Hello everyone!

this is wonkyumafias' new story :D

for you who's waiting for Crudelis Amor's bonus chapter and The Chois Episode 6, we're still working for it, really! But we just can't wait to write this story. Too excited with EXO as school boys in XOXO (you guys too, no? ^^), so… hope you like this story!


CLASS 3-X

written by: wonkyumafias

Main Cast: EXO

Pair: Suho x Everyone!

Di pusat kota Seoul berdirilah bangunan sekolah megah dengan fasilitas yang melebihi sekolah lain. Bangunan itu didominasi oleh warna putih terang dengan lambang sekolah di dekat pintu masuk sekolah. Di lapangan depan sekolah terdapat air mancur serta pepohonan rindang di sekitarnya.

Tampak para murid berlalu lalang mengenakan pakaian sekolah yang dapat dibilang berkelas . Sekolah ini memang hanya diperuntukkan untuk kalian yang memiliki uang tebal dan penerus perusahaan milik orang tua.

WOLF First Class High School. Sekolah berkualitas dengan tingkat kelulusan paling tinggi di Korea Selatan. Bagi mereka yang lulus dari sekolah ini, mereka akan dibekali dengan masa depan yang cerah juga peluang kerja yang akan berdatangan kepada mereka. Sekolah berakreditasi A dan tentu saja bagi kalian yang tidak mempunyai uang jangan berharap dapat menapakkan kaki kalian di sekolah ini.

Tapi apa benar begitu? Apakah semua anak konglomerat di sekolah ini tidak ada yang bermasalah?

Apakah semuanya menuruti peraturan?

Apa benar?

Mari kita tengok bersama-sama.

Di sebuah gedung tua yang bangunannya sudah usang dan tidak terpakai terlihat seorang pemuda berambut merah. Ia sedang sibuk menghajar seorang pemuda yang sudah tidak sanggup lagi melawan segala pukulan dan tidak jarang tendangan yang dilancarkan pemuda itu.

"Berani sekali kau kemari! Kau kira kau ini siapa huh!?" pemuda itu berteriak sambil menarik kerah baju pemuda yang sudah hampir kehilangan kesadaran itu. Pemuda itu hanya menatapnya lemah.

"Tao sudah cukup," ujar suara berat yang terdengar dari belakang pemuda yang ternyata bernama Tao itu. Tao hanya mendecih kesal dan melemparkan pemuda tidak berdaya itu kembali ke tanah.

"Siapa yang mengutusmu? Bukankah sudah jelas kalau ini adalah daerah kekuasan kami," ujar pemuda lainya yang berkulit kecokelatan. Pemuda yang berada di sebelahnya dengan rambut ombre berwarna pelangi hanya mendengus kesal, menatap pemuda yang dilempar Tao dengan tatapan jijik.

"Ah aku tahu dia ini siapa," suara berat kembali terdengar diantara ketiga pemuda itu. Pemimpin dari kawanan berandalan yang bernama Kris mengangkat dagu pemuda itu.

"Dia ini Taemin, kalian ingat kelompok berandalan yang bernama Shine atau apalah itu yang kita hajar minggu lalu?" Kris menatap ketiga anak buahnya malas. Ketiganya hanya mengangguk. Kris kembali melihat Taemin yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu.

"SHINee nama kelompok kami SHINee, brengsek," ujarnya lemah. Kris melepaskan dagu Taemin, dia memandang wajahnya sekali lagi sebelum mendaratkan tendangan di perut Taemin. Taemin melenguh kesakitan.

"Itu hadiah dariku, pretty boy. Katakan kepada kelompokmu jangan pernah mengutusmu kemari lagi atau kalian semua akan kubunuh mengerti?" ancam Kris dengan dingin. Ia lalu mengangkat kakinya dan pergi dari tempat itu diikuti oleh Tao, Sehun dan Kai.

"Ah dan jangan lupa kami semua dari WOLF High School, sampai jumpa" imbuh Sehun sebelum mereka benar-benar pergi dari gedung itu.


Di dalam sekolah terlihat 3 orang pemuda sedang mendiskusikan sesuatu di dalam ruang alat-alat kebersihan yang sempit.

"Apa keonaran yang akan kita lakukan hari ini?" tanya pemuda yang bernama Jongdae dengan suara yang sedikit nyaring itu. Kesenangan dan juga kejahilan dapat terpancar dari matanya.

"Bagaimana kalau kita masuk ke ruang ganti anak perempuan dan menaruh kecoa di masing-masing loker? Jangan lupa juga kamera rahasia haha!" usul pemuda berambut cokelat seperti poodle sambil menepuk-nepuk tangannya histeris.

"Jangan bodoh Chanyeol siapa yang akan menyamar sebagai wanita untuk meletakkan itu semua?" sanggah pemuda dengan wajah manis yaitu Baekhyun. Otak dari semua keonaran yang mereka lakukan di sekolah.

"Kau kan cantik Baekkie! Kenapa bukan kau saja?" ujar Jongdae. Baekhyun memukul kepalanya. Sang korban hanya mengelus-elus kepalanya.

"Tapi ide Chanyeol itu bagus juga, Mari kita lakukan." Baekhyun segera berdiri begitu pula Jongdae. Saat Chanyeol berdiri ia lupa kalau ia harus menunduk dan sialnya kepalanya sedikit terbetur lampu diatasnya.

"AW!" umpat Chanyeol. Baekhyun dan Jongdae hanya tertawa tertahan sampai rasanya ingin buang air kecil melihat wajah aneh pemuda tinggi itu. Mereka segera merencanakan segala hal-hal nakal di masing-masing kepala mereka. Setelah seluruh persiapan mereka selesai, mereka kembali ke ruang sempit tadi dan membuka laptop yang sudah terhubung dengan kamera untuk melihat keadaan di ruang ganti wanita.

"Ah ini mereka datang!" ujar mereka bertiga bersamaan. Chanyeol menahan tawa kecilnya dengan menutup mulutnya.

3

2

1….

"KYAAAAAAAAAAAAAAA!"

BRAK!

Pintu ruang ganti anak perempuan terbuka. Ketiga pemuda itu lalu keluar dari tempat persembunyian untuk melihat hasil ulah mereka. Mereka lalu tertawa terbahak-bahak. Chanyeol melompat-lompat dan bertepuk tangan layaknya orang kehilangan kewarasannya alias gila.

Baekhyun tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya sedangkan Jongdae menyandarkan badannya di tembok terdekat. Tawa terdengar di seluruh koridor sampai…

"KALIAN BERTIGA IKUT KE RUANG BIMBINGAN KONSELING SEGERA!" suara teriakan guru dapat terdengar. Mereka bertiga hanya berlari sambil tertawa terbahak-bahak. Tetapi…

"Jangan harap kalian bisa lari…!" Gerombolan anak perempuan mengelilingi mereka dengan tatapan predator yang siap untuk menggigit mereka.

"Baek?" panggil Chanyeol.

"Ya?" jawabnya. Keringat dingin mulai membasahi dahinya.

"Tidak bisakah kau gunakan aegyo-mu?" rayu Chanyeol. Ingin rasanya Baekhyun membunuh Chanyeol saat itu juga. Karena kedua temanya memang tidak pernah berguna.


Seorang pemuda berambut pink berlari di tengah lapangan rumput yang hijau. Bola di kakinya bergulir dengan lincah. Pemuda itu memang sangat berbakat dalam olah raga sepak bola ini. Bahkan kupu-kupu dan rerumputan pun mengumandangkan namanya ke semua penjuru.

Ia berlari, berlari, menendang dan berlari. Dengan tendangan halilintar dia akan mencetak gol… tapi pemuda ini bukan Kapten Tsubasa.

"Luhan!" panggil seorang pemuda lain dengan seragam tim yang sama. Rambutnya cokelat dan pipinya sedikit tembem. "Oper padaku!"

Luhan berbinar. "Aww, Baozi! Oke!" ia mengoper pada pemuda itu.

"Namaku Xiumin bukan Baozi!" Xiumin mengoreksi, menggiring bola mendekati gawang lawan.

"Aku akan mencetak gol!" gumam Xiumin dengan semangat. Ia mengambil ancang-ancang untuk melakukan shooting dan…

PRIIIIIIT!

Pertandingan dihentikan. Xiumin dan Luhan saling menatap dengan bingung. Guru olah raga menghampiri mereka.

"Kalian berdua! Kalian ini dari kelas mana?" tanya guru bertopi biru itu.

"Emm… 3-X," jawab Luhan ragu.

Guru itu geleng-geleng kepala. "Jadwal olah raga kalian bukan hari ini! Kenapa kalian ikutan main sepak bola?"

"Eh?" Xiumin kebingungan. "Tapi ada yang memberitahu kami kalau kami disuruh ikut main sepak bola hari ini, Seonsaeng-nim," ujarnya.

"Siapa?" Guru itu bertanya. "Saya memang menyuruh anak kelas lain untuk menjadi pemain tambahan hari ini tapi bukan dari kelas 3-X! Siapa yang menginformasikan itu pada kalian?"

Tatapan Xiumin dan Luhan langsung tertuju pada seorang pemuda berambut oranye yang sedang mengunyah Lay's rasa Cheddar and Sour Cream di pinggir lapangan.

"YIXING!" seru mereka marah. Yixing yang memberitahu mereka soal ini.

Yixing menelan keripik kentangnya dengan santai. "Emm, sepertinya aku lupa. Aku melihat kalian semangat sekali untuk olah raga jadi ya kupikir kalian yang disuruh Seonsaeng-nim. Ternyata bukan ya. Aku lupa."

Luhan, Xiumin, dan guru tadi hanya menggeram frustasi.


Suara bel terdengar di seluruh penjuru sekolah saat itu diikuti pemberitahuan yang diumumkan lewat interkom sekolah.

"Panggilan untuk Kim Joonmyun dan Do Kyungsoo untuk segera ke ruangan kepsek sekarang."

Joonmyun yang baru saja membereskan bukunya dan bersiap untuk pulang terdiam. Ia tidak pernah di panggil ke ruangan kepala sekolah. Apakah ia melakukan kesalahan?

Joonmyun hanya mengangkat bahunya dan segera bergegas ke ruangan kepala sekolah. Setelah berjalan cukup lama ia menyiapkan dirinya untuk membuka pintu. Ternyata Kyungsoo sudah duduk menghadap kepala sekolah. Joonmyun merasa ada sesuatu yang penting yang harus dikatakan. Ia segera duduk di sebelah Kyungsoo.

"Terima kasih sudah mau kemari kalian berdua," ujar Kepala Sekolah dengan lelah.

"Kalian tahu maksud saya memanggil kalian ke sini?" tanya Kepala Sekolah lagi, Joonmyun dan Kyungsoo menatap satu sama lain dan menggelengkan kepala bersama-sama.

"Jadi kalian saya panggil kemari untuk mengurus siswa-siswa yang berada di kelas khusus," terang Kepala Sekolah. Joonmyun dan Kyungsoo terdiam. Kelas Khusus atau kelas 3 – X adalah kelas yang diperuntukkan mereka yang terkenal nakal dan sering membuat onar di sekolah ini. Bukan berarti mereka terbelakang atau lainnya mereka normal. Hanya saja tenaga mereka hanya digunakan untuk hal-hal yang tak berguna dan menghancurkan citra sekolah.

"Maaf Pak, tetapi bukanya sudah ada guru yang bertugas untuk menangani mereka? Kenapa kami?" tanya Kyungsoo.

"Kalian adalah murid paling berprestasi disini dan saya yakin kalian dapat diandalkan. Seperti yang kalian lihat, kenakalan dan keanehan mereka semakin menjadi belakangan ini. Guru-guru sudah mulai kehilangan kesabaran mereka, jadi kalianlah harapan terakhir yang saya punya." Kepala Sekolah terdengar sudah sangat putus asa.

"Seperti yang kalian tahu hampir setengah anggaran sekolah ini habis untuk uang tutup mulut bagi kelakuan Kris dan kawan-kawannya." Joonmyun dan Kyungsoo sedikit tidak menyangka yang itu. Kalau sudah diminta begini mana bisa menolak.

"Saya mohon beradalah di kelas itu sampai keonaran mereka berkurang dan terkendali dan setelah itu saya janji akan mengembalikan kalian ke kelas semula," janjinya. Joonmyun dan Kyungsoo hanya mengangguk.

"Saya percaya pada kalian." Kepala Sekolah tersenyum meyakinkan. Kedua pemuda manis itu hanya mengangguk sebelum akhirnya meninggalkan ruangan itu.

Joonmyun menarik napas pelan. Dilihatnya Kyungsoo juga terlihat pusing sama seperti dirinya. Sudah lelah ia mengurusi segala hal yang berhubungan dengan sekolah. Sekarang malah diberi amanat untuk mengatasi anak bermasalah.

"Hyung, jadi mulai besok kita akan menjadi bagian dari kelas 3 - X?" Kyungsoo melihat Joonmyun dengan tatapan memelas. Joonmyun hanya bisa tersenyum lemah, sembari mengangguk. Akhirnya kedua pemuda kecil itu berjalan untuk kembali ke rumah masing - masing.


Keesokan harinya Joonmyun segera bergegas menuju ke kelasnya. Hampir saja ia salah masuk ke kelas 3 – A, kelasnya yang lama. Dadanya berdegup kencang, ia benar-benar gugup. Tetapi ia harus bisa mengemban tugas ini.

Saat sampai ke depan kelas 3 - X yang terletak di ujung koridor yang termasuk tempat terpencil di sekolah, terlihat Kyungsoo yang terlihat ketakutan untuk memasuki kelas.

"Kyungsoo-ah!" Panggil Joonmyun. Kyungsoo menoleh ke arah pemuda yang lebih tua itu dengan tatapan seperti bayi burung hantu.

"H-Hyung, aku takut," ujarnya selagi bersembunyi di balik punggung Joonmyun. Terlihat aura kelam muncul dari sela-sela pintu kelas. Joonmyun menelan ludahnya. Ini terlalu berlebihan. Sugesti yang terlalu kuat menyebabkan matanya berhalusinasi seolah-olah keadaan yang ia hadapi ini seperti di komik.

"Tenang saja Kyungsoo-ah aku yakin kita akan bisa menjinakkan mereka. Setelah itu kita pasti kembali ke kelas semula, arasseo?" Joonmyun meyakinkan pemuda yang sedang bersembunyi di belakangnya. Kyungsoo mengangguk pelan.

Joonmyun menarik napas, dengan perlahan ia membuka pintu. Perlahan pelan seperti siput. Joonmyun menatap sekeliling kelas.

Di bagian belakang terlihat golongan berandalan yang sedang menatap ke arahnya dengan tatapan membunuh. Kaki mereka diletakkan di atas meja. Tangan di saku celana mereka dan mereka mengeluarkan awan gelap yang mengatakan kalau mereka ini beracun. Eh, tidak salah kan kalau ada salah satu dari mereka sedang sibuk foto dengan kamera depan iPhonenya?

Di sisi lain terlihat golongan pembuat onar yang sedang berbicara serta tertawa. Yang paling tinggi menyerupai jerapah bernama Park Chanyeol tertawa dengan salah satu mata menutup. Saking hebohnya ia mendorong orang yang saat itu sialnya berada di sebelahnya sampai terjatuh kepala terlebih dulu mencium lantai dengan pose menungging. Jongdae yang malang. Bukan malah ditolong mereka malah tertawa menjadi-jadi. Joonmyun menggeleng melihat pemandangan ini.

Di sisi lain terlihat sport freak sedang bermain lempar-lemparan bola dan sang penghancur satu lagi bernama Zhang Yixing sedang sibuk menggambar unicorn di mejanya.

Joonmyun berjalan perlahan menuju podium kelas. Seketika kelas menjadi hening dan semua mata tertuju kepadanya.

"Uhm... Hai! Namaku Kim Joonmyun dan ini temanku Do Kyungsoo. Mulai hari ini kami akan menjadi bagian dari kelas ini jadi—"

PYAR!

"Hei Hyung," panggil Kyungsoo.

"Ya?"

"Wajahmu penuh dengan pie susu,"ujar Kyungsoo dengan polosnya.

"WOOHOO! TEMAN BARU SELAMAT DATANG DI KELAS INI!" Trio pembuat onar melempar confetti tepat ke wajah Joonmyun membuat wajahnya berkelap-kelip layaknya pelangi. Kyungsoo entah mengapa ikut senang dengan keramaian itu. Ia ikut tertawa dengan imut melihat wajah kegirangan ketiga siswa jahil itu.

"Haha.. Terima kasih atas sambutannya." Joonmyun tertawa garing sambil mengeluarkan sapu tangan dan mulai mengelap wajahnya. Baru saja Joonmyun ingin berbicara lagi—

PROOOOT!

Belum bersih betul pie susu dan confetti dari wajahnya, sekarang wajahnya basah. Lengkaplah sudah.

Rupanya itu tadi Xiumin yang ingin minum dari botol minumnya. Tetapi Luhan tidak sengaja menginjak kakinya dan Xiumin yang kaget menyemburkan begitu saja air di mulutnya. Jarak ia duduk dengan tempat Joonmyun berdiri memang tidak begitu jauh.

"LUHAN! SAKIT!" pekik Xiumin. Luhan meminta maaf. "Aku nggak sengaja!"

Baekhyun, Chanyeol, dan Jongdae kembali tertawa terbahak-bahak. Joonmyun menghela napas dalam-dalam sementara air menetes-netes dari wajah ke seragamnya. Kyungsoo mengeluarkan tisu dari dalam tasnya dan mengelap wajah serta seragam Joonmyun.

"Emm… Jadi… segitu saja perkenalan kami. Mungkin ada yang mau kau katakan, Kyungsoo?" tanya Joonmyun pada Kyungsoo. Kyungsoo jadi gugup lagi karena sekarang semua mata terfokus padanya.

Kecuali Chanyeol. Ia terjungkal ke belakang karena tertawa tadi dan belum bangkit.

"Emm… Emm… Tidak ada. Salam kenal semuanya. Mohon bantuannya," kata Kyungsoo kemudian ia membungkukkan badannya.

Seluruh kelas terdiam sampai Yixing mengangkat tangan. "Boleh aku bertanya?"

"I-Iya?" Joonmyun menatap Yixing dan tersenyum ramah.

"Siapa nama kalian tadi? Aku lupa," Yixing berkedip dengan polos.

Joonmyun menjawab, "Aku Joonmyun dan ini Kyungsoo."

Yixing mengangguk. "Apa kalian unicorn?"

Joonmyun mengernyitkan alis. Kyungsoo menatap Yixing dengan tatapan burung hantunya.

"Tentu saja bukan… kami… manusia," Joonmyun menjawab dengan ragu. Pertanyaan macam apa itu?

"Oh. Baiklah," Yixing tersenyum simpul lalu kembali menggambari mejanya.

Luhan mengangkat tangan. "Apa kalian suka sepak bola?"

"Uhmmm," Joonmyun dan Kyungsoo menggeleng, "tidak terlalu," jawab mereka bersamaan.

Jongdae duduk di kursinya setelah membantu membangunkan Chanyeol bersama Baekhyun. Ia lalu mengangkat tangan juga. "Boleh kupanggil Joonmyun-hyung?"

Tao berhenti memotret dengan iPhone-nya. "Apa? Apa tadi?"

"Joonmyun-hyung," Jongdae menoleh pada Tao yang duduk di belakangnya dan mengulangi.

"Joon-ma-hao?"

"Joonmyun-hyung."

"Joon-ma-haaaoo?"

Jongdae facepalm. Ia berhenti menoleh pada pemuda bertindik itu dan kembali menghadap ke depan.

"Joonma," Tao semakin ngaco, ia melambaikan tangannya pada Joonmyun. "Kau punya tas Gucci?"

Joonmyun ternganga. "NGGAK."

Tao menyerocos dalam bahasa Cina pada Kris lalu mereka berdua tertawa jahat. Joonmyun pusing mendengarnya. Ia lalu mengajak Kyungsoo untuk mencari tempat duduk.

Joonmyun dan Kyungsoo berjalan ke barisan kursi. Ada dua kursi kosong di barisan paling depan. Joonmyun menyempatkan diri untuk menebar senyum ramah pada semuanya, dan ia menyesal ketika tidak sengaja bertatapan dengan Kai yang duduk di pojok belakang.

Kai menurunkan kakinya dari atas meja. Ia lalu melirik Joonmyun nakal dan menepuk-nepuk pahanya.

"Di sini kosong." Kai menyeringai, menyuruh Joonmyun duduk di pangkuannya.

Joonmyun merinding seketika dan langsung duduk di kursi kosong yang ada di sebelah Baekhyun itu. Kyungsoo duduk di sebelah kanannya. Ia mendengar suara tawa geng berandalan dari belakang.


Seorang guru masuk dan pelajaran dimulai. Joonmyun dan Kyungsoo secara otomatis mengeluarkan buku pelajaran, buku tulis, dan alat tulis mereka. Kepala Sekolah berkata mereka harus menjadi teladan yang baik untuk siswa 3-X. Karena itu mereka mencoba memberi contoh belajar dengan baik di kelas.

Selama sepuluh menit pertama kelas cukup tenang. Joonmyun dan Kyungsoo saling melirik dan tersenyum. Mungkin mereka memang berhasil di hari pertama ini!

Untuk memastikan, Joonmyun melirik ke arah Baekhyun dan kawan-kawan.

Mereka tidak mengikuti pelajaran. Ketiga pemuda itu saling berbicara dengan sangat pelan sambil membuat katapel kertas. Kelihatannya mereka akan bermain dengan katapel itu.

Kyungsoo juga menoleh ke bangku di belakangnya. Xiumin dan Luhan asik bermain game di ponsel mereka. Sementara itu di bangku belakang Kris dan Kai tidur nyenyak. Yixing masih menggambari meja. Sehun menatap ke arah Luhan dengan tatapan kosong lalu Tao berkutat dengan iPhone-nya. Mungkin mengupload foto-foto dirinya tadi ke Weibo.

Joonmyun menjatuhkan kepalanya ke atas meja. Bagaimana bisa ia berpikir kalau siswa kelas 3-X akan langsung menurut dengan mudah?


Setelah satu jam periode pelajaran berlalu, sang guru tiba-tiba pergi karena ada suatu urusan. Akhirnya Joonmyun menyuruh kelas untuk memberi salam kepada Sungsaengnim itu. Tetapi tidak ada yang berdiri kecuali Kyungsoo. Joonmyun seketika berwajah lelah lalu kembali duduk.

Baru saja pantat indahnya kembali menyentuh permukaan kursi, ia mendengar suara kursi yang berdecit. Kris beserta teman-teman berandalannya menuju ke pintu. Joonmyun segera berdiri untuk menghalangi langkah Kris.

"Kau mau kemana?" tanya Joonmyun berusaha mengintimidasi. Kris melihat Joonmyun malas sedangkan Sehun hanya mengejek Joonmyun.

"Bolos," jawab Kris gampang selagi memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Joonmyun hanya melipat tangannya.

"Tunggu sampai bel istirahat baru kalian bisa keluar," pintanya. Kris dan kawan-kawan hanya tertawa mengejek.

"Jangan harap kami mau mendengarkanmu ya," sahut Tao. Joonmyun hanya memandang mereka berempat. Sadar bahwa Joonmyun tidak akan meninggalkan tempatnya, Kris hanya menggerutu lalu menabrak tubuh Joonmyun sampai jatuh.

Kai melirik Joonmyun sebentar sambil tersenyum sadis lalu segera mengikuti Kris. Kyungsoo segera membantu Joonmyun kembali berdiri.

"Hyung kau tak apa?" tanyanya khawatir. Joonmyun hanya tersenyum lemah sebagai jawabannya.

Setidaknya mungkin satu pembuat onar saja masih bisa diatasi tapi geng yang satu ini... Apakah dia akan sanggup?

to be continued…


Thank you very much for reading! Your review is our happiness :D

See you soon! :D