She Is The One

.

Warning : typo, agak OOC, little bit canon, drabble
Rate : T
Disclaimer : River Road Entertaiment, Disney.

Playlist: She Is The One—Robbie William


Maleficent membenci King Stefan.

Sangat benci hingga rasanya ingin membunuh pria itu kapan saja. Mencuri ciumannya, mencuri hatinya dan mengambil sayapnya. Merusak masa depannya! Bertahun tahun hidup dalam dendam menghancurkan sisi baik Maleficent.

"Sayapmu sangat indah."

Oh, bullshit. Dia teringat ucapan Stefan saat mereka masih bersama.

Maleficent akui, Stefan adalah perayu ulung. Seharusnya dia biarkan saja Stefan diadili saat pertama mereka bertemu.

Ya Tuhan. Maleficent menyesali hidupnya. Rasa nyeri setiap malam yang menjalar di punggungnya selalu mengingatkannya akan prilaku Stefan. Bertahun-tahun.

Seharusnya pada hari itu, Stefan membununya saja.

.

.

.


.

.

.
King Stefan mencintai Maleficent.

Hal yang tidak bisa dia ingkari diumurnya yang terus bertambah.

Namun dia juga mencintai kekuasaan. Mencintai rasanya dipuja.
Hidup sebagai orang miskin membuatnya bertekat merubah hidupnya menjadi lebih baik. Dia tidak suka dianggap remeh. Dia akan menjadi raja dan menunjukan bahwa dia adalah orang hebat.

Bertemu dengan Maleficent lagi setelah dia menjadi raja, sangat mempermainkan perasaannya. Wanita itu menjadi lebih tangguh dan cantik. Yeah, Maleficent selalu cantik dengan atau tanpa sayapnya.

Oh Maleficent, aku sangat merindukanmu.

Stefan teringat saat mereka muda. Hari itu ia mengecup bibir manis Maleficent. Jantungnya berdebar sangat kencang. Berada di sisi Maleficent membuatnya sakit jantung. Ah, ia merindukan masa-masa itu

Dia tahu. Dialah yang membuat Maleficent seperti ini—penuh kegelapan.

Maleficent mengutuk anaknya membuatnya marah. Tentu saja, darah dagingnya sendiri.
Setiap malam dia melamun memandang sayap Maleficent. Memikirkan putrinya dan Maleficent.

Banyak yang Stefan sesali dalam hidupnya. Mengapa dia begitu serakah? Bayangkan jika dari awal dia tidak mengincar posisi raja, mungkin saat ini dia hidup berbahagia dengan Maleficent.

"King Stefan, 200 orang meninggal saat menyerang hutan."

Stefan terbangun dari lamunannya. Dia memandang salah satu prajuritnya lama. Berfikir.

"Kumpulkan para petinggi," ucapnya pada akhirnya.

Rapat berlangsung begitu panas.
Beberapa petinggi menganggap terlalu banyak korban yang berjatuhan jika mereka terus seperti ini.
Beberapa petinggi juga menganggap untuk mencari cinta sejati sang putri lebih efektif.
Beberapa meminta raja untuk merelakan apapun yang akan terjadi pada putrinya dari pada korban semakin banyak berjatuhan.

Semuanya membuat kepala Stefan pusing.

"Demi Tuhan, tidak ada yang namanya cinta sejati! Kubilang bunuh Maleficent. Bunuh!"

Kata-kata itu terucap. Stefan menyesali ucapannya. Dia tidak serius mengatakan untuk membunuh Maleficent. Hanya kemarahan sesaat yang membuatnya mengatakan itu.

Jika memang harus membunuh Maleficent, dia akan melakukannya sejak dulu.

Namun Stefan tahu perasaannya pada Maleficent masih ada di sudut hatinya. Hari itu dia seharusnya membunuh Maleficent. Dia sudah menyiapkan hatinya sejak dirumah, dia yakin dia bisa membunuh gadis itu. Namun pada akhirnya? Ia terlalu mencintai gadis itu, hingga tidak mau melihat gadis itu mati.

Satu hal yang tidak pernah berubah sejak dulu. Perasaan yang selalu dia simpan dalam diam. Satu-satunya gadis yang selalu setiap pikirkan sebelum tidur. Maleficent oh Maleficent, aku sangat mencintaimu. Maafkan aku.

Ah, dilema.


THE END


I love King Stefan x Maleficent SOOOOO MUCH. Bitter sweet couple.