Iris onxy itu tanpa sengaja melihat seorang gadis yang terlihat duduk di tepi lapangan. Kerutan keheranan ia berikan walau, pada akhirnya melangkah mendekati sosok itu. Dapat ia lihat iris sapphire milik gadis itu mengikuti gerakannya yang mendekat. Saling berhadapan, onxy miliknya bertatapan dengan sapphire milik gadis itu. Diam untuk sesaat walau, ia sudah pernah diberitahu tapi, tak pernah ia duga bahwa, apa yang dikatakan itu benar.
"Kau adiknya Kyuubi kan, apa yang kau lakukan di sini?" pertanyaan pertama itu terlontar dari dirinya, mengingat gadis yang ia dekati ternyata memilih untuk diam.
"Melihat," jawaban singkat yang membuatnya sedikit heran.
Memperhatikan sekelilingnya sebelum akhirnya kembali pada sosok mungil di depannya yang masih duduk manis. "Apa yang kau lihat, Naruto?" memberikan senyum manis pada adik salah satu sahabatnya ini.
Mengerjapkan mata sesaat sebelum akhirnya menjawab, "aku sedang melihat Itachi-nii." Sebuah jawaban jujur terlontar, iris sapphire milik gadis itu senantiasa menatap dirinya yang sedikit terkejut.
"Kau melihatku." Ulangnya memastikan pendengaran, sebelum akhirnya tersadar sesuatu. Saat ini memang gadis itu sedang menatap dirinya, "maksudku sebelum ini, Naru." Senyum tidak lepas dari dirinya.
Kembali mengerjapkan matanya, seulas senyum kecil perlahan terbentuk di wajahnya. "Kau, aku melihatmu Itachi-nii." Kembali bibir berlapis lipglosh itu terucap menatap pada onxy yang sesaat membulat, mengerjapkan mata melihat pada gadis di depannya yang masih tersenyum manis.
Naruto © Masashi Kishimoto
Genre Romance.
Rating T
Pair ItaFemNaru
Warning-OOC, AU, Typo(s), dan segala bentuk keabsrudan lainnya yang murni keluar dari pemikiran saya.
Don't Like, Don't read
Seingat Itachi, ia dan Naruto tidak dekat. Bahkan mungkin ini adalah percakapan kedua mereka. Kalau dipikir-pikir awal pertemuan mereka adalah saat gadis itu sedang menjemput kakaknya di kelas yang sedang sepi -menyisakan geng mereka saja.
Bahkan masih diingatnya saat itu, bagaimana terkejutnya Kyuubi atas kedatangan sang adik yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Wajah pria itu terlihat berubah kala gadis itu mendekatinya, menyapa singkat, dan dengan setengah hati memperkenalkannya pada teman-temannya yang saat itu terlihat terkejut. Sedikit menggoda gadis berusia tujuh belas tahun itu, sayangnya hanya di balas dengan bibir yang tertarik sedikit. Entah niatnya tersenyum atau apa, siapa yang tahu. Ia hanya tahu satu hal, ruby milik Kyuubi perlahan berubah menatap datar pada sang adik.
.
~00~
.
Helaan napas panjang ia berikan, sekali lagi menatap pada gadis di depannya yang dengan santainya meminum es krim jeruk pesanannya. Seakan melupakan fakta bahwa, kini ada dia di hadapannya, apa gadis ini lupa, siapa yang tadi mengajaknya ke sini. Satu hal yang membuatnya heran pada diri sendiri, mau-maunya ia mengikuti keinginan gadis itu. Jika, ia tidak ingat bahwa gadis di hadapannya ini adalah adik sahabatnya tentu dengan senang hati akan ia tolak ajakannya, satu alasan yang kembali diingatnya.
"Itachi-nii, apa kau memiliki kekashi?" satu pertanyaan terlontar, perlahan kembali mengaduk es krimnya. Sapphire miliknya perlahan ia tujukan pada pemilik iris onxy yang menyesap teh miliknya.
Satu pertanyaan yang membuat iris onxy itu beralih pada dirinya, merutuk dalam hati akan pertanyaan yang terlontar. Pertanyaan yang paling ia benci saat para gadis itu mengatakannya. Dapat ia tebak ke arah mana pembicaraan ini, dan ia sungguh tidak menyukai jika akhirnya akan berakhir sama seperti yang lainnya.
"Tidak," datar dan memutuskan pembicaraan.
Gadis itu terlihat menaikan sedikit alisnya, perlahan bersandar pada sandaran kursi. Sapphire miliknya kembali ia berikan pada pria di hadapannya yang menatap datar pada tingkahnya. Menjilat sisa es krim yang berada di bibirnya tanpa segan. Tidak peduli dengusan pelan diberikan Itachi akan tingkahnya. Kembali menyesap teh yang sedikit terasa dingin.
"Kau tidak menyukai anikiku kan, Itachi-nii." Satu pernyataan yang hampir saja membuat Itachi menyemburkan minumannya jika, ia tidak mengingat bahwa dirinya adalah seorang Uchiha. Tawa kecil terdengar dari bibir mungil itu, melihat reaksi Itachi yang langsung menatap ke arahnya tajam. "Aku hanya bercanda, Itachi-nii." Kembali berucap tanpa beban. "Kau sama seperti Sasuke, reaksi kalian lucu sekali." Kembali kikikan geli terdengar dari bibirnya.
Alis itu sedikit bertaut saat mendengar nama adiknya keluar dari bibir mungil itu, "kau mengenal adikku?" pertanyaan balik terlontar, menatap pada sapphire Naruto yang terlihat sedikit jenaka.
"Yupz, kami satu sekolah. Apakah Kyuu-nii, tidak mengatakan itu." Menatap pada Itachi yang diam, "sepertinya tidak." Mengangguk kecil seakan mengerti maksud diamnya Itachi. "Aku dan Sasuke, satu kelas dan juga teman sebangku." Membiarkan Itachi yang masih memandangnya. "Selain itu, Sasuke juga adalah pacar.." ekspresi malu-malu terlihat gadis itu berikan.
Kembali membuat Itachi menaikan alisnya, merasa aneh dengan tingkah gadis di hadapannya. Walau terbesit rasa lega bahwa, dugaannya yang mengira gadis itu menyukainya ternyata salah. Jika, gadis ini ternyata menyukai Sasuke, seharusnya sikap tidak bersahabat yang ia berikan, harus ia tarik kembali.
"Pacar sahabat baikku." Sambungan kalimat yang membuat Itachi menarik napas panjang. Tidak mengerti kenapa harus gadis itu yang terlihat malu-malu jika, Sasuke adalah pacar sahabatnya. "Kenapa?" pertanyaan itu terlontar bersamaan dengan wajah yang polos yang diberikan.
"Tidak apa-apa," memberikan wajah datar kembali.
Anggukan pelan diberikan Naruto, seakan memaklumi tingkah Itachi yang kembali menyesap minumanya. "Oh, ya Itachi-nii. Boleh aku menanyakan sesuatu." Kembali gadis itu berucap memandang Itachi yang menghentikan niatnya menyesap minuman miliknya.
"Bukannya kau sudah bertanya, Naru." Memberikan seringai yang dibalas garukan kepala oleh Naruto, mungkin tidak menyangka Itachi akan membalas perkataannya. "Apa yang ingin kau tanyakan?"
Wajah yang terlihat sumeringah, dapat Itachi lihat di wajah manis itu. Perlahan membetulkan duduknya, mendekati meja. Wajahnya sendiri ia majukan, hingga berada di jarak yang ia rasa cukup terdengar oleh Itachi. Membuat pria itu merasa sedikit aneh pada tingkah gadis dua tahun di bawahnya ini. Apa pertanyaan yang akan diberikan oleh Naruto sangat rahasia, dan begitu pentingnya hingga gadis itu bertingkah seperti ini. Membuat ia mau tidak mau, mengikuti tingkah Naruto.
"Apakah yang dibilang Sasuke itu benar," bisiknya membuat Itachi menaikan alis heran bertanya-tanya dalam hati, apa yang diucapkan oleh adiknya itu pada gadis di depannya ini. "Bahwa.. " sedikit memberikan jeda, membuat Itachi semakin penasaran. "Keriput yang ada di wajahmu itu adalah kutukan karena, kau selalu membolos dulu."
Perempatan siku-siku perlahan muncul di wajah Itachi, mendengar kata keriput meluncur mulus dari bibir mungil itu. 'Ototou.' Batinnya teringat pada wajah adik semata wayangnya yang mungkin saat ini tengah tertawa. 'Awas saja kau!' Kembali iris onxy miliknya ia arahkan pada sapphire milik Naruto yang terlihat menatapnya dengan penuh keingintahuan. "Tidak, aku tidak pernah membolos, Naru." Perlahan menegakan badannya, menjauhi diri dari Naruto yang ber 'oh' ria.
"Sesuai yang kuduga, berarti keriputmu itu adalah tanda kau sudah menua, yah."
Ctak!
"Ini tanda lahir, Naru." Menggeram bersamaan dengan Naruto yang terdiam, sebelum akhirnya terkikik geli akan tingkah Uchiha di hadapannya.
Sialan! Ia dipermainkan oleh gadis yang lebih muda, seumur-umur ini adalah pertama kalinya ia mendapatkan perlakukan seperti ini. Jika, saja orang yang di hadapannya bukan seorang gadis, tentu lain ceritanya. Mendecak kesal, menaruh gelasnya di atas meja. Perlahan berdiri, membiarkan iris sapphire milik Naruto terarah padanya, dengan senyum yang masih melekat di wajah manisnya.
"Kau sudah selesai dengan es krimmu kan, Naru. Sebaiknya kita segera pulang, kurasa Kyuubi pasti mencarimu." Sarannya dengan sorot dingin.
"Ah, tentu." Tersenyum manis seperti sebelumnya, mengikuti gerakan Itachi yang perlahan berjalan menuju kasir.
Tautan keheranan diberikan Itachi, pada Naruto yang masih tersenyum di sebelahnya. Mendengus kecil, saat mendengar bahwa pesanannya sudah di bayarkan oleh Naruto. Entah kapan gadis itu bergerak, membayar pesanan mereka. Apakah saat gadis itu tadi izin ke toilet? Uchiha tidak pernah dibayarkan oleh gadis, apalagi gadis yang lebih muda darinya. Gezz, ini sangat memalukan.
"Itachi-nii?" memberikan senyum saat onxy itu menatapnya.
Menghela napas untuk kesekian kalinya, "seharusnya kau tidak membayarkan ku, Naru." Melirik sekilas pada iris sapphire yang perlahan berkedip. Walau kakinya senantiasa berjalan keluar dari cafe.
Tertawa kecil, "apakah itu memang sudah kebiasan para Uchiha?" Tidak peduli pada Itachi yang heran mendengarnya. "Sasu, waktu itu juga pernah mengatakan yang sama. Dia paling tidak suka jika aku menteraktirnya."
Terdiam sebentar, mendekatkan diri pada Naruto yang ikut berhenti. "Apa kau menyukai Sasuke?" pertanyaan itu bukan tanpa alasan, gadis itu terlihat ceria saat membicarakan adiknya.
Mata itu mengerjap sekali, menatap onxy yang sejajar dengan iris sapphirenya. "Apakah terlihat seperti itu, Itachi-nii?" Perlahan bibir itu memberikan seringainya, hal yang tidak disangka oleh Itachi. Mengalihkan matanya sebentar sebelum akhirnya kembali berkata, "seseorang pernah berkata padaku. Uchiha itu tidak punya ekspresi, mereka seperti topeng Noh." Menatap kembali iris milik Itachi yang memasang wajah datar. "Tapi apa kau tahu Itachi-nii, bukan karena mereka tidak memiliki ekspresi hingga wajah mereka sedatar itu. Tapi, itu karena mereka tidak terlalu mempercayai siapapun, makanya mereka seperti itu. Apa aku benar Itachi-nii?" dapat ia lihat iris itu sedikit melebar, yang tertutupi dengan baik oleh wajah datar pria itu.
"Uchiha selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan." Kembali gadis itu berkata saat Itachi kembali menegakan tubuhnya, membiarkan onxy itu kembali melirik padanya. "Sama seperti Uzumaki, sebuah kerja keras akan mendapatkan hasil yang memuaskan." Tertawa kecil tidak peduli tautan keheranan diberikan oleh Itachi, "karena aku adalah Uzumaki. Maka aku memiliki sifat pantang menyerah, karena itu bersiaplah." Tersenyum manis menatap Itachi.
"Apa mak—."
Teeet! Teeet!
Suara klakson mobil, menghentikan Itachi yang ingin bertanya. Iris onxynya perlahan mengarah pada mobil yang behenti tepat di depannya. Kaca mobil yang perlahan turun, menampakan wajah sahabatnya yang perlahan menoleh pada dirinya.
"Yo, Itachi." Sapaan riang terdengar, iris ruby milik pria itu terarah pada dirinya. "Maaf merepotkanmu, yah." Senyumnya riang, tanpa ada niat untuk turun dari mobil. "Naru!" menoleh sebentar pada sosok di sebelahnya.
"Oke," sahutan terdengar dari arah sampingnya. "Baiklah, Itachi-nii. Sampai jumpa lagi!" melambaikan tangan dan berlari menuju mobil sang kakak.
Iris onxy itu hanya menatap datar, saat mobil putih itu berjalan di depannya. Mengela napas panjang pelan, berjalan menuju parkiran mobil. Dipikir-pikir, sampai saat ini ia masih bingung apa tujuannya menuruti Naruto yang mengajaknya untuk ke cafe ini. Bahkan ia masih tidak mengerti dari pembicaraan yang dari tadi terus dilontarkan oleh gadis itu.
~You Know~
"Jauhi adikku!"
Hanya sepenggal kalimat itu saja yang masih diingat saat, Kyuubi mengajaknya berbicara. Satu kalimat yang tidak mungkin ia turuti. Ingat! Uchiha tidak pernah menuruti siapapun. Satu ajaran yang tertanam cukup kuat dalam otaknya. Jadi, jangan salahkan dia yang menyetujui ajakan Naruto tadi. Menghela napas panjang. Tidak menyadari tingkahnya membuat Uchiha bungsu, berkenyit heran akan ulahnya.
Iris onxy yang bertatapan, berjengit sesaat. Saat melihat iris milik si sulung, berubah menatapnya. Dan sebuah pukulan, manis mendarat pada si bungsu.
"Apa yang kau lakukan, Baka-Aniki." Seruan itu terdengar bersamaan dengan tangan yang mengelus kepalanya. Menatap nyalang pada sang kakak, begitu melihatnya main langsung jitak.
"Anggap saja, itu hadiah karena kau berani membicarakan Anikimu, ini sembarangan." Dengusan pelan di iringi langkah yang menuju arah dapur.
"Apa maksudmu?" menggerutu kesal alis pria itu terlihat sedikit naik walau, tangannya masih setia mengelus kepalanya yang nyut-nyutan.
Iris si sulung kembali menatap padanya, membuat tubuhnya kembali bergidik. Menghela napas panjang, kembali berbalik menghiraukan tautan keheran itu makin menguat. Teringat sesuatu, sebelum akhirnya menyeringai.
"Bagaimana kabar, Naruto?"
"Baik." Sebuah jawaban yang keluar, membuatnya terdiam. Menoleh pada Sasuke yang terlihat membaca bukunya kembali. "Bagaimana kau tahu aku bertemu, Naruto?"
"Hanya menebak, aku kan genius." Seringainya dari balik buku, kembali mengintip dari balik buku melihat si sulung kembali melangkah disertai dengusan panjang.
Diam sebentar, membiarkan keheningan tercipta di antara mereka.
"Hey, aniki. Bagaimana menurutmu, gadis itu?" kembali melontarkan pertanyaan saat si sulung kembali mendekat duduk di salah satu sofa.
Memberikan tautan keheran, teringat beberapa percakapan yang mereka lakukan. "Aneh," melirik pada si bungsu Uchiha yang terlihat membalik lembar halamannya. "Apa dia memang seaneh itu?"
Menaikan alis heran, "aneh?"
"Karena aku adalah Uzumaki. Maka aku memiliki sifat pantang menyerah, karena itu bersiaplah."
Teringat kembali ucapan Naruto yang terlontar saat mereka baru saja keluar dari cafe. "Kurasa ia menyukaimu." Tidak menyadari sang adik, mendengus tak percaya. "Kenapa kau bertanya seperti itu?" Terlontar pertanyaan setelah jawaban diberikan.
"Hn."
Sebuah kata singkat sebagai jawaban bagi Itachi yang berkedut kesal, tidak memahami adiknya yang kembali mengeluarkan kata kesukaannya. Menghela napas panjang, kalau saja orang yang sedang berbaring itu bukan adiknnya. Mungkin akan ia tenggelamkan di parit belakang rumah. Kembali fokus pada berita di televisi dilakukan Itachi, mengabaikan Sasuke yang kembali mengintip dari balik bukunya.
'Sialan kau, Naru!" dengusnya disertai seringai aneh. 'Kau serius rupanya!' tidak percaya bahwa gadis itu bisa memberikan kesan kuat pada sang kakak yang selama ini tidak pernah mengomentari setiap gadis yang ia kenal. Kembali melirik pada si sulung yang masih fokus melihat berita di televisi, 'Baka-Anik," mendengus tak percaya melihat sifat sang kakak.
.
.
.
.
.
.
.
.
Nun jauh di sana, Kediaman Uzumaki
Iris sapphire itu hanya menatap datar, pada tangan tan yang terulur ke arahnya. Tangan kanan itu terbuka dan tertutup, disertai senyuman dan alis yang terangkat turun naik.
"Nih," sahutnya ketus mengeluarkan beberapa lembaran yen dari dompetnya. "Gah, padahal sudah kuperingatkan si keriput itu untuk menjauhimu. Bagaimana bisa ia mau saja, mengikutimu." Merutuk kesal melihat uang jajannya selama sebulan berada di tangan sang adik.
Kekehan kecil keluar dari bibir berlapis lipglosh itu melihat tingkah sang kakak, yang terlihat meratapi uang jajannya dari pada kesal. Memasukan beberapa lembar yang ia terima ke dalam dompetnya sendiri.
Meratap sedih, sebelum akhirnya teringat sesuatu. "Ngomong-ngomong, Naru. Kau tidak serius dengannya kan?" satu pertanyaan meluncur, teringat bagaimana wajah sang adik tadi saat ia menjemputnya.
Mengerjap sesaat, sebelum akhirnya seulas senyum kembali muncul dari bibir itu. "Menurut Kyuu-nii." Tersenyum riang meninggalkan Kyubi yang melongo tidak percaya.
Iris sapphire itu melebar tidak percaya, melihat tingkah adik semata wayangnya yang mendadak terlihat manis ini. "Keriput sialan! Apa yang kau perbuat pada adikku!"T eriakan menggema terdengar di kediaman Uzumaki.
Gelengan kepala diberikan Naruto dalam perjalanan membuka pintu kamarnya, seakan terbiasa dengan kelabilan Kyuubi yang selalu histeris. Bahu yang terangkat pelan, perlahan pintu yang di kamarnya bergerak menutup. Diiringi senyum misterius yang senantiasa menghiasi wajahnya. "Dunia memang indah!" satu kata yang sempat terdengar sebelum akhirnya pintu itu kembali tertutup rapat.
Yah, indah! Indah bagi Naruto yang terlihat bahagia. Berbanding terbalik dengan sang kakak yang terlihat histeris.
.
.
The End (?)
A.n:
Yosh, selesai juga ni fict, dengan ending yang ancur banget.
Sama seperti judulnya, you know. Apa ada yang tahu, maksud dari Naruto yang ngajak Itachi? Apa Itachi aja yang emang gak paham. Ah, Itachi.. *digeplak*
Oke, thanks udah meluangkan waktunya untuk membaca fict, ini.
.
Sigh,
ImyGie_Chan
