What time is it?

.

.

.

It's AoKise time, of course. Lol. Enjoy reading, all.


AoKise Shortshots A-Z (c) Double Kick & YukiHime8

.

Kuroko No Basuke (c) Fujimaki Tadatoshi

.

Genre : Boy Love, (Not All) Romance, Humor, Fluffy, Lovey-dovey, Angst, Hurt/Comfort,

.

Rated : T, maybe? (Doubtness for some undefinitely reason)

.

Warning : Full of AoKise as main pairing (sure), IC/OOC, AU/Canon, maybe some hint of episode inside, contains of more different stories for every chapter, (miss)typo, etc.

.

(We don't get any profit by writing this ff. It just our own happiness. Hope u'll accept it~)


Aominecchi!

"Namae wa? Namae, ne," pemuda bersurai pirang itu terlihat sangat ceria. Kise Ryouta. Sambil menatap pemuda berkulit redup di depannya itu dengan mata berbinar, Ia bertanya tentang hal paling biasa yang sering ditanyakan orang-orang asing. Tentang nama.

Pemuda bermanik navy itu menatapnya balik dengan wajah malas. Sambil mengusap-ngusap rambut biru tua ala lautan yang sedikit basah akan keringatnya itu dengan handuk kecil, Ia meneguk air dari botol minumnya yang berwarna putih. Setelah dirasa cukup menuntaskan dahaga, Ia kembali menatap Kise, masih dengan raut tidak tertarik.

"Apa hal itu penting untukmu?"

Pemuda bermanik madu itu tertegun sejenak, lalu gelagapan. Memang, sih, perihal nama itu tidak terlalu penting. Namun, bagaimana caranya Ia bisa mengingat pemuda yang sebegitu mengagumkannya tanpa nama? Oh, ayolah, pemuda dim ini harus masuk ke dalam daftar orang-orang yang Ia kagumi! Dan Ia membutuhkan nama pemuda itu, baik itu sekarang juga, atau kapanpun! Nama! Hanya nama!

Merasa aneh dengan pemuda ikemen itu, Aomine—pemuda bersurai navy gradasi hitam itu menaikkan salah satu alisnya. Ya, bagaimana tidak merasa aneh, pasalnya pemuda yang identik dengan warna keemasan itu tengah merem-melek dengan ambigunya (sebenarnya Ia sedang memikirkan jawaban yang tepat atas pertanyaan tak berdasar yang dilontarkan oleh Aomine tadi, namun karena terlalu lebay saat berdebat dengan logikanya, otak ternoda milik Aomine langsung berpikiran yang 'iya-iya').

Kise Ryouta membuka matanya perlahan, lantas menghela napas. Saat Ia menoleh, dan kembali menatap Aomine, Ia dapat menangkap sepasang manik navy pemuda itu tengah menatapnya serius dengan mulut yang terbuka, seakan berkata pelan, "Homina.. homina.. homina.." Pemuda berkulit dim itu sedang cengo.

Dan mendadak, suasana menjadi canggung.

Entah berapa menit berlalu. Aomine tersadar dari cengo dahsyatnya setelah pemuda yang berprofesi tambahan sebagai model itu menjentikkan jari-jarinya dengan keras berulang-ulang. Ibu jarinya terasa sakit. Mungkin sendi pelana miliknya harus diganti besok, karena hari ini Ia memakainya di luar ambang batas normal.

"Ah, ya, namaku Aomine Daiki. Terserah kau—"

"Hah!? Daki? Namamu Daki, eh?"

Aomine langsung berujar pasca kesadarannya, namun segera dipotong dengan nistanya oleh kalimat tidak elit yang meluncur begitu saja dari mulut Kise.

"Bukan Daki, tapi Daiki, bodoh!" jitakan keras meluncur di kepalanya, membuat sang pemilik helaian pirang keemasan itu mengaduh pelan. Kemudian Aomine berujar lagi, "Daki? Apa itu Daki? Daki tte nani?" sambil terkekeh dan sesekali menggumamkan kata, 'Bitch please,'.

"Etto, bisa kupanggil 'Aominecchi'-ssu?" mengesampingkan hal gaje itu, Kise Ryouta langsung bertanya dengan semangat, namun terbesit suatu kecanggungan di antara mereka.

"Heh!? Apa-apaan! Tidak boleh!" seperti dugaan, Aomine mengelak dengan alasan, "Kedengarannya terlalu menggelikan!"

"Onegai-ssu! A-aku mengagumimu, senpai!"

JETAKK!

"Kita se-rating, bodoh!"

"Eh? Emang iya-ssu?"

"Hahh, terserah kau saja." Aomine menghela napas. Baru kali ini Ia menemukan seorang pengagum yang kelihatannya menyebalkan baginya. Ia memandang pemuda yang barusan mengaku bahwa Ia adalah penggemarnya itu dari atas ke bawah, menganalisa, mengumpulkan apa saja yang bisa Ia temukan untuk Autobiografinya nanti. Satu hal yang terbesit di pikirannya saat itu adalah..

Pemuda itu terlihat seperti anak anjing yang gembira.

"Aominecchi, ajarkan aku bermain basket-ssu!"

"A-apa!? Sudah kubilang, panggilanmu itu terdengar aneh! Dan aku juga tak bisa mengajarimu, dasar aneh!"

Aomine bisa membayangkan bagaimana pemuda di depannya itu memakai pakaian maid, lengkap dengan bando telinga puppy, lalu bergelayut manja di lengannya, memintanya untuk mengajari pemuda itu bermain basket.

"Aominecchi, aku ingin pulang denganmu-ssu!"

.

"Aominecchi, buatkan aku jus stroberi-ssu!"

.

"Aominecchi, sentuh aku-ssu!" Oke, yang satu itu kelewat ambigu.

.

"Aominecchi!"

.

"Aominecchi~!"

.

"A-Aominecchi~~!"

.

.

.

"HENTIKAN SEMUA INI!" Aomine mengacak helaian biru tuanya kuat-kuat, frustasi sendiri dengan hal-hal ambigu yang baru saja dibayangkannya tadi.

Di depannya, Kise Ryouta menatapnya dengan raut aneh, lalu bertanya pelan.

"Aominecchi, apa kau baik-baik saja-ssu?"


END


(Author's note) Chapter pertama dengan huruf 'A' ini diketik oleh Double Kick. Jadi untuk plot dan latarnya, seperti biasa, saya menggunakan plot yang tidak terlalu jelas, hanya untuk menampilkan secuil emosi ataupun feeling di antara kedua karakter. Hanya itu.

(Sekedar bacotan author) Urutan pengetikan shortshots untuk setiap huruf atau alfabetical shots, tidak tergantung bilangan ganjil dan genap, kami-Double Kick dan YukiHime8 memiliki cara tersendiri untuk menentukannya. Untuk update, kami memilih untuk selang beberapa hari (antara dua dan tiga hari). Chapter berikutnya-untuk huruf 'B' diketik oleh YukiHime8!

See you next time!

Sign,

Double Kick