Disclaimer : Hunter X Hunter © Yoshihiro Togashi-sensei

In Loving Memory © Kithara Blue

I Can Wait Forever © Simple Plan

Warning : Typo, OOC, weird story, ect.

Pairing : KuroPika

Rated : T

Genre: Romance and Angst.

Don't Like? Don't Read

~Yosh! Happy Reading Minna-san

Hope you like it :D And Don't Forget to Review, Ok?

~oo000oo~

In Loving Memory

# Chapter 1 #

.

.


Dentingan piano mengalun lembut, menguap diantara kesunyian malam ini. Secercah cahaya bulan menelisik masuk bersama sang angin yang mendesir dari jendela yang dibiarkan terbuka. Gadis itu menutup matanya meresapi setiap detingan piano yang seolah menggambarkan isi hatinya selama ini.

"Kau harus membuang setiap perasaanmu."

Setetes air mata mengalir dari matanya yang perlahan terbuka, sorot matanya meredup. Gadis itu, Kurapika, menyesali setiap perasaan yang diterimanya, menyesali setiap kenangan yang di ukirnya bersama pria itu. Seorang pria yang mampu menariknya keluar dari kehampaan.

"Perasaan yang tumbuh itulah yang pelan-pelan akan membunuhmu."

Dia merasakan kebas dihatinya, ketika kenyataan begitu kejam membangunkannya dari mimpi indah. Kenyataan yang tidak membiarkannya pergi dari lingkaran kesepian.

Dia tersenyum tipis, senyum yang menggambarkan ketegaran dari beban yang dirasakannya sekarang. Dia tidak dibenarkan untuk memilih. Karena semuanya sudah jelas, perasaan yang dimilikinya adalah kesalahan yang terindah.

Kisah ini bermulai ketika musim semi, dihari dimana aku melanggar satu peraturan penting yang kini sangat kusesali. Perasaan yang menjebakku sekarang.


Aku menyusuri koridor hotel yang sepi malam ini, setelah memastikan misiku sudah selesai untuk hari ini. Aku mendengar dentingan piano hingga kakiku membawaku ke sumber suara itu.

Aku menatapnya meresapi setiap nada yang terlantun, kian lama hingga mempelajari tiap sudut wajahnya. Aku terpesona, entah mengapa mengabaikan setiap kalimat yang diteriaki hatiku. Mengabaikan tentang perasaan.

Dia berhenti memainkan jarinya diatas tuts piano. Matanya terbuka menatapku, wajahnya tanpa ekspresi membuatku terkesiap. Ini kali pertama jantungku berdetak kencang entah mengapa, seluruh kupu-kupu berkumpul diperutku ketika senyum tipis dilontarlkannya padaku. Aku membeku hingga senyum canggung akhirnya mampu menghiasi wajahku.

Setelah malam itu, aku tidak pernah bertemu dengannya. Hingga malam terakhirku dalam misi kali ini, aku tidak bermaksud untuk kembali ke apartement langsung. Kulangkahkan kaki menuju taman kota. Menatap pantulan rembulan pada musim semi dipinggir danau.

"Kita bertemu lagi, nona." Aku tersentak menatap pria yang kini duduk disampingku.

Dia menatapku kemudian setelah keheningan lama, "Kuroro." Dia tersenyum hingga membuatku terpaku untuk kedua kalinya.

Terpaku karena merasakan setiap kehangatan yang menelusuri hatiku, aku membalas senyumnya "Kurapika." Ucapku kemudian.

Aku tak mengenal perasaan yang sangat asing ini, yang merayapi lerung hati terdalam.

Semua berjalan seperti sebuah mimpi, setelah berbulan aku mengenal Kuroro kenyamanan semakin terbiasa hadir dalam hidupku, semuanya berubah 180 derajat semenjak dia memasuki hidupku. Kehampaan seakan sirna, bahkan membutakan obsesi balas dendamku.

Suatu hari dia mengajakku ke sebuah restaurant klasik, dia mengetahui seleraku dengan baik. Dia menatapku sehingga membuatku salah tingkah.

"Ada apa, Kuroro? Kau menatapku terus!" aku bertanya dengan kesan memarahinya untuk menutupi setiap kecanggungan yang dibuatnya.

"Tidak ada, hanya saja kau terlihat cantik malam ini." Dia menggenggam pelan tanganku. Ah! Dia semakin membuatku canggung.

"Heh, jadi selama ini aku tidak cantik maksudmu, Tuan?" aku mulai menggodanya, berusaha sedemikian rupa menghilangkan perasaan canggung.

Dia tertawa pelan, kemudian dia menatapku serius. Ah, apakah dia ingin membuatku meleleh sekarang juga dengan tatapannya?

You look so beautiful today

When you're sitting there it's hard for me to look away

So I try to find the words that I could say

I know distance doesn't matter but you feel so far away

Tubuhku menegang mendengarnya menyanyi, aku merasakan hatiku menghangat.

"Hahaha..." aku tertawa pelan

Kuroro terdiam sambil mengerenyit melihatku, "Ada apa?"

"Tidak, hanya saja aku tak menyangka orang sepertimu bisa berlaku romantis."

"Hei, aku serius. Kenapa kau merusaknya sekarang, nona?" aku melihat rona merah yang sangat tipis diwajahnya yang sedikit kesal.

"Ah.. maafkan aku, Tuan!" Kini aku berpura-pura serius menatapnya dan menahan ketawa. Mukanya sedikit jengkel tanpa mengurangi pesonanya.

Kemudian dia mengambil sesuatu dari jasnya. Sebuah kalung yang berhias liontin yang bersimbol matahari yang ditengahnya dihiasi sebuah safire. Kuroro selalu mampu membuatku terkesima, dia selalu mampu membuatku terkejut. Aku menatap kalung itu beberapa saat hingga kemudia aku mendengar Kukuro mulai berbicara, aku terus menatapnya.

"Bagiku Matahari mampu melambangkan dirimu yang selalu ceria dan menghangatkan dan safire sangat cocok dengan matamu yang seperti Samudera. Matahari dan Samudera bukankah perpaduan yang indah?" dia terdiam sebentar, matanya yang semula melihat ke arah kalung itu kini menatapku. Kami bertemu pandang hingga aku merasakan wajahku merona.

"Seperti dirimu." Lanjutnya tersenyum.

Aku merasakan lebih hidup semenjak bersama Kuroro, aku menatap langit-langit kamarku sambil memegang kalung pemberian Kuroro yang melingkar dileherku. Mataku enggan tertidur malam ini, detak jantung terus berdebar, hatiku merasakan kehangatan yang tak pernah kurasakan.

Aku menemukan cinta pertamaku, aku menemukan seseorang yang menghilangkan perasaan sepi dan hampa di hidupku. Menemukan seseorang yang menghilangkan beban dendam akan terbunuhnya seluruh klanku. Kebahagian kini menyapaku.

Hingga akhirnya kebenaran terungkap.

"Kurapika! Kurapika!"

Aku membuka pintu dan seketika aku melihat wajah Leorio, Gon, dan Killua yang menegang.

"Aku mendapatkan informasi tentang ketua Ryodan." Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, bola mataku mulai memerah.

Leorio, Gon dan Killua berjalan masuk, hingga menjelaskan sesuatu yang membuatku terperangah.

"Kuroro Lucifer."

Nama itu terngiang-ngiang dikepalaku. Aku merasakan sesak didadaku, aku merasakan kemarahan dan kekecewaan. Aku mencintai seorang yang seharusnya kubenci—Kuroro, adalah orang yang semestinya kubunuh demi membalas dendam klan ku yang pernah dibantainya.

Kenapa? Kenapa dia memasuki hidupku dan membuatku terpojok?

Aku harus membunuh orang yang telah membuatku dapat merasa hidup.

Lagu yang kumainkan sekarang sama dengan lagu yang menghiasi pertemuan pertama dengan cinta pertamaku—Kuroro yang juga merupakan orang yang selama ini kucari demi melunasi dendam akan pembantaian klanku.

'Membunuh seseorang yang pernah memberikan kesempatan untukku memiliki perasaan sekaligus orang yang pernah membunuh perasaanku. Kau benar-benar menjebakku, Tuan Lucifer.'

Aku berhenti menekan tuts di piano ini. Besok rencana yang sudah kusiapkan harus berhasil.

.

.

.

TBC

.

.

Author's place..

Ah.. pertama saya mau berterimakasih sama bellissima-kirei yang udah buat mood nulis saya muncul lagi, dan membuat saya kembali merindukan ini pair setelah sekian lama ninggalin.

Fic ini saya usahain dapat feel angstnya (semoga-semoga *doa dalam hati*) fic ini mungkin terdiri 2 chapter atau 3 chapter. Liat aja deh nanti. Dan untuk chapter 1 emang disengaja pendek ehheheh #bohong #plak

Yak akhir kata...

Terima kasih sudah menyempatkan diri membaca, saya menghargai waktu anda :)

And please respect me with your review or concrit, don't just silent :)

Love,

_Kithara Bblue_