Berawal dari sebuah kecelakaan, Naruto bertemu dengan seorang gadis. Dan Naruto pun diajak oleh gadis itu ke desa tempat tinggal gadis itu. Namun, Naruto menemui beberapa kejanggalan di desa tersebut. Misteri apa yang terdapat di desa tersebut? Special NaruHina pairing. R&R please.
The Village
Disclaimer : Naruto by Masashi Kishimoto
Genre : Supranatural / Romance
Warning : OOC, AU dan mungkin kekurangan-kekurangan lainnya
Chapter 1 : Accident
Cuaca buruk sedang melanda kota metropolitan Konoha City di siang hari. Banyak warga kota Konoha City tak menyangka bahwa cuaca disiang hari itu begitu sangat buruk. Sebab hujan deras disertai angin kencang ini termasuk kategori badai terparah yang melanda kota Konoha City
sejak sepuluh tahun terakhir.
Di sebuah gedung berlantai 20 bertuliskan Uzumaki Corporation, Naruto sedang memandangi situasi kota dari balik kaca jendela kantornya. Direktur muda itu melihat pohon-pohon di bawah gedungnya bergoyang-goyang hebat pertanda angin yang menerpa pepohonan itu memang kencang.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk Ino." Kata Naruto. Dan orang yang mengetuk pintu kantor Naruto pun masuk. Seorang wanita muda yang bekerja sebagai sekretaris Naruto, Ino Yamanaka.
"Tuan, apa tuan yakin akan ke kota Suna City dalam cuaca buruk seperti ini?" tanya Ino.
"Sudah kubilang Ino, jangan panggil aku tuan lagi. Kita ini kan dulu teman sekampus. Panggil saja aku Naruto seperti biasanya." Gerutu Naruto.
"Iya-iya. Cuma bercanda kok!" Kata Ino sambil tertawa. "Namun apa kau yakin mau pergi ke Suna City dalam cuaca seperti ini?" Tanya Ino lagi.
"Aku harus datang ke rapat mendadak itu. Garra mengundangku langsung untuk datang dan menghadiri rapat dadakan itu besok. Dan aku tak punya waktu untuk menunggu badai ini reda." Jelas Naruto.
"Tapi kan kau bisa meminta tuan Garra untuk menunda rapat itu, aku yakin pasti dia akan mengerti dengan keadaanmu saat ini. Cuaca ini terlalu berbahaya untuk berpergian." sanggah Ino.
"Ini rapat yang sangat penting Ino. Perusahaan kita sudah lama menjalin hubungan relasi bisnis dengan Sabaku Construction Group. Aku tak ingin mengecewakan Garra hanya karena cuaca seperti ini. Rapat ini membahas tentang hubungan Uzumaki Corporation dan Sabaku Construction Group dengan salah satu perusahaan pengembangan wisata di kota Iwa City. Ini kesempatan yang sudah kami tunggu-tunggu selama 3 tahun." Jelas Naruto dengan serius.
"Oh, kalau tidak salah, tentang rencana pembangunan kawasan wisata di salah satu desa di negara Tsuchi ya? Kudengar pemandangan di sana sangat indah. Aku jadi ingin ke sana." komentar ino.
"Ya aku juga ingin kesana. Baiklah aku harus berangkat sekarang. Aku terpaksa berangkat sendiri. Semoga aku tidak ketinggalan pesawat." Naruto segera menyiapkan berkas-berkas untuk bahan rapat besok dan memasukannya kedalam kopornya.
"Eh... Apa kau yakin mau naik pesawat?" tanya Ino khawatir.
"Aku terpaksa Ino. Lagipula aku bisa punya waktu untuk beristirahat malam disana dan mempersiapkan diri untuk rapat dikeesokan harinya" Jawab Naruto berat.
"Tapi tadi di siaran berita katanya Konoha Airport baru saja membatalkan semua penerbangan akibat cuaca buruk ini." Ino menjelaskan kepada Naruto tentang berita yang ia tonton saat istirahat siang tadi.
"Benarkah? Kalau begitu baguslah. Oh iya mobil kantor ada?" tampaknya Naruto lega setelah mendengar kabar itu.
"Ada. Memang kenapa?" tanya ino.
"Aku akan berkendara ke Suna City dengan mobil kantor." jawab Naruto sambil mulai bergegas untuk pergi.
"Sendirian? Kenapa tidak pakai sopir pribadi saja?" tanya Ino keheranan.
"Aku sudah menyuruh sopirku itu untuk menjemput Konohamaru di sekolah. Dan juga kusuruh untuk menjaga rumah. Lagipula aku suka berkendara sendiri." jelas Naruto kemudian meninggalkan ruang kantornya sambil membawa kopor yang telah disiapkannya tadi.
Naruto keluar dari ruang kantornya diikuti oleh Ino. Sambil menuju lobi di lantai bawah dengan menaiki lift, Ino bertanya kembali kepada Naruto.
"Hei Naruto, aku penasaran, 3 tahun yang lalu kenapa perusahaan dari Iwa City itu tiba-tiba membatalkan kerjasama kita?"
"Entahlah, Ino. Aku maupun Garra juga bingung. Padahal sebelum pembatalan itu, mereka sangat antusias untuk bekerja sama dengan kita. Namun aku mendengar rumor tentang kasus kecelakaan kerja yang melibatkan perusahaan dari Iwa City itu tepat enam bulan setelah pembatalan." Jawab Naruto.
"Kecelakaan kerja? Hm... Oh iya aku juga pernah dengar. Mereka pernah dituduh atas menghilangnya beberapa pekerjanya di lapangan. Saat itu banyak keluarga dari pekerja yang hilang itu meminta kejelasan dari pihak perusahaan. Tapi sebenarnya kasus apa sih? Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Ino yang juga mengingat-ingat kejadian itu.
Naruto mulai mengingat tentang rapat yang diadakan di gedungnya 3 tahun lalu yang membahas tentang kerjasama dengan perusahaan pengembangan wisata dari Iwa City itu. Saat itu dengan tiba-tiba saja pimpinan perusahaan itu mengatakan membatalkan rencana pembangunan kawasan wisata Taman Rekreasi Tsuchi Park. Sebuah proyek yang sangat menjanjikan. Garra dan Naruto pun saat itu terkejut namun mereka berdua menghormati keputusan itu. Dan saat rapat itu pula Naruto melihat tingkah laku dan gerak-gerik pimpinan perusahaan dari Iwa City itu yang mencurigakan.
Lift pun sudah sampai di lantai 1. Naruto dan Ino pun keluar dari lift menuju ke ruang lobi.
"Ino, segera siapkan mobilnya." perintah Naruto pada Ino
"Baik. Tuuu...an. He...he...he...!" kata Ino sambil tertawa.
"Ino...!" Naruto tampaknya mulai geram kepada Ino.
"Iya-iya! Gitu aja marah." Ino kemudian pergi untuk mengambil kunci mobil kantor.
"Dasar. Dari dulu kau memang tak berubah!" gumam Naruto sambil tersenyum. Ino memang selalu meledek Naruto seperti saat di kampus dulu. Meski Naruto sering diledek olehnya, namun Naruto menganggap itu hanya candaan saja.
Sambil menunggu Ino, Naruto duduk di sofa yang ada di ruang lobi itu. Dia sedang menulis sesuatu pada secarik kertas kecil. Hujan deras masih mengguyur gedung itu. Dan nampak pula dahan-dahan pohon di depan kantor yang bergoyang hebat tertiup angin kencang.
Tak lama kemudian Ino datang dengan membawa kunci mobil kantor. "Ini kuncinya. Sebenarnya mobil itu di pakai untuk antar jemput karyawan kantor." kata Ino sambil menyerahkan kunci itu pada Naruto.
"Terima kasih Ino. Oh iya bilang saja pada sopir antar jemput karyawan untuk sewa mobil rental untuk pengganti mobil yang kupakai ini. Dan tolong berikan cek ini pada sopir antar jemput karyawan untuk membiayai sewa mobil rental itu." kata Naruto sambil memberikan secarik kertas cek kepada Ino.
"Baiklah. Mmm hati hati di jalan ya." tambah Ino. Naruto pun mulai meninggalkan Ino. Namun ia berbalik dan berkata kepada Ino.
"Ino."
"Eh... Ya Naruto. Ada apa?" Ino membalas panggilan Naruto dengan keheranan.
"Sebelum aku pergi, aku... ingin mengucapkan... selamat. Semoga kau dan Sai dapat hidup bahagia selamanya." kata Naruto.
"Eh... Tapi kan hari pernikahanku dengan Sai kan 3 minggu lagi. Masih lama tau!" tampaknya Ino mulai merasa ada yang janggal dengan Naruto.
"Bukan begitu. Aku takut kalau di hari pernikahanmu nanti aku tak bisa hadir ke pesta pernikahanmu. Kan kamu tahu sendiri aku ini super sibuk. He...he...he...!" kata Naruto sambil tertawa.
"Eh... Iya-iya. Terima kasih ya Naruto. Tapi kamu harus janji lho ya, kamu harus datang ke pesta pernikahanku." meski tahu alasan Naruto mendadak mengucapkan selamat kepada Ino, tapi Ino masih merasa ada yang tak beres. Seperti Naruto tidak akan bertemu dengannya lagi untuk selamanya.
"Tenang saja aku pasti akan datang ke pesta pernikahanmu nanti. Meski aku tak yakin. Baiklah aku pergi dulu." kata Naruto kemudian meninggalkan Ino yang masih penasaran dengan kata-kata Naruto barusan.
'Meski aku tak yakin? Jangan-jangan.' Ino tampaknya mulai cemas kepada sahabatnya itu. Tapi Ino tidak ingin terus berpikiran buruk. 'Ah. Semoga saja tidak terjadi apa-apa padamu Naruto, meski beda jabatan kita ini tetap sahabat karib. Tenang saja Ino.' batin Ino yang berusaha meyakinkan dirinya. kemudian Ino segera melanjutkan pekerjaannya di kantor.
Setelah sampai di garasi, Naruto menaiki mobil kantor itu. Mobil dengan model SUV bercat silver itu yang akan menjadi bahtera Naruto mengarungi perjalanan ke Suna City. Kemudian Naruto segera menjalankan mobilnya menuju luar gedung. Ia pun di sambut oleh hujan deras juga angin yang kencang di luar gedung.
Mobil Naruto sampai di pintu gerbang pos penjagaan gedung. Meski sempat dihimbau oleh satpam yang berjaga di pos pengamanan itu. Tapi Naruto tetap memaksa satpam itu untuk membukakan pintu gerbangnya. Akhirnya satpam itu membukakan pintu gerbang itu untuk Naruto.
"Tak kusangka ternyata lebih buruk dari yang kuduga." kata Naruto sambil melihat pohon-pohon di pinggir jalan bergoyang-goyang hebat diterpa angin. Jalan yang Naruto lalui pun terlihat jarang ada kendaraan yang melintas. Padahal pada hari biasa, jalan itu ramai lalu lalang kendaraan. Tapi berkat badai ini, jalan ini jadi sepi kendaraan. Tergantikan oleh ranting-ranting kecil dan dedaunan yang berserakan di jalan itu.
Mobil Naruto kemudian berbelok menuju jalur bebas hambatan. Saat melewati gerbang tol, Naruto tidak melihat seorang petugas pun meski lampu LED berbentuk anak panah kebawah berwarna hijau menyala di atas jalur gerbang tol itu. Tapi gerbang tol itu dilengkapi dengan mesin pembayaran tol elektronik, sehingga Naruto segera memindai kartu prabayar tol miliknya. Setelah palang pintu tol terbuka, Naruto segera melewati palang itu dan meninggalkan gerbang tol tak berpenghuni itu.
Naruto merasakan keanehan pada mobilnya itu, mobilnya serasa oleng. Tapi Naruto tetap berhati-hati dengan melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang. Meski dalam kecepatan seperti itu, mobil masih terasa oleng. 'anginnya kencang sekali!' batin Naruto cemas. Jalan itu terlihat sangat lengang. Hanya mobil Naruto saja satu-satunya yang melewati jalan itu dengan kondisi hujan deras berangin kencang.
Tiba-tiba saja ada rambu penunjuk batas kecepatan melayang menuju samping kiri mobil Naruto dan rambu itu menghantam mobil Naruto. Sontak membuat Naruto kaget dan kehilangan kontrol. Akibat jalan yang licin mobil pun tergelincir kearah pembatas di kanan jalan. Tapi dengan sigap Naruto berusaha menstabilkan mobilnya. Beruntung dia berhasil menghentikan mobilnya sebelum menabrak pembatas jalan itu.
"Huh, hampir saja." Naruto berhenti sejenak. Sambil menenangkan diri, dia melihat retakan yang cukup besar di kaca jendela kiri pintu mobilnya itu. Meski di dalam mobil, dia bisa merasakan bagaimana kencangnya angin di jalan tol itu.
"Benar kata Ino, memang berbahaya berkendara dengan cuaca begini." gumam Naruto. "Tapi kalau terus berhenti sampai pagi pun aku tak akan sampai ke Suna City. Aku harus bergegas!"
Naruto kembali meneruskan perjalanannya. Dengan menempuh segala resiko ia menempuh jalan tol itu. Ketika menjelang pintu keluar tol perbatasan kota Konoha City, hujan angin pun sedikit demi sedikit mereda. Dan saat memasuki jalan raya kota selanjutnya, hujan pun tampak mereda.
"Rupanya badai hanya menerpa kota Konoha City saja. Mungkin kota itu sedang diberi hukuman oleh Tuhan." kata Naruto perlahan.
Beberapa saat kemudian Naruto sampai pada jalan menjelang perbatasan negara Hi dengan negara Kawa, negara yang memisahkan negara Kaze dengan negara Hi, namun tampaknya kemacetan menghadang Naruto.
"Ada apa sih? Kenapa macet begini?" tanya Naruto pada dirinya sendiri. Dia menghentikan mobilnya sebelum ikut terjebak macet. Dia pun melihat arlojinya yang sudah menunjukan pukul 5 sore. Seharusnya jam segitu dia sudah sampai di perbatasan negara Kawa dengan negara Kaze kalau bukan karena badai di Konoha City dan kemacetan di jalan ini.
Tiba-tiba ada orang yang berjaket kerudung melintas di samping kiri mobil Naruto. Wajah orang itu tidak terlihat jelas karena sore hari yang gelap. Melihat orang itu, Naruto segera membuka pintu mobilnya dan menghampiri orang itu.
"Anu, apa bapak penduduk di daerah sini?" tanya Naruto kepada orang yang satu-satunya berjalan kaki di jalan itu. Naruto berpikir, mungkin dia penduduk di daerah itu.
"Ya kau benar, memang kenapa?" kata orang itu dengan suara yang serak dan berat.
Tanpa curiga sedikitpun pada orang itu Naruto bertanya lagi pada orang itu. "Bapak tahu jalan pintas menuju ke Negara Kawa selain jalan ini? Aku harus bergegas ke negara Kaze." tanya Naruto pada orang berjaket kerudung itu.
"kau lihat jalan kecil itu?" kata orang itu sambil menunjuk jalan kecil di sebelah kiri jalan raya itu. "Itu jalan alternatif menuju negara Kawa. Jalannya kurang bagus. Sebaiknya kau harus hati-hati melewatinya." terang orang itu perlahan.
"Baiklah terima kasih pak." Naruto bergegas menuju mobilnya dan segera melaju menuju jalan yang ditunjuk orang berjaket kerudung tadi. Tidak jauh dari orang tadi jalan itu pun tampak. Dengan segera Naruto membelokan mobilnya menuju jalan kecil itu.
'kalau jalan ini adalah jalan alternatif menuju negara Kawa, kenapa pengendara lain tidak mau lewat jalan ini ya?' Naruto merasa janggal dengan jalan ini. Sebab tidak ada satupun mobil yang melewati jalan yang gelap itu. Naruto berpikir, kenapa pengendara lain malah merelakan terjebak macet daripada melewati jalan ini.
"Mungkin mereka karena malu bertanya sehingga sesat di jalan. Eh maksudku macet di jalan. He...he...he...!" kata Naruto berusaha menghibur dirinya sendiri di tengah kecemasannya terhadap jalan yang kecil dan gelap itu.
Hari mulai gelap, Naruto masih menyusuri jalan kecil yang gelap itu. Tidak ada penerangan jalan apapun. Cahaya yang menerangi jalan itu hanya dari lampu mobil Naruto. disamping kiri jalan itu terdapat tebing yang cukup tinggi seolah seperti dinding yang terbuat dari tanah dan batu. Sementara persis samping kanan jalan terdapat jurang yang tidak begitu curam namun cukup dalam. Lebatnya pepohonan hutan menghiasi jurang itu.
"Ya ampun gelap sekali!" Naruto mulai cemas dengan jalan ini. Apalagi tampak tidak ada satupun pejalan kaki maupun pengendara lain. Mobil Naruto mulai melewati jalan bertanah yang sebelumnya beraspal. Jalan bertanah itu keras sehingga mobil Naruto masih bisa melewati jalan bertanah itu.
Ketakutan Naruto mulai menjadi ketika kabut tebal mulai menghiasi jalan gelap itu. Namun jarak pandangnya masih cukup jauh. Dengan ketakutan Naruto menyalakan lampu kabut pada mobilnya. Suasana makin mencekam ketika keadaan menjadi sangat hening. Bahkan suara mesin mobil pun tidak terdengar sama sekali. Kabut mulai menebal. Naruto tiba-tiba mulai merasa linglung. Dia seperti mulai tidak sadar. Tapi dia masih bisa mengendarai mobilnya.
Kecepatan mobil semakin lama semakin cepat. Walau dengan kecepatan tinggi, mobil itu masih bisa melewati jalan itu tanpa menabrak tebing maupun tergelincir ke jurang. Rupanya Naruto melajukan mobilnya dengan kencang dalam keadaan nyaris tidak sadar. Dia seperti akan terkena hipnotis.
Trililit...trililit...
Tiba-tiba handphone Naruto berdering dan Naruto akhirnya sadar karena suara deringan handphone miliknya itu. Dia segera melihat layar handphone itu. Namun Naruto masih belum sadar bahwa dia mengendarai mobilnya dengan kencang.
'Garra. Ada apa ya?' batin naruto. Ketika dia ingin menjawab teleponnya, mobil Naruto menabrak tebing di sebelah kiri dengan kecepatan tinggi. Kemudian mobil itu oleng lalu berbelok kearah jurang. Saat mobil tiba-tiba berbelok ke kanan, handphone Naruto terlepas dari genggamannya, lalu terlempar ke kaca jendela yang retak tadi. Kaca jendela itu pecah dan handphone Naruto keluar dari mobil. Kejadiannya begitu cepat sehingga Naruto tidak sempat untuk mengendalikan mobilnya. Mobilnya kini terperosok menuruni masuk ke dalam jurang itu.
"Argh...!" pekik Naruto berusaha menghentikan mobilnya yang terus terperosok jauh kedalam jurang itu. Dia terguncang-guncang sehingga dia tidak bisa memegang setirnya dengan benar. Akhirnya mobil itu pun terbalik dan berguling-guling menuruni jurang itu. Dan berhenti di dataran yang cukup landai. Mobil Naruto kini hancur tak berbentuk. Namun Naruto masih sadar dengan terluka parah.
"Ugh...!" Dengan susah payah Naruto berusaha keluar dari mobilnya itu. Bahan bakar mobil itu bocor, dan timbul percikan listrik dari kabel kelistrikan mobil yang terputus. Melihat hal itu Naruto segera keluar dan menjauh dari mobilnya.
Dan percikan listrik itu menyulut bahan bakar mobil yang menggenang. Api dengan cepat menyambar ke tangki bahan bakar mobil Naruto. Mobil itu meledak. Tapi beruntung, Naruto sudah jauh dari ledakan mobilnya itu.
Kini dia sendirian berada di hutan antah berantah itu. Dia mendekati mobilnya yang terbakar sebagai api unggun untuk menghangatkan diri, karena hawa di tempat itu sangat dingin. Selain itu, dia memanfaatkan mobilnya yang terbakar untuk mengusir binatang buas yang mungkin ada di hutan ini.
"Ugh... Tak kusangka... bakal jadi... Begini..." kata Naruto sambil duduk beristirahat. Merasakan sakitnya luka akibat benturan saat mobilnya terperosok tadi. Dia berdarah-darah. Tapi tidak ada yang sampai mengalami pendarahan hebat. Kepalanya berdarah akibat benturan keras. Lebam juga terlihat di sekitar mata dan pipi Naruto. Tubuhnya terluka akibat pecahan kaca mobil. Kini dia terbaring lemah di tanah. Dia mulai merasakan nyeri yang hebat akibat luka-lukanya itu. Dia akhirnya pingsan.
~Village~
"...hei..."
"...hei..."
"...kau tidak apa-apa..."
Sayup-sayup Naruto mendengar suara seorang gadis yang memanggilnya itu. Perlahan dia membuka matanya dan tampak di hadapan dia terdapat seorang gadis yang sedang menyadarkannya.
"Siapa...kau...?" tanya Naruto perlahan. Ia sadar kini ia bersandar pada pohon dalam keadaan setengah telanjang tidak jauh dari bangkai mobilnya itu sambil di temani oleh seorang gadis yang tidak dikenalnya.
"Untung lukamu tidak begitu parah jadi pengobatan tradisional ini cukup untuk meredakan rasa sakitmu. Besok lukamu pasti sembuh." kata gadis itu sambil membalut tangan Naruto dengan tumbukan dedaunan yang dicampur dengan semacam getah dari pohon. Kemudian mengikatkannya dengan kain dari baju Naruto. Rupanya gadis itu belum menyadari bahwa Naruto sudah sadar.
"Kau... Belum menjawab pertanyaanku..." kata Naruto. Sekarang suaranya mulai terdengar jelas.
"Oh. Rupanya kau sudah siuman ya?" tanya gadis itu.
"Katakan kau siapa?!" tanya Naruto dengan keras sambil menatap gadis itu dengan serius. Sebab dia bertemu dengan seseorang di tempat sepi seperti ini.
Melihat tatapan Naruto, wajah gadis itu mulai memerah dan tersipu malu. Gadis itu memalingkan pandangannya ke arah lain. Dalam keadaan terduduk, kedua tangannya menggenggam kain celananya dengan kuat. Dia sepertinya grogi pada Naruto.
'Ya ampun aku terlalu kasar padanya. Mungkin dia penduduk di sekitar sini.' batin Naruto. Dia memperhatikan gadis berambut panjang berwarna indigo itu. Gadis itu berbusana kaus yang dirangkap dengan jaket berwarna lavender sesuai dengan warna matanya dengan celana panjang yang tidak terlalu ketat.
Parasnya yang cantik, tubuhnya yang indah dan sikapnya yang lembut membuat Naruto terkesima. 'Astaga, gadis semanis ini. Kenapa aku bisa kasar padanya?' rutuk Naruto.
"Maaf. Semalam aku tadi mendengar suara ledakan. Ternyata berasal dari sini. Dan aku menemukanmu dalam keadaan pingsan. Atas inisiatifku sendiri, aku mengobati luka-lukamu itu." Terang gadis itu sambil menunduk malu.
"Oh begitu. Terima kasih ya. Jadi kau punya tempat tinggal di sekitar sini ya?" tanya Naruto sambil menatap gadis itu semakin serius. Membuat wajah gadis itu makin memerah.
"Iya. Aku berasal dari pedesaan yang tidak jauh dari tempat ini. Kalau kau mau, akan kuajak kau kedesa itu untuk memulihkan lukamu." jawab gadis itu.
Naruto kemudian mengangkat wajah gadis itu dengan jarinya di dagu gadis itu sambil berkata, "Tentu saja. Tapi kalau boleh tahu siapa namamu?"
Mata lavender gadis itu menatap mata biru Naruto. Dia melihat pipi Naruto yang mulai memerah. Bibir Naruto pun tersenyum. Gadis itu menyangka pria itu tampaknya suka pada dirinya. Kemudian gadis itu tersenyum dan berkata, "Namaku Hinata."
¤BERSAMBUNG¤
Komentar Author:
Yup ini adalah ficku yang kedua. Terima kasih karena sudah membaca fic ini. Jika ada komentar, kritik maupun saran. Ungkapkan saja lewat review ya. Sampai jumpa di chapter selanjutnya ya.
