Sampah Taman

Hari ini taman kota terlihat sepi, hanya terlihat beberapa orang tua yang menemani anaknya bermain. Ini adalah hari kerja, tentu taman yang biasanya ramai kini hanya terdapat segelintir orang.

Di salah satu sudut taman tepatnya dibawah pohon maple terlihat seorang namja yang tengah menyenderkan badan kekarnya di pohon itu, matanya terpejam, berusaha tidak mendengarkan setiap ucapan atau bisa di sebut gerutuan seorang namja manis lain di sampingnya.

Sedangkan orang disamping namja tadi hanya menatap sebal sekelilingnya, seakan dia sedang dikelilingi oleh dosen di fakultas kedokteran yang sering sekali hampir membunuhnya dengan tugas tugas yang sama menyebalkannya.

Mata coklatnya menelusuri taman itu, disebelah kanan terlihat para ahjumma yang sedang duduk sambil tertawa keras membuatnya semakin kesal, mereka sesekali terlihat melirik namja tampan disebelahnya kemudian terkikik seperti kuda. Disebelah kiri terlihat gerombolan anak kecil yang tengah bermain pasir ditemani para eomma yang memperhatikan mereka dari atas tempat duduk tak jauh dari sana.

Kini dia benar benar menekuk wajahnya sebal. Bibir peachnya mengerucut lucu dengan tangan bersidekap didepan dada berbalut kemeja merah kotak kotaknya. Apa iya tempat ini adalah tempat yang akan ramai pada akhir minggu? Apa benar tempat ini akan sangat ramai oleh pasangan pasangan muda maupun tua? Apa benar tempat ini yang menyebabkan banyak anak merengek kepada sang eomma untuk jalan-jalan? Dan APA BENAR TEMPAT INI YANG AKAN DIA DAN NAMJA PABBO DISEBELAHNYA JADIKAN TEMPAT KENCAN?! 'HELL NO!' Batinnya meraung.

"Berhenti melakukan itu." Ucap namja tampan yang sedari memperhatikan kekasihnya itu.

"Mwo?" tanyanya masih dengan pose cemberutnya.

"Berhentilah mengerucutkan bibirmu, kau membuatku ingin memakanmu di tempat umum." Ujarnya dengan seringai.

"Jongin pabboya!" seru sang namja imut.

Namja yang dipanggil Jongin itu mengacak rambut namja dihadapannya.

"Ish! Rambutku jadi berantakan Jongin!" gerutunya

"Berhentilah menggerutu Sehunna, kau terlihat seperti orang gila."

"Mwo?! Bagaimana aku tidak menggerutu Jonginnie? Tempat ini... aish!"

"Sudahlah, mungkin mereka sedang libur." Ucap Jongin

"Mana ada yang seperti itu? Seharusnya, walaupun mereka diliburkan pengelola juga harus mencari pengganti sementara, agar taman ini terawat, lihat daun daun berserakan seperti itu, itu namanya polusi mata!" ucap Sehun berkoar.

Jongin menghela nafas.

"Itu hanya daun Sehunnie, mereka tidak akan membunuhmu."

"Jongin juga! Seharusnya Jongin yang aktif di organisasi sosial juga ikut membantu, tidak membiarkan sampah sampah seperti ini."

Ya, Sehun dan Jongin sedang mempermasalahkan sampah taman yang begitu berserakan tanpa ada satupun petugas kebersihan yang datang untuk sekedar menyapu taman.

"Mwo? Kenapa jadi aku yang kena?" tanya Jongin bingung.

"Aish! Jongin tidak mengerti, daun daun itu bisa dijadikan pupuk organik yang sehat dan murah, para petani kan tidak perlu membeli pupuk kimia yang berbahaya dan membuat orang lain sakit."

Sehun bangkit dan mulai memunguti daun daun kering dan memasukkannya ke tempat sampah khusus tak jauh dari situ, Jongin menatapnya bosan, dia tidak suka diabaikan, terutama jika yang mengabaikannya itu namjachingunya sendiri. Walaupun itu juga untuk kepentingan orang lain. Jongin tidak pernah merasa se-posesif ini.

"Sampah sialan!" makinya pelan. Dalam hati dia mengutuk pengelola taman ini yang secara tidak langsung membuatnya diabaikan oleh namja milky skin itu.

Jongin bangkit dan menahan lengan Sehun yang akan meraih daun kering.

"Mwo?" tanya Sehun pelan.

"Tt-tidak perlu membersihkan taman." Ucap Jongin terbata.

"Wae?" tanyanya heran. Kini keduanya telah berdiri berhadapan dengan tangan Jongin masih memegang lengan Sehun.

"Kk-kau tidak perlu membersihkan taman Sehun, k-karena..."

"Karena?" ulang Sehun.

"Karena itu tidak penting-..."

Sehun baru akan protes, tapi ucapan Jongin selanjutnya membungkam untaian kalimat yang akan keluar. Mukanya memerah menahan malu.

"Itu sama sekali tidak manis." Ucap Sehun.

"Tapi kau memerah." Goda Jongin.

"Jongin memang tidak pandai dalam hal itu, itu bahkan tidak mencapai standart seorang amatir."

"Apapun itu, tapi saranghae Hunnie." Ucap Jongin tulus, matanya ikut tersenyum bersamaan dengan lengkungan dibibir penuhnya.

"Ne Arraseo, nado saranghae baby kkamjong."

x.x

"Kk-kau tidak perlu membersihkan taman Sehun, k-karena..."

"Karena?" ulang Sehun.

"Karena itu tidak penting-..."

"...yang terpenting hatiku sudah bersih dari nama orang lain, tidak ada sampah lagi, hanya ada namamu Oh Sehun, jadi berhentilah melakukan hal tidak berguna."