Author's Note: Well...Hajimemashite Minna-san! Watashi wa Lovissa desu. Ini Fict pertamaku, jadi maafkan saja kalau ada hal-hal yang kalian kurang suka atau menurut kalian absurd atau aneh.. ._.

Oh ya..akan ada OC dan mungkin sedikit OOC. So, please just bear with me :D

Disclaimer :I DO NOT OWN Gakuen Alice. All the characters belong to Higuchi Tachibana-Sensei except all the Original Characters and this plot. These are mine.

RED MOON

Prologue

Kaoru's POV

Tanggal 8 bulan 3 tahun 763

Kota Liech, Ibukota Ascardia

Hari ini aku memutuskan untuk pergi ke Pasar Rakyat Kota Liech. Sejak dini hari hingga tutupnya pasar sekitar jam 9 pagi, pasar ini tak pernah sepi. Pasar ini terkenal selain karena selalu menjual segala jenis sayuran,daging,dan ikan dalam keadaan segar juga karena terletak paling dekat dengan Kawasan Istana Putih. Seluruh rakyat Ascardia mengetahui bahwa Raja Izumi Yukihira sendiri selalu memerintahkan para dayang dan koki istana untuk menggunakan bahan-bahan dari pasar ini untuk digunakan di dapur istana. Terkadang raja sendiri suka keluar dari istana dan berjalan-jalan di pasar. Makanya banyak juga rakyat yang datang dengan harapan bisa bertemu langsung dengan raja yang sangat mereka cintai itu atau hanya untuk sekedar melihat istana dari dekat. Jarak pasar dengan istana hanya satu kilometer saja dan itu cukup untuk mengagumi kemegahannya.

Pagi itupun tak ada yang berbeda dari kesibukan pasar yang biasanya. Para pedagang sibuk tawar-menawar dengan pelanggannya yang kebanyakan ibu-ibu. Para kuli pasar berotot yang sibuk berseliweran kesana-sini dengan kardus dan karung bergantungan ditubuhnya. Terdengar juga teriakan-teriakan yang bercampur aduk antara teriakan para pedagang yang mempromosikan barang dagangannya, Jeritan sekarat ayam,bebek,dan hewan lainnya yang baru disembelih, dan juga ringkikan kuda penarik kereta yang penuh dengan muatan, ntah itu mengangkut sayur-mayur atau calon pembeli. Di belakang pasar—tempatku berada sekarang— para gadis muda sibuk bertukar gosip dengan para dayang. Sementara di sudut lain sekelompok pemuda sibuk mencuri pandang ke arah gerombolan gadis itu. Ku lihat juga para pengawal berseragam bebas menjaga di berbagai sudut pasar seperti biasanya, waspada terhadap setiap gerakan mencurigakan seperti apapun. Aku tertawa kecil sambil menurunkan topiku untuk menutupi wajahku saat satu pengawal lewat dihadapanku. Melihatnya celingukan dan berwajah kesulitan seperti itu, hanya satu kesimpulanku : Putri Mikan Sakura pasti kabur lagi dari istana.

Putri Mikan memang sering kabur dari istana, seluruh Liech tahu itu. Biasanya putri kabur ke tempat-tempat rakyat yang menarik minatnya, misalnya alun-alun kota; pelosok desa; hutan pinggir istana; dan entah kemana lagi. Rakyat Liech pun tak ada yang keberatan 'menyembunyikan' Putri Mikan untuk sementara jika diminta olehnya. Tak ada satu orangpun yang mampu menolak keceriaannya dan senyumannya yang secerah matahari—Sifat yang ku tahu menurun dari Izumi. Biasanya aku tak merasa terlalu khawatir karena aku tau Hiro pasti bersamanya.

Aku menahan tawaku lagi saat kulihat para prajurit itu berkumpul di sudut pasar, tak jauh dariku. Aku tahu mereka tak berhasil menemukannya di pasar ini. Lagipula aku tahu usaha mereka sia-sia saja, tak seorangpun akan mampu menemukan keberadaan Mikan selain Natsume. Tapi sesaat kemudian, entah mengapa tiba-tiba firasat buruk menyusup di dadaku. Aku langsung meneguk habis kopiku dan meninggalkan selembar Ryo di meja kasir. Aku baru menaiki kudaku ketika terdengar bunyi menggelegar di Alun-alun Liech. Seketika seluruh kegiatan yang ada di pasar berhenti. Suasana menjadi senyap. Kami semua tahu apa artinya jika gong ditengah alun-alun dibunyikan sekencang itu; Kerajaan diserang. Perwira yang membunyikan gong itu kemudian berteriak, "Seluruh rakyat Liech dimohon mengungsi di bunker-bunker setiap desa! Dahulukan wanita dan anak-anak! Bagi para pria yang bisa menggunakan senjata berkumpul di alun-alun sekarang!".

Seluruh warga yang ada di pasar langsung meninggalkan kegiatannya. Mereka berlari ke segala penjuru arah untuk memberitahukan apa yang terjadi. Aku memacu kudaku mendekati alun- alun. Firasatku mengatakan ada yang aneh dengan penyerbuan ini. Sebenarnya darimana musuh menyerang? Jika ada sepasukan prajurit masuk lewat pintu manapun di Liech, mata-mataku pasti sudah memberikan kabar dari tadi. Apa jumlah musuh sangat sedikit sehingga tak terdeteksi? Itu juga tak mungkin. Tak ada negara yang berani menyatakan perang terhadap negara sekuat Ascardia dengan jumlah pasukan yang kecil.

Perwira yang memberi pengumuman tadi menyadari kehadiranku. Dia langsung membungkuk dan memberi salam padaku. "Igarashi-sama! Kebetulan sekali! Jenderal Ark mengirimkan pesan untuk anda. Beliau membutuhkan bantuan anda di Istana segera.".

Aku membelalakkan mata. "Musuh ada di Istana? Lalu bagaimana dengan keluarga kerajaan?".

Perwira itu menggelengkan kepala. Wajahnya khawatir. "Raja dan ratu menolak meninggalkan istana." Katanya lirih.

Aku menggertakan gigi dan membalikkan kudaku menuju istana. Dasar Izumi bodoh! Yuka juga! Apa yang ada di pikiran mereka sih? gerutuku dalam hati sambil memacu kudaku secepat-cepatnya.

Baru saja aku tiba di jembatan istana, sebuah ledakan besar terjadi di bagian belakang istana. Kepanikan langsung menjalar di seluruh tubuhku. Aku meninggalkan kudaku begitu saja di gerbang dan berlari mengambil senjataku yang ku tinggalkan di belakang pintu benteng depan istana.

Aku berlarian panik di sepanjang lorong. Bagian depan istana sangat sepi. Kelihatannya seluruh kekuatan tempur Liech sedang terkonsentrasi di belakang istana. Dimana Izumi? Yuka? Ioran? Natsume?

Semakin mendekati bagian belakang, aku bisa melihat dengan jelas bekas-bekas pertempuran yang ada. Darah berceceran di tembok,dan di lantai. Beberapa tembok dan pilar runtuh. Tubuh-tubuh tak bernyawa bergelimpangan. Beberapa diantaranya nyaris berantakan dan penuh bercak hitam. Aku tak bisa mengenali mereka. Dari seragam dan senjata mereka yang berhiaskan trisula hitam, kelihatannya mereka musuh.

Aku bisa mendengar dentang pedang yang beradu, sinar-sinar yang bertabrakan, dan suara teriakan-teriakan. Terdengar lagi suara ledakan dan letupan api dari arah benteng belakang. Aku menduga pasukan kami sedang memukul mundur mereka. Jenderal Ark pasti sedang memimpin pasukan, jadi aku memutuskan prioritas utamaku adalah memastikan Yuka dan Izumi masih hidup.

Aku menendang pintu ruang singgasana hingga terbuka begitu aku tiba disana. Tapi tak seorangpun menyambutku disana. Aku makin panik dan berlari ke belakang singgasana. Aku tahu di belakang dua kursi merah keemasan itu ada sebuah jalan darurat untuk raja dan ratu melarikan diri. Ku harap Ioran bersama mereka, masih waras dan menarik mereka untuk kabur. Ku harap Mikan, Aoi, dan Natsume ada disana. Semoga.. semoga..

Aku berlari di sepanjang lorong sempit yang hanya di tempeli sedikit obor sebagai penerang jalan. Jalan ini berujung dua, tapi kurasakan Izumi dan Yuka di jalan yang menuju selatan istana dan tak ada Ioran disana! Tidak! Mereka gila jika menuju kesana. Mereka bisa terbunuh!

Izumi dan Yuka tampak terkejut begitu melihatku menghampiri mereka. "Kaoru..." bisik Yuka kaget. Aku maju selangkah dan.. PLAK!

Izumi hanya meringis sambil memegangi pipinya yang memerah karena tamparanku. Aku memandang mereka murka dan berteriak "NGAPAIN KALIAN PERGI KE SANA HAH?! KALIAN MAU MATI? SADARKAH KALIAN NASIB KERAJAAN INI ADA DI PUNDAK KALIAN?!".

Yuka menepuk pundakku pelan. "Kaoru..waktu kami sempit. Kami harus pergi." Katanya lirih.

"Dan mengorbankan diri secara konyol di medan perang?"Desisku.

Izumi menggelengkan kepala. "Yuka mendapatkan Penglihatan lain lagi,Kaoru. Pria itu menginginkannya dan ramalan yang dilihat Yuka mengatakan kami harus kesana.".

"Aku ga percaya ini.."kataku shock. "Kalian harus pergi,Jangan ke sana! Ramalan itu pilihan kan? Kumohon Yuka.." bisikku pada Yuka.

Sahabatku itu menggelengkan kepalanya lemah. Dia mengeluarkan sebuah kalung yang dia sembunyikan dalam gaunnya. Kalung itu berhiaskan liontin yang berbentuk wajik kira-kira sepanjang 5 sentimeter berwarna emas dengan rantai berwarna merah disekelilingnya, seolah menyegelnya. Dia mengamati liontin itu sejenak seolah memastikannya, lalu menyerahkannya padaku. Aku membiarkan rantai emasnya meluncur dengan halus ke telapak tanganku.

"Serahkan itu..pada Mikan. Suatu hari ia akan tahu apa jawabannya." Kata Yuka. "Masa depan ini..ku serahkan pada mereka.". Dia memandangku dengan senyumnya yang seperti biasa terpampang di wajahnya, tetapi kesedihan dan penyesalan tergambar jelas di wajahnya. "Maaf..Maaf ya, Kaoru.". Setelah berkata begitu, ia berteleportasi dengan Izumi.

"YUKA! IZUMI!" Teriakku. Tapi aku tahu mereka tak mungkin mendengarku. Aku sadar, tadi itu adalah terakhir kalinya aku bisa melihat kedua sahabatku. Aku menghapus air mata yang menggenang dari tadi di mataku dan berkonsentrasi mencari keberadaan Natsume.

Selama mencarinya ku lihat musuh mulai mendesak kami ke arah barat. Sial! Seberapa kuat musuh yang menyerang kami sekarang sebetulnya? Sisi selatan istana sudah hancur total. Gerbang belakang hanya menjadi seonggok puing bebatuan yang tak berbentuk. Menara penjaga terbakar habis. Taman favorit Yuka hancur lebur dan penuh mayat berserakan serta sisa-sisa senjata. Di area barat, kulihat lagi asap mengepul. Damn! Perkiraanku salah total. Kalau begini sebentar lagi kota Liech akan menjadi medan perang!

Akhirnya aku menemukan Natsume di lorong bagian timur istana. Beberapa luka terlihat di tubuhnya, tapi selebihnya dia baik-baik saja. Aku langsung bersimpuh di sisinya dan menyembuhkan lukanya. Aku tahu aku harus membantu peperangan dan entah kenapa firasatku sangat buruk. Aku merasa ini terakhir kalinya aku bisa menemui Natsume. Aku bahkan belum bertemu dengan Ioran dan Aoi.

"Okaa-san?" tanya Natsume. Aku merasakan tangannya menghapus air mata yang mengalir di pipiku. Aku menatap matanya lurus-lurus, mata merah darah yang sangat mirip dengan diriku. Kedua tanganku mengitari lehernya, memasangkan kalung healing alice stone milikku padanya. "Natsume..Gantikan Okaa-san untuk menjaga Otou-san mu dan Aoi,ok? Bersumpahlah padaku, jangan biarkan hal buruk menimpa mereka." Kataku padanya. Suaraku mulai bergetar. Sebelum Natsume mengatakan apapun lagi, aku menyerahkan kalung pemberian Yuka padanya. "Berikan ini pada Mikan. Jauhkan dia dari sini, bagaimanapun caranya.".

Aku bangkit dan menatap sosoknya untuk terakhir kalinya. Aku tahu aku baru saja meletakkan beban yang sangat berat diatas pundak kecilnya itu. Aku memeluknya dan mencium puncak kepalanya. "Maafkan Okaa-san Natsume.. Maafkan aku." Bisikku dalam hati. Kemudian aku berlari menuju medan perang.

OoOooOoO

Tanggal 9 bulan 3 tahun 763

Pagi itu tak ada aktivitas di kota Liech. Seluruh rakyat Liech berduka. Raja Izumi Yukihira dan Ratu Yuka Yukihira yang mereka cintai meninggal dunia. Bahkan putri mereka satu-satunya, Mikan Sakura Yukihira pun tak diketahui kabarnya. Memang musuh dapat dipukul mundur dari kerajaan, tapi dengan harga yang sangat mahal. Lebih lagi, tak ada seorang pun yang tahu darimana asalnya musuh yang menyerang itu.

Dua hari setelah hari itu, Senat menunjuk Keluarga Hyuuga sebagai pemegang tampuk pemerintahan Kerajaan Ascardia yang baru. Rakyat mengetahui Hyuuga adalah satu dari empat bangsawan besar yang memiliki pengaruh penting di Ascardia dan mengingat Hyuuga adalah keluarga kepercayaan Klan Yukihira, mereka menyambut dengan senang upacara pengangkatan Ioran Hyuuga sebagai raja baru Kerajaan Ascardia. Tapi.. tak pernah terlintas di benak satupun masyarakat Ascardia bahwa hari itu akan mengubah nasib mereka, selamanya...

Author's Note : Gimana menurut kalian? Please Review :D Aku menunggu pendapat,saran,dan kritik kalian. Thanks buat kalian yang udah sempet2n baca fict ku :D

Warning : Berikutnya akan ada dua OC dan berset 10 tahun yang akan datang setelah cerita ini. Jadi tolong beritahu aku jika itu membuat kalian bingung.