankan sedikit pikirannya.

Alfred telah menyembunyikan keberadaan dirinya pada suatu padang rumput di daerah Texas. Daerah yang telah dikosongkan, dan tak ada seorang pun yang tinggal di tempat ini. Para penduduknya telah dipindahkan ke daerah lain yang lebih dekat ke pusat untuk memudahkan koneksi dan karena alasan keamanan. Tempat dimana Arthur disembunyikan kini juga telah dihapuskan dari peta, sehingga tempat ini menjadi salah satu tempat persembunyian paling ideal dan terisolir di United States of America. Maka dari itu, setiap seminggu sekali, sang personifikasi akan datang mengunjungi Arthur dan menghabiskan waktu bersama, sementara Alfred akan membawa suplai makanan beserta berita terbaru tentang dunia untuk Arthur.

Arthur menatap pada tangan kanannya, lalu mengerjapkannya berulang kali. Sesekali tangannya akan terlihat "memudar" dan kemudian menghilang. Setelahnya muncul lagi dan seperti itu terus. Anehnya hanya tangannya saja yang demikian, dan kejadian ini tak pernah terjadi pada anggota tubuhnya yang lain.

Dan kala itu juga, ia berharap Alfred akan berada di sampingnya kini dan ia berkata bahwa semua pengorbanan Alfred untuknya sia-sia belaka.

Tapi, tak mungkin juga kan ia berkata demikian pada Alfred?

Sebab bagaimana pun akhirnya, ia tak ingin Alfred kembali berduka karenanya. Ia hanya ingin melihat senyuman sang personifikasi United States of America.

Dan itu saja sudah cukup bagi Arthur, sementara ini saja...

Suara pintu depan diketuk, dan Arthur tersenyum, sebab ia sudah tahu siapa yang akan datang dari balik pintu ini. Lelaki Briton tersebut membuka pintunya, dan menyambut sang American bernama Alfred F. Jones yang hari ini datang padanya dengan beberapa gulungan blueprints yang berada di tangan kanannya, yang menyambut sang Englishman dengan sukacita.

"Artie! Aku rindu padamu!"

Sang Englishman menjitak ex-colony-nya, "Bloody git. Jangan panggil aku seperti itu lagi. Namaku Arthur, bukan Artie."

Saat ini, memang dunia terkesan damai, dan tak ada gencatan senjata. Semuanya berlalu seperti biasa, mengembalikan kondisi Negara pasca-perang yang membunuh dan mematikan. Maka dari itu, inilah waktunya, dimana sang personifikasi Amerika Serikat tersebut harus mengembangkan segala yang ia punya untuk menghadapi yang terburuk di kemudian hari. Bagaimana pun juga, sebagian besar dari Perang Dunia Ketiga adalah karena perbuatannya juga, kan?

Ah, tetap saja sang ex-motherland-nya tak bisa sepenuhnya menyalahkan ex-colony-nya yang paling ia beri perhatian atas perang yang sudah terjadi.

"Hei Artie, aku ingin menunjukkanmu ini," dan sang ex-colony mencoba mengalihkan topiknya, dengan membuka blueprints yang ia bawa semenjak tadi. Blueprints yang ia bawa merupakan sebuah desain dari sebuah kapal super besar, dengan kapasitas yang benar-benar 'raksasa.'

"Kapal induk?"

"Ya, tetapi ini bukan sekedar kapal induk biasa. Inilah Redox." Dengan bangga, ia mempresentasikannya kepada sang Briton yang menganalisa desain kapal yang sangat mutakhir dan kelewat canggih untuk dikatakan sebagai kapal induk, "Kapal raksasa yang akan menjadi sebuah empire di tengah laut!"

"Begitukah?" Arthur tertawa kecil, "Aku menantikan empire-mu itu…"

"Tidak, bukan empire-ku." Sang American kini duduk di hadapan sang Briton, setelah semenjak tadi berdiri dan berkeliling di sekitar ruangan seperti seorang hiperaktif, "Tetapi empire kita. Akan kita bangun kembali The Empire of the Sea seperti dulu kala, ketika dunia ini takluk di bawah kekuasaan British Empire!" dan tersenyum bahagia, seperti seorang anak kecil yang baru saja berterima kasih karena telah diberikan hadiah yang sangat berharga.

Arthur mendesah pelan, menatap lemah pada sang ex-colony yang tengah antusias dengan desainnya dan berucap :

"Mimpimu itu terlalu tinggi untuk dicapai..."

– ・–

Pada suatu siang, kau mendekapku dalam pelukanmu,

Kala itu, kau mengecup keningku, berkata padaku,

"Bahkan jika tubuh ini hancur, kaulah yang akan selalu dalam ingatanku."

Aku bahagia, bahagia akan kata-katamu.

– ・–

2183

Inilah momentum untuk berduka.

Lelaki ex-motherland-nya telah mati. Benar-benar mati. Mati dengan tenang, selayaknya manusia biasa. Alfred tak pernah bisa membayangkan bahwa hari menakutkan ini akan datang secepat angin. Hari dimana ia akan meletakkan tubuh sang personifikasi United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland dalam sebuah peti kaca di belakang rumahnya.

Jenazahnya ia taburi berbagai bunga-bunga indah dalam berbagai warna, dengan bunga mawar dan chrysanthenum mendominasinya. Harum semerbak aromanya tercium di sekitar jenazah yang tergolek tak bernyawa, namun indah dan mencekat dalam tidur abadinya. Alfred mengecup punggung tangan kanan Arthur, sembari menitikkan air matanya yang sudah tak ia keluarkan untuk bersedih selama ratusan tahun terakhir. Iris sapphire miliknya menatap sendu pada jenazah Arthur, dan mengelus rambut sandy blonde milik lelaki yang berada dalam peti kaca yang belum tertutup itu.

Bagaimana pun jadinya nanti, Alfred F. Jones tak akan menguburkan peti ini, agar ia bisa tetap melihat tubuh yang tak bernyawa kepunyaan Arthur Kirkland. Peti kaca dan isinya itu akan menjadi satu-satunya hal yang akan ia jaga, bahkan jika itu berarti nyawanya yang dikorbankan.

Sebab seburuk apa pun seorang Arthur Kirkland, ia tak akan bisa membenci orang yang telah membesarkannya hingga saat ini.

Dan ia tak rela, jika ia harus melihat tubuh ex-motherland-nya menyatu dengan tanah.

"Hei Arthur, kau masih ingat dengan projek Redox yang kukatakan dulu?"

Ia berkata kepada jenazah yang terbaring antik seperti boneka dalam peti kaca tersebut, tahu bahwa sosok tak bernyawa itu tak akan kembali menjawabnya, tetapi ia tetap bersikeras melanjutkan kata-katanya.

"Kini akan kubangun, kapal besar yang akan menjadi empire kita di masa depan…" ucapnya, "Akan kurebut kembali, tampuk superpower dunia atas namaku, dan juga namamu."

Alfred menutup peti kaca tersebut, berlalu pergi dengan jaketnya.

Meninggalkan tubuh tak bernyawa yang terlindungi oleh peti kaca.

– ・–

Pada suatu senja kulihat dirimu berlumur darah, dengan tatapan paling membunuh yang pernah kujumpa padamu.

Aku takut pada banjir darah itu, mual pada bau anyir darah yang bersimbah di sekitarmu.

Kurasakan tangan kotormu mengelus rambutku, menatapku dengan sendu, berkata padaku,

"Kelak, America-ku yang kucintai, janganlah menjadi sepertiku."

.

Dan pada suatu malam aku menyadarinya,

Bahwa selama demi kebenaran, akan kukotori tanganku dengan darah dan dosa,

Apalagi jika itu demi dirimu, aku rela...

.

To Be Continued


Footnotes

1. Redox ( yang kali ini bukan term untuk Reduction-Oxidation ) adalah nama kapal Alfred mulai dari sekarang. Model kapal yang akan dibuat oleh Alfred saya bayangkan 3 kali lipat besarnya berdasarkan dari CVN-69 USS Dwight D. Eisenhower yang merupakan aircraft carrier milik Amerika Serikat yang diluncurkan pada tahun 1975, masuk dalam golongan Nimitz-Class untuk Super-carrier type. Masih beroperasi hingga sekarang, dan salah satu model rakitan kapal saya di rumah #itumahgakpentingkali


A/N : Yak, chapter pertama beres disini, berakhir dengan sangat tak elit seperti biasa #krik

Dan tunggu, saya tahu kok awalnya emang agak terburu-buru seperti ini. Saya ngerti kok, ngerti banget ini buru-buru banget~ saya sengaja buat terburu-buru seperti ini bukan karena satu kesalahan, tapi emang saya sengajain karena konflik utamanya bukan di bagian ini, dan bagian ini kalo boleh saya bilang gak penting-penting banget, tapi butuh buat lanjutannya #apamaksudnya

Yap, saya yakin semuanya bertanya-tanya, kenapa Arthur matinya nggak ngilang badannya seperti symptom-nya yang udah dijelasin di awal-awal. Saya gak akan kasitau disini sekarang, karena itu buat bagian nanti lagi :3

Karena itu, boleh saya minta pendapat, apakah junk ini dilanjutkan atau tidak?