Hal yang paling ditunggu oleh Usagi, Mina, dan Mako saat belajar bersama adalah ketika Ami menutup buku tebalnya sambil berkata, "Pelajaran hari ini cukup sampai di sini."
Kemudian remaja-remaja yang disebutkan di atas akan bertepuk tangan bahagia karena penderitaan mereka pada hari itu telah usai. (tentu saja minus Rei, karena dia ikut belajar kelompok hanya untuk mengisi waktu luang.)
Setelah acara melempar buku cetak tanda bahagia berakhir, ruangan belajar mereka segera dihiasi tumpukan komik, permainan game, acara TV, sampai hidangan yang menggiurkan. Terutama karena kebetulan minggu ini mereka belajar bersama di rumah Mako, sang juru masak handal. Sangat mustahil untuk menolak panganan yang telah disajikan.
Lima sekawan itu duduk mengelilingi area makan di mana mereka leluasa duduk lesehan di atas karpet empuk nan tebal. Tangan-tangan tidak sabar mulai mengerayangi setiap lauk pauk yang tersedia di atas meja.
Anehnya, ada satu orang yang terlihat tidak antusias dengan acara makan-makan ganas ini.
"Mina, kau tidak makan nasi?"
"Ah, tidak… aku… diet, hehehe." jawab pemilik surai emas untuk pertanyaan Ami.
Dengan mata terbelalak semua yang mengelilingi meja menghentikan acara mengisi perut demi melihat seorang Aino Minako. Sebagai cewe tangguh perkasa yang rela menempuh hujan badai hanya untuk mendapatkan makanan favoritnya yang disandera raksasa di atas puncak gunung, sangat mustahil mendengar kata 'diet' keluar dari mulut remaja berusia enam belas tahun tersebut.
Berbagai pertanyaan spontan—dari yang panik sampai khawatir terlontar dari sahabat-sahabatnya.
"Mina, kau sakit?"
"Kau demam?"
"Apa kau sedang stress?"
"Bertengkar dengan Artemis lagi?"
"Apa kebanyakan belajar membuat otakmu menguap?"
Pertanyaan terakhir tentu saja Usagi yang menanyakannya. Bagi sang titisan Putri bulan, belajar terlalu keras merupakan alasan masuk akal seorang gadis mogok makan selain bertengkar dengan pacar. Itulah essensi kehidupan SMA, kan?
—cowo dan ujian.
Namun karena Mina belum punya kekasih, maka alasan utamanya pasti karena stress menghadapi ujian. Paling tidak itulah alasan paling logis yang terbesit di otak simpel Usagi.
"Bukan. Bukan! Aku murni sedang diet saja." melihat sinar ketidakpuasan di mata teman-temannya, Mina mencoba berkelakar, "Hei, aku tidak akan mati hanya karena tidak makan malam. Tapi kalau kalian memaksa, baiklah. Mungkin aku akan mencicipi sedikit saja sayur brokoli ini."
Maka dengan terpaksa lidahnya mengecap rasa sayur yang (sebetulnya) sangat tidak disukainya. Gadis dalam balutan oranye itu menjerit dalam batinnya. Siapa sangka diet membuatnya begitu senewen.
"Mina," sela Ami ditengah-tengah kunyahan rekannya pada brokolinya yang terlihat menyiksa, "Kau gemukan, ya?"
—JRENGGGGG
Pertanyaan frontal Ami membuat Mina rasanya ingin berlari ke dapur untuk mengambil pisau dan memotong bawang di tempat sambil menangis dramatis. Walau Ami adalah sahabat yang sangat pintar dan pengertian, Mina merasa teman jeniusnya itu terlalu berlebihan dalam mengungkapkan aspirasinya kali ini.
Melihat perubahan air muka Mina, Ami mengibaskan tangan di depan wajahnya. Gadis berhelai biru itu terlihat sangat bersalah, "Itu tadi bukan pernyataan, itu pertanyaan! Aku hanya mau klarifikasi apa itu memang alasan utamamu untuk diet!"
Oh—Mina langsung lega.
Artemis pun mungkin lega.
Dan entah siapa lagi yang lega.
"Seingatku sejak dari seminggu lalu kau sudah mengurangi jatah makanmu sedikit-sedikit." dasar Rei—si mata tajam.
Kemampuan observasi Rei kadang-kadang sedikit mengganggu, namun sialnya selalu tepat. Memang alasan apalagi sih yang dibutuhkan seorang gadis untuk diet selain karena ukuran pinggang yang melebar atau otot kendor di beberapa bagian yang menggelambir?
"Aku hanya merasa gemukan, jadi ingin kembali ke berat badan ideal saja." sergah Mina sambil meraih dan meneggak lemon tea dingin miliknya di meja.
"Kalau begitu makanan kecilmu boleh untukku?" tanya Usagi bersemangat.
Dasar tidak peka—
"Begini Mina, sudah berapa lama kau d-i-e-t?" tanya sang tuan rumah yang hampir terlupakan karena sedari awal hanya duduk manis menonton perdebatan.
"Sudah lebih dari seminggu lalu."
"Lalu hasilnya?"
"Euh… entahlah… tidak ada perubahan. Pinggangku malah sering sakit-sakit."
"Selama periode itu apa kau tetap makan biskuit?"
Mina mengangguk.
"Apa kau juga tetap makan es krim?"
Anggukan kedua membuat seluruh anggota pretty soldier kayang di tempat. Pahlawan bertopeng juga pasti tahu, untuk mengetahui jawaban Mina selanjutnya tidak perlu ada pertanyaan ketiga.
"Tapi porsinya sudah kupangkas kok! Biasanya aku habis lima bungkus coklat sehari, aku sudah berusaha mengurangi jadi tiga, bahkan dua. Es krim juga—aku memakannya tanpa toping apa-apa!"
"Kalau begitu, mengurangi makanan saja bukan cara diet yang tepat." Ami angkat kotbah. Mendengar itu, wajah Mina kontan pucat pasi diiringi latar belakang gelap imajiner lengkap dengan petir-petir.
Pertanda buruk, pasti—
"M-maksudmu?"
"Olahraga, Nona besar. Kau harus OLAHRAGA!"
—Tuh kan, tepat.
Neraca Bening
Sailor Moon (c) Takeuchi Naoko
Warning: Twoshot. mild. OOC. Headcanon. Ababil.
.
by Ratu Obeng (id: 1658345)
.
.
.
Baiklah, sepertinya Ami paling bersemangat dalam kasus ini. Karena setelah sepakat membawa Mina untuk berolahraga setiap hari secara bergilir, dia juga sepakat untuk membatasi asupan manis yang masuk ke perut monster gadis berpita merah besar itu.
Lalu Mina dipaksa memasuki sebuah ruangan raksasa yang hanya dipenuhi satu jenis benda; buku.
Baru beberapa langkah, sang korban diet langsung merasa pening.
"Sebentar, Ami. Kukira kita di sini untuk berolahraga?"
"Tentu saja!" jawab Ami polos. "Membaca tidak membutuhkan banyak energi secara fisik, tapi cukup menguras tenaga secara pikiran. Aku pernah membaca serial petualangan sampai tak terasa keringatku bercucuran. Menurutku membaca adalah salah satu cara olahraga yang efektif."
Salah satu Alis Mina berkedut mendengar penjelasan sang penjaga planet Merkuri yang jauh dari masuk akal, "Begini Ami, rasanya—"
"Lagipula mencari-cari buku idamanmu di tempat seluas ini akan sangat membakar kalori."
Mungkin maksud Ami berjalan naik turun tangga dan berkeliling perpustakaan memiliki efek pembakaran kalori yang sama seperti cewe-cewe yang berjalan-jalan di mall, di mana setiap berjalan setiap tiga puluh menit maka lemak akan terbakar setingkat dengan pilates selama sepuluh menit. Tapi perpustakaan terlalu jauh jika dibandingkan dengan mall. Tingkat kejenuhannya saja sudah berbeda.
Mina mencoba duduk manis setelah mengambil salah satu novel rekomendasi Ami. Dia meneguk jus jeruk kalengan yang dibawanya diam-diam sembari membuka halaman pertama. Efeknya sama dahsyat seperti membuka buku cetak fisika sekolahnya. Halaman pertama alis mulai berkerut berkerut. Halaman kedua pandangan menjadi berkunang-kunang. Halaman ke tiga ada usahanya menahan kantuk sehingga ujung mata mulai berair.
Tidak ada halaman keempat.
Karena belum sampai lima menit, Mina sukses ketiduran di perpustakaan dengan sebuah buku tebal menutupi kepalanya.
Hari berikutnya dengan Rei tidak menjadi lebih baik.
Dari sepulang sekolah, sapu dari kayu di tangannya setia menemani mengitari bangunan kuil Hikawa, tempat tinggal dan tempat kerja sang ksatria berelemen api tersebut.
Yah, Mina sudah berjam-jam menyapu.
Tidak berarti dia melakukan pekerjaan itu seharian. Tentu saja kakek Rei sebentar-sebentar menawarkan minuman dan makanan kecil untuk menemaninya bekerja. Tapi karena sudah diperingati oleh Rei sebelumnya, panganan kecil yang semula manis, berganti menjadi asin bahkan terlalu hambar. Mina pasrah. Lagipula makanan apapun akan terasa enak kalau perutnya sudah lapar.
Untunglah Kuil Hikawa tidak menutup mata dari pop-culture. Mina begitu bahagia melihat surga berupa mesin pendingin berdiri kokoh di dekat pohon keramat yang terletak di tengah area. Jemarinya beringsut ke dalam kantung rok untuk mencari koin-koin yang dibutuhkan.
Setelah mendapatkan sekaleng soda, gadis pelindung planet Venus itu hendak beristirahat di bawah pohon di mana Rei sudah terlebih dahulu duduk di TKP.
"Hai, Rei! Sudah beres semedi? Mau ikut menyapu juga?" yang diajak bercanda hanya memasang senyum kaku.
"Kau masih punya banyak tenaga setelah menyapu begitu lama."
"Aku sering berolahraga, jadi staminaku tidak mudah luntur."
"Loncat pagar? Mengejar idola? Itu bukan olahraga, itu namanya kelebihan energi."
Mina tidak menghiraukan cemooh Rei karena masih sibuk menghabiskan soda-nya. Lagipula saat ini dia terlalu lelah untuk memikirkan kalimat-kalimat lucu sebagai balasan.
"Jadi, boleh aku pulang Rei? Pinggangku sudah pegal linu."
"Kau yang bilang akan menyapu semuanya sebelum pulang hari ini. Berarti masih ada teras depan gerbang dan halaman dalam." Rei mengacungkan dua jari secara simbolik.
Mina seketika pingsan.
Aino Minako. 16 tahun. Satu-satunya murid SMA yang menyesal pernah bilang kalau mall adalah tempat yang menyenangkan.
Mungkin menyenangkan, kalau tidak bersama Mako yang hobinya hanya berputar-putar di dalam supermarket dan jika dia diperbolehkan mencicipi tester kue kering serta wafer menggiurkan yang tersedia di sepanjang basement. Kalau tidak, sama saja artinya dengan penyiksaan jiwa raga jasmani rohani.
Bahkan di sela-sela istirahat, Mako hanya mengijinkan Mina mengemil pai buah tanpa sirup plus cracers sayur berserat. Fisik makanan yang disajikan memang menggiurkan, tapi rasanya tentu saja jauh dari harapan. Walau mengeluh dalam hati, Mina tetap menyantap semua itu demi kelangsungan dietnya.
"Setelah ini kita masih harus membeli bahan-bahan untuk membuat brokoli saus tiram. Kita juga harus membeli penyedap sayur rebus untuk menu makan kita minggu depan."
"Kau terobsesi pada Brokoli?" Mina langsung mual kalau ingat dia setiap minggu harus makan sayuran berkepala hijau itu.
"Kau mau sayur lain? Kalau begitu menu minggu ini kuganti buncis atau kailan deh."
Sama saja hijau. Mina ingin setidaknya menikmati warna dan rasa lain, keju misalnya.
Yah setidaknya teh jagung di tangannya berwarna kuning seperti keju, lagi-lagi gadis malang itu berusaha menghibur dirinya.
Ini keterlaluan! Seorang remaja yang sedang tumbuh dan dalam masa-masa indah jatuh cinta seharusnya bisa makan puas sebebas-bebasnya, sebebas Panda yang dijamin WHO untuk mengunyah bambu sebanyak yang dia mau.
"Mina, aku berencana menambah sedikit daging."
"BENARKAH?" seru Mina berbinar-binar.
"Menurutmu lebih baik daging paprika kuning, merah atau hijau?"
Mina Kicep.
"Viii, sudah sore… pulang yuk."
"Nanti, sedikit lagi. Sedikit lagiiii!" pinta Mina dengan pose memohon.
Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, Mina melakukan olahraga bersama Usagi dengan sukacita. Bagi Mina, beraktivitas di game center merupakan ide yang sangat cemerlang. Walau isi dompet sedikit terkuras karenanya, tapi setiap koin yang lenyap begitu worth it dengan keringat dan stressnya yang ikut menghilang.
Setelah puas, kedua gadis itu membeli minum di mesin penjual minuman namun berhenti ketika melihat seseorang yang tampaknya tak asing sedang asik bermain di area racing. Rambut pendeknya yang kuning pucat sedikit menyeruak dari balik helm merah cerah yang sedang dipakainya.
Mina dan Usagi terpaku kagum menatap player tersebut. Karena selain jagoan dan berhasil merebut peringkat pertama, ada setruman listrik tak kasat mata ketika sosok itu berdiri seraya membuka helmnya slowmotion bak iklan shampo.
"Mau sampai kapan melihatku begitu, Minako? Usagi?"
Lamunan kedua gadis itu buyar saat suara tampan itu menderu telinga mereka, "Haruka?" seru mereka bersamaan.
"Kalian seperti sedang melihat hantu." ksatria pelindung Uranus itu meledek.
"Hanya tidak menyangka Haruka juga ada disini." Usagi menarik Mina mendekati sang pangeran, "Haruka sering kemari?"
"Tidak juga, soalnya akhir-akhir ini lagi banyak ujian."
"Kalau begitu ikut bareng kami belajar kelompok setiap Jumat dan Sabtu, yuk! Makin banyak orang akan makin seru." ajak Usagi bersemangat.
"Aku tidak biasa belajar beramai-ramai."
Tolakan Haruka menciptakan kilat kecewa di mata Usagi, bahkan Mina yang sebenarnya tidak ada urusan apa-apa. Sejujurnya sailor kelima itu berharap Haruka menerima ajakan tersebut, menurutnya akan sangat lumayan kalau ada pemandangan indah di tengah-tengah suasana penat. Haruka pasti tampak bersinar di antara kertas kotretan atau buku cetak.
Tampaknya Usagi masih belum mau menyerah karena sekali lagi gadis itu mendesak Haruka untuk mau datang ke acara belajar bersama para sailor keesokan harinya. Bahkan sampai Mina meneguk minuman di tangannya sampai habis, Usagi masih belum berhenti berusaha. Benar-benar seorang putri bulan yang gigih.
Sebenarnya tidak ada urusannya dia putri bulan atau bukan sih, Usagi memang gigih. Sayangnya kegigihan itu lebih sering dimanfaatkan untuk hal yang tidak perlu. Sama seperti Mina dan kegiatan dietnya sekarang.
Cukup lama sampai Mina sadar kalau daritadi Haruka melihatnya intens. Dengan gugup dia menyapu sisa-sisa minuman di ujung bibir dengan jari, bahkan menyisir rambut dan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang sebenarnya bikin malu. Tatapan itu sungguh membuat Mina tidak nyaman. Rasanya seperti ada panci virtual yang merebus mukanya saat ini.
"Minako, kau tidak biasanya melamun. Lagi sakit?"
"Ah, bukan! Aku—"
"Vi lagi diet."
Sungguh, kalau yang bicara tadi bukan Usagi, ksatria Venus itu pasti sudah menyabet helm dari tangan Haruka untuk menabok junjungannya sampai semua gigi depannya rontok. Membongkar rahasia anak gadis yang sedang diet sama memalukannya seperti Miss Universe yang jatuh di atas panggung karena menginjak roknya sendiri.
Usagi bodoh—bodoh—bodoh!
"Diet?"
"Iya, makanya aku mengajaknya kemari untuk olahraga. Semua teman-teman diberi jatah membawa Vi berolahraga."
—CUKUP WOIII!
"Olahraga di game center. Sangat kalian sekali, hahaha."
Tawa gagah Haruka membuat Mina mati kutu. Dia tidak membalas apa-apa kecuali mengalihkan pandangannya ke tanah sambil memainkan kaleng minumannya yang sudah kosong.
"Jadi bagaimana?" tanya Usagi lagi.
"Baiklah aku akan coba ikut belajar kelompok dengan kalian." Haruka akhirnya berubah pikirannya, "Kebetulan bulan depan ada ujian terakhir. Aku bisa ikut kelompok belajar kalian sambil membantu mengawasi diet Minako."
Bisa dipastikan sekarang warna muka Mina sudah senada warna helm yang dipegang Haruka, "Tunggu, kenapa Haruka juga tertarik dengan dietku? T-tidak usah repot-repot, aku bisa sendiri!"
"Karena diet itu seperti mengukur neraca bening. Sampai besok!"
Mina memiringkan kepalanya yang penuh tanda tanya, tapi sebelum bertanya Haruka sudah pergi secepat angin.
To be Continued...
.
.
.
A/N:
Padahal niatnya cuma ngerjain oneshot simpel tentang Minako ngejalanin diet doank… ehh, malah kepanjangan #nyilet
Btw, author bikin Usagi manggil Minako di sini dengan sebutan 'V/Vi' (biar pembaca ngga bingung aja).
R&R maybe? C:
