Memangnya Salah?
Tidak salah selagi tidak ada yang banyak berkomentar.
.
.
.
Makrhyuck/MarkChan
Mark x Donghyuck
.
.
RATE M
Frontal, bahasa kasar dan vulgar.
Konten Dewasa.
Jika berdosa mari ditanggung bersama.
BL/YAOI/SHOUNEN-AI/GAY/HOMO
Romance, Comedy (abal).
.
.
.
Dilarang repost tanpa izin!
Cerita milik saya.
...Selamat Membaca...
.
.
.
Mark dan Donghyuck.
Mereka sepasang kekasih. Memiliki sifat dan kepribadian yang begitu berbeda.
Donghyuck. Seorang jaksa berusia 25 tahun yang selalu menerapkan pola hidup sehat dalam kesehariannya. Dia tidak pernah merokok. Melarang perbuatan penyebab kanker dan disfungsi ereksi itu dengan sangat keras. Selalu berusaha menghindari konsumsi alkohol sebisa dan sekeras-kerasnya. Menghindari segala jenis makanan cepat saji yang miskin nustrisi namun kaya akan lemak jenuh itu. Tidak pernah langsung tidur selepas makan. Selalu menanti setidaknya dua jam saat siang dan empat jam saat malam setelah makan untuk setelahnya baru tidur.
Berbeda sekali dengan Mark. Pria pengangguran berusia 32 tahun itu benar-benar manusia paling menjijikkan jika kata Donghyuck. Donghyuck heran, mengapa ia bisa jatuh pada pria yang bahkan memasak air saja mungkin tidak becus. Setiap hari, pekerjaan bukan pekerjaan, Mark itu pengangguran, jadi mungkin lebih tepatnya aktivitas. Setiap hari, aktivitas yang dilakukan oleh Mark hanyalah makan-tidur-makan-tidur, Merokok di balkonnya, bermain game di ruang tamu apartemen mewahnya dan kadang kala menonton video porno melalui komputer bobroknya yang telah berusia lebih dari tujuh tahun -benda itu ada sejak dia masih kuliah, sambil seringkali beronani tentu saja.
Ewh. Itu sangat jorok dan tidak sehat. Makan-tidur-makan-tidur akan membuat orang obesitas, merokok benar-benar membuat kesehatan paru-paru serta organ vital internal lainnya terganggu, bermain game secara terus-menerus dengan mata yang selalu menatap monitor juga hanya akan merusak kesehatan mata. Dan menonton video porno. Jangan dijabarkan lagi betapa sangat tidak sehatnya kegiatan itu. Itu bisa merusak otak. Mampu menyusutkan ukuran otak. Menurunkan kadar IQ, dan yang jelas kecanduan porno juga lebih berbahaya jika dibandingkan dengan kecanduan obat-obatan.
Dan ditambah lagi, menonton porno dibarengi dengan beronani. Ya Tuhan. Donghyuck mulai merasakan pembuluh darah di sekitar lehernya mulai menegang. Durasi onani yang terlalu sering, hanya akan membuat kualitas sperma menjadi buruk. Melakukan onani terlalu sering itu tidak dianjurkan, melakukan seks secara sehat saja bahkan dianjurkan hanya sekali dalam tiga hari -supaya kualitas sperma tetap terjaga dengan baik, apalagi melakukan onani, sudah jelas mungkin idealnya hanya boleh dilakukan selama sebulan sekali. Bila perlu tak usah beronani sekalian. Lagipula dia juga siap kok mengangkang setiap hati demi pria itu. Oups! Yang terakhir itu hanya bercanda!
Pernah sekali Donghyuck menegur kebiasaan onani Mark saat berkunjung di apartemennya. Menasihatinya jika kegiatan itu tidaklah sehat dan hanya akan membuat kualitas spermanya menjadi jelek. Namun, bukannya sebuah respon mendukung yang enak didengar di telingalah yang didapat, melainkan hanya sebuah kalimat sederhana yang sialnya malah terdengar begitu menjengkelkan di hati!
"Apa gunanya sperma berkualitas, seperti berharap bisa dihamili saja." Begitu ucapnya sambil bermain game di atas sofa dengan kaki yang diletakkan di atas meja.
Si tuan muda pengangguran itu benar-benar! Jika saja kesabaran seorang Lee Donghyuck hanya sebesar biji padi, mungkin sudah sejak setahun pertama, bukan! Mungkin sudah sejak sebulan pertama masa pacacaran mereka pria itu sudah tewas mengenaskan di tangannya.
Kedua orangtua Donghyuck sangat menantang keras hubungan anak semata wayang mereka dengan pria tidak berguna macam si pengangguran Mark Lee itu. Terlebih Mark itu pria. Keluarga mana yang rela jika anaknya menjadi homo. Sudah homo pengangguran pula. Mau jadi apa nanti nasib anak semata mayang mereka jika berakhir dengan Mark.
Tapi apa mau dikata, Donghyuck itu keras kepala, ditambah fakta bahwa dia sudah terlanjur cinta dengan Mark, benar-benar membuat anak itu menjadi sangat tidak mau untuk mengakhiri hubungannya dengan Mark yang sudah berjalan sekitar lima tahun. Bagi Donghyuck, meski jabatan tidak berguna milik Mark sudahlah sangat akut, namun dia tetap mencintai pria itu. Tak peduli apa pun. Ok, yang terakhir hanya omong kosong, sebenarnya.
Semua orang sangat tidak paham dengan guna-guna macam apa yang sudah dipakai oleh Mark untuk membutakan kedua mata milik Donghyuck hingga dia jadi sebodoh ini dan mau saja dipacari olehnya, bahkan sudah selama lima tahun.
Ya. Semua orang tidak ada yang tahu mengenai latar belakang kisah cinta mereka hingga mereka bisa jadi selanggeng ini. Bermula dari sebuah kejadian dramatis yang sedikit menguras air mata mereka bertemu. Kala itu, Donghyuck yang baru menginjak semester tiga masa perkuliahannya mengalami banyak depresi. Tekanan dari kedua orangtua yang selalu mendesaknya untuk selalu menjadi yang pertama, pertama, dan pertama benar-benar membuatnya jadi merasa begitu gila.
Puncaknya adalah malam itu, selepas dari bimbingannya di tempat belajar khusus yang telah dibayar mahal oleh kedua orangtuanya, dia pergi ke kelab malam. Minum-minum sendiri sampai hampir mabuk hingga menyebabkan sebuah pikiran tidak benar merasuki otaknya secara bebas.
Dia ingin bunuh diri.
Begitulah keinginan hatinya. Dia ingin cepat mati dan mengakhiri semuanya dengan segera. Dan dengan begitu, pergilah dia ke sebuah toko kelontong yang ada di ujung persimpangan jalan sana untuk membeli sebuah racun serangga, atau mungkin membeli sebuah silet untuk memutus urat nadinya.
Dia masuk ke toko kelontong yang dijaga oleh seorang pria yang mungkin beberapa tahun di atasnya dan sedang mengunyah permen karet dengan santai saat meyambutnya di dekat pintu masuk tadi. Dia tidak mengacuhkannya dan hanya segera berjalan mengambil barang-barang yang diincarnya tadi.
Lima menit setelahnya, ia segera pergi ke kasir, menemui pria berpermen karet itu dengan mulut yang masih sedikit dibaui oleh alkohol.
Kasir itu menerima barangnya, mulai menghitungnya sambil sesekali menatap ke arahnya. Dia yang ditatapi olehnya merasa risih dan sedikit gugup.
"Bunuh diri, eh?"
Benar saja. Kegugupan Donghyuck akhirnya mencapai klimaksnya. Rasa takut ketahuan ingin bunuh diri akhirnya malah memancing orang lain untuk bisa menebaknya. Dia kontan tidak menatap mata sang kasir dan hanya menjelajahi atap ruangan dengan resah.
"Kau lihat SMA di depan sana. Belakangan, pengunjung dari sana yang membeli peralatan seperti ini lalu esoknya sudah ditemukan mati bukanlah hal yang mengejutkan lagi bagiku. Yah, kau tahu, kantung mata serta wajah depresi yang kau miliki benar-benar sama dengan wajah mereka, orang-orang yang sudah mati itu maksudku." Kasir itu menyerahkan barang milik Donghyuck dengan cara melemparkannya cuek.
"Semua tiga puluh dolar. Bisa bayar langsung, atau jika kau ingin, kau bisa kembali lagi besok, saat kau sudah berubah pikiran mungkin." Kasir itu duduk di kursi belakang meja kasirnya dengan santai lalu menatap Donghyuck dengan senyuman main-main.
"Atau jika kau ingin pilihan yang lain, kau bisa tak usah membayarnya. Kupikir daripada berakhir mati dengan sia-sia, terlebih hidupmu belumlah seberapa lama, lebih baik kau lakukan saja segalanya yang ingin kau lakukan di dunia ini dengan sesukamu lalu baru mati. Seperti hasrat besar untuk membunuh seseorang? Jika kau ingin membunuh seseorang, bunuh saja dia sebelum kau mati. Setidaknya setelahnya hidupmu sebelum mati bisa sedikit berguna."
"Ah ya, aku baru saja membunuhnya. Inilah prestasiku dalam hidup. Saat polisi ingin memenjarakanku, aku sudah mati. Dengan begini kupikir hidupku tidak akan berakhir sia-sia."
"Bagaimana? Mau mencobanya? Pulanglah. Tak perlu membayarnya karena aku tidak memperbolehkanmu untuk membelinya, letakkan kembali barang itu ke tempatnya dan pulanglah. Aku tidak mau berurusan dengan polisi lagi. Kau tahu, tempat pertama yang selalu mereka datangi ketika ditemukan sebuah mayat adalah tempat ini. Mereka sering menegurku untuk jangan memperbolehkan seorang siswa ataupun anak muda lain membeli barang-barang yang dicurigai bisa dipakai untuk bunuh diri."
Setelah semua monolog panjangnya terucap, kasir itu menunjuk Donghyuck untuk segera mengembalikan barang-barang itu kembali ke tempatnya. Dan setelahnya dia menatap Donghyuck dengan tatapan datar.
Sadar diri ditatapi seperti itu oleh orang lain secara berkala membuat Donghyuck lantas bingung dan tidak paham harus bagaimana. Dia paham maksud ucapan pria itu. Meski kalimatnya sedikit tidak masuk akal, namun dia mampu meresap maksud baiknya yang ingin menasihatinya supaya jangan mengakhiri hidup dengan cara yang seperti ini. Mati tanpa membawa apapun hanya akan menjadikanmu sebagai burung tak bersayap yang cacat. Kau tak bisa terbang ke langit dan jiwamu tertahan di bumi karena kau tidak memiliki sedikitpun kontribusi yang berpengaruh. Kau hanya akan menjadi manusia sia-sia tanpa guna di mata orang lain.
"Eum.." Tanpa berkata Donghyuck langsung hadap kiri untuk mengembalikan kedua barang tadi ke tempatnya. Mungkin ia harus sedikit membenarkan apa yang pria itu ucapkan. Setidaknya sebelum mati, lakukanlah segala hal yang ingin kita lakukan supaya tiada sesal. Mungkin itu juga pelajaran yang sedang ingin disampaikannya.
"Hei, siapa namamu? Mau sedikit bercengkerama denganku? Ini sudah setengah dua belas, biasanya nanti setelah tengah malam pengunjung di toko ini akan mulai sepi." Sang kasir menahan Donghyuck yang akan berjalan pulang.
Donghyuck menaikkan sedikit alisnya. Merasa sedikit tertarik dengan ajakan itu lalu segera berjalan menghampiri si kasir itu di mejanya kembali.
"Apa yang akan kudapat jika aku mau menerima tawaranmu, setelah kau berhasil menggagalkan niatan bunuh diriku?" Donghyuck bertanya sambil menggigit bibir bawahnya. Merasa penasaran dengan apa yang akan diberikan oleh si kasir ini padanya.
Si kasir menyeringai tajam lalu berdiri. Sedikit memajukan wajahnya dan bebisik lirih tepat di samping telinga milik Donghyuck.
"Perasaan seperti terbang, mungkin?"
Dan setelahnya Donghyuck tergiur dengan ajakan kasir itu, seseorang yang belum dikenal dan bahkan belum ia ketahui namanya. Menurut saja saat pria itu menarik dan memintanya untuk ikut dengannya. Mengajaknya ke sebuah bilik kosong di dekat sudut ruangan dekat gudang penyimpanannya dan mulai mengajaknya untuk mengobrol di sana dengan duduk lesehan di atas lantai.
Mereka terlibat ke dalam sebuah obrolan panjang yang mencakup banyak sekali aspek. Dari sana Donghyuck mengetahui siapa nama si kasir itu. Dia adalah Mark Lee, begitu ia memperkenalkan dirinya.
Dalam obrolan mereka Donghyuck secara naluriah menceritakan segala kisah hidupnya pada pria itu dan begitupun sebaliknya. Sesekali saat mengingat betapa beratnya liku hidupnya, Donghyuck secara tak sadar mulai terisak. Berlinang air mata mengingat gelagat sang ayah sering memberinya sarkasme tajam karena tak mampu menyaingi prestasi kakak sepupunya, sering membebaninya dengan segala keinginan-keinginan sepihaknya yang harus selalu terwujud, serta merasa begitu jatuh ketika sang ibu sama sekali tidak membelanya dan malah berpihak kepada sang ayah.
Saat Donghyuck mulai tenang dalam isakannya, dia beralih menatap Mark lalu meminta pria itu untuk berganti bercerita tentang kehidupannya. Mark hanya tersenyum kecut, merasa hal itu tidak penting karena tidak ada begitu banyak hal yang bisa ia ceritakan mengenai kehidupan membosankannya di sini. Dia hanya bercerita sedikit saja, mengenai dia yang anak orang kaya tapi kabur dari rumah, pekerja paruh waktu yang berhenti kuliah karena di-DO , dia tidak memberi tahu alasan kenapa dia bisa di-DO tapi hanya tersenyum singkat saja saat Donghyuck menanyainya dengan begitu menggebu mengenai alasan mengapa itu bisa terjadi.
Selebihnya, Donghyuck tidak paham dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi setelah itu. Dia dan Mark benar-benar larut dengan isi cerita masing-masing lalu pada sebuah akhir yang tidak terduga, saat matanya bertatap lama secara tak sengaja dengan Mark, mereka tiba-tiba saja saling terdiam, dan pria itu mulai memajukan wajahnya. Ia hanya terdiam dan membulatkan matanya saja sambil terkaget saat wajah itu terus maju, dan mulai menciumnya?
"Euhm..." Ia memejamkan matanya. Bergumam pelan saat bibir mereka bertemu dan Mark menggigit ujung kanan bibir atasnya dengan lembut. Mempermainkannya pelan dengan gerakan yang terasa sangat menggelitik isi perutnya. Tak selang lama, bersamaan dengan sebuah tangan yang menarik pinggangnya untuk merapat, ciuman itu telah berubah menjadi panas dan bergairah.
Donghyuck secara tak sadarkan diri mengangkat tangannya. Merambatkannya dengan pelan ke bahu lebar milik pria itu lalu mulai meremasnya dengan gugup karena merasa terlalu terbuai dengan ciuman panasnya.
Permainan lidahnya yang handalnya bukan main. Remasan di pinggangnya yang begitu acak dan tidak menentu. Rabaan di langit-langit mulutnya yang terasa amat menggelikan. Dan sebuah gerakan menghisap yang benar-benar terasa sangat melumpuhkan. Astaga, hal itu sudah cukup untuk membuatnya lupa diri dan lupa akan segalanya yang pernah ada.
"Haahh... Haaah..." Ini suara napas milik Donghyuck yang begitu memburu saat Mark akhirnya telah melepaskan ciuman mereka.
Di momen itu mereka saling tatap dan menyelami mata milik satu sama lain dengan intens. Donghyuck dengan tangan yang masih berada di bahu lebar itu mulai naik ke atas, meraih rahang milik Mark dan merabanya dengan pelan. Mark pun, tangannya yang masih berada di pinggang indah itu juga mulai menariknya untuk mendekat, membuat tubuh mereka semakin menempel dengan erat.
"Aku merasa aku beruntung memiliki keinginan untuk bunuh diri." Donghyuck tidak mengalihkan matanya dan hanya berkedip selama sesekali saja.
"Dengan begitu aku kemari dan bisa bertemu denganmu. Dan aku merasa aku tidak menyesal telah membatalkan acara bunuh diri itu. Sebabnya aku bisa mengobrol denganmu dan mendapatkan suatu pengalaman yang sangat, membekas?" Imbuh Donghyuck sambil memindai paras milik Mark yang ternyata sangat luar biasa tampan.
Mark terkekeh mendengar Donghyuck berbicara dengan aksen seolah dia telah terhipnotis olehnya. Dengan memajukan wajah dia bersiap untuk membalas ucapannya.
"Aku pun tidak menyesal mempengaruhimu supaya jangan mati. Kecantikan wajahmu seolah menghasutku untuk jangan membiarkan orang semenawan kau mati dengan cuma-cuma. Seperti memintaku untuk menyelamatkanmu dan menawanmu dengan cepat-cepat. Dan lihat? Sepertinya aku berhasil menjeratmu." Mark.
Kejadian itu berlangsung begitu saja. Awal pertemuan mereka, Donghyuck tidak menyesalinya dan tidak menampik bahwa dia juga sama terpesona dengan Mark. Dia merasa begitu berterima kasih dengan kalimat yang diucapkan oleh Mark untuk menyelamatkan hidupnya hingga ia merasa telah hidup kembali. Dia merasa pria itu benar-benar membawa pembaharuan terhadap jalan hidupnya.
Donghyuck yang dahulu begitu penurut pada kedua orangtua sekarang secara perlahan mulai berani melawan saat Mark selalu sigap berada di sisinya. Ia yang dahulu begitu mudah dihasut kini juga telah berubah menjadi keras kepala karena tertular oleh Mark. Dia yang dahulu tak pernah fokus pada yang lain selain soal pendidikan dan edukasi kini secara total juga mulai memerhatikan kesehatan jasmani dan rohaninya karena melihat Mark juga tidak pernah fokus pada dunia pendidikannya. Mark bercerita meski dia kaya, dia ogah melanjutkan kuliahnya. Entah alasannya apa Donghyuck juga tidak tahu karena Mark tidak pernah memberi tahunya.
Mark benar-benar membawa banyak pengaruh terhadap hidupnya. Awal pertemuan yang sangat singkat dan disertai sebuah ciuman itu telah membawanya untuk menjalin sebuah hubungan yang begitu dalam dengan Mark. Dan lagi, ia merasa hubungannya dengan Mark bukanlah hanya sekedar hubungan sepasang kekasih saja, melainkan sudah ke tahap yang lebih dari itu. Lebih dari sekedar sepasang kekasih, lebih dari sekedar suami-suami, intinya hubungan mereka sangatlah erat. Dia sudah menganggap Mark seolah belahan dari jiwa dan raganya. Menganggap bahwa Mark adalah poros hidupnya. Dan menjadikannya sebagai satu-satunya alasan untuknya tetap hidup.
Dahulu baru dua bulan menjadi hubungan dengan Mark, Donghyuck secara pelan-pelan juga sudah mulai mengetahui mengenai kehidupan milik pria itu. Latar belakangnya, sebagian besar dia sudah tahu. Pria itu memang anak orang kaya sungguhan, bocorannya dia anak seorang jenderal polisi dan ibunya seorang politikus kenamaan. Kedua orangtuanya begitu gemilang, ya? Lalu kenapa anaknya bisa menjadi seperti Mark.
Dua tahun pacaran, saat Donghyuck sudah mulai memasuki masa-masa akhir semeter kuliahnya, akhirnya Mark mau kembali bersama dengan kedua orangtuanya. Tapi itu hanya berlangsung selama seminggu saja, karena setelahnya Mark kabur lagi dan nakalnya pria itu juga menggondol satu black card milik ibunya bersama dengan beberapa uang untuk membeli satu set apartemen mewah di kawasan Gangnam dan biaya hidupnya.
Donghyuck menasihatinya bahwa itu bukanlah tindakan yang benar. Tapi Mark mana peduli. Di dunia ini tidak ada orang yang mempan untuk menasihatinya, sekalipun itu Donghyuck, orang yang katanya sangat dia cintai. Dan akhirnya Donghyuck pasrah saja. Terserah Mark mau hidup dengan pola hidup macam apa. Yang penting mereka tetap bersama maka tidak akan ada masalah baginya.
Empat tahun pacaran, saat Donghyuck dan Mark baru keluar dari wamil, mereka sepakat untuk wamil di waktu yang sama, dia dan Mark memutuskan untuk tinggal bersama. Donghyuck benar-benar sudah menjadi anak bebas yang tidak mau dikendalikan oleh orangtuanya. Dia menjalani hidupnya dengan meniru pola kebebasan yang dianut oleh Mark dengan sangat baik.
Ketika mereka tinggal bersama, tidak ada yang bekerja, Donghyuck sibuk mengurus pendaftaran rekrutmen ke kejaksaannya sementara Mark setiap hari hanya bermalas-malasan. Apartemen yang mereka tempati adalah apartemen milik Mark yang sudah dibeli sejak beberapa tahun yang lalu, memakai uang dari black card milik ibunya Mark yang dicuri itu. Makan dan segala kebutuhan sehari-hari mereka pun juga terpenuhi dari kartu itu. Ia heran sebenarnya, mengapa jika sudah tahu perilaku anaknya seburuk itu tapi kedua orangtua Mark seolah lepas tangan dan hanya membiarkanya terjadi dengan begitu saja.
Hampir satu tahun tinggal bersama, saat Donghyuck juga telah berhasil menjadi seorang jaksa, kedua orangtua Donghyuck kini juga sudah mulai lepas tangan dan masa bodoh. Mereka benar-benar mulai membiarkan Donghyuck untuk hidup dengan sesukanya. Sudah tidak pernah menelpon untuk menanyai kabar dan memberi nasihat, sudah tidak pernah mendadak berkunjung ke tempatnya kerja dan bahkan sudah tidak pernah mengundang Donghyuck lagi ke rumah saat ada acara keluarga. Mereka seakan sudah pasrah dan legowo saja dengan keputusan hidup sang anak.
Kini lima tahun sudah hubungannya dengan Mark berjalan. Tidak pernah ada pertengkaran hebat yang membuat mereka jadi saling adu pukul atau bahkan meminta ingin berpisah. Tidak ada yang seperti itu. Pertengkaran mereka paling klimaks hanyalah seringnya perbedaan pendapat yang menyebabkan mereka jadi berselisih paham dan adu bacot sampai mulut masing-masing mengeluarkan buih. Tapi itu bukanlah hal yang serius. Perdebatan mereka hanya berlangsung singkat namun periodenya memang sangatlah sering terjadi. Hanya begitu saja.
Tiga bulan yang lalu, Donghyuck memutuskan untuk pindah ke apartemen lain. Dia ogah menumpang terus di tempat milik Mark. Toh, sekarang dia juga sudah bekerja, jadi dia sudah ada uang untuk menyewa apartemen sendiri dan berhenti menggantungkan hidup pada Mark yang bahkan hidupnya sendiri juga masih bergantung kepada orangtuanya.
Untuk Mark, hal itu bukanlah masalah. Seperti pola hidupnya yang bebas, terserah Donghyuck mau berbuat apa asal mereka tetap menjalin hubungan hal itu bukanlah masalah.
Hari ini. Donghyuck bangun cukup siang, sekitar jam enam pagi. Padahal biasanya dia jam lima sudah lari pagi di sekitar area apartemennya bersama dengan anjing peliharaannya. Tapi berbeda sekali dengan kali ini, dia bangun sangat siang. Alasannya ini akhir pekan dan dia menginap di apartemen milik Mark. Semalam, seperti malam-malam akhir pekan biasa yang sering mereka lalui, dia tertidur cukup larut akibat bergadang nonton bola.
Dahulu dia sangat ogah melakukan hal itu, karena selain bergadang bukanlah perbuatan yang baik, dia sendiri juga tidak terlalu suka nonton bola. Namun ada satu alasan pasti yang menjadikannya suka bergadang belakangan ini, yaitu Mark. Melihat Mark tidak pernah menemaninya tidur dan malah menonton bola membuatnya jadi merasa iri dan tidak suka. Dia sebal, akhir pekan begini dia sudah rela berkunjung ke sini namun bukannya dimanja atau dibelai, pria itu malah asik bercumbu dengan layar televisinya dan mengabaikannya seolah dia hanya makhluk tak kasat mata di sana.
Dan dari sanalah dia memilih untuk bergabung menonton bola. Duduk di sebelah Mark dan menyandarkan kepalanya dengan manja di bahu pria itu atau bahkan jika sikap binalnya muncul dia akan duduk di atas pangkuan milik Mark dan menggodanya. Tapi menggoda Mark bukanlah hal yang mudah. Mark itu pria yang sangat dingin dan cuek. Lima tahun pacaran, Donghyuck sangat sadar jika Mark itu bukan tipikal pria mesum yang hobi ngesex. Mungkin pria itu memang gemar nonton porno, tapi untuk mempraktekkannya langsung, Mark sangatlah jarang untuk melakukannya.
Seringnya mereka melakukan sex hanyalah sekitar tiga kali dalam sebulan. Tapi meskipun begitu, meski periode seks mereka sangatlah jarang, namun percayalah jika durasi mereka dalam sekali sesi bercinta itu sangatlah lama. Mungkin bisa sampai satu malam penuh. Dan itu hanya akan membuat pinggang miliknya jadi terasa seperti akan patah atau bahkan remuk. Bayangkan. Beberapa minggu tak pernah mengeluarkan nafsu bercinta maka sudah pasti dalam sekali bercinta Mark pasti akan langsung menggempurnya secara habis-habisan sepanjang malam.
"Dia sudah bangun?" Donghyuck merasakan sisi ranjangnya sudah kosong, dia meraba area itu dengan pelan, dingin dan sudah tidak hangat, itu pertanda bahwa Mark sudah bangun dan beranjak dari sana sejak tadi. Dia cemberut pelan. Pria itu tega tidak membangunkannya dan malah meninggalkannya dengan begitu saja. Bahkan untuk sekedar memberinya ciuman selamat pagi pun tidak. Dasar pria sialan.
"Mark? Setidaknya jika kau sudah bangun, bangunkan aku sekalian. Lalu jika perlu berilah aku morning kiss. Kau itu sangat bajingan tau sebagai pacar." Donghyuck memprotes sambil berjalan dengan lemas menuju ke balkon apartemen di mana di sana telah duduk santai seorang Mark Lee bersama dengan sebuah rokok yang terapit mesra di belahan bibir merahnya.
Mark menoleh ke arah Donghyuck. Memperhatikan penampilan anak itu dengan mata datar miliknya. Kaos hijau berukuran besar yang membalut tubuh indahnya serta hanya sebuah celana dalam berwarna hitam yang berada di selangkangannya. Benar-benar pemandangan indah yang cukup menghibur di pagi hari.
"Untuk seseorang yang memiliki pekerjaan, kupikir dia bisa bangun sendiri tanpa perlu dibangunkan. Dan untuk morning kiss, jangan ngipi. Kau bahkan belum gosok gigi." Mark merespon sambil meniupkan asap rokoknya dengan mata yang terpejam. Menikmati pelepasan itu dengan sangat amat nikmat.
Donghyuck berdecih, "Untuk seseorang yang pernah menelan habis spermaku, mengoral penisku dengan hebat dan juga pernah menjilati serta memuluti lubang anusku, aku cukup terkejut dia masih peduli soal gosok gigi di pagi hari sebelum berciuman. Ewh, kau sangat ingin melakukan pencitraan di depanku?"
Donghyuck menyindir Mark. Mark hanya tertawa pelan lalu membuang putung rokok sejari kelingkingnya itu ke dalam asbak dengan asal.
"Ouh, ucapanmu begitu melukai hatiku, sialan." Ini mungkin terdengar seperti guyonan tapi jika Mark mengatakannya dengan wajah sedatar itu, entah orang mana saja mungkin akan merasa ogah untuk tertawa.
Donghyuck sudah sampai di depan Mark, dia mengabaikan banyolan aneh itu dan memilih untuk mendesak, memaksa, dan menuntut untuk duduk di atas pangkuan milik Mark. Kakinya mengangkang lebar di atas kedua paha milik pria itu lalu mulai menyandarkan kepalanya dengan malas-malasan di dalam ceruk leher miliknya.
"Kemarin aku kalah di persidangan. Dan rasanya sangat menyebalkan jika mengingatnya kembali. Dasar pengacara sialan." Donghyuck menggerutu. Inilah momen rutin di pagi hari di akhir pekannya bersama dengan Mark. Saling curhat dan menceritakan pengalaman masing-masing yang telah terjadi selama seminggu belakangan ini.
Yah, meski yang lebih dominan dalam bercerita itu dia, karena memang Mark tidak ada topik pasti yang bisa diceritakan selama seminggunya yang telah berlalu itu. Paling juga kegiatan menganggurnya yang sangat tidak tahu arti berharganya sebuah waktu itu atau mungkin juga hal sepele lainnya yang tidak berarti. Tapi, meskipun begitu, tetap saja Donghyuck menyukai acara paginya ini. Begitu damai dan tenang, sangat cocok untuk mengeluarkan segala beban yang telah dilalui selama seminggu kemarin. Begitu melegakan setelahnya.
"Siapa? Pengacara itu lagi yang jadi sainganmu?" Mark mengangkat tangannya untuk mendekap tubuh di atas pangkuannya itu dengan pelan.
"Bukanlah. Kali ini ada lagi pengacara rese yang sialan. Aku benci dengannya. Dan kau tahu? Lusa aku harus menangani kasus milik anak menteri. Dulu saja kejaksaan begitu melindunginya, tapi sekarang lihat? Dia bahkan secara suka rela akan datang dan menyerahkan diri ke kejaksaan tanpa paksaan. He, dia mau apa? Mau pencintraan? Mau cari nama? Mau dikenal publik dan masuk tv? Menyebalkan sekali!" Donghyuck bercerita, mengangkat kepalanya dan menegakkan tubuhnya untuk menunjukkan wajah kesalnya kepada Mark.
"Siapa? Kim Chanhee yang sedang beken itu maksudmu?"
"Iya. Siapa lagi! Menyebalkan sekali! Memperkosa tiga perempuan. Mencabuli dua pria dan membunuh satu anak kecil. Dasar! Dulu rasanya ingin sekali aku memenjarakan dia dengan segera, tapi bagian atasan selalu melindunginya. Namun lihat sekarang? Saat aku sudah muak mendadak atasan malah memintaku untuk menangani kasus ini."
"Huh, lihat saja. Akan aku tuntut dia secara maksimal dengan pasal berlapis-lapis. Kau harus menonton persidanganku, beberapa hari lagi. Lihat betapa sangat kerennya diriku jika sudah mengajukan vonis dan tuduhan berdasarkan fakta. Huh, aku yakin kau akan semakin cinta padaku." Donghyuck melipat tangannya dengan sombong lalu menatap Mark dengan tatapan mata yang begitu congkak.
"Aku tidak ada waktu untuk menonton program variety show membosankan milikmu. Lebih baik aku tidur seharian, atau menonton video terbaru dari artis JAV favoritku."
Mendengarnya membuat Donghyuck sontak langsung meradang dan segera menggeplak kepala milik Mark dengan tamparan keras.
"Kau sudah berkali-kali menyodomiku tapi masih memiliki napsu untuk nonton porno? Wah, lihat betapa bajingannya pria ini." Donghyuck menangkup rahang milik Mark lalu mendongakkannya dengan tinggi-tinggi.
"Yang kau masuki itu anus bukan vagina, dan yang kau remasi pun hanyalah dada rata yang tak berisi, bukan dada menggantung milik wanita yang putingnya besar-besar itu. Tapi anehnya meskipun begitu, kau bahkan masih bisa tegang saat melihat lubang vagina digenjot dan puting besar bersama dada montok diremas-remas. Parahnya lagi langsung lanjut onani? Benar-benar, Mark Lee. Kau itu manusia dari planet mana, heh?"
"Atau parahnya saat kita sedang bercinta, adegan vagina digenjotlah yang sedang kau bayangkan? Dasar brengsek."
Donghyuck mengakhiri kalimatnya dengan mendaratkan satu tamparan pelan di pipi tirus milik sang pacar. Mark sendiri yang diperlakukan dengan semena-mena seperti itu oleh sang pacar hanya mampu memalingkan wajahnya saja mengikuti arah tamparan itu. Dia tidak merasa keberatan atau kaget. Sebenarnya, hal yang seperti ini sudah biasa terjadi.
"Kalimatmu terdengar seperti ucapan seorang korban pencabulan yang dicabuli secara sadis oleh seorang penjahat kelamin. Padahal faktanya kau sendirilah yang berteriak paling heboh kalau sudah kugenjot, dan aku pun tak pernah memaksamu untuk mengangkang di depanku. Kenyataannya kau sendirilah yang rela membuka paha dengan lebar-lebar untuk segera kutusuk lubangmu." Mark menatap Donghyuck dengan datar lalu mengelus paha terbuka milik orang yang ada di pangkuannya itu dengan gerakan sensual. Berniat untuk sedikit menggodanya?
Donghyuck menikmati rabaan itu. Menatap pahanya sekilas dengan perasaan yang sedikit membuncah. Mungkin ini bisa jadi akan berakhir dengan kegiatan bercinta? Omong-omong, kapan terakhir kali mereka melakukan adegan dewasa itu?
Dua minggu yang lalu?
Tiga minggu?
Atau mungkin sebulan yang lalu? Ya, sepertinya benar mengingat dia belakangan memang begitu sibuk dengan pekerjaannya.
"Ck. Kau pandai sekali. Aku lupa dengan fakta yang satu itu. Fakta jika kau sebenarnya lebih pintar dariku meski kau sendiri bahkan tidak pernah peduli dengan karir pendidikanmu. Tapi, asal kau tahu saja. Yang mengundangku untuk mengangkang lebar sambil pamer lubang anus itu adalah penismu sendiri, daddy? Kau tahu, penismu itu sewaktu-waktu sangatlah nakal sekali." Menyeringai sambil sedikit menjilat bibir bawahnya dan menggoyangkan pantatnya nakal menggoda penis milik Mark di bawah sana. Dan daddy? Dia berniat mencoba hal-hal baru yang berbau kinky.
Sepertinya cukup menarik dan sangat merangsang?
"Daddy? Hei, babe. Aku pikir aku tidak pernah mengajarimu berbicara sekotor itu. Dari mana mulut ini belajar hal-hal yang seperti itu?" Mark memajukan wajahnya. Mencuri satu gigitan keras di bibir atas milik Donghyuck. Sejak dulu, bibir bagian atas milik bocah itu adalah yang terfavorit baginya.
"Euhm. Entahlah. Tapi, setahuku daddy bahkan sering mengumpatiku sambil melempariku kalimat kasar. Tidak lupa dia juga menjelek-jelekkan diriku." Donghyuck belagak sedih. Bibir bawahnya ia angkat, menatap Mark dengan sorot mata layu yang terlihat seperti seorang bayi yang minta dikasihani.
"Menjelek-jelekkan bagaimana anak manis?" Mark mengikuti arus permainan yang dijalankan oleh Donghyuck. Meladeninya sesuai dengan keinginannya.
"Dia menghinaku cerewet. Berisik dan memiliki suara yang terdengar bising, serupa dengan suara radio bobrok katanya. Bahkan dia juga pernah menghina bentuk tubuhku yang tidak atletis. Padahal di sini yang lebih sering berolahraga itu aku. Tapi kenapa tetap saja yang memiliki tubuh lebih bagus itu daddy. Menyebalkan!"
Donghyuck mengangkat kaosnya ke atas di depan Mark. Memamerkan bentuk perutnya yang sangat rata dan tidak berbentuk sama sekali itu dengan bangga, dan tanpa tahu malu. Bentuk tubuhnya sangat mengenaskan, bahkan jika dia tidak menganut pola makan sehat, bisa jadi perut itu mengalami kebuncitan. Ewh!
"Tapi baby, mau bagaimana lagi. Kenyataannya memanglah begitu." Mark meraba perut milik Donghyuck dengan permukaan telapak tangannya yang lebar. Meraba dan mengelusnya dari bawah pusar hingga ke atas, ke tengah-tengah atau ke belahan dada yang rata milik bocah itu.
"Tubuh ini sangatlah payah bentuknya." Sambil mendekatkan kepalanya, Mark mengarahkan tangannya ke kanan. Menyerang dada kanan milik Donghyuck dengan elusannya. Menyematkan puting menengang milik sang pacar ke dalam sela-sela jarinya sebelum mengelusnya dengan gerakan yang cukup kasar setelah itu.
"Euhmm... Nghhwh..." Donghyuck mendesah menikmatinya. Menikmati apitan serta rangsangan di putingnya itu dengan mata berkabut. Sensasi geli, panas dan menggairahkan membuat sesuatu di bawah sana secara perlahan mulai terbangun. Mark sepertinya telah benar-benar masuk ke dalam permainannya.
"Dan lagi. Mulut ini. Daddy tidak bohong jika mulut ini sangatlah bising. Dan sekarang daddy beruntung pemilik mulut ini sudah tidak menumpang lagi di rumah daddy, kau tahu, setiap pagi diomeli untuk cepat bangun tidaklah enak sama sekali." Mark mengangkat satu tangannya lagi. Meraba dan mengelus dada kiri milik Donghyuck. Memberikan perlakuan yang sama seperti dada kanannya. Mengapit putingnya, menekannya lalu terkadang merematnya pelan.
"Ahm... ahmm..." Donghyuck resah dalam duduknya. Ia terus bergoyang tak tentu arah merasakan rangsangan di kedua dadanya tersebut. Kakinya menyatu dan memeluk pinggul milik Mark dengan erat lalu mulai menggesek-gesekkan belahan pantatnya dengan kasar di genital milik sang pacar.
"Da-dadieehh... dada hyuckie sakit." Donghyuck manyun. "Rasanyah gatal, ingin digaruk dan dirabah aghn dengan kasarhhh!" Kaosnya ia angkat semakin tinggi. Menggoda Mark supaya terangsang dan melanjutkan sesi ini sampai ke tahap bercinta.
Mark menyeringai. "Aha? Ingin digaruk? Dengan kasar?" Mark memajukan kepalanya lalu menatap Donghyuck dengan tajam.
"Huhng... uh... iya dengan kasarsh daddieh." Donghyuck mendesah, dengan suara yang sedikit serak. Dia menarik kepala milik Mark untuk menyapa dada kanannya yang sudah gatal ingin dikasari. Sedikit menundukkan kepala, dia melihat Mark menatap puting dan dadanya dengan tajam, hal ini sukses membuat Donghyuck meremang. Tatapan itu memberikan rangsangan yang berlebih serta membuat sesuatu di bawah sana seperti mengeluarkan cairan lengket yang panas. Dia sudah basah dan tegang hanya karena tatapan tajamnya.
Jilat.
"Aanghhhh..." Donghyuck mendongak lemas. Mark menjilat putingnya. Dari bawah ke atas, permukaan lidah yang kasar itu memberikan setruman yang mematikan pada tubuhnya. Sekujur tubuhnya meremang. Ia menunduk lagi. Pemandangan baru menyapa mata.
Mark menggerakkan kepalanya, menjilati putingnya dengan teratur. Sesekali memutari sekitaran putingnya, lalu menjilatinya dan menekan puting kerasnya dengan lidah lunak yang sangat panas itu.
"Daddihnn, enaakk..." Donghyuck menurunkan tangannya. Meremas kepala milik Mark kacau dan membuat kaosnya turun menutupi kepala milik Mark yang berada di dadanya.
Sebuah tangan yang tadi meraba dada kanan milik Donghyuck turun ke bawah. Bergantian meraba garis pinggangnya, mengelusnya kasar di sana dan secara teratur turun ke bawah. Menyapu pinggul indahnya, menggodanya dengan elusan pelan yang sensual. Membuat Donghyuck yang merasakannya jadi lemas.
"Aahhmm..." Donghyuck mengeluarkan seruan indahnya. Kepala milik Mark yang ada di dalam kaosnya bekerja dengan baik. Menyantap putingnya dengan rakus bak seekor singa yang sedang haus. Menghisapnya dalam. Menyedotnya tanpa ampun seolah benda-bulat-merah-keras itu akan mengeluarkan sebuah cairan putih kental penghilang dahaga.
Donghyuck meraba kasar rambutnya. Merasa sedikit frustasi. Sudah lama ia tidak merasakan sensasi ini dan ini membuatnya merasa seperti sedang terbakar. Kedua putingnya. Dimanja dengan tanpa kenal mati oleh Mark. Sebelah kanannya dimuluti dan sebelah kirinya dilayani dengan sebuah remasan, cubitan dan tekanan yang nikmat.
"Anghkkk... Daddiiehh gigit, Hyuckkie ingin digigit -aakhhh!" Donghyuck memekik keras. Mark menurutinya dengan cekatan. Puting kerasnya langsung digilas dengan gila menggunakan gigi-gigi tajamnya.
Donghyuck terus meracau menikmati kenikmatan itu. Kepalanya terdongak dan punggungnya terbusur. Membusungkan dada dengan bangga kepada Mark. Seakan tak ada habisnya, Mark benar-benar memanja tubuhnya dengan baik. Memberinya kenikmatan mematikan di sana-sini.
Pahanya yang terbuka, yang tidak tertutup apapun, diusap dengan halus. Dari atas lutut sampai ke pangkalnya. Menggoda area paha dalamnya itu dengan penuh gairah. Sesekali ia mememkik geli dan mengejang di saat rangsangan di dada dan pahanya terasa sinkron. Saat dadanya dimanja sadis, lalu secara berbarengan Mark akan mengelus paha dan penis bebalut celana dalamnya dengan nakal.
"Akhh..m daddiehnm... akh.. akh... akh..." Ini suara manja yang terdengar begitu nyaring. Donghyuck resah kala di bawah sana Mark menyelipkan tangannya untuk mausk ke dalam celana dalamnya. Penis basah serta panasnya diremas kacau.
"Lihat ini, sepertinya baby tampak bahagia penisnya dimainkan." Mark melepaskan puting milik Donghyuck. Kepalanya masih berada di dalam kaos milik sang pacar. Dia terus bergerak menelusup masuk ke dalam kaos itu sampai akhirnya kepalanya menyembul di depan leher milik sang pacar.
"Akhssshh..." Tak sempat Donghyuck merespon kalimat itu, Mark sudah keburu menyerang leher miliknya. Menjilatinya dari sepanjang garis bahu sampai berhenti tepat di perpotongan lehernya. Menyarangkan gigitan beserta hisapannya di sana. Memainkan lidah handalnya dengan lihai di sana. Menancapkan gigitan merangsangnya dengan nikmat di sana.
Ini benar-benar membuat Donghyuck merasa seperti sedang diterbangkan.
Kaos yang dipakai oleh Donghyuck merosot turun. Bagian bahu kirinya terekspose. Menampilkan pemandangan Mark yang tampak hikmat membuat banyak tanda di sana. Merasa kaos itu hanya sebuah pengganggu yang memuakkan maka Donghyuck beniat untuk melepaskannya dan melemparkannya dengan begitu saja ke lantai.
Mark merespon perbuatan itu dengan seringai. Bayinya memang sangat tanggap dan sigap.
"Daddieh, kata temankuh, menjadi exhibitionist itu menyenangkan." Donghyuck dengan tubuh hampir telanjangnya berseru pelan sambil menikmati remasan penisnya di bawah sana. Matanya terpejam sesekali juga tebuka jika remasan dari Mark terasa terlalu nikmat.
Mark berganti membuat tanda di bahu serta area leher sebelah kanan, Donghyuck mengikuti pergerakannya. Mendongak tinggi dan membuang kepalanya ke kiri supaya Mark bisa leluasa membuat hickey di sana.
"Itu terdengar seperti, daddy ayo genjot aku di depan pagar balkon." Mark berkelakar sambil tangan kirinya meremat pantat milik Donghyuck. Hal itu sontak membuat Donghyuck lagi-lagi terpekik. Rematan dari Mark memang terlalu keras dan kencang. Seperti jika pantatnya adalah sebuah balon maka pria itu pasti sudah memecahkan balon itu dengan sadis. Tapi dia suka. Dia memang sedikit masokis jika kalian ingin tahu.
Donghyuck terkekeh sebentar untuk merespon kalimat dari Mark barusan. "Euhm... sepertinya enak digenjot di depan pagar balkon. Aku yakin, orang-orang di bawah pasti akan merasa sangat iri melihatnya."
"PLAK!"
"Ternyata baby sangat nakal ya. Apa perlu daddy menghukumnya? Hukuman apa yang kira-kira pantas untuk bayi nakal ini, euhm?" Mark mengangkat kepala setelah menampar pantat milik Donghyuck kencang. Tangannya ia angkat semua, menghentikan seluruh rangsangannya pada tubuh indah milik sang pacar tersebut.
Donghyuck menyeringai meski dengan hati kesal. Dia sedang nikmat-nikmatnya merasakan remasan di penisnya tapi Mark malah melepaskan remasan itu dengan seenaknya.
Dengan mencondongkan badannya ke depan, Donghyuck memeluk leher milik Mark.
"Daddy mau menghukum baby? Hukuman macam apa daddy? Yang seperti awal tahun? Mengikat baby di ranjang lalu dipasangi banyak alat seks? Ungh, kalau yang begitu baby sangat suka." Donghyuck mengangkat pantatnya yang merosot di pangkuan milik Mark lalu menempelkan selangkangannya dengan erat di selangkangan milik Mark.
"Eh? Daddy, ini kenapa keras sekali." Bak seorang anak kecil, Donghyuck membolakan matanya sambil bergoyang pelan menggesekkan pantatnya di atas penis menegang milik Mark.
"Keras, ya?" Mark tersenyum miring, tangannya menangkup kedua pantat lebar milik Donghyuck. "Bukankah itu yang kau suka? Jika sudah keras, maka kau tinggal bergoyang saja dengan nakal di atasnya."
"Akhh! Daddiieehh!" Donghyuck memekik merasa keenakan. Mark menarik pantatnya ke depan, menyingkap celana dalamnya dan menggesek-gesek gerbang anusnya dengan permukaan penis milik Mark yang menyembul dari celana jeansnya.
"Bagaimana? Bukankah terasa enak, manis?"
Donghyuck mengangguk. Menengok ke bawah dan melihat selangkangan miliknya bergerak maju-mundur. Membuat penisnya menabrak perut keras milik Mark. Sensasinya begitu luar biasa. Kepala penisnya yang basah yang ditutupi oleh celana dalam menyesakkan, menabrak sebuah permukaan kulit yang keras. Terasa sedikit linu, namun kenikmatan tersendiri di testisnya membuat ia merasa seperti dibuai dengan hebat.
"Daddiehh... lubangkuuhh berkedut." Donghyuck merasa kacau saat semua sensasi luar biasa pada tubuhnya memberikan efek yang hebat pada lubangnya di bawah sana. Permukaan jeans milik Mark yang kasar serta penis menyembul itu; yang menggesek kacau permukaan anusnya membuat lubang itu berkedut hebat.
"Aeuhmm... anghhh... NGHH!" Donghyuck mendesah sambil menggigit bibir bawahnya lalu menatap Mark dengan wajah terangsang hebat.
"Daddiiehh... sodook." Mintanya dengan gaya seorang pelacur handal.
"Aakhh!" Donghyuck memekik manja saat Mark merespon kalimatnya dengan sebuah remasan hebat yang mengenakkan pada penisnya.
"Sodok? Mulut kotormu, sayang." Mark semakin kencang meremas-remas penis milik Donghyuck dengan satu tangan sementara tangan yang satunya bergerak turun, menyapa lubang berkedut yang diracaukan oleh Donghyuck tadi.
"Apanya yang disodok, baby?" Mark bertanya dengan senyuman miring sambil menggoda lubang hangat di bawah sana main-main.
Donghyuck menggoyangkan pantatnya hebat. Mencari letak jari milik Mark supaya masuk dan mengorek semakin dalam lubang berkedut miliknya yang nakal itu.
"Hyah! It-ituuhh daddieeh!" Donghyuck mendongak tinggi. Penisnya diremas semakin kencang, Mark kembali memuluti putingnya, kali ini yang kiri. Menjilat-jilat putingnya, menggigitnya kasar lalu menyedotnya dengan kencang seperti biasanya. Kedua hal itu membuatnya langsung menggelinjang dengan nikmat. Menyebabkan lubang anusnya yang sudah lapar di bawah sana jadi semakin berkedut.
"Itu, itu apah, hm?" Mark bertanya di sela kegiatannya melahap puting merah menggiurkan milik Donghyuck. Mark di bawah sana tidak melonggarkan remasan pada penis milik Donghyuck sama sekali. Dan untuk bermain-main, Mark hanya mengorek pelan lubang milik Donghyuck yang memang sudah terlihat rakus ingin menelan sesuatu.
"Ouuhh daddiieehh... jangan kerass gigitnyaah!" Donghyuck menunduk mencoba melepaskan kepala milik Mark yang rasanya terlalu lapar memakan putingnya. Tapi Mark mana peduli dan malah semakin mengeraskan gigitannya pada puting itu.
"Aaahkk daddiieeehh!" Donghyuck keenakan, kepalanya terbuang jauh ke belakang dan punggungnya membusur dengan hebat. Semua sentuhan dari Mark memang sangat mematikan. Sialan! Analnya jadi semakin gila dalam berkedut. Ayolah, dia sekarang sudah mulai butuh penis untuk menyodoknya.
"Hm." Mark merespon kalem desahan kencang itu. Kepalanya terus bergerak ke kanan dan ke kiri mengerjai puting itu dengan penuh semangat seolah esok ia sudah tidak mampu menjumpainya lagi.
Donghyuck makin kelimpungan. "Daddihh... soodokk!" Serunya lantang di saat angin pagi bersemilir menyapa tubuh mereka. Hal itu semakin menambah sensasi terangsang pada tubuh milik Donghyuck. Birahinya semakin terasa memuncak. Ingin segera dijamah dengan keseluruhan. Ingin seluruh titik sensitifnya dimanja dengan hebat oleh seluruh sentuhan ajaib dari Mark.
"Apanya yang disodok, manis?" Mark melepaskan mulutnya sebentar dari puting itu sebelum kembali memulutinya, tapi kali ini beralih ke kanan. Bergantian memanjanya satu per satu supaya keduanya saling terpuaskan dan Donghyuck akan semakin terangsang dengan hebat.
"Aakhh!" Donghyuck menurunkan tangannya, menyentuh permukaan jeans milik Mark lalu dengan sangat kacau berusaha melepaskan kancing beserta zippernya.
"Aasshh!" Desahnya di sela kegiatan saat merasakan Mark meremat penisnya dengan kencang dan lama bersamaan dengan putingnya yang dijilat-jilat di dalam gua hangat miliknya.
"Daddyy, aku ingiiin peniiss!" Donghyuck merasa hampir putus asa saat tangannya yang gemetar mengalami kesulitan dalam membuka celana milik Mark.
"Kau punya penis sendiri, manis." Balas Mark, dia mengangkat kepalanya lalu mendongak dan mencuri ciuman singkat di belahan bibir Donghyuck yang tebuka.
"Daddihh... lubangkuuhh terus berkedut!" Hampir berteriak Donghyuck merasa frustasi saat Mark menyiksa penisnya dengan hebat. "Ayoohh masukkan penis daddieehh ke sanaaa."
"Lihat betapa jalangnya, anak ini." Mark menyeringai. Melepaskan remasannya pada penis milik Donghyuck lalu menyibak celana dalam milik anak itu ke samping. Ia meminta Donghyuck untuk mengangkang semakin lebar dan hal itu segera dituruti oleh Donghyuck dengan secepatnya.
"Ayoo Daddiieehh, masukkan." Sambil pamer selangkangan Donghyuck memohon dengan tak berdaya. Tangannya sejak tadi juga tidak berhenti untuk berusaha membuka celana milik Mark. Sangat menginginkan penis besar serta panjang milik pria itu untuk segera memasukinya.
Mark menuruti keinginan bocah itu. Dia membantu Donghyuck menurunkan zipper celananya. Melihat ini Donghyuck langsung berbinar, benar-benar tidak sabar.
"Serius ingin digenjot di sini? Bagaimana jika penghuni apartemen samping melihat kita?" Mark mengeluarkan penisnya setelah menurunkan sedikit celana beserta dalamnya ke bawah.
Donghyuck menggeleng gila. "Masaah bodoh dadiehh, ayoohh buat merkaahh iri -aakhhh!" Pekiknya saat Mark mencubit puting kanannya dengan kencang.
Mark menyerahkan ketiga jarinya kepada Donghyuck yang langsung dikulum oleh orangnya. "Kalau mereka iri dan minta gabung bagaimana?" Ucapnya dengan asal.
Donghyuck menjilat dan mengulum jari-jari itu dengan asyik. Dia mengedikkan bahu dengan tak peduli, tanda bahwa dia malas merespon kalimat candaan itu.
"Aaahhh." Dua menit mengulum jari milik Mark membuat Donghyuck merasakan sedikit pegal pada mulutnya hingga ia melepaskannya sebentar sebelum kembali mengulumnya lagi, namun belum sempat hal itu terjadi Mark sudah keburu menarik jarinya. Merasa mainannya diambil Donghyuck memberengut.
"Daddieehh kenapa diambil?!" Protesnya tidak suka.
"Kau bilang ini berkedut dan ingin diisi." Mark cuek lalu menempatkan satu jari tengahnya yang sudah basah di depan lubang milik Donghyuck.
"Ingin segera digenjot tidak?" Lalu pelan-pelan Mark memasukkan jarinya ke dalam sana, ke dalam lubang yang sedang berkedut gila itu.
"Aeuhnghh... benar, daddiehh. Babieeh ingin segeraa ditusuk sama penis panjangnya daddieh!" Donghyuck mendesah merasakan jari itu pelan-pelan merasukinya bersama dengan jari yang lainnya.
"Eeyhhm... lebih dalam daddiehh." Dia memejamkan matanya, dengan jari saja sudah seenak ini.
"Aahh... ahhh.. ahh..." Desahannya mulai muncul saat ketiga jari itu telah masuk keseluruhan dan keluar-masuk dengan kasar untuk melonggarkannya. "Aakhh... ahhh... ahhh..." Sensasi nikmat ini membuat tubuh miliknya jadi meremang. Sekujur tubuhnya seperti dibanjiri oleh hujan nikmat yang begitu memabukkan.
Donghyuck terus menikmatinya sampai dia hampir lupa dengan semua hal. Meski jarinya sangat nikmat tapi penisnya sudah pasti lebih nikmat. Dia melupakan hal penting yang satu itu hanya karena Mark menusuk lubangnya dengan hebat menggunakan jari. Dasar payah, dasar lemah. Baru begitu saja sudah terlena.
"Daddieehh peniisss!" Dengan mendesah-desah Donghyuck berusaha menarik jari milik Mark dari lubangnya. "Peniisshh!" Pintanya lagi kali ini dengan memijat penis mengacung tegak milik Mark.
"Arhm..!" Mark mengeram sebentar saat tangan milik Donghyuck melingkupi penisnya.
"Aahhh!" Donghyuck merasa lega saat jari-jari itu keluar dari lubangnya. Namun tak selang lama, desahan lega itu telah berganti menjadi sebuah pekikan pelan yang terdengar cukup nyaring di telinga. Donghyuck memeluk erat bahu milik Mark saat pria itu menggendongnya. Membawa tubuhnya ala bayi koala ke, depan pagar balkonnya?
Donghyuck menyeringai. Mark menuruti keinginannya untuk mencoba hal baru ini.
"Akh!" Setelah diturunkan oleh Mark, Donghyuck merasakan tubuhnya didorong dengan keras pada pagar besi di belakanganya. Ia memekik. Tubuh hampir telanjangnya bersentuhan langsung dengan permukaan pagar besi yang dingin itu.
"Sayang sekali ini akhir pekan, keinginanmu untuk dilihat oleh banyak orang sepertinya harus kau pendam. Orang-orang belum bangun, manis. Dan hanya beberapa saja yang lalu-lalang di bawah." Mark menengok ke bawah dan jalanan masih sepi. Hanya satu-dua orang saja yang lewat.
Donghyuck tidak mendengarkannya. Dia sibuk melepaskan celana dalamnya dan segera mengangkat satu kakinya ke pinggul milik Mark. Melingkari pinggul kokoh itu dengan kaki indahnya dan menariknya semakin mendekat.
"Aahh." Donghyuck dengan jalangnya mendesah ketika penis milik Mark menggesek testis miliknya. Dia menunduk, berniat mencari kenikmatannya sendiri. Penis milik Mark ia masukkan ke dalam selangkangannya. Menggesekkan batang berurat itu ke atas permukaan lubang merahnya yang kali ini sudah semakin berkedut dengan gila.
Mark menghela napas. Donghyuck terlihat seperti seorang serigala yang haus sentuhan. Seperti seekor kucing di musim kawin yang selalu mengerang minta dikawini. Dan seperti seekor singa betina yang benar-benar buas akan belaian.
"Aa-aakh!" Donghyuck membolakan matanya. Ia yang sejak tadi asyik menggesek lubangnya terinterupsi oleh Mark. Pria itu mulai mengarahkan penis panjang itu untuk memasuki lubangnya. Hatinya bersorak dengan beringas. Ini yang sudah ia tunggu sejak tadi. Sensasi saat lubang sensitifnya bersentuhan dengan permukaan penis milik Mark yang berurat. Sensasi saat lubangnya serasa dibelah. Sensasi kala penis itu menyeruak dan memaksa untuk masuk ke dalam dan terus ke dalam. Adalah yang ternikmat dari yang pernah ada.
"AARGHHHH! Daddiieehh aaarghhh!" Donghyuck mencengkeram pagar besi yang ada di belakanganya dengan erat saat penis itu belum masuk keseluruhan baru setengahnya. Kepalanya terdongak, menatap awan pagi yang cukup mendung saat sensasi panas dan membakar mulai mengitari area lubangnya.
"Aahhngh!" Mark mengeluarkan suara desahan beratnya saat lubang super ketat itu menjepit penisnya dengan nikmat.
"Rileks baby."
Saat Mark masih berusaha memasukkan sisa penisnya, dia menenangkan Donghyuck untuk sedikit rileks supaya penisnya bisa sedikit lebih mudah menerobos lubangnya.
Donghyuck menatap ke depan. Ia berkali-kali menelan ludahnya dengan kesulitan. Matanya menatap Mark untuk fokus dan rasa sakit itu teralihkan. Tangannya yang sejak tadi meremat pagar besi di belakangnya dengan kacau mulai bergerak ke depan, menarik Mark supaya menciumnya.
Mark menurutinya. Mereka berciuman dengan brutal. Lidah saling melilit, mulut mereka saling beradu untuk berlomba memuluti bibir masing-masing. Saliva mulai membanjiri sudut bibir dan meleleh ke mana-mana. Namun Donghyuck menyukainya. Sensasi pergerakan penis di bawah sana yang terasa cukup perih mulai tidak ia pedulikan berkat ciuman mereka.
"Hahh... hahh..." Donghyuck mendorong kepala milik Mark saat merasakan penis di bawah sana sudah masuk sampai pangkalnya. Dia melihat ke bawah. Selangkangan mereka menempel dengan erat tanpa sedikitpun celah. Membuat penisnya sendiri yang sudah tegak-merah-basah siap untuk muncrat jika diberi sedikit saja rangsangan.
Saat Donghyuck ingin menyentuh penisnya sendiri, Mark segera menepis tangan itu. Dia menunduk lalu berbisik pelan di telinga milik Donghyuck dengan suara rendahnya.
"Jangan menyentuhnya. Biarkan dia keluar dengan sendirinya." Begitu ucapnya. Dan setelahnya pria itu semakin menghimpit tubuhnya pada pagar besi lalu dengan kasar segera memaju-mundurkan tubuhnya. Brutal.
"Aaakhh... da-dadiieehhh... aahhhhkkk! Aaarghh!" Donghyuck meracau gila. Mark menyerangnya tanpa aba-aba sedikitpun. Langsung menggenjotnya dengan keras tanpa ampun. Lubang berkedutnya yang sejak tadi haus minta diisi kini seakan sudah merasa kenyang bahkan lebih ketika Mark menghabisinya dengan tempo tusukkan yang begitu mematikan.
Satu kakinya yang sejak tadi mengalung di pinggul milik Mark juga semakin ia eratkan. Kedua tangannya naik ke atas, memegang erat pinggiran pagar besi itu untuk menahan bendungan bertubi yang diberikan oleh Mark pada lubangnya. Prostatnya di dalam sana seolah bersorak dengan bahagia saat kepala penis milik Mark terus-terusan menumbuknya dengan tanpa tahu kasihan.
"Ouuhh... dadiieehh baby shukaaaa! Teruusssn, aahk-ahk! Lebih dalaaaam!" Donghyuck mendongak dan mendesah dengan panjang. Penis yang menusuk lubangnya panjangnya bukan main. Terus menumbuk dan membentur prostatnya dengan tepat. Membuat dia merasa seperti sedang dirajam dengan keji oleh kenikmatan yang tiada tara.
Mark menangkup satu pantat milik Donghyuck. Menamparnya keras sebelum mendorongnya ke depan. Memperdalam tusukannya pada lubang pantat itu sehingga benar-benar merasuki lubang ketat itu dengan dalam. Hal ini membuat prostat di dalam sana merasa semakin gila menjerit karena keenakan dirojok oleh kepala penisnya.
"Aaarghhh nikmaaatt daddiiehh!" Hal itu langsung dihadiahi oleh Donghyuck sebuah lengkingan nikmat yang begitu keras.
Mark hanya menyeringai, terus melanjutkan aksi itu sampai sang kekasih mungkin merasa hampir mati karena kenikmatan berlebih yang ia berikan. Mulutnya menunduk, melihat kedua puting mengacung milik Donghyuck seolah menggodanya untuk segera ia muluti. Satu tangannya yang menganggur ia pakai untuk memanja puting itu. Memelintirnya sadis karena dia tahu Donghyuck bukanlah tipikal orang yang suka dilembuti. Anak itu sangat suka sesuatu yang berbau kasar dan kejam.
"Daddiiehh tidaak minum susuhhh?" Donghyuck hampir tersedak ludahnya sendiri saat mengatakannya. Rasa nikmat di lubangnya membuat ia kesulitan untuk bicara dan berkonsentrasi. Ditambah satu tangan yang sedang mengerjai putingnya, membuat dia jadi semakin kacau.
"Daddiihh..." Donghyuck menjilat bibir bawahnya, mengesampingkan rasa nikmat dari genjotan di bawah sana yang semakin menjadi temponya. "Siniihh, minum susunyaaa babiieehh!" Ia memelintir putingnya yang lain yang tidak dipelintir oleh Mark untuk ia ajukan kepada Mark karena benda itu sudah gatal ingin segela diberi kehangatan oleh mulut milik Mark yang luar biasa.
"Aaakhhh! Iyaaahh dadddiieehh begituu!" Donghyuck semakin tenggelam dalam lautan surga dunianya saat Mark tanpa pandang bulu segera mencaplok putingnya. Memulutinya dengan handal seperti yang sudah-sudah, dan untuk sodokkannya di bawah sana, gerakannya juga semakin brutal.
"Aaargh... aarghhh..." Desahannya menggila. Ditambah, sensasi ketika kepala penisnya sendiri menabrak permukaan keras perut milik Mark membuat mulutnya jadi tak terkendali. Penisnya, ia pikir hanya butuh beberapa detik saja untuk mencapai klimaksnya. Benda itu sudah menegang hebat sejak tadi.
"AEUHMMMMM... EUHMM...!" Dia mengeraskan suaranya, di balkon atas, matanya menangkap pemandangan seseorang sedang menyeruput kopinya. Orang itu, mata mereka tak sengaja bertemu setelah ia berteriak dengan keras. Dia melihat orang itu ternganga dengan kaget. Mulutnya bergetar dan tangannya pun demikian.
Reaksi orang shock.
"Daddieehh.. babiieehh ingin pipissh!" Ucapnya dengan masih menatap mata sosok itu. Orang itu semakin kaget dan menganga tak habis pikir dengan apa yang baru saja ia lihat dan dengar.
"Dadddiieehh.. lebihhh cepaatt... fuck... ahhh fuckkk..! Yeaaahhh!" Ia memejamkan matanya sesekali, melihat orang itu mulai berjalan mundur dengan teratur. Melihat ini ia menyeringai.
"Daddieh... eunghh adaah orang mengintiipph di atashh... ouhh sebelaahhnya daddiieehh, gantiaaan!" Donghyuck mengadu sambil meminta Mark supaya bergantian memanja putingnya yang satunya lagi. Orang yang tadi dimaksud oleh Donghyuck sudah berbalik arah dan berlari masuk kembali ke dalam rumahnya. Donghyuck sedikit mencebikkan bibir, dia belum puas memamerkan kegiatan bercintanya pada orang itu tapi orangnya sudah kabur duluan.
"Akkhhh! Dadddih... ak-aakuu aahh hampirr daddiieewh!" Donghyuck mengeratkan cengkeramannya pada pagar di belakangnya saat gelombang hebat di bawah pusarnya membludak ingin keluar. Sekujur tubuhnya meremang, seperti tersetrum oleh kabel bertegangan tinggi. Mark tidak memelankan sodokannya dan malah kebalikannya. Terus menghajar prostatnya dengan gila, dan itu membuat Donghyuck merasa semakin dekat dengan klimaksnya.
"AKH... AKHH... DADDIIEEEHHHHH!"
Sebuah cairan putih kental keluar dengan deras membanjiri kaos milik Mark. Donghyuck mengeluarkan spermanya dengan gila. Sensasinya begitu membuat kepala seperti diputar-putar. Begitu tak terdefinisikan. Terlebih Mark tidak menghentikan sentuhannya sama sekali. Membuat dia jadi sungguhan merasa gila.
"Euhng... eughn..." Donghyuck kesulitan meresapi sesi ejakulasinya ketika Mark sama sekali tidak mau bertoleransi padanya. Ketika kakinya sedang lemas dan tubuhnya meremang gila, pria itu tidak memelankan genjotannya. Terus menghentak lubangnya dengan keras, kencang dan kasar. Mulutnya pun juga tidak pernah lepas dari puting miliknya. Terus dijilat-jilat dengan rusuh dan disedot tanpa peduli waktu oleh mulut penuh dosa itu.
Sialan! Dia menyukai hal ini! Mark memang sangat perkasa!
"Euhng... kenapa dilepaass!" Protes Donghyuck dengan sebal saat Mark melepaskan penisnya dari dalam lubang itu. Donghyuck memanyunkan bibirnya kesal dan hampir memegang penis milik Mark untuk dimasukkan kembali namun segera ditepis oleh orangnya.
"PLAAAK!"
"PLAK!"
"Menungging, anak nakal!"
Donghyuck merasa terhipnotis. Pantatnya ditampar dengan keras dan Mark memeritahnya dengan menggunakan suara rendahnya yang begitu dalam. Akh! Suara itu, benar-benar mematikan!
Tanpa banyak menunggu Donghyuck segera berbalik, menungging di depan Mark lalu menyibak bongkahan pantatnya supaya Mark segera memasukinya kembali.
"Ahmm... Arrghh!" Ia menahan gumaman dan erangannya saat penis itu kembali membobol anusnya. Satu tangannya berpegang erat pada pagar besi yang ada di depannya dan kepalanya menunduk dengan dalam. Rasanya, dengan posisi yang seperti ini, penis itu seakan ingin membobol habis prostatnya sampai jebol.
"Baby, lihat di bawah. Orang-orang mulai bermunculan." Mark berbisik tajam. Pinggulnya mulai bergerak kembali, mencari kenikmatan dari lubang panas nan hangat milik kekasihnya ini.
Dari lantai sepuluh gedung apartemen ini, Donghyuck melihat, beberapa orang mulai bermunculan di bawah sana. Tubuhnya mulai bergetar seirama dengan tusukkan dari Mark di belakangannya. Ia memejamkan matanya, mulai membayangkan hal-hal gila yang akan semakin merangsang napsunya.
Bayangkan jika orang-orang itu mendongak dan menontonnya sedang digenjot seperti ini oleh seorang pria di belakangnya. Bayangkan. Mungkin mereka akan menatap iri padanya dan mulai terangsang saat suara desahannya hinggap ke telinga mereka. Mereka mungkin juga akan ternganga dan kabur seperti orang yang ada di lantai atas tadi. Atau parahnya mereka mungkin malah akan memotretnya dan akan menjadikannya sebagai objek fantasi ketika sedang beronani.
"Tutup wajahmu sayang. Pegawai negeri yang terlibat skandal akan diberhentikan secara tidak terhormat jika ketahuan." Mark mendongakkan kepala. Menikmati remasan sadis dari lubang sang pacar yang benar-benar terasa sangat menggairahkan.
Donghyuck membolakan matanya. Dia langsung kalut saat mendengar penuturan dari Mark.
"Breng-sek! Kenapa aku bisa lupaaah! Cepat selesaikaaan! Kita pindah ke kamar!" Donghyuck ikut menggerakkan pantatnya maju mundur, berlawanan dengan Mark supaya pria itu segera berejakulasi dan mereka bisa segera melanjutkan kegiatan ini di dalam rumah.
Sialan. Karir kerjanya bisa hancur jika ada yang memotretnya.
Donghyuck merasakan Mark menambah tempo dorongannya. Membabakbeluri prostat di dalam lubangnya dengan kecepatan yang sangat keterlaluan. Mengejar ejakulasi yang sebenarnya masih jauh. Penis milik Mark memang sudah menegang, begitu panjang dan besar, serta sangat berurat, tapi penis itu sangatlah tahan lama. Begitu sulit untuk dibuat klimaks, bahkan biasanya butuh waktu sampai hampir sepuluh menit lebih untuk bisa membuatnya keluar.
"Ungh... Unghhh..." Waktu semakin berlalu, Donghyuck sudah merasa pegal pada kedua kakinya. Namun di belakang sana Mark masih belum mengendurkan tempo tusukkannya. Yang ada malah semakin gila, gila, dan gila.
"Dadiieehh, cepatlaahh... kaki babieh sudah pegaa-aarkk!" Donghyuck tidak kuasa untuk melanjutkan ucapannya dan berteriak dengan frustasi saat benda besar dan panjang di dalam lubangnya terasa seperti bertambah ukurannya. Lubangnya terasa ikut melebar mengikuti ukuran benda perkasa milik Mark yang mengisi lubangnya tersebut.
Donghyuck bisa gila sekarang.
"Lebih cepat? Seperti ini?" Suara rendah milik Mark kembali keluar.
"Aakh... akhhhh.. iyaaaah Dadddhiieehh aahhh dalaaammm! Sangaaaathhh cepaat dan Arrkhhh nik-nikmaaat dad!" Donghyuck merasakan tubuhnya ikut terdorong-dorong ke depan ketika sorongan dari belakang begitu cepat dan tak terkendali. Lubangnya yang sudah sebulan tak dijamah itu juga berkedut dengan keras. Seolah sedang menggila karena akhirnya mendapatkan kenikmatan yang bertubi-tubi.
"Aahhkkk daddieehhh...!" Donghyuck menatap penisnya yang terus meneteskan precum. Benda itu menggantung di bawah sana, terayun-ayun sesuai dengan gerakan tubuhnya yang terdorong akibat genjotan dari Mark di belakang. Benda mengacung keras itu tampak memerah lagi kepalanya, dia yakin sebentar lagi dia akan keluar untuk yang kedua kalinya.
"Unghh... be-besarrh daddhh!" Donghyuck menggigit bibir bawahnya. Penis di dalam sana terasa semakin membesar, hal ini sebagai pertanda bahwa Mark akan mengeluarkan spermanya. Benda itu benar-benar terasa memenuhi lubangnya. Donghyuck berkubang dalam kenikmatannya. Tak jauh beda penisnya sendiri juga terasa telah siap meledakkan sperma miliknya.
Dan untuk beberapa kali dorongan serta kerasnya suara kulit yang saling membentur. Akhirnya Mark telah berejakulasi. Pria itu klimaks dengan hebat, begitu deras dan menyemprotkan spermanya dengan kencang ke dalam lubang itu. Donghyuck pun menyusulnya. Kepala penisnya mengeluarkan sperma dan mengalir bak air terjun ke bawah.
"Unghmm..." Donghyuck bergumam keenakan sambil memjamkan mata. Mark menghentakkan penis yang masih bersarang di dalam lubang beceknya untuk menyemprotkan sisa spermanya yang lain.
"Aaahh.. daddiieehh rasanya geliihh." Donghyuck bergumam sambil mengurut penisnya sendiri ketika lubangnya yang becek itu terus bergesek dengan penis milik Mark yang begitu berurat. Sensasinya, demi apa! Sangat nikmat!
"Pindah ke kamar?" Mark mengeluarkan penisnya. Menegakkan tubuh milik Donghyuck lalu membisikkan kalimat itu dengan sensual ke telinganya.
Donghyuck lantas menyeringai. Satu ronde? Mana cukup untuk memuaskan napsu miliknya apalagi Mark. Ia yakin. Satu hari penuh ini, pria itu tidak akan mengizinkannya untuk turun dari ranjang.
"Di kamar lebih aman daddieh." Lalu Donghyuck menjilat leher milik Mark sambil mendongak ke samping. Mark membalas perlakuan itu dengan meremas pantat milik Donghyuck keras.
"Baby suka dihukum, kan? Ayo kita hukum bayi nakal ini."
"Akh!" Donghyuck memekik saat Mark mencubit satu putingnya kencang. Namun, dia menyukainya. Dia terkikik pelan dan hanya melangkahkan kakinya, mengikuti pergerakan dari Mark yang menggiringnya untuk masuk ke dalam kamar.
Sesampainya di dalam kamar. Mark melepas seluruh pakaiannya. Kaos basahnya yang terkena sperma dan keringat. Celana jeansnya yang juga sama bau sperma. Ia tanggalkan semua. Donghyuck hanya menyaksikannya. Menggigit bibir bawahnya dengan centil di atas ranjangnya.
"Daddiieehh, punya dadiieh bangun lagi." Donghyuck berseru saat melihat penis di selangkangan milik Mark sudah berdiri tegak dengan kokoh lagi. Matanya menatap benda itu dengan mata takjubnya. Terus memerhatikannya dengan mengigit satu jarinya nakal. Mark menghampiri bocah terangsang itu dengan penis mengacungnya. Meremasnya sesekali dan saat sudah sampai di depan wajah milik Donghyuck, Mark menjambak rambut itu.
"Dia bangun karena kau, baby." Mark mengelus bibir bawah milik Donghyuck menggunakan kepala penisnya. Menggesek kepala penis itu dengan teratur ke bibir merah miliknya.
"Sshh... benarkah? Memangnya baby berbuat apa sampai dia bangun?" Donghyuck mengeluarkan lidahnya. Matanya menatap Mark dengan intens. Menjilati penis itu sambil menatap mata tajam milik Mark, membuat tubuhnya meremang dan semakin terangsang.
Mark mengelus rambut milik Donghyuck. Menyisirnya ke belakang. "Karena kau sangat nakal. Jadi buat dia tidur dengan segera atau kau daddy hukum." Mark menyeringai. Tangannya bergerak memasukkan penisnya ke dalam mulut milik Donghyuck. Terus bergerak masuk sampai hampir mengenai pangkal tenggorokkannya.
Donghyuck mencoba menghisap benda itu. Memuaskannya dengan seluruh keahlian yang dimilikinya. Memijat bagian yang tidak masuk, meremas terstisnya, dan menyervis bagian yang ada di dalam mulutnya dengan menggunakan lidah.
Beberapa kali Donghyuck mengeluarkan penis itu dari dalam mulutnya. Menjilatinya dari bagian puncak hingga pangkalnya lalu turun menghisap bola kembarnya. Pahanya di bawah sana bergerak resah. Dia terangsang sendiri dengan perilakunya terhadap Mark. Ia menengok ke bawah, penisnya juga kembali tegang. Lubang analnya pun kembali berulah. Mulai berkedut gatal seolah meminta untuk diisi lagi.
"Ark!" Donghyuck memekik saat Mark mendadak menarik kepalanya dan menjambaknya dengan keras.
"Fokus, baby. Atau daddy akan sungguhan menghukummu." Mark berbisik tajam.
Donghyuck tidak merasa terancam. Dia malah menyeringai lalu mengeluarkan lidahnya untuk menjilat kepala penis milik Mark sebentar.
"Memangnya hukuman macam apa daddy? Ayo hukum saja. Baby suka dihukum kok." Seringainya semakin lebar. Matanya memicing tajam seolah menantang.
Mark meresponnya juga dengan seringai.
"Mau menantang daddy?" Mark mendorong tubuh milik Donghyuck menjadi terlentang di ranjang.
"Aw." Donghyuck memekik. Mark melebarkan pahanya, ia menengok ke bawah ingin melihat apa yang akan Mark lakukan pada tubuhnya.
"Lihat lubang ini. Nakal sekali." Mark menusuk lubang milik Donghyuck menggunakan jari telunjuknya. Bermaksud untuk menggodanya.
Donghyuck bergerak resah di ranjangnya. "Angh... di-dia memang nakalhhh anghh dad. Coba tusuk lebih dalamnn, siapa tahuu dia akanh jinak." Dengan beringasnya Donghyuck menggerakkan tubuhnya ke depan, berharap jari milik Mark akan semakin menusuknya dengan dalam.
Namun nihil. Bukannya semakin menusuk ke dalam, jari itu malah dicabut oleh Mark. Donghyuck mendesah kecewa. Mark berdiri dari berjongkoknya di depan selangkangan milik Donghyuck dan menyeringai padanya. Anak nakal dengan mulut kotor seperti Donghyuck memang patut untuk dihukum dan diberi pelajaran yang berat.
"Sepertinya baby sudah tidak sabar untuk dihukum ya?" Mark tersenyum miring. Dia berjalan santai menuju ke sisi ranjangnya yang lain, membungkuk di sana dan menarik sebuah kotak berisi banyak mainan.
Well, dengan mainan inilah bayi binal kelebihan hormon itu akan ia hukum.
"Daddy mau apa sama kotak mainannya baby?" Donghyuck bangun dari berbaringnya dan menatap Mark dengan seringaian. Ahh, permainan kinky dengan sex toys. Sempurna.
Mark menatap dingin ke arah Donghyuck. "Siapa yang menyuruhmu bangun, nakal? Berbaring, mengangkang dengan lebar setelah itu." Mark menarik sebuah tali berwarna hitam dari dalam kotaknya dan menghampiri Donghyuck setelahnya.
Donghyuck menurut. Tatapan dingin itu menghipnotisnya. Dia berbaring pasar, menekuk lututnya lalu mengangkang dengan lebar setelah itu. Dia melihat Mark menghampirinya. Dengan sebuah tali berwarna hitam yang terlihat lumayan panjang.
"Lentangkan tanganmu."
Donghyuck melentangkan tangannya. Dia merinding sesaat setelahnya ketika Mark naik ke atas ranjang dan menempatkan diri di depan selangkangannya yang terbuka lebar. Mark sempat menggoda penisnya sebentar, memerasnya pelan sebelum melayangkan tatapan dingin padanya.
"Kita lihat. Apakah bayi nakal ini akan suka dengan hukuman dari daddy atau tidak." Dengan menyeringai, Mark merangkak di atas tubuhnya. Menyeret penisnya yang panjang dan besar itu di atas permukaan perut sampai dadanya. Dia tidak tahu apa yang sedang pria itu ingin lakukan, sampai akhirnya sebuah tali yang mengikat tangannya di masing-masing sisi ranjang menjawab pertanyaannya.
"Kenapa tangan baby diikat." Donghyuck menggelinjangkan tubuhnya. Berusaha menggesekkan putingnya ke kepala penis milik Mark yang masih berada di atas dadanya. Dia mendongak ke atas melihat Mark sedang menatapnya dengan seringai.
"Kau mau ini?" Mark menggerakkan penisnya untuk menyerang puting milik Donghyuck dengan kepala penisnya yang mulai terasa keras.
"Aaahmm... enaakhh daddiih." Donghyuck memejamkan matanya. Kepala penis yang keras dan telah mengeluarkan cairan precum itu memberikan sensasi menggelikan yang cukup nikmat. Puncak putingnya basah. Dan dadanya juga tampak mengkilap karena perlakuam tersebut. Dia terus membusung-busungkan dada mencoba mencari sensasi berlebih dari sana namun Mark segera menghancurkannya. Pria itu menarik penisnya dan bangun dari tubuhnya.
"Aku ada untuk menghukummu, sayang. Bukan malah memberimu kenikmatan." Mark menyingkir dari ranjang lalu berdiri di depan selangkangan milik Donghyuck. Pria itu melipat tangannya, sedang berpikir kira-kira alat apa yang harus ia pasangkan pada tubuh milik lacur yang satu ini.
Sebuah beaded butt plug, alat penggetar anus Mark ambil dari dalam kotaknya. Menatap benda berukuran tidak terlalu besar dengan panjang sekitar 22 senti itu dengan mata memicing. Permukaanya bergelombang serta bergerigi. Ia pikir ini cocok untuk dipakainya menyiksa lubang milik kekasihnya. Dia bergerak maju lalu melebarkan paha milik bocah itu.
"Aahhkk... dadiiehh, mainan itu?" Donghyuck bergerak resah saat Mark menggerakkan benda itu masuk menerobos analnya yang masih becek. Dia sesekali mendesah keenakan. Permukaan benda itu yang kecil namun bergelombang membuat sekitaran rektumnya terangsang dengan hebat. Ditambah ada semacam gerigi-gerigi kecil yang ia rasakan menggelitik lubangnya membuat ia jadi semakin tak terkendali.
"Kau akan suka, nakal." Mark terus mendorongnya. Memasukkannya secara keseluruhan sampai ke pangkalnya.
"Aahh... ahhh..." Donghyuck meremat tali yang mengikat tangannya dengan erat. Di bawah sana, benda itu sudah masuk secara keseluruhan dan menancap dengan begitu dalam. Sensasinya begitu membuat lubangnya jadi terasa gatal, bentuknya tidak terlalu besar tak sampai memenuhinya namun gesekaannya benar-benar melumpuhkan. Rektumnya jadi sangat gatal karena hal itu.
Donghyuck melihat Mark menunduk di bawah ranjang, pria itu mengambil sebuah remot kontrol. Ia pikir remot itulah yang akan mengontrol alat di dalam lubangnya tersebut.
"Anak manis, aku menantangmu untuk jangan mendesah selama lima menit atau sedikitnya tiga menit. Kalau kau mampu melakukannya maka aku akan segera menuruti apapun yang kau inginkan. Tapi jika kau tidak bisa. Maka jangan menyesal. Aku akan menyiksamu habis-habisan setelah ini."
"!" Donghyuck menegang. Benda di dalam anusnya bergetar dengan penuh nikmat. Bentuknya yang bergelombang dengan permukaan yang memiliki sebuah gerigi-gerigi kecil menciptakan sebuah sinergi seksual yang dahsyat saat sedang bergetar. Menggelitik dinding-dinding rektumnya dengan merata. Merangsangnya dengan hebat dan luar biasa. Donghyuck memejamkan matanya dengan erat. Sensasinya terasa begitu nikmat.
Mark menyeringai melihat Donghyuck tampak begitu payah menangani gelombang kenikmatan ini. "Jangan tutup pahamu. Biarkan dia terbuka, manis." Mark mengiterupsi aksi Donghyuck yang keresahan ingin menutup pahanya.
Donghyuck merasakan tubuhnya tersentak-sentak dengan hebat. Puncak benda itu yang lancip namun lembut terasa seperti sedang mengebor prostatnya. Terus menyeruak masuk dan mendesak untuk menjebolnya. Begitu menyiksa. Donghyuck ingin mendesah namun kala mengingat Mark sudah mengiming-iminginya sesuatu yang menggairahkan maka ia langsung urung. Ia harus kuat. Ia yakin ia pasti bisa. Dengan memejamkan matanya erat, mati-matian dia menahan desahannya supaya tidak keluar.
Mark tidak membiarkan hal itu terjadi. Dia menaikkan volume getar dari benda itu dan langsung membuat Donghyuck membusurkan punggungnya dengan indah sambil menggigit bibir bawahnya kencang. Tekadnya besar sekali.
"Hampir dua menit sayang. Aku akan terus menaikkan volume getarnya sampai maksimal." Mark menekan angka delapan, menaikkan satu volume getarannya.
"Mmmhhh...!" Donghyuck menggelengkan kepalanya dengan gila. Getarannya semakin menggila dan sesuatu yang bergerigi di dalam sana juga semakin nakal mengerjai dinding rektumnya. Permukaan prostatnya yang mungkin sudah babak belur kini terasa semakin nikmat saat puncak lancip benda itu semakin menyodoknya dengan gerakan membabi-buta. Arkh! Dia tidak tahan. Waktu cepatlah berlalu!
Mark menekan angka sembilan.
"Tiga puluh detik lagi kau berhasil." Mark meletakkan remotnya ke atas ranjang. Dia mengambil alat lain dari dalam kotaknya. Mengambil sebuah dildo dan vibrator. Menimang-nimang apakah ia akan memasukkan benda itu ke dalam anus milik Donghyuck atau tidak.
"Tiga menit berlalu, sayang. Kau boleh mendesah sekarang." Mark mengucapkannya dengan cuek dan tidak mengeluarkan benda itu dari dalam anus milik Donghyuck. Jangankan melepaskan, menghentikan getarannya pun tidak.
"Dhaadhh gelii arkhh...aaakhhh!" Donghyuck menggelinjang dan bergerak dengan resah di atas ranjang. Sementara Mark hanya memandanginya dan berniat menyetel volume getarnya sampai batas maksimal.
"Aaahhh! DAAAHHHHDDDHH!" Donghyuck berteriak gila ketika benda itu sudah bergetar dengan getaran yang menggila. Lebih kencang dari yang sebelum-sebelumnya dan bahkan benda itu terasa seperti sedang berputar-putar gila di dalam analnya.
"Bagaimana? Nikmat?" Mark melempar vibrator dan dildonya ke ranjang lalu beralih mengambil sebuah cambuk dari dalam kotak. "Kau sangat nakal, bocah." Mark memukul paha milik Donghyuck dengan cambuknya membuat orangnya langsung memekik.
"Sekarang kau mau apa sebagai hadiah." Mark duduk di depan selangkanga milik Donghyuck lalu memeras testis milik bocah itu dengan kencang.
Donghyuck menatap ke arah selangkangannya sambil menggeleng. Getaran di dalam analnya memancing ia untuk segera berejakulasi. "Daadhh... keluuarkaaaan! Bendaah ituu!" Jerit Donghyuck merasa tidak tahan dengan sensasinya yang terlampau nikmat namun menyiksa.
"Daaahhdd! Akh- akh! Ak-ku aarghh!" Bersamaan dengan keluarnya benda itu Donghyuck menjemput klimaksnya. Bocah itu mendongak dengan tinggi dan tubuhnya mengejang selama beberapa kali saat cairan spermanya membludak dengan dahsyat membasahi paha beserta sprei tidur milik Mark.
Mark mencolek cairan itu lalu menjilatnya. "Puas dengan pelepasanmu, hm?" Tanyanya kepada Donghyuck yang saat ini sedang sibuk menetralkan napasnya yang memburu.
"Hah... haaahhh..." Dada milik Donghyuck naik-turun. Napasnya tidak beraturan. Dan jantungnya berdegup dengan kencang.
"Daddy, yang tadi itu sangat menakjubkan." Donghyuck menengok kepada Mark yang sampai saat ini masih berada di depan selangkangannya dengan sebuah seringaian ulung.
"Daddy, lain kali main itu lagi ya? Biar lubang milik baby terpuaskan." Nakalnya sambil menyampirkan satu kakinya di atas bahu milik Mark. "Dad? Tidak lupa dengan janjimu kan? Kau bilang kau akan menuruti apapun yang kumau?" Donghyuck menarik bahu milik Mark. Meminta pria itu untuk menindih dan mengurung tubuh miliknya.
"Ya. Apapun." Mark menatap Donghyuck yang ada di bawahnya dengan senyuman miring lalu menunduk untuk melumat kedua belah bibir itu lama. Tangannya bergerak menggerayangi tubuh basah milik Donghyuck, merabanya dengan sensual dan sesekali juga menggoda beberapa titik sensitifnya.
"Auhm... ahmm.." Donghyuck bergumam resah saat merasakan tangan milik Mark bergerak dengan amat kasar di sepanjang tulang ekornya. Rasanya begitu sulit dijabarkan, seperti mengalirkan beribu sengatan mematikan pada bagian tubuhnya yang lain.
"Kalau begitu. Masukkan penis daddy lagi ke dalam." Donghyuck melepaskan lumatan milik Mark dari bibirnya. Dia menyeringai. Saling tatap dengan Mark lalu menjulurkan lidahnya untuk menjilat bibir bawah milik pria itu.
Mark membalasnya dengan seringai. "Kalau begitu. Buka kakimu dengan lebar, sayang. Kau harus bersiap untuk menerima serangan bertubi dariku, paham?" Dia bangun. Duduk kembali di depan selangkangan milik Donghyuck. Tangannya bergerak membuka kedua kaki itu dengan selebarnya-lebarnya.
"Memangnya serangan bertubi dari daddy sehebat apa?" Donghyuck berceletuk ringan sembari menunggu Mark memasuki lubang gatalnya.
Mark memakai lelehan sperma milik Donghyuck di pahanya untuk melumasi penisnya supaya bisa meberobos lubang anus itu dengan mudah. "Kau sudah sering merasakannya, baby." Mark melumuri seluruh permukaan penisnya, dari atas sampai bawah. Semuanya merata.
"Unghh? Kapan? Baby belum pernah merasakannya dad. Ini yang pertama kalinya baby mengangkang seperti ini untuk daddy." Donghyuck tak berhenti menggoda dengan suara nyaring bak anak kecil miliknya.
Mark diam, memilih untuk mengabaikannya lalu menatap lubang milik Donghyuck yang sudah berkedut-kedut di depannya. Dengan menyeringai, dia mendekati lubang itu dan menggodanya dengan memasukkan satu jarinya ke dalam sana.
"Benarkah baru kali ini? Tapi lihat ini, lubangmu tidak bisa bohong sayang. Lubangmu berkedut gila, seakan sedang menjerit jika ia begitu merindu pada penis milik daddy." Mark menusuk-nusuk lubang itu dengan jarinya. Memasukkan keseluruhan jarinya ke dalam sana dan memaju-mundurkannya dengam tempo yang cepat.
"Unghh!" Jalang. Satu jari saja Donghyuck sudah dibuat merasa resah dan bergetar.
"Uhmm... tapi baby tidak bohoong daadhh.. baby belumm pernah merasakan kehebatan penis daddiieehh di dalaammm." Ucapnya sayu sambil menjilati bibir bawahnya yang basah.
"Jadi daddhiieehh ayo masukkaann, beri tahu baby sehebaath aakhh, daddiieehh lebih dalam!" Donghyuck meracau saat Mark menambah satu jarinya dan menggoda prostatnya dengan kedua jari itu. Mencolek permukaan prostatnya lalu menusuk-nusuknya dengan jahil, menyebabkan sekujur tubuhnya jadi merinding merasakan sensasi rasa geli itu.
Mark mencabut jarinya. Mulai menggosokkan kepala penisnya di atas lubang milik Donghyuck yang memerah dan cukup basah. Donghyuck di atas sana mengantisipasi, dia menggigit bibir bawahnya, bersiap untuk menerima benda panjang-besar-berurat milik Mark merasuki dan memenuhi lubangnya.
"Daddiieehh... punya daddiih panjaang." Donghyuck merasakan napasnya memburu di saat penis milik Mark masih belum juga masuk secara keseluruhan. Dia menengok ke bawah, Mark masih berusaha mendorong genitalnya. Dan pria itu terlihat begitu gagah di matanya, membuat dia yang melihatnya jadi merasa semakin kepanasan. Napsunya kembali tersulut melihat tubuh kekar milik Mark berkeringat. Basah dan licin, sangat sexy.
"Punya daddy panjang karena itu cocok dengan lubangmu yang lapar, sayang." Mark menatap Donghyuck dengan tajam setelah berhasil memasukkan penis kebanggaannya ke dalam lubang sempit milik pacarnya itu.
Donghyuck yang ditatapi setajam itu oleh Mark langsung merinding bulu romanya. Rasanya seperti terbakar. Tubuhnya seakan-akan di kelilingi oleh api napsu yang membara. Yang memaksanya untuk meraung dengan hebat karena kenikmatan yang dirasakannya terlalu berkobar dengan dahsyat.
"Uuhhngh!" Tubuh milik Donghyuck langsung tersentak dan terlonjak-lonjak dengan hebat di atas ranjang saat Mark langsung dan lagi-lagi menyodoknya dengan tanpa aba-aba. Pria itu akan selalu tanpa permisi dan peringatan seperti ini jika sudah memasukinya. Bergerak liar tanpa tahu muara dengan gerakan yang begitu mendadak.
"Aakhh... aakhhh...!" Mark menyentak lubangnya dengan liar. Kedua bongkahan pantatnya ditangkup, diremat keras dan berkali-kali didorong ke depan, saling menyambut dengan gerakan keluar-masuk dari Mark. Hal itu menimbulkan sensasi yang begitu hebat di dalam sana. Kepala penis yang keras itu menyeruduk prostatnya dengan kencang. Menyebabkan ia langsung menggelinjang dengan hebat dan mendesah dengan kacau.
Sensasi membara yang begitu membakar menyelimuti tubuhnya seiring dengan sodokan keras yang diterimanya dari Mark. "Aakhh... daddiieehh hebaat.. daddieehh lebiihh cepaatt!"
Donghyuck merasakan tangannya memerah akibat pergerakan liarnya. Dia melihat kedua tangan terikatnya dengan silih berganti. Dia tidak mau ikatannya dilepas. Sensasi bercinta dengan diikat seperti ini benar-benar menaikkan libido. Tapi di sisi lain, ia juga kurang bebas bergerak, kurang leluasa memanja tubuhnya sendiri.
"Aakhhhh daddiieeh, saangaat cepaat!" Di tengah kemelut dilemmanya, Donghyuck kembali tersentak dengan hebat saat Mark semakin mempercepat gerakannya serta rematan pantatnya. Pria itu menyiksa lubangnya dengan ahli. Mengerjai lubangnya dengan habis-habisan menggunakan penis perkasa miliknya. Serta merajam pantatnya dengan tanpa ampun menggunakan rematan sadisnya.
"AAAKH... AKHHH... Daddiieeh yang terbaiiikkh!" Lautan rasa nikmat kembali menyelimuti tubuhnya. Mark menyentak dengan hebat. Menghentak prostatnya dengan kencang. Gerakannya begitu nikmat, cepat-keras-tepat. Membuat prostatnya merasa begitu terpuaskan.
"Ahhmm... aahhkmmm!" Donghyuck mendesah hebat sambil merem-melek karena terlalu keenakan.
Pemandangan ini membuat Mark tersenyum puas. Dia bergerak menjadi semakin liar, terus menyodoknya dengan hebat sampai akhirnya Donghyuck merasa untuk lebih baik menyerah saja karena kubangan nikmat ini benar-benar terlampau gila.
"Punyamu sepertinya akan keluar lagi, baby." Mark menyampirkan satu paha milik Donghyuck ke atas bahunya, dan setelah itu, dengan bertumpu kepada kedua lututnya dia kembali bergerak maju-mundur dengan lebih cepat dan keras. Tanpa ampun mengeroyok prostat milik Donghyuck yang mungkin di dalam sana sedang berpesta dengan gila karena kenikmatan.
"AKH... AKHH... AAKHHHH lebihh dalaaaamm!" Tanpa lelah desahan milik Donghyuck terdengar begitu gila dan hebat. Jari-jari kakinya mengerat dengan kuat ketika sensasi memabukkan kala prostatnya ditumbuk benar-benar membuatnya lupa diri.
Di bawah sana, penis milik Donghyuck yang sepertinya akan mengeluarkan sarinya lagi dengan baiknya diremas oleh Mark. Digoyangkan dengan kacau untuk memancing ejakulasinya mendekat. Ia terus menstimulasinya hebat dengan sentuhannya, sampai akhirnya tak butuh waktu lama Donghyuck kembali keluar untuk yang keempat kalinya pada pagi ini.
"AAARRGHHHHH!" Dia mendesah panjang karena klimaksnya begitu dahsyat. Sarinya keluar dengan deras. Membanjiri permukaan tubuhnya dengan lancang.
Banjiran sperma itu dimanfaatkan oleh Mark. Pria itu melumurkan sperma itu ke tubuh milik Donghyuck. Meratakannya dari perut, dada, sampai ke lehernya. Hal itupun sukses membuat tubuh milik Donghyuck jadi mengkilap dengan sempurna.
Selesai menghias tubuh milik Donghyuck dengan sperma, Mark menundukkan tubuhnya. Menyerang tubuh milik sang pacar dengan jilatan kasarnya. Tempo hentakannya masih belum berubah. Donghyuck pun juga masih mendesah dengan gila. Dan ditambah dengan jilatannya pada tubuh sintal itu, Donghyuck pun lantas semakin mengeraskan suara desahannya dengan brutal.
"Ouuhhh daddiieehhh hisaapp!" Donghyuck memejamkan matanya erat saat Mark menghisap tulang rusuknya, berniat untuk membuat tanda di sana. Keringat membanjiri tubuhnya, rambutnya pun juga telah basah dan lepek akibat keringat yang berhamburan keluar itu. Wajahnya basah, rambutnya turun dan menjuntai di atas dahinya dengan berantakan. Penampilannya benar-benar kacau.
"Ungh!" Mark mengeram tajam sambil menggertakkan giginya. Ia menegakkan tubuhnya kembali, menghentikan jilatannya pada tubuh milik Donghyuck. Di bawah sana, lubang milik pacarnya berkedut dan mengetat dengan heboh, membuat dia jadi tidak fokus untuk membuat hickey.
"Sialan!" Umpatnya dengan dingin sebelum menggerakkan pinggulnya dengan semakin keras. Lubang sialan. Nikmatnya bukan main. Cari gara-gara dengan menggodanya. Sekarang rasakan serangannya ini.
"AAAHHKKK... DADDIIHH! PELAN SE-SEDIKITT!" Donghyuck sama hebatnya dalam hal meracau ketika sodokan di dalam lubangnya terasa terlalu berlebihan cepatnya. Ia ingin mencengkeram sesuatu sebagai pelampiasan ketika prostatnya terasa begitu remuk akibat sodokan dari Mark yang terlampau gila.
"Aahh yaaaa teruuss daddieehh di sanaaahh!" Meski kewalahan membendung kenikmatan yang mendera tubuh, Donghyuck mencoba untuk terus menikmatinya. Menghayatinya dengan keras dan mati-matian menahan diri supaya tidak mati kenikmatan.
"OUUHHH!"
"AAAAKHHHA!"
Terus seperti itu sampai dirasa Mark telah dekat dengan ejakulasinya. Ukurannya semakin membesar dan Mark juga semakin tidak terkontrol mengoyak lubangnya. Donghyuck mengetatkan lubangnya, memancing penis itu supaya segera mengeluarkan sarinya. Lubang pantatnya sudah terasa sangat panas karena suhu tubuh miliknya dan Mark terus naik.
"Akh... akhh...!" Untuk beberapa pekikan kecil terakhir dari Donghyuck, akhirnya Mark menyemprotkan juga spermanya di dalam sana. Donghyuck mendesah lega dengan tubuh merinding bak dikerubungi ribuan semut akibat sensasi luar biasa dari lelehan sperma di dalamnya. Dan Mark menggeram dengan keras ketika penisnya mengeluarkan spermanya dengan begitu deras di dalam lubang ketat itu.
"Hahh... hah... hahhh.." Donghyuck bernapas dengan putus-putus, begitupun Mark.
"Dadh?" Donghyuck memecah hening dengan bersuara. Dia memanggil Mark lalu pria itu menoleh dan mengangkat kepalanya kepada sang pacar.
"Apa?" Tanya Mark sambil menarik penisnya keluar.
Sambil memejamkan mata. Donghyuck hanya menyengir pelan kepada Mark. Melihat ini membuat Mark megerutkan dahinya di tengah aktivitasnya melepas ikatan di tangan anak itu.
"Kau sehat, Lee Donghyuck?" Ucapnya dengan alis bertaut lalu membaringkan tubuhnya di sisi sang pacar. Sedikit beristirahat sebelum melanjutkan sesi olahraga ranjang mereka pada hari ini yang sebenarnya masih panjang.
Donghyuck menggeleng pelan lalu lagi-lagi mengeluarkan cengiran lebarnya sambil terkekeh. Dia bergerak agresif kepada Mark dan memeluknya dengan erat.
"Tentu saja aku sehat, Mark Lee." Bisiknya pada pria itu sambil memeluk lehernya kuat. "Sangat sehat sampai rasanya ingin terus kau kasari di ranjang. Hihihi." Bocah itu terkikik nyaring, lalu tak selang lama dia merasakan Mark membalas pelukannya.
"Dasar." Balas Mark dengan dingin. Dia menepuk kepala milik Donghyuck yang bersandar di dadanya dengan pelan. "Kau tidak lapar." Dia bertanya tapi kalimatnya terlampau datar. Untung Donghyuck sudah hapal jadi dia tidak merasa heran lagi.
"Hm." Gumamnya. "Aku lapar tapi aku mengantuk tapi aku ingin makan tapi aku juga ingin tidur." Jawabnya dengan lesu. Pukul setengah empat dini hari tadi ia baru tidur. Tidak ada tiga jam ia tidur kemarin dan itu membuatnya jadi benar-benar mengantuk pada pagi ini.
"Sejujurnya aku ingin makan. Kau ikut tidak." Mark melepaskan pelukannya pada Donghyuck. Pria itu berdiri dari ranjang, menunggu beberapa saat sebelum berjalan keluar kamar menuju ke dapur setelah Donghyuck tidak meresponnya.
"Aku mau tidur saja." Ucap Donghyuck malas. Membiarkan Mark pergi meninggalkannya dengan begitu saja.
Di perjalanannya Mark hanya mengedikkan bahu. Sejujurnya dia hanya butuh makan, Donghyuck mau ikut makan atau tidak itu bukan urusannya. Masa bodoh.
Tapi, tak sampai lima belas menit setelahnya, Donghyuck bangun dari berbaringanya. Dia beranjak dari ranjangnya dengan brutal lalu segera menyusul Mark ke dapur. Meski pantatnya terasa sedikit sakit, tapi dia bebal untuk memedulikannya dan malah berlari dengan seenaknya ke dapur.
Di dapur dia tidak menemukan Mark. Ruangan itu kosong. Donghyuck menaikkan satu alisnya lalu berjalan ke kulkas, mengambil sebuah susu kotak rasa cokelat dan meminumnya. Sayup-sayup telinganya menangkap suara tv terdengar. Dia berbinar setelahnya, Mark pasti sedang nonton tv. Maka dengan hati ceria dia berjalan ke arah ruang tamu.
Sesampainya di sana. Dia melihat Mark sedang menonton tv sambil mengunyah roti gandumnya, dengan tubuh telanjang? Mark suduk santai di sofa dengan telanjang. Tanpa sehelaipun pakaian. Donghyuck tersenyum licik. Kondisi Mark juga sama dengan dirinya. Sejak tadi dia riwa-riwi juga dengan tubuh yang telanjang. Pikirnya untuk apa pakai baju kalau mereka akan lanjut bercinta lagi.
"Daadddiieehh."
Berniat melanjutkan sesi bercinta sekarang?
Donghyuck memanggil dengan logat anal kecil lalu berjalan menghampiri Mark yang hanya menatapnya dengan sekilas sebelum kembali fokus pada layar tv. Donghyuck mencebikkan bibir dengan kesal. Dia diabaikan oleh daddy-nya yang tampan dan perkasa.
"Daddyyyy..." Donghyuck sudah sampai di dekat Mark, segera ia membuka paha milik Mark lebar dan duduk di tengah-tengahnya. Ia menyandarkan punggungnya dengan manja di dada milik Mark lalu berlagak ikut nonton tv.
"Makan." Mark merobek roti gandumnya lalu menjejalkannya dengan asal ke dalam mulut milik Donghyuck. Donghyuck yang diperlakukan seperti itu langsung menggerutu sebal meski pada akhirnya ia tetap mengunyahnya juga. Sebenarnya dia sudah biasa diperlakukan seperti ini oleh orang itu. Jadi ya mau bagaimana lagi. Ia terima-terima saja dengan hal itu.
"Berhenti menggerakkan pantatmu, Hyuck." Mark memeringati sambil kembali menjejali mulut Donghyuck dengan roti gandum ketika pantat bocah itu terus bergerak nakal tanpa tahu etika di depan penisnya.
Donghyuck hanya mengunyah rotinya dengan santai dan masih keras kepala menggerakkan pantatnya, menggoda penis milik Mark yang berada tepat di delakangnya. Biarkan saja. Mari ganggu dia dan buat penisnya kembali berdiri lagi. Lalu setelah itu mereka akan segera bercinta lagi.
Kenapa dia terdengar seperti maniak? Tapi tak apa. Hanya untuk sehari ini saja dia jadi maniak. Tenang, tak apa itu bukan masalah.
"Daddy aaaaaaa." Donghyuck mendongak, minta disuapi lagi, dan lagi-lagi langsung dijejali dengan asal oleh Mark. Menerima perlakuan ini membuat Donghyuck merasa kesal. Dia menggerakkan pantatnya kembali. Kali ini dengan semakin nakal. Bergerak maju-mundur dan berputar dengan seenaknya di depan penis milik Mark.
Pelan-pelan Donghyuck mulai merasakan efek goyangannya. Penis milik Mark terasa mulai mengeras dan sebentar lagi pasti akan menegang. Unch, favoritnya.
"Dad, punya daddy keras, ya." Dia mengedipkan matanya jahil dan direspon oleh Mark dengan tatapan tajamnya.
"Kenapa? Kau suka, kan?" Lalu Mark menyeringai. Membuang roti gandumnya yang masih tersisa banyak ke meja yang ada di depan mereka.
"Apa lubang milikmu sudah meraung-raung minta diisi lagi, sayang?" Mark mengangkat satu kakinya, menimpa paha milik Donghyuck dan segera menarik kaki itu untuk melebar.
Donghyuck membiarkan kakinya dilebarkan oleh Mark dengan begitu saja. Kepalanya terdongak dan dia mencuri satu jilatan basah di rahang tegas milik kekasihnya. "Iya daddy. Lubangnya kembali lapar. Dia nakal. Selalu minta diisi dan diisi. Kalau tidak dituruti pasti akan terasa gatal dan tiba-tiba saja berkedut ingin menelan sesuatu."
Donghyuck bermanja pada Mark. Tangan milik Mark yang ada di sisi tubuhnya ia tarik dan ia arahnya ke dalam selangkangannya yang saat ini sudah terbuka dengan lebar. Donghyuck mengarahkan tangan kanan milik Mark untuk bergerak turun dan menyapa lubang analnya.
"Rasakan daddy. Lubang itu sudah gatal sekali, ditambah tadi cairan daddy masih tersisa di sana, rasanya ingin sekali kembali dipenuhi oleh sesuatu." Donghyuck memasang wajah sedih namun langsung berubah menjadi meringis saat merasakan jari-jari milik Mark mulai bergerak di depan lubangnya.
Merasa posisi mereka kurang nyaman. Mark mengangkat Donghyuck lalu membanting tubuh itu ke atas sofa. Dia melebarkan kaki indah milik kekasihnya itu lalu segera menenggelamkan kepalanya di sana.
"Anghh... daddiehh mau apa?" Donghyuck keenakan. Dengan meletakkan kepalanya di lengan sofa ia melebarkan kakinya. Membiarkan satu kakinya terjatuh di lantai dan yang satunya lagi terangkat ke atas menempati sandaran sofa. Di bawah sana, kepala milik Mark bergerak-gerak liar memanja selangkangannya. Mengoral penis dan juga memuluti lubangnya.
"Angh... daddiieehh!" Kepalanya terdongak dan tangannya bergerak turun menjambak rambut milik Mark dengan kasar. Sensasinya, ketika testis beserta pangkal penisnya dihisap, sungguh nikmat.
Mark mengangkat kepalanya. Selangkangan milik Donghyuck sudah basah oleh liurnya di bawah sana. Dengan menyeringai, Mark bergerak meremas penisnya sendiri di depan lubang milik Donghyuck.
"Aku pikir tak perlu foreplay jika yang sejak tadi kau inginkam hanyalah ditusuk." Mark tersenyum miring. Dia menggerakkan penisnya di depan lubang anus milik bocah itu. Menggosoknya pelan-pelan sebelum mulai bergerak maju untuk menerobosnya.
Donghyuck meremat sisi sofa di kanan-kiri tubuhnya dengan keras. Rasanya selalu sama. Tak pernah beda. Sensasi ketika lubangnya terbuka dan menyambut kedatangan kepala penis milik Mark yang basah. Selalu menggelitik dan membuat sesuatu di bawah pusarnya seperti diaduk-aduk.
"Punya daddieh makin besar, ya? Kok masuknya makin susaah." Donghyuck ikut memajukan tubuhnya, berusaha membantu Mark untuk memasukkan benda pusaka itu ke dalam lubangnya.
Mark menampar pipi pantat milik Donghyuck. "Kau yang nakal mengetatkan lubangmu, manis. Sedikit rileks supaya bisa cepat masuk." Ucapnya sambil mendorong ke depan kedua pantat milik Donghyuck hingga akhirnya tertanam sudah seluruh permukaan penisnya di dalam lubang panas itu.
"Lubangmu masih becek." Komentar Mark ketika merasakan lubang milik Donghyuck masih licin oleh cairan sperma yang sebelumnya.
Donghyuck tersenyum nakal. "Biarkan saja. Biar semakin enak daddy -aaakhh! Daddieehh selalu begituhh! AKHH... AKHH...!" Tak sempat Donghyuck melanjutkan kalimatnya Mark dengan tanpa pemberitahuannya langsung menggerakkan penisnya dengan keras di dalam lubangnya.
Donghyuck semakin melebarkan kakinya. Dia meremat pahanya sendiri dengan kencang untuk melampiaskan rasa nikmat yang kembali mendera tubuh dengan tanpa henti. Hentakan cepat-keras-tepat itu sekali lagi ia rasakan. Gelenyarnya masih sama. Masih sama-sama nikmat dan menggairahkan.
Mark menunduk. Dia menarik kepala milik Donghyuck untuk berciuman. Donghyuck dengan beringas langsung menurutinya. Dia mencium bibir milik Mark. Meladeni lumatannya dengan pandai. Lalu membuka mulutnya dengan kasual ketika lidah milik Mark mendesak untuk masuk.
Mereka saling berciuman dengan panas. Suara kecipak saliva yang terdengar saling bersahutan dengan suara gesekan kulit di selangkangan mereka memenuhi ruang tamu apartemen mewah ini. Lidahnya dengan Mark terus beradu, saling melilit dan membelit satu sama lain. Pinggul mereka di bawah sana juga saling bergerak maju-mundur saling mengejar kenikmatan.
"Erhumm... arhmm...!" Donghyuck menggeram nikmat. Salivanya belelehan di leher dan dagu.
Tak selang lama. Karena kebutuhan oksigen, Donghyuck melepaskan ciuman itu dan kembali hanya fokus pada gempuran nikmat di selangkangannya. Dia mendesah dengan kacau setelah itu.
"Aaakhh... dadiieehh... teruusss!" Ia memacu Mark supaya semakin brutal menyodoknya. Lubang analnya yang basah seakan menjadi pendukung terhadap kenikmatannya. Keadaan basah dan licin benar-benar memudahkan pergerakan dari penis milik Mark untuk menghajar penis miliknya.
"AKHH... MMMHHMAAARRRKK!" Donghyuck melupakan alur kinky-nya saat mendadak Mark melahap putingnya tanpa permisi. Tubuhnya terasa semakin sensitif. Sentuhan nikmat di mana-mana membuat dirinya mudah menggelinjang dengan hebat.
"Ouhchh... ouchhhh...!" Hampir lima menit berlalu dan dia mulai kesulitan mengambil napas ketika sodokan dari Mark yang mengerjai prostat sensitifnya sama sekali tidak mengendur. Malah kebalikannya. Pria itu semakin kasar menusuknya sambil menyusu di kedua putingnya secara bergantian.
"Aaahhh...!" Mark duduk. Mendadak merubah posisi mereka. Dia yang tadi terlentang di sofa diangkat lalu dipaksa untuk duduk di atas pangkuannya. Hal itu sontak membuat sesuatu yang menusuk lubangnya jadi terasa semakin menyodok ke dalam.
"Ouhh... daddieehh kita ganti posisi?" Donghyuck bersiap dengan posisinya. Dia membuka kakinya lebar, menekuk lututnya dengan kuat serta memegang bahu milik Mark keras.
"Aahrrg... arghhh..." Dengan pasti dia menaik-turunkan tubuhnya di atas pangkuan milik Mark. Dia menumbuk-numbuk prostatnya dengan penis berdiri di dalam lubangnya itu dengan gerakan pelan, jauh beda dengan Mark yang mampu menyodoknya keras bahkan sampai membuat dia jadi hampir kehabisan napas. Lagipula dia juga sudah lemas.
"Akhh... akhh... inihhh aahh... bantuuu babiieeh daadh!" Donghyuck merasa kenikmatannya kurang berarti ketika tusukannya itu tidak bertenaga sama sekali. Dia meletakkan tangan milik Mark di pinggulnya, menyuruh pria itu untuk membantunya bergerak maju-mundur atau naik-turun.
Mark mengambil alih. Dia menguasai pinggul milik Donghyuck lalu menggerakkannya naik-turun bersamaan dengan tusukannya yang keras. Mark juga ikut bergerak untuk menyambut pergerakan dari pinggul milik Donghyuck. Ia bergerak berlawanan arah. Menghentaknya dengan kuat di saat pinggul milik Donghyuck ia dorong turun.
"Aaakhhh!" Donghyuck langsung keenakan. Dia merasa antusias mendapatkan sensasi kenikmatan tiada tara itu kembali membelenggu tubuhnya.
"Raashaanyaaa dalam daadd! AARRHKK!" Donghyuck menjerit saat penisnya mengeluarkan cairan ejakulasi tanpa terduga. Cairan itu meleleh keluar. Membasahi tubuh milik Mark.
Saat berejakulasi, dinding rektum milik Donghyuck berkontraksi. Dinding itu berkedut-kedut dan mengetat dengan sangat nakal. Membuat Mark yang penisnya bersarang di dalam sana merasa termanjakan. Rasa panas dan desahan gila dari Donghyuck membuat ia merasa semakin terbakar libidonya. Dia kembali mengubah posisi mereka. Kali ini dia membanting tubuh milik Donghyuck dengan kasar ke sofa dan menindihnya dengan segera sebelum kembali menyodok lubangnya.
"AAKHH... AKH... AKHH... DADDHHH LEBIHH KERASSHH!" Donghyuck kembali meracau gila. Meminta untuk diberi kenikmatan yang lebih. Dia membuka matanya. Senang melihat Mark tampak begitu perkasa menggagahinya. Pria itu bergerak liar dengan jantan menusuk lubangnya. Menggeram dalam dengan sexy saat merasakan sensasi lubang panasnya mengetat. Akh. Benar-benar erotis.
Waktu mulai berlalu dengan cepat, saat ini Donghyuck sudah merasakan penis milik Mark membesar di dalam sana. Dia meremas bantal sofa di samping tubuhnya dengan kencang karena Mark pasti akan semakin brutal menggenjotnya jika sedang mengejar klimaks.
"Daddiieehh kaauuhh sangaatt aakhh... gagaaah!" Dia terus memacu Mark dengan kalimat nakalnya. Dengan kaki mengangkang lebar, dia begitu bahagia menyambut sodokan dari Mark. Penis panjang di dalam lubangnya, volumenya terasa semakin bertambah. Melonggarkan lubangnya, menggoda seluruh dinding rektumnya dengan urat-urat tajamnya, dan menghajar habis prostat haus sodokan miliknya dengan sentakan kuat. Akhh...
"Aakhh... dadd -daadhh Arrhhhhhhhh!" Donghyuck mendesah panjang. Lagi-lagi Mark membanjiri lubangnya dengan sperma panas miliknya. Cairan itu meluber. Membasahi seluruh permukaan lubangnya sampai benar-benar licin dan terlihat sangat mudah dimasuki oleh sesuatu.
Mark masih menggerakkan penisnya maju-mundur di lubang milik Donghyuck. Menyebabkan cairan sperma yang ada di dalam sana muncrat keluar dan membasahi selangkangan mereka.
"Euhmmm sudaahh duluuu... keluarrr!" Donghyuck merasa geli. Dia menggelinjang supaya Mark mengeluarkan penisnya dengan segera sebelum lubang itu berkedut lagi. Tapi Mark tidak memedulikannya. Dia tetap menggerakkan penisnya dengan pelan sampai-sampai penis itu kembali tegang lagi.
"Lubangmu berkedut, penisku tegang lagi. Kombinasi yang pas, baby." Mark menyeringai. Dan Donghyuck langsung meremang saat melihatnya. Dia suka dengan kalimat itu. Lubangnya yang kembali berkedut dipertemukan dengan penis milik Mark yang sudah tegang lagi. Sempurna.
"Aakhh! Kalauhh begitu lanjutkan saja daadhhh!"
"AAKHH... AAKHH... AKHH...!"
Cepat-keras-tepat. Genjotan dari Mark memang yang terhebat. Akh. Prostatnya di dalam sana, dia yakin selama beberapa jam ke depan prostat itu pasti sedang sibuk berpesta hura karena terus disapa oleh sentakan dari kepala penis milik Mark yang keras.
Dasar!
"Leebihh dalaam daadhhh!"
"AKKKHHH BEGITUUUHH!"
Dan sepanjang hari itupun hanya dihabiskan oleh mereka untuk bercinta.
Bercinta.
Bercinta.
Terus bercinta.
Sampai Donghyuck merasakan pinggangnya akan remuk. Remuk. Hancur.
.
.
.
END
.
EPILOGUE.
.
.
Sedikit bocoran. Mark itu bukan pengangguran. Dia hanya seorang pria tampan anak orang kaya yang memiliki pekerjaan berat.
Yaitu menghabiskan harta kedua orangtuanya.
Begitu perintah dari ayah dan ibunya.
Dan sebagai anak yang baik. Dia tidak mungkin tega menolak perintah mulia itu. Jadi biarkan dia hidup dengan jalan hidupnya sendiri. Jangan ganggu dia, tidak ada orang asing yang berhak ikut campur dengannya.
Sekali lagi.
Ini hidupnya.
.
.
.
.
KAMIS 09/11/2017.
.
.
Mari timpuk saya dengan segala macam barang, apapun yang ada di sekitar kalian dengan sesuka hati. Saya tahu dosa saya banyak bgt setelah bikin ff ini. Tapi hasrat ini terlalu besar untuk tidak nerusin nulis ff ini.
Butuh waktu sekitar 10 jam buat nulis ff ini. Dan edit abal-abal selama tiga puluh menit.
Maafkan aku. Ini ff. Setelah nulis ff ini aku pikir aku bakal mandi wajib karena gatahan sama dosa 😂😂😂
BTW INI FF KHUSUS UNTUK BAEKLOGY dan Minge-ni.
Hoho... untuk icha dan kak avni. Kenapa untuk kalian berdua.
Pertama. Si Icha pengen FF daddy kink dan baby sugar. Tapi aku bisanya bikin ini. Blm sempet yg baby sugar jd ffnya yg ini aja ya tsay.
Dan kak avni. Kak avni pengen adegan yang hawt yg rinci. Apakah sekiranya seperti ini kak yang rinci? Kalau iya okesip aku bakal bikin ff ginian lg lain waktu.
. .
Kupikir itu sajah. Review gak review makasih udah baca.
See you di Seizure beberapa hari lagi ya tsay...
Sini kecup mesra dulu..
:**
.
.
MARKHYUCK JJANG! SARANGHAE :*
