:: When Baekhyun Cry ::

~ChanBaek~

.

.

.

.

Baekhyun berhenti di halte bis, mencengkram lalu meremat strap di sisi kanan dadanya yang sama sekali tidak bersalah. Ia menunduk takut, ia tak mau ke sekolah, beberapa hari lalu setelah penerimaan siswa baru seorang senior melecehkannya sehingga membuatnya merasa trauma. Byun Baekhyun tak pernah sekalipun dalam hidupnya dilecehkan, ia anak yang terlindungi dan suci, kedua orangtuanya sangat menjaga Baekhyun dengan ketat.

Bis berhenti, beberapa orang yang menunggu sama seperti Baekhyun mulai memasuki bis terburu, Baekhyun hanya menghela nafas lalu mulai melangkahkan kakinya memasuki bis. Seseorang menepuk pundak Baekhyun, membuatnya tersentak pelan saat akan melangkah masuk. Baekhyun menoleh dan reflek mendongak ketika melihat orang itu lebih tinggi darinya. Netranya melebar seiringan dengan senyum—Seringaian— mulai terkembang dibibir tebal orang itu.

Ini bencana baginya.

"Hei, mari berangkat sekolah bersama." Suaranya begitu dalam dan rendah berbisik dengan bibir nyaris menempel dengan telinganya, Baekhyun secara naluriah menutup matanya karena sengatan tiba-tiba yang ia rasakan.

Baekhyun memucat, keringat dingin mulai bermunculan ketika dirinya telah duduk bersamanya. Sejujurnya ia tak mengapa orang itu duduk bersamanya hanya saja tangan besar itu berada di atas pahanya, mengusapnya secara perlahan namun berefek mengerikan bagi tubuh Baekhyun. Baekhyun meringkuk tak nyaman, ingin dirinya menyingkirkan tangan itu namun ia tidak berani entah mengapa.

"Lebih nyaman ternyata," Ucapnya tiba-tiba dan Baekhyun menengadah untuk melihat wajahnya. Orang itu tersenyum menawan namun juga mengerikan bagi Baekhyun. Seharusnya ia berhenti melakukan kebiasaannya mencari wajah si pembicara. "Mungkin aku akan memikirkan untuk ke sekolah menggunakan kendaraan umum." Lanjutnya.

Setelah itu tak ada lagi yang dibicarakannya, Baekhyun kembali menunduk dan meremat strapnya, menunggu mereka sampai di sekolah lalu segera berpisah, berada di dekatnya itu sangat tidak nyaman.

"Nak, bisakah kami mendapatkan tempat duduk kalian?"

Baekhyun mendongak, ia menemukan wajah dua wanita tua sangat berharap padanya. Baekhyun tak menyadari ternyara di depan mereka ada dua nenek mencoba meraih pegangan bis namun nihil, Baekhyun merasa teramat bersalah karena tak awal melihat kedua nenek itu karena ketidak nyamanannya berada di dekat Chanyeol.

Park Chanyeol.

Baekhyun menolehkan wajahnya pada Chanyeol memberi tatapan seolah mengatakan 'Berikan kursimu!', walau Baekhyun takut menatap pemuda aneh itu namun apa boleh buat? ia harus meminta kursi itu untuk rasa hormat pada orang tua.

Baekhyun tak menyangka kedua nenek itu begitu berterima kasih padahal yang mereka dapat hanya kursi. Betapa lelahnya mereka berdiri dengan kaki-kaki yang sudah tak kokoh lagi, Begitu duduk kedua nenek itu segera memijat kaki mereka, Baekhyun benar-benar merasa bersalah.

"Nenek baik-baik saja?" Tanyanya khawatir.

"Tentu nak, kau tahu sendi adalah penyakit umum kami."

Dan tanya sederhana Baekhyun menghantarkannya pada pembicaraan kecil yang mana membuatnya merasa bersyukur karena berkat itu rasa tidak nyamannya berada di dekat Chanyeol menghilang dan sentuhan-sentuhan mengerikan itu pun terhenti.

"Kau anak-anak yang baik, terima kasih kami merasa lebih baik." Ucap kali kedua nenek itu lalu obrolan pun terputus dan Baekhyun menyesali karena dirinya tak cukup pandai berbicara dengan orang tua.

Baekhyun menegakan tubuhnya lalu berbalik untuk memegang pegangan bis, jantungnya berhenti berdetak ketika ia menyadari sesuatu. Jantungnya berdetak secara perlahan bersamaan dengan gerak kepalanya yang lamban, mendongak dan menemukan wajah datar Chanyeol memperhatikannya. Demi tuhan, sejak kapan aku berhadap-hadapan dengan orang itu?! panik Baekhyun.

"Kau sangat baik," Ucapnya dengan wajah yang terus mendekat. "Kau membuatku terangsang dengan membantu memijat kaki tua itu." Ia menjilat bibirnya sensual.

Baekhyun lantas segera berbalik, jantungnya berdetak kencang. Untuk sejenak tadi ia melupakan keberadaan Chanyepl dengan memijat bergantian kaki renta kedua nenek itu. Takut, tentu saja dirinya takut, kata-kata yang selalu keluar dari bibir tebal itu terlalu tabu di telinganya. Baekhyun lahir dan besar di lingkungan dengan tutur kata yang baik dan terjaga, Terangsang? apa itu? yang jelas itu salah satu kata yang tidak baik.

Baekhyun merasa dua kali lipat lebih tidak nyaman sekarang, Chanyeol bernafas di sampingnya, panas dan memburu menyentuh daun telinganya. Baekhyun berulang kali memiringkan kepala dan mengusap telinganya dengan bahunya. "To-tolong sedikit menjauh, a-aku mudah geli." Ucapnya secara sepontan.

Chanyeol bergumam namun tak kunjung menjauh, ia justru semakin mendekat dan mulai berani menyentuh kulit sensitif Baekhyun dengan bibirnya, mengecupnya berulang kali. Baekhyun harus menahan sentuhan-sentuhan mengerikan Chanyeol, hanya beberapa menit lagi untuk mereka sampai di sekolah namun ketika Chanyeol menyentuh dan meremas pantatnya Baekhyun benar-benar harus pergi, berlari sejauh mungkin dari pemuda mengerikan itu. Dia melakukannya lagi, pelecehan padanya.

Baekhyun melepaskan pegangannya guna menjauhkan tangan Chanyeol dari pantatnya namun seketika itu bis berhenti dan membuatnya terhuyung ke depan dan berakhir terjatuh dengan kedua tangan dan lututnya menopang tubuhnya. Semua orang memperhatikannya, Baekhyun memerah malu dan air mata perlahan membendung pelupuknya ketika menyadari apa yang terjadi, ia teramat merasa malu dan ingin menangis. Ia segera bangkit dan pergi terburu ketika menyadari dirinya telah sampai di pemberhentian bis, tanpa menunggu lama dan melihat siapapun itu.

Ia bersyukur untuk tuhan yang dengan cepat menolongnya.

.

.

To be continued...

.

.

Hai? saya bawa yang baru nih! bagaimana?btw, ini adalah fanfiksi diakun wattpad saya dengan pairing LuWoo, saya mau ramein akun ChanBaek saya jadi deh diup versi ChanBaek.

lanjut yay or nay?