"Siapapun kau, aku menyukaimu, ah tidak. Mencintaimu lebih tepatnya."
.
.
Jimin | Yoongi | other member appears | I do not take any profit with this chara
.
My Cheerful Boyfriend
Story by
chriseume
.
Do not Plagiarize
.
Enjoy!
.
.
.
.
"Sssh! Pelan-pelan!"
"Aku sudah pelan-pelan, bodoh!"
"Shh—ouch! Kau ini kasar sekali!"
"Berisik—"
Klek.
"Eh?"
"Hei, siapa itu?"
Brak!
"Ya! Park Jimin!"
.
.
"Kau melanggar janjimu lagi, Park Jimin."
Lelaki yang bernama Park Jimin itu hanya menunduk, menatap ke arah lain. Ia tahu ia salah, dan ia tidak berhak sama sekali untuk melawan lelaki manis yang ada di depannya itu.
"Park Jimin!"
"I—Iya, Hyung." jawab Jimin pelan. Sebenarnya, untuk menjawab panggilan lelaki yang kini sedang duduk di depannya dengan ekspresi marah itu, sudah membuatnya kesakitan. Sudut bibirnya yang pecah beberapa saat yang lalu itu penyebabnya.
"Aku sedang berbicara denganmu."
"Oke, Hyung. Maafkan aku."
Min Yoongi, lelaki manis yang sedari tadi 'melabrak' Jimin habis-habisan, kini mendengus pelan dan menarik napasnya dalam-dalam. "Dekatkan wajahmu." Jimin hanya bisa menuruti setiap perkataan Yoongi. "Aku benci melihatmu terluka seperti ini." dengan selembut mungkin, Yoongi mengusapkan kapas yang basah dengan alkohol itu ke setiap luka robek atau lecet yang ada di wajah Jimin. "Ku pikir kau sudah bisa menepati janjimu itu."
"Hyung—Oh! Breng—"
"Apa?" jawab Yoongi menantang. Ia memang sengaja menekan luka Jimin dengan kapas tersebut. "Apa yang mau katakan padaku, hah?!"
"Ti—Tidak, Hyung."
Keduanya kembali hening. Yoongi dengan telaten membersihkan setiap luka, dan membalutnya. Setelah selesai, Yoongi segera berdiri, membereskan peralatan P3K dan berjalan ke arah pintu.
"Yoongi Hyung…"
Yoongi berbalik, dan menatap Jimin dengan tatapan kecewa. "Setelah ini, kau harus melaporkan ke ruangan konseling. Beberapa siswa ada yang melaporkan. Taehyung sudah berada di sana."
"Tapi—"
Blam.
Jimin ditinggalkan Yoongi begitu saja. Ia tahu, jika ia sudah membuat Yoongi, kekasihnya itu kecewa. Ia tahu, jika Yoongi bukanlah tipikal seseorang yang mudah memaafkan seseorang, terlebih untuk seseorang yang sudah membuat janji pada dirinya.
Jimin menghembuskan napas perlahan. "Maafkan aku, Hyung."
.
.
.
.
"Selamat pagi, Yoongi Hyung!" teriak Jimin yang berada di mulut gang dengan begitu bersemangat. Ia melambaikan tangannya ke arah Yoongi. Senyumnya mengembang begitu lebar dan membuatnya matanya yang sipit, bertambah kecil.
Yoongi tersenyum kecil membayangkan wajah Jimin yang begitu menenangkan dengan senyumnya itu. Namun, bukan semakin mempercepat langkah kakinya, Yoongi justru berjalan dengan lambat. Ia masih saja kesal dengan Jimin yang melanggar janjinya untuk tidak lagi berkelahi dengan siapapun.
Senyum manisnya yang semula mengembang, kini kembali redup saat ia mengingat suatu alasan mengapa ia berusaha membentuk Jimin sebagai pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
Park Jimin sebenarnya adalah anak yang pintar, bahkan ia kini sudah duduk di tingkat akhir bersama Yoongi. Hanya saja, Jimin selalu membuat masalah. Menurutnya, berkelahi dan membuat onar adalah suatu kesenangan tersendiri baginya. Siapapun mengenalnya, bahkan, banyak anak-anak sekolah lain yang mengenal Jimin dan sahabatnya yang tidak jauh berbeda darinya, Kim Taehyung. Dua keparat yang benar-benar tidak pernah lelah membuat onar.
Yoongi menghentikan langkahnya. Menatap Jimin dari posisinya. Ia dapat melihat bagaimana wajah Jimin yang kebingungan, karena ia tidak lagi melangkah.
"Yoongi Hyung!" teriak Jimin kembali. "Yoongi Hyung!"
Yoongi hanya menatap Jimin tanpa berniat menjawab panggilan dari kekasihnya itu. Kekasih brengseknya yang begitu menjengkelkan.
"Yoongi Hyung! Aku sudah mengerjakan tugas hari ini! Aku berjanji tidak akan kena hukum lagi!"
Yoongi masih berdiam di tempatnya. Ia begitu yakin, Jimin tidak akan berani melangkah mendekatinya. Anak itu pasti akan tetap berdiri di mulut gang, sampai ia sendiri yang akan menghampiri Jimin. Keduanya sudah membuat perjanjian akah hal itu, walaupun sampai saat ini Yoongi tidak pernah memberitahu alasan sebenarnya.
"Yoongi Hyung! Aku minta maaf!" teriak Jimin sekuat mungkin.
Yoongi mengenggam tali tas punggungnya begitu erat. "Si brengsek itu." dan Yoongi kembali berjalan sedikit lebih cepat untuk menghampiri Jimin, agar mereka dapat berangkat bersama ke sekolah seperti pasangan kekasih lainnya.
.
.
"Orangtuamu tahu jika kau diskorsing selama satu minggu dari sekolah?" tanya Yoongi tiba-tiba di sela kegiatan makan siang mereka.
Jimin menggelengkan kepalanya, lalu menatap langit siang dari atas atap sekolah mereka. "Mereka belum kembali dari Jepang selama dua bulan."
Yoongi tersedak kecil mendengarnya. Jimin yang panik mendengar Yoongi tersedak, segera menurunkan bekal makannya dan membantu Yoongi. "Hyung? Kau kenapa?"
Lelaki yang lebih tua menerima dan meminum dengan cepat air mineral yang diberikan Jimin. "Uhuk!" Yoongi menepuk tengkuknya sendiri. "Aku… aku baik-baik saja, Jim."
Jimin berdiri dari posisi duduknya dan berdiri di belakang Yoongi. Memijit tengkuk Yoongi dengan lembut. "Sudah merasa lebih baik, Hyung?"
Yoongi mengangguk pelan. Ia menarik pergelangan tangan Jimin yang masih sibuk memijit tengkuknya. "Habiskan makan siangmu, Jim."
Jimin tersenyum kecil. "Siap, bos!"
.
.
Jimin melangkahkan kakinya ke sepanjang koridor sekolahnya yang sudah sepi. Kepala menoleh ke atas, membaca papan nama ruangan 'RUANG OSIS'.
"Ah," Jimin melihat ada celah dari tirai ruangan tersebut. Ia menempelkan wajahnya ke jendela, dan menatap ke seluruh ruangan tersebut semampunya. Dapat! Ia mendapati Yoongi yang tengah bekerja sendirian di depan komputer. "Kenapa ia melakukannya sendirian?"
Lelaki itu menghampiri pintu ruangan dan membukanya secara perlahan. Benar saja seperti dugaannya. Seorang Min Yoongi yang sedang begitu serius dengan sesuatu, tidak mungkin bisa diganggu sedikitpun.
"Hyung?" Jimin melangkah masuk dan menutup pintunya. "Yoongi Hyung?" panggilnya sekali lagi.
Yoongi yang merasa namanya terpanggil oleh seseorang, segera tersadar dan berdiri dari duduknya. "Jimin?" Yoongi terkejut mendapati kekasihnya kini berada di depannya. Jimin terkekeh kecil. "Katamu kau akan bermain bowling bersama teman-temanmu?"
Tiba-tiba saja perasaan bersalah menyelimutinya. Ia mengusap tengkuknya, dan sebelah tangannya masuk ke saku celananya. "Saat aku sudah sampai gerbang sekolah, aku berpikir, bagaimana bisa aku meninggalkan kekasihku sendirian di sekolah sementara aku bersenang-senang di luar sana?"
Yoongi tersenyum kecil dan hati berdesir mendengar bagaimana sebenarnya seorang Park Jimin benar-benar mempedulikannya. "Aku baik-baik saja, Jim."
"Tidak, Hyung." putus Jimin. "Biarkan aku membantumu, oke? Jadi kita bisa pulang bersama-sama. Omong-omong, kau tahu? Aku bisa mengetik dengan kecepatan seribu kata perdetik!" ucap Jimin dengan heboh.
Yoongi tertawa mendengarnya. "Sini kau pembual! Mari buktikan di depan mataku sendiri!"
"Jika aku benar, kau harus menciumku!"
"Park Jimin sialan!"
.
.
.
.
"Hari ini kau mendung sekali, bro."
Jimin menolehkan kepalanya ke arah Taehyung yang baru saja datang. Ia menangkap sekotak susu yang dilemparkan sahabatnya itu dari pertengahan ruang kelas. Taehyung segera menarik kursi terdekat dan mendekatkannya pada meja Jimin. "Tidak seperti Park Jimin."
Suasana kelas begitu hening. Hanya ada mereka berdua di kelas. Dua anak pemalas yang menghindari pekerjaan rutin membersihkan taman sekolah sebelum adanya acara di sekolah mereka.
"Yoongi Hyung begitu sibuk akhir-akhir ini."
Taehyung meletakkan kotak susunya. "Ya, kau harusnya mengerti akan itu, Jim. Kau tahu, Min Yoongi adalah ketua OSIS yang paling diteladani, paling rajin, paling bisa diandalkan oleh siapapun. Ia bahkan rela tidak tidur demi mengerjakan kewajibannya sebagai ketua OSIS. Terkadang ia juga menjadi tutor bagi teman-teman sekelasnya. Kau tahu, Jim? Kau tidak sekelas dengannya. Ya, kau mengerti maksudku. Anak-anak seperti kita yang hanya menyukai hal apapun untuk bersenang-senang."
"Ya, kau benar, Tae. Tapi aku benar-benar menyukainya."
"Kau menyukainya, bagaimana dengan Yoongi Hyung sendiri?" Jimin terdiam. "Jika ia benar-benar menyukaimu, mengapa ia tidak membiarkan semua orang tahu hubungan kalian berdua? Ya… maksudku, sebagaimana pasangan normal lainnya."
"Dia tidak begitu suka menjadi pusat perhatian dalam hal seperti itu, Tae."
"Atau dia tidak ingin merusak reputasi dirinya sendiri sebagai siswa paling teladan karena sudah berpacaran dengan siswa paling keparat di sekolah ini?"
"Oh, astaga." Jimin menjambak rambutnya. "Kedatanganmu tidak membantuku sama sekali." Jimin menelungkupkan wajahnya.
"Bro, aku bukannya tidak suka kau menjalin hubungan dengan Yoongi Hyung. Kau bahkan lebih rajin dariku sekarang. Ia benar-benar bisa memegang kendali akan dirimu. Itu berarti baik."
Taehyung benar. Ia juga merasakan perubahan-perubahan kecil dalam dirinya semenjak Ia memutuskan untuk memiliki sebuah hubungan yang cukup serius dengan pria manis itu. Bahkan ia sudah tidak lagi merokok semenjak ia tahu, jika kekasihnya itu membenci asap rokok dan perokok.
"Hari ini kau mau ikut bersamaku?"
Jimin mengangkat kepalanya. "Kemana?"
"Klub malam. Sudah lama sekali kita tidak ke sana."
Jimin menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Aku akan menemani Yoongi Hyung mengerjakan laporannya lagi hari ini."
"Woah,"
"Hanya itu yang dapat aku lakukan setiap harinya untuk bisa bertemu Yoongi Hyung."
.
.
Because I could watch you for a single minute and find a thousand things that I love about you.
.
.
TBC
.
.
a/n : Heiho! Chriseume in da' house! Siapa yang udah nunggu daku comeback setelah sekian bulan hiatus dari dunia ffn dan sekalinya muncul hanya untuk mendiscontinuekan dua fic lol :". Jadiiiii ini cuma fanfic yang jalan ceritanya luar biasa klise dengan dilandasi cinta sama kepada Min Yoongi bukan Park Jimin (pfft.) dan masih banyak banget butuh dukungan, kritik, dan saran. Thank you yang sudah mau meluangkan waktunya buat membaca ini fanfic!
