Akatsuki

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

KiRei Apple

U. Sasuke x H. Sakura

Au, Typo (s), Msstypo, eyd, etc.

.

.

.

.

Don't Like, Dont Read!

.

.

.

1

.

.

.

Kekuatan yang di miliki kaum atas sangat kuat dan bisa menghancurkan saat usia mereka menginjak delapan belas tahun. Dan karena rasa ketakutan, mereka yang tidak ingin hidupnya berakhir dan di kuasai di bawah pemimpin kaum atas memutuskan untuk menghabisi kaum atas dengan menyerang kelemahan kaum atas. Karena bagi mereka, melenyapnya kaum atas akan membawa kedamaian. Meskipun harus berakhir dengan pertumpahan darah. Siapa yang akan mengubah pandangan ini dan mengatakan jika mereka hidup saling membutuhkan dan bergatung. Karena sesama makhluk hidup keseimbangan adalah perwujudan kedamaian.

=Akatsuki=

"LARI SASUKE! CEPAT PERGI!"

Seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun mendorong seorang anak laki-laki yang lebih muda darinya. Anak dengan netra kelam, wajah mereka sangat mirip bahkan rambut raven yang mereka miliki pun sama. Mereka adalah dua bersaudara dari kaum atas, klan yerkuat Uchiha.

"T-tapi Nii-san." sang adik yang bernama Sasuke menatap sang kakak dengan raut ketakutan. Tubuhnya bergetar dan sulit bergerak.

Uchiha Itachi mendorong sang adik sekuat tenaga. "Nii-san akan menolong Tou-sama dan Kaa-sama." ujar Itachi dengan senyuman sendu.

Sasuke kecil menggeleng. "Aku ikut Nii-san."

"Sasuke!" bentak Itachi dan membuat adiknya itu terkejut karena baru kali ini sang Kakak membentaknya. Tersenyum, Itachi mengangkat dua jari tengahnya dan mengetuk dahi adiknya. Ia berkata, "Nii-san janji akan menyusulmu, jadi larilah."

Sasuke menggeleng. Tidak. Ia tidak mau meninggalkan keluarga tercintanya. Ia masih ingat kebahagiaan di hari ulang tahunnya, merayakan nilai-nilai tinggi dan prestasinya, ia tidak mau, tidak akan meninggalkan mereka.

"Aku mohon." Itachi berkata lirih dan mengelus surai kelam adiknya. Setidaknya, adiknya harus selamat dari penyerangan para kaum bawah yang ingin menghabisi kaum bangsawan karena klan atas memiliki kekuatan penguasa yang bisa menghancurkan segalanya dengan senjata yang mereka ciptakan khusus untuk melenyapkan kekuatan yang di miliki kaum atas.

Sasuke memundurkan langkahnya dengan kepala yang terus menggeleng. Melihat Kakaknya seperti itu dan memohon, ia seperti tidak berguna.

"Nii-san."

Itachi tersenyum melihat adiknya berbalik menjauh dan berlari meninggalkan mansion Uchiha. Dan air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya tumpah.

"Sayonara, Sasuke."

.

.

.

=Akatsuki=

.

.

.

"Nii-san."

Sasuke berteriak dan bangun dari mimpi buruknya. Mimpi tentang masa lalunya yang kelam. Kehilangan Ayah, Ibu dan Kakaknya.

Enam tahun sudah kejadian itu terjadi dan masih menjadi mimpi kelam yang menguasai hatinya.

"Sasuke-kun."

Seorang gadis yang usianya sama dengannya menyembul dari balik pintu. Rambut merah muda sebahunya bergoyang dan ia masuk mendekati Sasuke yang masih menatapnya dalam diam.

Gadis itu mendekat dan berdiri di sisi ranjang Sasuke, dan membawa kepala Sasuke bersandar di tubuhnya dan kemudian memeluknya. "Sasuke-kun."

Sasuke balas memeluk tubuh gadis itu. Dia bertemu dengan gadis ini saat di perjalanan. Gadis delapan tahun dengan baju berlumuran darah duduk meringkuk di sisi perempuan yang di panggilnya ibu, menangis dengan isakan pilu.

"Ayo kita pergi... bersamaku."

Itulah ucapannya saat bertemu gadis itu dan ia bernama Haruno Sakura. Mereka di bawa ke tenda perawatan. Kejadian itu adalah sebuah insiden kambing hitam antara kaum bawah dan atas supaya saling menghancurkan. Namun di balik penyerangan itu bukanlah kaum bawah melainkan sebuah organisasi yang menginginkan kekuatan dan menguasai negara ini.

"Sakura."

Sasuke semakin mengeratkan pelukannya. Hanya Sakura yang ia miliki saat ini dan mengerti dirinya. Mereka tinggal di apartement kecil yang mereka sewa bersama. Bekerja sambilan setelah pulang sekolah dan menghidupi kehidupan bersama.

"Aku di sini." Sakura mengelus surai hitam Sasuke dengan lembut. Kejadian ini terus berlanjut, menghantui Sasuke akan ingatan kelam masa lalunya. Begitu pun dirinya yang selalu menahan ketakutannya sendirian. Ia tidak ingin Sasuke terbebani juga karena masa lalunya. Karena ia juga sama merasakan hal menakutkan itu. Dimana di depan matanya sendiri melihat sang Ibu yang meregang nyawa untuk melindunginya.

"Tetaplah bersama... selamanya." Ujar Sasuke dengan suara bergetar.

Sakura merundukan kepalanya dan mengecup surai hitam Sasuke. "Aku, selamanya akan bersamamu, Sasuke-kun."

.

.

.

.

.

Penyerangan kembali terjadi. Suara gemuruh ledakan dan tembakan yang memekakan telinga membuat dinding-dinding bergetar dan atap pun mulai bergerak menimbulkan suara patahan.

Sakura menggunakan baju dan topi hitam, dan membawa ransel berukuran sedang di pundaknya. Pun dengan Sasuke yang sama halnya dengan dirinya mengunakan pakaian lengkap dan ransel berukuran sedang membawa beberapa makanan dan senjata di dalamnya.

"Apa kita akan pergi ke markas Anbu?" Sakura bertanya di sela kegiatannya memasukan beberapa obat-obatan dan memasuka pistol di balik jaket khusus militer Anbu.

Sasuke mengangguk dan memasukan persenjataannya di balik jaketnya. "Hn. Walau kita masih belum resmi dan masa pelatihan, kita harus maju ke medan perang." ujarnya dan melangkah menuju pintu keluar.

Sakura menghentikan langkah Sasuke dengan menarik jaket yang di pakai Sasuke. "Ini semua bukan kaum bawah," Sakura berkata dengan nada bergetar.

Sasuke berbalik. "Aku tau." ya. Sakura adalah kaum bawah dan ia pun menjadi korban. Jelas sekali jika ada sekelompok organisasi yang ingin menguasai negara ini.

"Jika sesuatu terjadi," Sakura mendongak dan tersenyum kecil. "Kau harus selamat." ujarnya kemudian berjinjit mengecup bibir Sasuke. "Aku mencintaimu, Sasuke-kun."

Tidak bisa memungkiri selama enam tahun mereka bersama, ia sangat mencintai pemuda yang kini berusia empat belas tahun ini. Melewati semuanya bersama dan saling berbagi segalanya, suka, duka pun mereka tetap bergandengan tangan saling menguatkan.

Sasuke tersenyum dan membawa Sakura ke pelukannya. "Kita sudah berjanji akan selalu bersama," ujarnya dan melepaskan pelukannya. "Setelah ini berakhir, aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu."

Sakura mengangguk dan tangannya terangkat menepuk kedua pipi Sasuke. "Masa lalu jangan sampai menutupi hatimu," tersenyum, ia melanjutkan. "Kau harus menjadi kebenaran untuk perdamaian ini, Sasuke-kun."

Sasuke mengangguk dan tersenyum. "Hn, ayo."

Dan terakhir, langkah mereka melewati lorong dan meninggalkan tempat yang selama ini mereka tinggali. Apartement sederhana dengan no. 283.

.

.

.

.

Sasuke menggenggam tangan Sakura untuk berlari bersamanya. Mereka berlari keatas menuju tebing. Tangan kanannya memegang pistol dan menembakan kepada orang-orang di belakang mereka.

"Akhh."

Sasuke jatuh tersungkur karena kakinya yang terkena tembakan.

"Sasuke-kun!" pekik Sakura melihat darah yang merembes dari celana Sasuke.

'Sial.' rutuk Sasuke saat melihat musuh-musuh itu semakin mendekat. Pelurunya sisa sedikit dan itu tidak mungkin bisa menghabisi semuanya.

"Ayo."

Sakura mengangkat tubuh Sasuke dan berjalan walau dengan perlahan.

Ini tidak bisa.

Langkah Sakura terhenti saat jarak beberapa meter dari tebing. Jalan buntu dan jurang ini langsung terhubung dengan laut.

"Kau masih punya peluru?" Sasuke bertanya mengenai pistol yang Sakura gunakan.

Sakura menggeleng.

"Lari lah!" perintah Sasuke agar Sakura lari.

"Tidak!"

"Sakura..."

"Mana mungkin aku meninggalkanmu!" bentak Sakura.

Tidak. Tidak lagi ia harus kehilangan orang yang di sayanginya.

Sasuke menghela nafas pelan. Ini janjinya dan permintaannya. Sungguh ia seperti manusia egois dan menyesal telah mengatakan hal itu.

"Wah wah..." musuh yang berjumlah delapan orang sudah di depan mereka. Pria yang berwajah seram dan sepertinya adalah pemimpin mereka tertawa.

"Tunggu dulu," pria itu menyipitkan matanya melihat pemuda yang kini mulai berdiri dengan menahan kesakitan di kakinya. "Kau tertembak dan masih bisa berdiri?"

Sasuke dan Sakura berdiri saling membelakangi dengan posisi siaga.

"Tidak heran sih, karena kau adalah kaum atas bukan... Uchiha."

Sasuke mematung. Dia tau siapa dirinya? "Siapa kau?"

Pria itu tertawa. "Aku yang telah menghabisi Keluargamu."

Genggaman tangan Sasuke pada pistol miliknya mengerat. Memandang pria itu tajam dan siap membunuh.

"Sasuke-kun."

"Kau... Mati kau!" Sasuke menembakan peluruhnya ke dua anak buah pria itu dan maju menerjang pria itu, menyerangnya dengan pukulan bertubi-tubi.

"Sasuke!"

Sial!

Sakura maju dan melawan anak buah pria itu dengan tangan kosong. Ia bersyukur karena mempunyai keahlian di bidang fisik yang mumpuni dari sebagian anggota didik perempuan lainnya. Tiga musuh ia taklukan, namun matanya terbelalak Saat Sasuke bertarung dengan tangan kosong dan terengah tepat di pinggir tebing.

"Sialnya kami belum membunuh anak lelaki satunya lagi." pria itu berkata dan membuat Sasuke kembali menegang dan tubuhnya bergetar.

"Nii-san." suara Sasuke bergetar.

Pria itu tertawa dan menodongkan pistol ke arah Sasuke.

Sial!

"SASUKE-KUN!"

Sakura berlari mendorong pria itu hingga maju melewati Sasuke, dan ia merebut pistol pria itu.

Mereka terjatuh, dan terlempar dari atas tebing. Terjun ke bawah yang langusng di sambut deburan kencang ombak dan laut.

Dengan senyumannya, Sakura menodongkan pistol ke kepala pria itu dan berujar. "Kau yang merenggut kebahagiaan Sasuke, harus mati." dan peluru itu seketika tembus masuk ke kepala pria itu.

'DOR'

"Sayonara, Sasuke-kun." Sakura tersenyum melihat Sasuke yang meneriaki namanya.

Enam tahun sudah ia bisa merasakan kehangatan dan jauh dari rasa kesepian saat bersama-sama. Memikul beban bersama dan tersenyum bersama.

"Arigatou, Sasuke-kun."

.

.

.

.

.

"SAKURA!"

Sasuke berteriak memanggil Sakura yang kini sudah menghilang.

Tidak. Tidak mungkin.

"Kau sudah berjanji... Sakura."

"SAKURA!"

Sasuke menoleh ke belakang saat terdengar beberapa tembakan. Letnan Kakashi yang menjadi pembina mereka datang dengan para bantuan dan teman-temannya.

"Kau baik-baik saja, Sasuke?"

Sasuke menggeleng dan menangis.

Hari kelam terjadi lagi, kehilangan kembali seseorang yang sangat ia sayangi yang menemaninya selama ini.

.

.

.

=Akatsuki=

.

.

.

Lima tahun kemudian.

Lelaki dengan surai raven berkibar tertiup angin berdiri di sisi tebing di mana tempat saksi kejadian kelam lima tahun tepat hari ini. Iris kelamnya menatap lautan di bawah sana dengan pandangan sendu.

Tidak ada lagi suara tawa lembut di dengarnya, tidak ada lagi pelukan hangat menenangkannya. Hanya kesepian dan kegelapan hati yang menguasai dirinya.

"Aku selamanya akan bersamamu, Sasuke-kun."

Itu adalah janji yang sampai saat ini masih jadi kekuatannya.

"Aku mencintaimu, Sasuke-kun."

Kata cintanya terus menghangatkan sisi kegelapan hatinya yang dingin. Bahkan janjinya untuk mengatakan balasan itu belum ia katakan.

"Capailah perdamaian, Sayonara."

Kata-kata terakhir yang Sakura ucapkan saat mendorong pria itu dan melintasinya. Menghantuinya karena kelemahan dirinya dan tidak bisa melindungi satu-satunya yang berharga yang ia miliki.

Tangannya terulur dengan sebuket bunga mawar merah, dan dengan perlahan melepaskannya.

Jatuh.

Terhempas.

Berharap sampai akan perasaanya kepada sosoknya yang kini hilang di kehidupannya.

"Aku mencintaimu, Sakura."

Langit senja menjadi cahaya yang menyoroti lelaki itu. Lelaki yang kini akan menginjak usianya yang ke dua puluh tahun. Pakaian yang di gunakannya memperlihatkan siapa dirinya sekarang. Kapten dari pasukan elit khusus Anbu.

"Aku akan membuat perdamaian dan menunjukan kebenaran itu, Sakura."

.

.

.

.

.

.

Tsuzuku

Entah kenapa ingin buat begini.. padahal banyak hutang :) My Princess lagi di kerjain sih, yg lainnya juga nyicil ya.

Mind To RnR?

-WRKT-