IMPERFECT STORY
Sumber dasar : Masashi Kishimoto
Enjoy
Awal April yang indah terutama untuk negara Jepang dimana sekarang pohon sakura sedang berbunga. Banyak wisatawan yang berdatangan untuk 10 hari ke depan sekedar melihat keindahan ciptaan Tuhan.
Semua orang bahagia tak terkecuali Itachi, pria yang berumur kurang lebih 29 tahun itu tersenyum bangga pada pohon sakura yang tumbuh di pekarangan belakang rumahnya, Rumah Uchiha.
"Ku rasa senyum mu itu terlalu berlebihan jika karena melihat pohon sakura itu berbunga, Itachi" tegur seseorang yang datang mengganggu kedamaian Itachi.
"Alam pun tersenyum Sasuke, tersenyum" tanpa mengalihkan pandangannya Itachi tahu benar jika yang menghampirinya tak lain adalah adik nya Sendiri.
Sasuke yang melihat ketidak wajar-an dari senyum Itachi mengerutkan dahi. 'Apa maksudnya' pikir Sasuke 'Apakah kakaknya ini salah minum obat' pikir Sasuke menganalisa.
Tawa Itachi begitu pelan, namun dapat di dengar Sasuke. Benar sepertinya Itachi salah minum obat sekarang kakaknya itu tertawa tanpa alasan.
"Kau kenapa?" Tanya Sasuke ketus "Sudah gila karena tidak laku-laku" tambahnya.
Menusuk, ucapan itu begitu menusuk, walaupun perkataan yang di lontaran-kan Sasuke hanyalah sebuah guyonan belaka tapi rasanya sedikit menyakitkan. Jika saja yang sedang menjadi lawan bicara ini bukan adik kandungnya mungkin saja pria di hadapan Itachi ini sudah tak bernyawa, berani-beraninya dia berkata kalau Itachi tidak laku-laku.
"Bukan tak laku" Sanggah Itachi "Belum menemukan yang cocok"
'Alasan' pikir Sasuke tanpa perlu ia katakan. Kakaknya ini sudah menolak banyak lamaran entah wanita seperti apa yang dia tunggu.
Uchiha Itachi, anak sulung Fugaku Uchiha dan Mikoto Uchiha penerus generasi ketiga Uchiha crop. Mapan dan Tampan dan jangan lupakan tentang kepandaian Uchiha yang satu ini, salah satu bisnis-man terpopuler di Jepang nomor satu dan di dambakan oleh setiap wanita untuk menjadi pasangan hidupnya.
Untuk urusan cinta, Itachi pernah menjalin kasih dengan salah satu wanita dari keluarga Inuzaka, ya keluarga Inuzaka kakak dari Kiba Inuzaka, Hana. Namun di sayangkan hubungan mereka yang di harapkan berakhir di altar pernikahan kandas begitu saja tanpa alasan yang jelas. Berita terbaru tentang hubungan Itachi, katanya ia sedang sedang dekat dengan anak perdana menteri Jepang, Ralat pastinya anak perdana menteri lah yang mendekati Itachi.
"Kau tahu kenapa aku bahagia sekali saat melihat pohon sakura itu berbunga Sasuke"
"Siapa ?" Sambar Sasuke sembarang.
"Maksudmu?" Tanya Itachi tidak mengerti.
"Ya siapa ?, pengganti Hana?"
"Oh Ayolah..." resah Itachi "...Jangan tanyakan itu, dan bukan karena itu" Gerutu Itachi.
Sasuke mengerutkan dahinya menarik napas panjang "Pupus lah harapan Kaa-san, ku kira kau sudah mendapatkan penggantinya"
Sasuke ikut bergabung duduk di pelataran dengan Itachi, sudah lama sekali ia tidak berbicara berdua dengan kakaknya.
"Kaa-san pikir kau Guy" pukulan telak diberikan Sasuke, sedikit menahan tawa untuk melanjutkan perkataannya dan lihat saja wajah Itachi memandang tidak suka dengan perkataan Sasuke "Kaa-san sampai berpikir untuk membawamu berobat"
"Tertawa sesuka hatimu Sasuke" timpal Itachi.
"Baik-baik, maafkan aku kakakku yang tampan, baik hati dan mempesona" ucap Sasuke berusaha menahan tawa.
"Jangan ucapkan kata yang lidah mu saja menolak mengeluarkannya" gerutu Itachi.
Mungkin selera humor Sasuke tidak cocok untuk Itachi. Niatnya untuk membuat suasana cair malah menjadi sebaliknya.
"Serius, aku minta maaf, aku hanya-"
"Bercanda maksudmu" Sambung Itachi, anggukan kecil di berikan Sasuke tanda mengiyakan "Sudahlah, yang kau katakan memang benar. kemarin aku mendengarnya Kaa-san meminta pendapatmu membawa ku berobat bukan"
"Jangan dipikirkan, itu hanya kekhawatiran seorang ibu pada anaknya" Sasuke meyakinkan.
"Hn" seulas senyum memberi tanda Itachi juga setuju.
Keheningan, memang itu lah cara Itachi dan Sasuke menikmati hari ini, secangkir teh hijau untuk Itachi dan segelas jus tomat untuk Sasuke di pagi hari. Hari pertama musim semi.
"Kau ada jadwal hari ini?" pembuka kata Itachi.
"Balapan" jawab singkat Sasuke.
"Ch, tak jera juga kau" sindir Itachi dengan senyum meremehkan sesuai pikiran Itachi pasti Sasuke tidak akan menanggapi perkataan nya, malahan adiknya itu berdiri mengambil jaket di sebelahnya.
"Hm begitulah, bagaimana denganmu?, kegiatan seperti biasa kah rapat atau semacamnya"
"Untuk hari sedikit berbeda, menemui seseorang di bandara."
"Baguslah, setidaknya kegiatanmu tidak hanya di kantor." Kata Sasuke sekenanya.
"Kau tidak ingin tahu siapa yang ku jemput"
"Tidak, terima kasih untuk waktunya. Semoga hari mu menyenangkan Itachi." Kata Sasuke cepat berlalu tanpa menunggu Itachi berkata lagi cukup menerima anggukan dari sang kakak, Sasuke pun pergi.
"Masih pagi, dia sudah pergi..." gerutu Itachi "...masih banyak waktu menikmati waktu luang" senyuman Itachi membayangkan waktunya berlalu hari ini, tanpa ke kantor dan hanya ada satu tugas hari ini menjemput seseorang di Bandara tapi itu pun akan dilaksanakan Itachi pada sore hari, artinya masih banyak waktu untuk menikmati waktu istirahat salah satunya dengan tidur di pelataran rumahnya.
"Bagaimana menurut mu Shika?"
"Kurang efisien Kiba, modifikasi di sini akan mengubah daya tarik dari luarnya, bagaimana menurut mu Gaara"
"Tidak Juga, dari segi kecepatan ini akan sangat menguntungkan"
"Ya, tapi aku lebih setuju dengan Shika. Marketing penjualan akan merosot benar kan Shino."
"Tentu Sai, desain nya terlihat akan berat sebelah"
"Tapi aku dan Lee lebih suka dengan kecepatan super nya ini, benarkan Chouji"
"Ya begitulah Naruto, aku netral saja"
Pendapat demi pendapatan di lontaran.
"Bagaimana Sasuke?" Namun keputusan akhir hanya milik Sasuke.
"Tidak masalah, penambahan mesin tambahan memang menguntungkan." Ucap Sasuke
"oh tidak Sasuke, jangan lupa ini untuk di pasarkan dari segi bentuk kita akan kalah telak" sanggah Shika
"Dan jangan lupa mesin tambahan itu harganya cukup tinggi" tambah Shika.
"Sasaran kita adalah masyarakat biasa, mereka juga tidak akan membawa mobil dengan kecepatan tinggi, yang mereka pikirkan adalah gaya dari desain mobil itu Sasuke." Dan tambahan satu lagi dari Sai.
"Di mohon untuk tidak menginterupsi saat seseorang belum selesai bicara tuan-tuan" Pinta Sasuke tenang "untuk penjualan aku setuju dengan Shika namun kita juga harus membuat beberapa mungkin sepuluh. Seperti keinginan Naruto dengan catatan setelah desain dari Sai di terima dan kita bisa membuat untuk kita sendiri."
"Setuju" ucap Naruto
"Sayangnya kali ini aku tidak setuju denganmu Naruto dan Otomatis juga tidak setuju denganmu Sasuke, Setelah ini aku ingin kita membuat mobil desain dengan ketahanan pembakaran dari bahannya"
Memberi anggukan Setuju Sai ikut bicara "Ya, belajar dari kasus Chouji dimana mesin terbakar saat kecepatan masih di bawah Seratus dan meledak tiga detik sesudahnya. Maka kita harus memperbaiki susunan mesin dan mungkin saja mengganti mesin dengan bahan dan lebih kuat untuk menahan energi panas saat terjadinya pembakaran. Ini akan menolong kita dari segi keselamatan"
"Fokus kita adalah keamanan bukan hanya kecepatan, dan seperti ku bilang mesin pembakar yang kita miliki masih standar, dana ini lebih baik kita gunakan untuk hal itu Sasuke"
"Ku rasa dari awal Kau, Shika dan Shino sudah satu suara ya" pikir Naruto menduga.
"Hm, mungkin Saja" jawab Shino Seadanya.
"Hey ini curang namanya-" geram Naruto "-lihat Sasuke mereka sudah mengambil kesepakatan dari awal, satu suara satu orang" protes Naruto.
"Tidak masalah dengan ku" jawab Sasuke.
"Teme, sebenarnya kau membela siapa sih" Akhirnya panggilan yang paling di benci Sasuke keluar juga dari mulut Naruto, walaupun Sasuke memberi tatapan tidak suka Naruto selalu saja tidak berhenti memanggilnya Teme.
"Gaara keputusannya" Pinta Sasuke dengan masih menatap Naruto tak suka sedangkan Naruto yang di tatap tidak menghiraukan.
"Desain Simple, Sesuai pilihan Shika dan untuk mobil yang kita buat nanti kita bicarakan nanti untuk lebih jelasnya" kata Gaara memberi kesimpulan dari rapat mereka.
"Dan tambahan Satu lagi, karena Chouji masih cedera maka balapan dengan Kamoi akan digantikan Naruto dengan Kiba, aku dan Sasuke serta Lee dengan Shino"
"Eh Master merah, Kenapa aku dengan Kiba" ucap Naruto tidak Setuju.
"Berhenti memanggil ku seperti itu Naruto" ancam Gaara "Memang Siapa lagi, Shika" tawar Gaara.
Naruto hanya memandang tak suka dia hanya sedikit marah karena hari ini setiap pendapatnya tidak diterima.
"Baiklah-baiklah, aku setuju taring hari ini kita berpasangan"
"Ya durian, kita pasti menang"
Tepat pukul sebelas malam, waktu yang begitu larut dan sudah jadwalnya untuk tertidur namun aktivitas di rumah Uchiha masih Nampak terlihat dari luar. Seperti para penjaga yang masih berkeliaran walau sebagian dari mereka sudah kembali ke rumah yang disediakan oleh Fugaku khusus untuk para pekerja di rumahnya.
Saat mobil Buggati Veyron edisi terbatas yang di miliki Sasuke serta salah satu koleksi kesukaan Sasuke memasuki halaman depan, dengan respond cepat para penjaga membuka pintu gerbang membiarkan kuda besi yang di perkirakan harganya mencapai $3.4 Juta itu melewati mereka dengan kecepatan pelan seseorang membuka kaca mobil tersenyum pada para penjaga tanda berterimakasih telah bersedia membukakan pintu gerbang, tentu saja itu bukan sifat Sasuke yang sedang menyetir adalah Naruto.
"Akhirnya sampai juga" ucap lega Naruto setelah selesai memarkirkan mobil kesayangan Sasuke sejajar dengan mobil-mobil yang lainnya di bagasi.
Melepaskan sabuk pengamanan nya, Naruto turun dari mobil Sasuke. Dimana kah Sasuke sekarang ? Dia adalah di sebelah Naruto tidur terlelap seperti orang mati wajar saja karena itulah masalah Sasuke 'Insomnia' Sasuke harus mengkonsumsi pil tidur jika dia ingin tidur nyenyak sehingga setelah ia meminum obatnya maka ia akan sangat sulit untuk dibangunkan.
'Bagaimana ini' pikir Naruto mana mungkin dia masuk ke rumah Sasuke dan tidur santai di kamar tamu sedangkan anak pemilik rumah di biarkan tidur di dalam mobil, ide terlintas di benak Naruto dia akan memanggil Itachi saja, setidaknya Itachi tidak akan masalah jika di minta bantuan membangunkan Sasuke paling saja Naruto akan di pukul kepalanya. Hanya Itu ide yang terlintas maka tujuan Naruto sekarang kamar Itachi.
Satu pintu menuju ruang tamu, pintu penghubung antara bagasi dan ruang tamu. Belum sempat Naruto mendorong pintu itu, pintu sudah bergerak menampakkan seseorang muncul di baliknya.
"Hinata!" Panggil Naruto.
Wanita yang di panggil masih mengamati pria yang memanggil namanya dari atas ke bawah mengenali. "Naruto kah?" Tanya Hinata.
"Y-ya" sedikit canggung Naruto menjawab.
Diam sesaat.
Menggaruk bagian belakang kepala yang mendadak gatal, Naruto tertawa kecil "Sedang apa di sini?" Tanyanya.
Sedikit kaget dengan pertanyaan Naruto karena Hinata yang masih mengamatinya "Aku mendengar suara mobil dari arah sini, jadi ku pikir ingin melihat siapa yang datang" Jawab Hinata.
"Oh" Jawab Naruto, mungkin karena malam sudah larut otak Naruto kebingungan untuk mencari bahan pembicaran.
"Dan kau Naruto?" Tanya Hinata pengulang pertanyaan Naruto.
"Oh aku, a-aku mengantar Sasuke" jawab Naruto hampir lupa jika sekarang seharusnya Naruto meminta bantu Itachi membopong Sasuke. "Hinata, bisa menolong ku"
Mata mereka saling bertemu, Hinata memberi tatapan bertanya, mengerti akan maksud Hinata Naruto melanjutkan perkataannya "Sasuke masih di dalam mobil-" beri tahu Naruto "-dan aku berniat meminta bantuan Itachi membangunkannya atau membopong nya masuk ke kamarnya, tapi aku buru-buru Sai meminta ku kerumahnya ada hal yang akan di bicarakan dan sebenarnya aku sudah terlambat sekali" aku Naruto dengan kebohongan.
"Jadi tolong kau bangunkan Itachi ya" pinta Naruto.
"Terus bagaimana kau ke rumah Sai-"
"Hanya Satu kilo dari sini. Aku akan berjalan malam saja, sudah lama tidak melakukannya" cengiran khas Naruto menutupi kegugupan nya.
"Baiklah"
"Terima kasih Hinata, a-aku permisi" tanpa sepatah kata 'selamat malam' atau 'sampai jumpa' Naruto langsung berlari begitu saja meninggalkan Hinata.
Menghembuskan napas berat Hinata berjalan mendekat ke arah mobil yang berjajar, menengok satu persatu mobil kepunyaan Sasuke mencari pemiliknya.
Akhirnya tepat di ujung mobil hitam di sanalah pria itu tertidur pulas.
Membuka pintu mobil di sebelahnya, bukan berniat masuk ke rumah dan membangunkan Itachi Hinata malah duduk di tempat Naruto duduk tadi mengamati orang di sebelahnya dengan Seksama.
Berapa tahun mereka tidak bertemu. Masih sama, pikir Hinata. Gaya rambutnya, Model pakaiannya dilihat dari luar Sasuke seperti masih sama seperti dulu dan begitu juga harapan Hinata, semoga umur mereka saja yang berubah tidak dengan yang lain.
.
..
...
"Dimana ini" suara parau khas orang yang baru bangun tidur, memandang dengan seksama tempat ia terbangun dengan sakit di bagian tengkuk leher ia yakin sekarang posisi tidurnya salah, pantas saja sesuai perkiraannya dia tertidur di dalam mobil dengan posisi duduk dan hal yang lebih mengejutkan adalah saat menengok posisi di samping ia duduk, pria yang ia temani tadi malam sudah tidak ada lagi. Sasuke meninggalkannya sendirian.
Rasa ada yang mencubit hati Hinata. Penyesalan memang selalu datang terlambat bukan?.
"Dari mana saja Hinata?" Tegur Mikoto turun dari tangga.
"Oba-san" panggil Hinata kaget.
Wanita berumur kurang lebih 45 tahun itu tersenyum pada Hinata.
"Dari tadi bibi mengetuk pintu kamarmu, ternyata setelah di buka kau tidak ada di sana" tawanya mengikuti.
"Maaf Oba-san, aku habis jalan-jalan keluar." Jawab Hinata dengan kebohongan.
"Jalan-jalan?-" pikirnya "dengan baju tidur maksudmu?"
"Tidak-" sanggah Hinata "Jalan-jalan di taman dan karena terlalu menikmatinya aku ketiduran lagi disana"
"Oh baiklah, pasti kau kedinginan Hinata, Sebaiknya kau mandi setelah itu ganti pakaianmu dan bergabung untuk sarapan pagi."
Hinata mengangguk sembari tersenyum.
Waktu menunjukkan pukul sembilan pagi, Hinata yang sudah berpakaian rapi sudah siap di ruang makan bergabung bersama para Uchiha untuk makan. Menyapu setiap pemandangan melalui matanya ternyata Hinata terlalu awal datang hanya ada Mikoto dan para maid sibuk mempersiapkan sarapan, awalnya Hinata berniat membantu sedikit namun Mikoto melarangnya.
Lima belas menit berlalu Tuan rumah, Fugaku Uchiha turun dari tangga menuju tempat sarapan.
Ciuman di pipi untuk ucapan selamat pagi, itulah yang dapat di lihat Hinata dari sudut matanya ternyata dari sifat angkuh dan tegas seorang Fugaku dia cukup romantis juga.
Merasa jika Hinata sedang menatap mereka Mikoto pun tersipu malu "Kau ini Hinata." tegur Mikoto sembari tertawa malu.
Hinata hanya membalas tersenyum simpul.
"Pagi Hinata!"
"Ya, selamat pagi Fugaku-sama!"
"Mungkin itu terlalu formal, ingat kalian sedang tidak dalam pekerjaan ini ruang makan." tegur Mikoto, sembari mengoles selai dan memberikan rotinya pada Fugaku.
"Selamat pagi Oji-san." ralat Hinata.
"Itu terdengar lebih baik-" Ucap Fugaku membenarkan. "Sesuai pada tempat dan waktu yang benar Hinata." Tambahnya.
Hinata mengangguk tanda paham.
"Ku kira Hyuuga akan membiarkan saja masalah ini-" Ucapnya di sela sarapan "-tak ku sangka mereka akan tetap menanganinya, apalagi bukan sembarangan orang yang mereka utus kemari."
"Tou-san pun harus saya bujuk, katanya masalah ini tidak akan berpengaruh pada perusahaan induk. Tapi bagaimana pun sebelum ada perusahaan induk sekarang, perusahaan yang di miliki Hyuuga pertama adalah di jepang."
Fugaku tersenyum simpul "Setidaknya sifat mu masih menurun dari ibumu Hinata, sifat belas kasih dan tak lupa akan daratan pertama mu, atau bisa di bilang awal dari kejayaan Hyuuga."
"Benar kata Hiasi, Perusahaan mu ini memang tidak ada pengaruh sama sekali dengan induk Hyuuga sekarang, namun tetap saja akan terjadi banyak kerugian yang cukup besar menurut ku, aku tahu ayahmu memilih menjual semua aset di perusahaan ini, cara yang lumayan bijak." Tambah Fugaku.
Hinata diam membiarkan pikirannya menganalisa seluruh perkataan Fugaku barusan.
"Bagaimana pun, Uchiha juga menanam modal di sana, Itachi akan membantu mu." Simpul Fugaku mengakhiri perkataannya.
"Terima kasih Fugaku-sama." Hinata bicara.
Di tatapan tidak enak oleh Fugaku, Hinata sadar perkataan nya barusan ada kesalahan "Maaf, maksudnya Oji-san."
"Pagi semua." Sapa Itachi ceria.
"Kenapa pakaianmu Itachi." Tanya Mikoto.
"Kaa-san-" panggil Itachi sembari memberi ciuman di pipi sang ibu "-libur ku masih berlanjut, benarkan Tou-san"
"Hn."
"Kau ini, Kaa-san bosan melihat mu selalu ada di rumah, kembalilah berkerja Itachi." Bujuk Mikoto.
"Besok Kaa-san, bunga Sakura nya hari ini berguguran. Besok pekarangan di rumah kita tak akan seindah itu lagi."
"Oh terserah." Ucapnya menyerah membujuk anaknya bekerja.
"Dan lihat, Pangeran kita sudah bangun." Ucap Itachi diarahkan pada Sasuke.
Mendengar Itachi bicara mata Hinata pun melihat objek yang berjalan ke tempatnya.
"Hn." Kata Sasuke.
Sama hal nya dengan Fugaku dan Itachi Sasuke pun ikut mencium Ibunya sembari membisikkan kata-kata di kuping sang ibu dan lihat ibunya tertawa di sambut senyum tipis Sasuke ke arah ibunya. Mata Hinata terus mengikuti pergerakan Sasuke, sampai saatnya Sasuke mengambil tempat duduk di samping ibunya dan berhadapan langsung dengan Hinata, sekilas mata mereka bertemu. Hinata sedikit terpesona namun Sasuke hanya memandangnya sekilas setelah itu melepaskan pandangannya.
"Dari mana saja kau?" Tanya Itachi "aku lihat kau sekitar jam empat pagi baru keluar dari bagasi rumah-" Itachi mengingat-ingat "-jadi dari mana saja kau?" Tanya Itachi mengulang.
"Menginap di rumah Naruto." Jawab Sasuke dingin.
Diberi tanda anggukan Itachi merasa puas dengan jawaban Sasuke.
Sedangkan Hinata, yang tahu apa yang sebenarnya terjadi malam tadi hanya menarik napas panjang. 'Menginap di rumah Naruto.' Jelas-jelas Sasuke berbohong, mulutnya terbuka ingin membenarkan perkataan Sasuke namun segera di tutupnya kembali teringat jika ia juga berbohong pada Mikoto tadi pagi, karena Kebohongan Hinata dan kebohongan Sasuke saling berkaitan satu terbongkar maka yang satunya lagi juga akan terbongkar, maka tidak masalah jika ia tutup mulut saja.
.
..
...
"Ayolah Nii-san, aku perlu datanya." Pinta Hinata pada lelaki yang sedang rebahan di pekarangan rumahnya.
"Tidak-" tolaknya "aku masih masa libur, besok saja."
"Ya serahkan saja file nya, aku perlu menganalisa biar besok kita tinggal mendiskusikan nya."
"Tidak." Tolaknya lagi.
Jengkel dengan sifat Itachi Hinata mengerutkan bibirnya, mungkin saja Itachi akan melihatnya dan berubah pikiran.
Bangun dari posisi, Hinata pikir Itachi sudah berubah pikiran ternyata duduk hanya untuk minum teh ocha nya saja.
"Aku tidak ada kegiatan jika begini Nii-san." Beri tahu Hinata jujur.
"Itachi, aku pergi dulu, Semoga hari mu menyenangkan hari ini." Sapa Sasuke di ambang pintu dari pakaiannya terlihat kalau Sasuke akan pergi.
"Hn."
Setelah Sasuke pergi Itachi yang berniat menjawab pertanyaan Hinata kembali melihat gadis di sebelahnya.
"Apalagi, ikutlah dengan Sasuke-" bujuk Itachi, Hinata hanya bingung tak mengerti "-dia akan menemui teman-temannya ada perayaan kemenangan katanya. Kau bisa ikut sembari menyapa mereka. Mungkin itu cocok menjadi kegiatanmu hari ini."
"Tidak mau" Bantah Hinata.
...
..
.
"Aku ikut ya." Tegur Hinata ceria, langsung masuk dan mengambil tempat duduk di sebelah Sasuke. Buggati Veyron tak Hinata kira ia akan masuk lagi ke mobil ini. Menatap Sasuke di sebelahnya yang hanya melihat dengan pandangan bertanya.
"Itachi bilang kau ada perayaan dan akan bertemu dengan yang lain. Hari ini aku belum bekerja, mungkin hari ini bisa menghabiskan waktu sembari menyapa mereka." Jelas Hinata.
Mobil sudah di lajukan sejak tadi, Hinata sedikit tidak nyaman dengan keheningan yang di timbulkan di mobil ini, bukannya ia membenci keheningan tapi tetap saja Sasuke tidak menyuarakan pendapatnya, apakah ia setuju atau tidak, apakah ia keberatan atau tidak Hinata ikut bersamanya.
"Bagaimana kabarmu S-sasuke?" Tanya Hinata berinisiatif memulai pembicaraan.
"Baik." Akhirnya suara yang ingin Hinata dengar pun keluar. Hanya sebatas itukah pembicaraan mereka?
"Apa kau tidak ingin menanyakan kabar ku?" Masih tak menyerah Hinata memulai pembicaraan lagi jeda beberapa saat tak ada jawaban dari Sasuke terasa sedikit kecewa di hatinya.
Menghadap ke jendela mobil, Hinata merasa bodoh telah bertanya itu seandainya saja pertanyaannya dapat di tarik kembali.
"Rambut panjang, badan berisi walau tak gemuk, kulit putih tak terlihat pucat, dan bibirmu merah tak terlihat lesu-" kata Sasuke menganalisa "-kau dalam keadaan baik." Ucapnya.
Terperangah mendengar jawaban Sasuke, bukannya bertanya 'apa kabar' malah ia menganalisa tubuh Hinata, ini sedikit memalukan bagi Hinata.
Mata mereka bertemu kembali, sama saat waktu sarapan tadi pagi namun lebih lama. Tatapan Hinata bertanya, apakah ini cara Sasuke menjawab setiap pertanyaan orang yang menanyakan hal sama pada nya sama seperti Hinata.
"Jangan menanyakan hal yang kau sendiri sudah tahu jawabannya." Lanjut Sasuke
.
..
...
...
"Ini bukan sepenuhnya salahku Shika, salahkan juga Naruto dia penyebab utamanya."
"Kenapa aku, Bukan aku."
"Jangan mengelak Naruto, jika kau tidak membanting setir mu seperti itu kita pasti menang." Kiba tak ingin kalah.
"Memang sepenuhnya ini salah Naruto." Bela Gaara.
"Eh Monster merah tidak ada yang menanyakan pendapatmu." Jawab Naruto.
"Berhenti mengatakan aku dengan sebutan Monster merah Naruto, ku hajar kau." Ancam Gaara.
"Silahkan, aku tidak takut." Tantang Naruto.
"Sudahlah, masalahnya semakin berkembang-" Shika mencoba menengahi "-Naruto minta maaf pada semua."
"Tidak mau." Tolak Naruto cepat.
"Kau memang harus di beri pelajarannya." Geram Kiba.
Di cegah Lee, Kiba yang memang tak berniat memukul Naruto hanya tenang saja.
"Dengar Naruto, kau kira tindakan mu malam tadi benar, itu salah sama sekali. Kami khawatir dengan hal konyol yang kau lakukan bagaimana-" jeda diberikan Shino "-bagaimana jika ke jadikan seperti Chouji terulang kembali, itu berbahaya untukmu dan juga Kiba." Lanjutnya.
"Tuan Serangga, kau tak lihat malam tadi bagaimana mereka dengan sengaja menabrakkan mobil mereka ke arah kami, aku cuma berusaha membalas." Bela Naruto tak ingin kalah.
"Dan kau melupakan pertandingannya Naruto, kau dan Zabuza akhirnya tidak ada yang menang bukan."
Sahut Sai sambil tersenyum manis walaupun itu senyum palsu tidak sebanding dengan kenyataan pahit. Malam tadi tiga balapan berpasangan. Pertandingan pertama dan kedua berturut-turut dimenangkan oleh Sasuke dan kawan-kawan, masalah ada pada pertandingan ke tiga dimana Naruto dan Kiba harus di pasangkan, mereka memang terlihat dari awal sudah tidak cocok. Bukan masalah ketidak cocokan karena mereka memiliki masalah pribadi tapi sifat Naruto dan Kiba yang sama-sama keras kepala lah pemicunya. Di pertengahan balapan mobil mereka sengaja di tabrak oleh kelompok lain, Naruto yang meradang malah konsen untuk membalas dendam, itulah fungsinya berpasangan saling mengingatkan namun berbeda dengan Kiba dia malah setuju dengan niat Naruto membalas kelompok lain yang telah menabrak mereka. Saling singkut menyingkut mobil pun tak terhindarkan, mobil sedikit limbung hampir terjungkir, ban mobil kanan mereka sudah pecah disusul kedua ban belakang al hasil Naruto dan Kiba menabrak dinding bahu jalan.
"Sudahlah kalian para lelaki-" sahut Ino "-ada pesta kemenangan disini-" Jedanya mengambil napas "jangan lupa kita sedang barbeque-an, daging-daging itu tidak akan berbalik dengan sendirinya." Katanya.
"Naruto temani aku ya." Pinta Ino dengan senyum berkembang di wajahnya.
"Tidak, aku tidak nafsu makan kalian saja." Tolak Naruto suasana hatinya sedang tidak baik Naruto lebih memilih duduk di bangku sendirian.
Ino pun melirik pada yang lain merasa tatapan Ino mengarah pada nya, Shika yakin Ino akan meminta bantuan padanya.
"Merepotkan." Katanya. Dengan pasrah Shika menolong Ino.
"Aku tuan rumah di sini seharusnya aku yang dilayani." Gerutu Shika se kena-nya.
Gelak tawa Ino dan Ten-ten membahana "Teori dari mana kau temuan itu Shika." Ucap Tenten.
"Merepotkan."
"Hay Sasuke." Sapa girang Lee melihat Sasuke tiba.
Mendengar nama Sasuke di sebut semuanya pun melihat ke arah Pintu masuk taman. Lee mendekat ke arah Sasuke.
"Mana Sakura." Tanya Lee pelan.
"Kau bawa mobil?" Tanya balik Sasuke.
"Y-ya." Jawab Lee bingung.
"Jemput dia!"
"Eh memangnya kau tidak sendirian ya, rumahmu kan melewati rumah Sakura jika menuju kemari."
Sasuke hanya diam.
"Maaf, aku bersama Sasuke tadi-" Sahut Hinata yang baru muncul setelah beberapa saat. Senyum nya mengembang se sempurna mungkin."-ku pikir dia sendirian kemari, aku ingin bertemu kalian." Tambahnya.
"Hi-na-ta kah?" Tanya Lee tak percaya.
Hinata semakin tersenyum canggung pada semuanya. Melambaikan tangan tanda menyapa.
"Ini bukan mimpikan?" Tanya kiba entah pada siapa.
"Ya ini bukan mimpi." Jawab Naruto membenarkan.
Mungkin hanya Naruto berekspresi biasa saat melihat Hinata, karena dia sudah lebih dulu bertemu Hinata.
"Gadis itu kembali." Kata Shino.
"Ini akan sangat merepotkan." Gerutu Shika.
Masih dalam suasana kaget bercampur canggung tidak ada dari mereka yang bergerak dari tempat mereka perlu beberapa saat untuk berpikir jernih.
"Kau bisa menjemputnya." Suara Hinata pelan memberi tahu Sasuke. Tidak menjawab Sasuke berjalan menjauh mendekat ke arah kawan-kawannya.
"Ss-sebaiknya aku menjemput Sakura." Ucap Lee berlalu dari sana.
"Yeee Hinata!" Teriak Tenten menyadarkan yang lain.
Pelukan begitu erat di berikan gadis penyuka gaya rambut cepol dua itu. "Aku rinduuuu sangat." Ucapnya girang.
"Aku pun" balas Hinata.
"Mari bergabung, pasti banyak hal yang ini kau ceritakan pada kami." Ajak Tenten.
.
..
"Rumah yang bagus." Pujinya.
"Hm, merepotkan jika harus berterimakasih atas pujaanmu." Cuap Shika.
Hinata tersenyum "ku dengar dari Tenten kau membeli rumah ini untuk-" Hinata berhenti berkata.
"Ya, tak usah di lanjutkan." Pinta Shika "kau tahu semua wanita itu merepotkan."
Hinata tersenyum simpul "tapi kau mencintainya bukan."
"Hn, sayangnya aku pria normal." gerutu Shika.
Hinata semakin tertawa saja mendengar penuturan Shika.
"Tak ku kira kau akan kembali secepat ini."
Tawa Hinata terhenti "memang kau pikir berapa lama aku akan kembali?"
"Tidak untuk selamanya mungkin." Perkataan Shika.
"Aku pun menginginkan itu, seandainya bisa-" perkataan Shikamaru memang terbilang menyakitkan"-tapi beberapa pekerjaan menunggu ku di sini. Suka tidak suka, mau tidak mau kau harus melihatku Shika." Ucap Hinata setegar mungkin.
"Ya, Jepang memang bukan milikku tapi berusahalah menjauh dariku."
Shika terkejut saat ia ingin berlalu meninggalkan Hinata tangannya di pegang erat oleh Hinata, tapi hanya sedikit. Karena dengan segera dia kembali dengan wajah stoicnya. Bahkan Hinata tidak bisa melihat perubahan itu.
"Maaf." Ucap Hinata lembut.
"Hal yang sudah rusak tidak bisa di perbaiki hanya dengan kata maaf." Jawab Shika ketus menarik paksa tangannya.
.
..
Halaman belakang rumah Shikamaru bertema alam dimana ada pohon cangkokan dan tanahnya di isi kerikil bebatuan, indah untuk di lihat tapi akan menyiksa jika kau seseorang yang memakai kursi roda itupun yang di rasakan Chouji beberapa kali pria berbadan gemuk itu mencoba memutar roda nya lewat romote contol dan dengan usaha tangannya sendiri hasil tetap sama roda tidak bergerak.
"Aku bantu." Kata Hinata, sedikit kesulitan menjalan roda Chouji apa lagi orang yang sedang duduk rumayan berat perlu usaha dan tenaga extra.
Menarik napas panjang "akhirnya." Ucap Hinata. Wanita itu terus memandang Chouji yang duduk di kursi roda pria itu masih menunduk tanpa bicara, Hinata pun pergi. Chouji hanya memandang kepergian Hinata ia akan menggerakan kembali kursi roda saat seseorang menepuk pundaknya.
"Sosis kesukaan mu." Ucap Hinata menyodorkan sosis dengan saus di atasnya.
Chouji memandangnya, Hinata mengangkat bahu melihat respon Chouji biasa pria itu akan mengambil makanan apapun tanpa pikir panjang.
"Kenapa?" Tanya Hinata pelan menyejajarkan posisi dengan Chouji, ia menekuk kakinya.
"Aku tidak suka Sosis." Jawabnya.
"Oh ya-" cuap Hinata "Dulu kau selalu menghabiskan jatah Sosis ku dan-" Hinata mengingat-ingat membayangkan.
"Itu dulu." Bentak Chouji.
Tidak siap dengan respons Chouji, Hinata langsung berdiri kaget. Chouji yang melihat pun hanya memandang acuh ia memutar remote control kursi rodanya menjauh.
Beberapa saat keheningan lah teman sejati Hinata, memikirkan respond Chouji membuat hati sakit.
.
..
"Hay Hinata." Tepukan pundak dirasakan Hinata.
"Naruto." Panggilnya, Naruto memberi cengiran khasnya.
"Sedang apa?" Tanyanya.
"Aku sedang menyapa mereka." Jawabnya.
"Bagaimana um respond nya?" Ungkap Naruto.
"Lumayan." Senyum yang di berikan Hinata pun terlihat hambar.
"Tak apa, mereka hanya kaget." Kata Naruto memberi semangat.
"Hm."
"Ayo kita ikuti pestanya." Ajak Naruto.
Sisa pesta berjalan seperti biasa kegaduhan masih di isi Naruto Kiba dan Lee. Saat musik di putarkan pun hanya mereka yang bergoyang asal-asalan sesekali Lee menarik Tenten ataupun Ino dan ada waktunya saat Naruto juga menarik Hinata ke tengah menghabiskan satu hari penuh di kediaman Shikamaru sampai malam menjelang. Pesta taman masih berlanjut ricuh pun hanya Naruto Kiba dan Lee mereka tidak terlihat kelelahan mondar-mandir meramaikan suasana. Jangan lupa Hinata hari cukup senang dapat bercengkrama dengan teman-teman lamanya, walaupun canggung, tapi Hinata yakin kedatangannya di terima baik.
.
..
...
Waktu kembali ke rumah masing-masing telah tiba, seharusnya Hinata pulang bersama Sasuke tapi bagaimana lagi setelah mengetahui dari Tenten jika Sasuke dan Sakura berpacaran walaupun Tenten pun ragu akan kebenarannya karena Tenten tidak pernah mendengar langsung kata pacaran keluar dari mulut Sasuke dan melihat sifat Sasuke yang biasa saja pada Sakura membuat Tenten kurang yakin, tapi tetap saja intinya Sakura dan Sasuke sedang dekat membuat Hinata harus mengalah saat Sakura ingin pulang di antar nya.
Kondisi Hinata sedikit memprihatinkan menunggu tanpa kepastian apakah Sasuke akan kembali ke rumah Shikamaru dan menjemputnya. Tenten naik motor dengan Lee, Ino Sai Chouji dan Shino satu mobil. Kiba, ia pulang lebih awal bersama Naruto saat mendengar hewan peliharaan mereka-Akamaru dan Kurama-berkelahi di tempat penitipan.
"Sendirian."
"Shika." Hinata kaget karena melamun ia tak sadar ada seseorang datang.
"Ya begitulah." Jawab Hinata seadanya.
"Mau ku antar?" Tawar Shika.
"Kau bisa antar ku ke pangkalan taksi."
"Tidak usah-" sanggahnya "akan ku antar sampai rumah mansion Hyuuga kan?".
"Sebenarnya aku tinggal di rumah Sasuke." Ucap Hinata pelan "Rumahku masih di ada perbaikan." Jelasnya.
Shika pun menangguk paham "Baiklah, rumah Sasuke, aku mengambil kunci dulu." Beritahu Shika.
Belum sempat Shikamaru masuk ke dalam rumah bunyi klakson di depan rumahnya membuat ia menoleh.
"Ku kira kau sudah pulang Gaara!" Kata Shika menyapa.
"Hm."
Pria yang di panggil Gaara hanya melihat Hinata yang duduk dan menunduk.
"Aku akan mengantarkannya." Shika memberi tahu.
"Dia bisa ikut dengan ku." Tawar Gaara.
"Hinata tinggal di rumah Sasuke, arahnya berlawanan dengan rumahmu." Beri tahu Shika sekali lagi.
"Tak masalah." Jawab Gaara.
"Bagaimana Hinata?" Tanya Shika.
Pikiran Hinata bingung antara memilih ya dan tidak. Hinata tidak mengenal Gaara sama sekali walaupun beberapa kali ia bertemu pandang di pesta tadi tetap saja Hinata tidak mengobrol dengannya. Dan tidak ada alasan Hinata menolak tawaran Pria ini, Shikamaru pun sepertinya tidak keberatan.
Hanya anggukan kecil di berikan Hinata.
"Baik Gaara, jaga Hinata-" Perintah Shika "-dan Hinata, jika Gaara macam-macam pukul ia dengan sepatumu." Ucap Shika dengan tawa. Shikamaru lebih melunak daripada saat siang tadi.
"Arigatou Shika."
"Hm"
dedewdobe
23 September 2017
Respond Please
