Tittle : Even if it's not Necessary
Author : Kim Joungwook
Pairing : YooSu, ChunJae, YunJae, Hint!ChangHo
Length : 1
Genre : Romance, hurt/comfort
Summary : "Jika dulu ia menjadi sepasang, kini ia menjadi satu. Tahukan perbedaannya? Tiga itu 3, tetapi sepasang ditambah satu itu 2+1. itu jelas perbedaan yang nyata. "(Junsu) ChunJae, YooSu, YunJae.
|- Junsu-|-Yoochun-|-Jaejoong-|-Yunho-|-Changmin-|
.
.
.
Junsu berdiri di beranda apartementnya. Bukan, bukan hanya apartementnya. Lebih tepat lagi apartement milik JYJ. Tangannya ia lipat di depan dada, mencoba mengurangi rasa dingin dari angin malam yang berhembus pelan.
Ia memejamkan matanya, menengadahkan wajahnya ke langit dan menarik nafas perlahan, mencoba merilekskan pikiran dan hatinya.
Sreet…
Ia merasakan seseorang memeluk pinggangnya. Junsu membuka matanya. Senyuman kecil tersungging di bibir namja itu. Dapat ia rasakan orang itu menyandarkan kepalanya di bahu kanannya. Ia sedikit merinding saat ia rasakan nafas orang itu menerpa lehernya dan hidungnya menempel dengan kulit lehernya. Menghirup dalam aroma yang menguar.
"Yoochun-ah~!" junsu mendesah pelan. Dapat ia rasakan namja yang ia panggil Yoochun itu menciumi lehernya mesra.
"hhm..?" Yoochun mengangkat kepalanya, memandang wajah Junsu yang kini juga menoleh ke arahnya.
Chu~
Ia langsung mencium bibir merah Junsu. Memmbuat pemilik bibir itu mem-poutkan bibirnya.
"kau kenapa malam ini? Kau sangat manja…" ucap Junsu pelan. Yoochun terkekeh pelan. Ia melepas pelukannya di pinggang kekasihnya itu, ikut berdiri di samping Junsu.
"kenapa kau berdiri di sini? Di sini dingin Junsu-ie…" ucap Yoochun, ia justru melontarkan pertanyaan baru untuk Junsu. Junsu tersenyum kecil. Ia menengadahkan wajahnya, memandang langit malam yang berhiaskan bintang.
Yoochun menatap Junsu dalam, tak mengalihkan pandangannya dari wajah kekasihnya itu.
"aku ingin melihat bintang yang bersinar terang.,…" ucap Junsu pelan. Perlahan Yoochun mengangguk.
"ne. aku juga tengah memandang bintang yang bersinar…" gumam Yoochun. Ia masih melekatkan pandangannya pada Junsu.
"hmmm… aku ingin meraihnya…" tambah Junsu. Yoochun kembali mengangguk. Ia mendekat ke tempat Junsu berdiri, ia memeluk tubuh itu.
"aku bisa merengkuhnya…" bisik Yoochun di telinga Junsu. Junsu membalas pelukan Yoochun, wajahnya ia sembunyikan di dada bidang Yoochun, menutupi rona merah yang menghiasi pipinya.
"ck.. Kau kenapa sich, Chunnie.? Sikapmu aneh.." ucap Junsu, dahinya berkerut bingung. Yoochun melonggarkan pelukannya, membiarkan Junsu mengangkat wajahnya, menatapnya dengan bingung.
Tangan kanan Yoochun membelai pelan wajah junsu. Menyibak rambut yang menutupi wajah kekasihnya itu.
"aku tak boleh memeluk kekasihku?" tanya Yoochun. Junsu semakin mengerutkan dahinya bingung.
"tentu saja boleh." jawab Junsu. Yoochun tersenyum senang. Ia kembali memeluk tubuh Junsu.
"aku merindukanmu…." bisik detik Junsu terkesiap. Kekasihnya, partner kerjanya, sang Micky, seorang PARK YOOCHUN merindukannya.
Betapa kejam dirinya.
Ia mengingat agendanya akhir-akhir ini. Selalu berangkat pagi, datang ke apartement managernya. Lalu langsung ke café depan studio rekaman untuk sarapan bersama. Langsung rekaman untuk album terbaru. Seorang Xiah yang sedang sibuk dengan album barunya. Melupakan kekasihnya dan memilih bergelut dengan musik dan sekumpulan XIAHTIC.
"hiks…" junsu menangis. Mengingat betapa egoisnya ia pada kekasihnya. Betapa kejam dirinya. Bahkan ia bisa menghitung berapa kecupan yang ia berikan minggu ini. Betapa jarang ia berbincang berdua. Betapa susah untuk mereka berjalan bersama.
"hiks…mianhae…hiks.." junsu berucap pelan di tengah isakannya. Yoochun langsung melepas pelukannya begitu mendengar isakan keluar dari mulut Junsu.
"ya, chagi, wae?" yoochun membingkai wajah kekasihnya itu dengan kedua tangannya, mengusap lembut pipi Junsu, mencoba menghilangkan jejak air mata di pipi kekasihnya itu.
"geumanhae, kau membuatku merasa bersalah karena membuatmu menangis." ucap Yoochun. Junsu terdiam, mengedipkan matanya berkali-kali.
"aku tidak akan menangis lagi." uca Junsu parau, akibat tangisannya barusan. Yoochun tersenyum, mengecup cepat kedua mata Junsu.
"yaksok?" tanya Yoochun sembari mengulurkan kelingkingnya. Junsu menatap Yoochun bingung.
"mwo?"
"janji kau tak akan menangis lagi. aku tak mau kau menangis. Kau namja yang kuat Junsu-ah!" ucap Yoochun. Junsu tersenyum, mengecup pipi Yoochun.
"yaksok!" Junsu meraih kelingking Yoochun dan menautkannya dengan kelingking miliknya. Dan merekapun tertawa bersama, mencoba merasakan keberadaan masing-masing.
"Junsu-ssi?" sebuah suara menginterupsi kegiatan namja itu. Junsu mengangkat wajahnya, menatap mata orang yang memanggilnya. Junsu mengerjapkan matanya, mencoba mengurangi rasa perih dimatanya. Ia tersenyum.
"ne?" tanya Junsu bingung. Orang itu balas tersenyum.
"ani. Hanya saja saya lihat daritadi anda melamun. " jawab orang itu. Junsu tertawa kecil.
"gwenchana. Aku hanya sedikit merenung, aku tidak melamun." jawab Junsu. Yeoja tadi tersenyum, menepuk pundak Junsu dan berlalu.
Junsu terdiam, menatap pundak yeoja itu yang semakin menjauh. Ia tersenyum kecut. Selalu seperti ini. Memasang wajah baik-baik saja di depan orang lain dan menangis ah tidak, bukankah ia sudah berjanji tidak akan menangis lagi? mungkin hanya merasa menyedihkan dibalik senyumnya.
"cih!" ia membuang wajahnya menyadari bahwa ia masih memegang janjinya pada orang itu.
Ia memejamkan matanya, mencoba menetralisir segala rasa sakit dihatinya. Hati yang ia bahkan tidak yakin lagi apakah masih hidup.
"Junsu-ah!" sebuah teriakan lagi-lagi menginterupsi kegiatannya. Junsu membuka matanya, tersenyum melihat Jaejoong yang berlari kearahnya. Membawa sebuah kertas belanja di tangannya.
Junsu yang awalnya duduk bersandar di dinding pojok practice room itu berdiri, menghampiri Jaejoong yang duduk di tengah ruangan.
"hyung membeli apa?" tanya Junsu. Jaejoong tersenyum dan membuka belanjaannya.
"aku membeli makanan untuk kita. Sebentar. Kenapa Yoochun lama sekali datangnya!" ucap Jaejoong. Junsu tertawa, meski hatinya menjerit sakit mendengar nama namja itu.
"mungkin dia sedang kesulitan membawa belanjaan hyung yang lain." jawab Junsu. Jaejoong ikut tertawa.
"mungkin kau memang benar." jawab Jaejoong sembari mempoutkan bibirnya. Junsu hanya tersenyum, memandang wajah Jaejoong yang membuatnya terdiam. Sedetik kemudian senyum indah itu berubah menjadi senyum kecut. Menyadari betapa jauh perbedaan wajahnya dengan wajah Jaejoong. Wajah sempurna yang membuat iri siapapun. Antara cantik dan tampan. Dan tidak bisa terelakkan lagi, wajah itu bisa membuat siapapun terlena.
"Suie?" panggilan Jaejoong membuat Junsu mengerjapkan matanya, memandang Jaejoong bingung.
"wae?" tanyanya. Jaejoong tersenyum.
"Kenapa kau diam? Dan kulihat akhir-akhir ini kau sering melamun. Kau baik-baik saja?" tanya Jaejoong khawatir. Junsu tertawa, memperdengarkan suara tawa khasnya. Eu kyang kyang~
"aku baik-baik saja hyung~ kau hanya terlalu berlebihan." jawab Junsu dengan sisa tawanya.
"kau yakin?" suara husky itu menghapus sisa tawa di wajah Junsu. Namja imut itu memandang Yoochun dengan ekspresi datarnya.
"sejak kapan kau disini?" tanya Junsu. Yoochun tersenyum, mengacak rambut Junsu.
"kau terlalu banyak melamun." ucap Yoochun. Junsu terdiam, mencoba memperlihatkan wajah kesalnya.
"hahahaha, wajahmu lucu, Su~" suara Jaejoong membuat Junsu semakin menekuk wajahnya.
"Yoochun! Berhenti mengacak rambutku!" suara teriakan Junsu membuat Jaejoong dan Yoochun menghentikan tawa mereka, menutup telinga mereka lebih penting sekarang.
"sudah kubilang jangan berteriak didekatku, Su!" teriakan Jaejoong membuat Junsu terkekeh kecil, menunjukkan tanda peace dengan telunjuk dan jari tengahnya.
"mian…" ucap Junsu pelan. Yoochun tertawa dan duduk disamping Jaejoong, memeluk bahu namja itu.
"sudahlah. Ayo kita makan siang dulu sebelum latihan lagi." ucapan Yoochun membuat Jaejoong tersenyum dan langsung membuka belanjaan di depannya.
"kajja, Su-ah, kita makan siang dulu." ucap Jaejoong. Junsu tersenyum, menerima sekotak makan siang dari Jaejoong.
"aku tidak membeli apapun, hanya membeli bekal di mini market." tambah Jaejoong. Junsu hanya mengangguk, membuka penutup bekal itu. Dan mereka menikmati makan siang itu, bertiga, ya, hanya bertiga. Junsu tersenyum kecut mengingat angka tiga. Dia salah, bukan tiga. Tapi sepasang ditambah satu. Jika dulu ia menjadi sepasang, kini ia menjadi satu. Tahukan perbedaannya? Tiga itu 3, tetapi sepasang ditambah satu itu 2+1. itu jelas perbedaan yang nyata.
Junsu menyunggingkan senyum kecutnya mengingat khayalan bodohnya tentang jumlah member JYJ. Bagaimanapun hasilnya tetap 3 kan? Entah memang 'tiga' atau 'sepasang ditambah satu'.
"kau kenapa Su?" pertnyaan dari Yoochun membuat Jaejoong ikut meperhatikan Junsu. Junsu memandang bingung Yoochun.
"memang aku kenapa?" tanyanya balik. Yoochun mengangkat bahunya.
"kulihat tadi kau tersenyum, eum, aneh." jawab Yoochun. Junsu terkekeh.
"ani. Gwenchana, gwenchana. Sudahlah, ayo kita teruskan makan siangnya." ucap Junsu. Bahkan ia tak sadar telah merubah mimik wajahnya barusan.
.
.
.
"ah, kau sudah datang Hyung!" suara Changmin sebagai ucapan selamat datang untuk Yunho. yunho tersenyum.
"ne. mian terlambat. Tadi ada beberapa urusan. Ada apa?" tanya Yunho pada Changmin dan Manager TVXQ di sana. Changmin tersenyum, sedangkan manager hyung hanya menatap Yunho lama.
"ada apa ini?" tanya Yunho lagi. Changmin langsung berdiri, memeluk Yunho yang duduk dihadapannya.
"mwo?" tanya Yunho lagi. Manager hyung hanya tersenyum melihat kelakuan mereka. Memang benar kata orang, magnae dan leader itu terkadang terlihat jauh sekali, tetapi terkadang terlihat mirip.
"kita akan mendapat libur selama satu minggu!" ucap Changmin. Yunho memiringkan kepalanya.
"libur satu minggu? Apalagi ini?" tanya Yunho tak percaya. Changmin mem-poutkan bibirnya dan kembali duduk dikursinya, ia membiarkan manager menjelaskan lebih lanjut.
"jadi saat ini pihak SM sedang fokus dengan beberapa hal, jadi kita punya libur seminggu untuk mengistirahatkan badan dan pikiran kita sebelum persiapan album depan." jelas Manager hyung. Yunho menganganggukkan kepalanya paham.
"ah, baiklah. Aku jadi lebih fokus dengan film terbaruku." ucap Yunho. changmin memiringkan wajahnya memandnag Yunho.
"hyung main film lagi? drama?" tanya Changmin. Yunho mengangguk.
"ne. seingatku aku sudah pernah mengatakannya." ingat Yunho. changmin hanya mengangkat bahunya acuh.
"assa! Aku akan pulang ke rumah! sudah lama aku tidak bermain game sepuasnaya. Ah, lebih baik memanggil Kyuhyun untuk main." ucap Changmin semangat.
"aish! Jangan ganggu Super Junior, mereka sedang fokus dengan world tour mereka." ucap Manager hyung. Changmin langsung menekuk wajahnya.
"pupus sudah harapanku~" ucap Changmin. Yunho tertawa.
"kenapa tidak kau minta Junsu untuk menemanimu?" tanya Yunho. changmin langsung berbinar mendengar ucapan Yunho.
"kau benar hyung! Aku akan meminta Junsu hyung untuk menemaniku bermain game." ucap Changmin bersemangat.
"saat ini kau terlihat sangat mirip dengan Kyuhyun." ucap Yunho. ia membuka tutup botol jus yang sedari tadi ia pegang, meneguknya perlahan. Tadi dia terburu-buru kemari dari lokasi syuting, belum sempat minum setelah pengambilan adegan.
Changmin memutar bola matanya jengah.
"yeah, aku dan dia memang mirip." jawabnya malas. Yunho terkekeh kecil.
"baiklah, kalau begitu aku akan di dorm seminggu ini. Eum, mungkin aku akan mengunjungi Gwangju jika ada waktu." ucap Yunho. manager hyung mengangguk.
"geurae! Ya sudah sana! Pergilah! Aku ada pekerjaan yang harus diselesaikan." ucap Manager hyung. Yunho dan Changmin segera keluar dari ruangan itu.
"hyung, kau tidak mau mengunjungi JYJ hyungdeul?" tanya Changmin begitu keluar dari ruangan.
"mollayo. Neo arra? Neomu pabba!" ucap Yunho dengan senyumnya. Changmin mencibir pelan.
"yash, terserahmulah hyung! Lebih baik aku mengabari Kris dulu." ucap Changmin sembari mengeluarkan ponsel dari sakunya.
"kau sudah resmi berpacaran dengan namja itu?" tanya Yunho. changmin menggeleng.
"ajik. Aku belum mengatakannya." jawab Changmin singkat. Dia sedang serius dengan ponselnya.
"Min-ah, jika kau sudah resmi berpacaran dengan Kris, kau harus memberiku sesuatu untuk balas jasa." ucap Yunho. changmin mengangkat wajahnya dari ponsel dan memandang Yunho tak terima.
"Ya! Wae?"
Yunho menyeringai memandang Changmin.
"karena aku yang mengenalkanmu pada Kris dan membuat kalian bisa sedekat ini." jawab Yunho. changmin menghela nafasnya.
"yalah, terserah dirimu, hyung." jucap Changmin akhirnya. Yunho tertawa senang.
"kau dongsaengku yang sangat baik." ucap Yunho sembari memeluk Changmin.
"ish! Hyung jangan memelukku di jalan! Lepas…!" Changmin berteriak sembari berusaha melepas pelukan Yunho. yunho tertawa dan segera berlari menghindari Changmin yang kini mengejarnya.
.
.
.
"eum. Ne. waeyo, Min?" tanya Junsu pada line seberang, ia sedang menempelkan ponselnya di telinga kanan dan menjepitnya dengan bahu. Kedua tangannya membawa kardus yang harus dia bawa ke dorm JYJ.
"eh. Eonje?" tanya Junsu lagi. ia meletakkan kardus itu di atas meja dan memegang ponselnya. Setelah tadi berusaha membuka pintu dorm dengan kedua tangannya yang mengangkat kardus, akhirnya ia berhasil masuk ke dalam.
"besok? Ah, mian. ada beberapa hal yang harus Hyung kerjakan besok." jawab Junsu sembari merebahkan tubuhnya di sofa depan TV. Tubuhnya cukup lelah setelah seharian melakukan berbagai schedule.
"mwo? Kau mau main kemari? Dengan senang hati akan aku sambut!" ucap Junsu senang. Ia tertawa kecil bersama Changmin.
"arra, arra. Akan hyung tunggu besok. Tapi kau harus datang sebelum jam 8. ne?" ucap Junsu mengingat besok ia harus pergi jam 9.
"eum. Ne. nan Gidarya~" dan kalimat itu mengakhiri sambungan telepon itu.
"hah~ lelahnya…" Junsu menghela nafasnya dan berbaring di sofa, memejamkan matanya sejenak. Ia sangat lelah hari ini.
"mungkin tidur disini sejenak tidak masalah. Rasanya kakiku sudah tidak kuat untuk berjalan ke kamar~" gumam Junsu.
"yakk! Chakkaman!" teriakan Junsu bagai alunan pengiring langkah cepat milik Yoochun yang tengah berlari keluar dari practice room. Namja cassanova itu tertawa, membiarkan Junsu berlari mengejarnya.
"hahahah, palli, Su-ie~" ucap Yoochun ditengah tawanya. Junsu mendengus pelan dan segera berlari lebih cepat.
Yoochun sepertinya salah memilih lawan, karena kini tubuhnya sudah ditubruk oleh Junsu dan berakhir dengan mereka tergeletak di lantai dengan Junsu diatas tubuh Yoochun.
"kau mau pergi kemana?" tanya Junsu. Ia tak mau turun dari tubuh Yoochun yang berada dibawahnya. Yoochun memutar bola matanya.
"bisakah kau turun dariku Su?" tanya Yoochun sedikit memaksa. Junsu mem-pout-kan bibirnya dan memandang Yoochun tajam.
"Shireo!" teriak Junsu. Yoochun tertawa kecil menatap wajah Junsu yang sangat imut itu. Tangannya terangkat dan mencubit kecil pipi Junsu.
"kau bertambah berat, Su~" ucap Yoochun pelan. Junsu membelalakkan matanya mendengar ucapan Yoochun.
"mwo? Aku bertambah gemuk katamu? Ani~~" ucap Junsu tak terima. Yoochun mengangguk singkat.
"pipimu juga bertambah bulat." ucap Yoochun sembari mencubit pipi Junsu lagi. junsu memukul bahu Yoochun.
"gojitmal! Kata Jae hyung dan manager hyung, aku tidak bertambah gendut." bela Junsu. Yoochun tersenyum, tangannya mengelus pipi Junsu lembut.
"itu karena mereka tidak terlalu perhatian kepadamu. Mereka tidak dapat melihat perubahan kecil darimu." jelas Yoochun. Junsu mengerutkan dahinya dan memandang Yoochun tajam.
"barusan kau bilang ini adalah perubahan kecil. Tapi kenapa kau sangat memperhatikan hal itu?" tanya Junsu menyelidik. Yoochun tersneyum dan menarik kepala Junsu agar dahi mereka bersentuhan.
"itu karena aku mencintaimu, Su~" ucap Yoochun diikuti dengan sebuah kecupan singkat di bibir Junsu. Junsu langsung merunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah di dada Yoochun.
"gombal!" bisik Junsu. Yoochun tertawa dan memeluk tubuh Junsu, membiarkan Junsu menyembunyikan wajahnya dan menikmati suasana ini.
Junsu tiba-tiba membuka matanya, nafasnya tidak teratur, sedikit memburu. Matanya berembun, seakan setiap saat dapat mengalirkan air mata dari sana. Kenapa bayangan masa lalunya selalu berputar ketika ia memejamkan mata? Ini….
Menyakitkan.
"Chagy-ah, neo mollayo?" Junsu bergumam lirih. Pandangan matanya lurus ke atas, memandang atap dorm.
"molla? Jinjja? Jae hyung dan manager hyung bilang aku bertambah kurus, ah, bahkan staff juga bilang hal yang sama. Geundae, neo, wae ani? Mollayo?" Junsu melanjutkan kalimatnya. Namja itu memejamkan matanya, mencegah air matanya keluar. Ia sudah berjanji, ingat?!
"ah, atau jangan-jangan kau sudah tak mencintaiku lagi?" dan pertanyaan itu mengundang sebuah senyum miris dibibir Junsu. Ia membuka matanya perlahan.
"kurasa, … aku sudah tahu jawabannya."
.
.
.
TBC
Yah~~~ saya datang kembali~! Membawa FF chapter YooSu dan Yunjae. Pokoknya ini romance, dengan sentuhan hurt/comfort. Dan ini adalah FF chapter pertama yang aku post di dini. Aku tahu, pasti masih banyak kekurangan di sini sana, tapi aku berharap redear-deul sekalian menikmatinya~!
Untuk kritik dan saran, review, ne~~ ^.^
Gomawo~ dan saya berjanji akan mem-post chapter 2 kurang dari seminggu lagi jika responnya positif. Oke?! Lagipula FF ini mungkin hanya sampai 4 atau 5 chapter saja. Jadi tidak perlu lama menunggu tamat.
Baiklah, tak pelu panjang, panjang~
Annyeong~~ .
