YoonMin
NamJin and Jungkook
HopeTae
Chinen Yuri (OC)
.
.
.
BRAK
Pintu kamar tamu dibuka dengan keras.
"Hyuuuung~"
BRAK
Pintu dapur dibuka.
"Hyuuuuung dimana~"
BRAK
Pintu kamar mandi dibuka.
"Hyuuuuuuung kau dimana~"
Jimin berlari kesana kemari sambil sesekali mengusap pipinya yang basah karena air mata. Dia sedang kalut sekarang. Bagaimana tidak, semalam Jimin bertengkar hebat dengan Yoongi dan tidak mengijinkan Yoongi untuk tidur didalam kamar dengannya. Jimin bahkan menyuruh Yoongi untuk tidur di sofa.
Masalahnya sepele, Yoongi hanya bercanda dan mengatakan dia tidak mau menikah dengan Jimin, karena dia tidak mau mempunyai anak yang sama bantetnya dengan mereka berdua. Yoongi bilang dia ingin menikah dengan orang yang mempunyai badan tinggi. Memperbaiki keturunan maksudnya. Yoongi bahkan mengatakannya sambil tertawa terbahak-bahak, berusaha menggoda Jimin.
Tapi ternyata respon Jimin tidak seperti yang diinginkannya. Bukannya menanggapi candaan Yoongi, Jimin malah menganggapnya serius. Jimin langsung naik pitam. Jimin memang sangat sensitif jika disinggung mengenai tinggi badan.
Yoongi sudah berkali-kali minta maaf dan mengatakan kalau dia hanya bercanda. Yoongi benar-benar bercanda. Yoongi tidak mungkin menikah dengan orang lain karena yang dia cintai hanya Jimin. Bahkan Yoongi memohon sampai mengemis-ngemis dan berlutut untuk minta maaf.
Jimin yang sudah kepalang marah tidak bisa berpikir jernih. Dia terus saja memaki Yoongi. Jimin bahkan mempersilahkan kalau memang Yoongi mempunyai keinginan untuk mencari kekasih lagi yang punya badan lebih tinggi dari Jimin.
Sebenarnya Jimin tidak serius mengatakan itu. Jimin jelas tidak rela kalau sampai orang yang sangat dicintainya itu meninggalkannya dan mencari kekasih lagi, apalagi yang lebih tinggi darinya. Sampai kiamatpun Jimin benar-benar tidak rela.
Saat Jimin bangun tidur dan mencari Yoongi untuk minta maaf karena sikap kekanakannya semalam, Jimin sama sekali tidak menemukan kekasihnya itu. Harus Jimin akui, bahwa diusianya yang ke 20 puluh ini, hanya umurnya saja yang berubah. Tapi tidak dengan sikap kekanakannya, dan juga tinggi badan tentunya. Jimin masih saja bersikap kekanakan dan tidak bisa mengontrol emosinya.
Jimin takut kalau Yoongi ganti marah dan melakukan apa yang dia katakan semalam, mencari kekasih lagi yang punya badan lebih tinggi dari Jimin.
Tangisan Jimin semakin menjadi-jadi saat dia tidak bisa menemukan Yoongi di semua sudut apartemen mereka. Jimin terduduk dilantai samping sofa ruang tamu dan menangis sejadi-jadinya. Kedua tangan mengacak-acak surai hitamnya sementara kakinya terus menendang-nendang kedepan. Keadaan Jimin sekarang ini benar-benar memprihatinkan.
Tangisan Jimin seketika berhenti saat melihat pintu dihadapannya terbuka dan memperlihatkan seorang namja berkulit putih pucat berdiri diambang pintu.
"Hyuuuuuung~" Jimin berdiri dan langsung berlari menuju Yoongi. Dengan gerakan tiba-tiba Jimin juga memeluk Yoongi dengan kuat.
"Jimin?" Yoongi yang mendapat pelukan tiba-tiba dari Jimin hanya bisa balas memeluk kekasihnya itu. Apalagi melihat keadaan Jimin yang sangat berantakan. Mata sembab, pipi basah karena air mata, hidung merah, rambut acak-acakan dan Jimin yang masih saja menangis. Yoongi heran, apa yang terjadi dengan kekasihnya itu.
Setelah dirasa tangisan Jimin sedikit berkurang, Yoongi mendorong pelan bahu Jimin untuk memberi jarak agar dia bisa menatap wajah Jimin. Sedangkan Jimin hanya memandang kebawah sambil memelintir ujung bajunya.
"Hyuuung~ Jimin minta maaf. Jimin-, Jimin gak bermaksud seperti itu semalam..." Ucap Jimin yang masih sesenggukkan.
Yoongi memandang Jimin dengan straigh facenya. Yoongi yang baru pulang dan disuguhi pemandangan mengenaskan dari seorang Park Jimin, kini hanya bisa terdiam mendengar perkataan kekasihnya.
Melihat Yoongi yang tidak menjawab permintaan maafnya, mau tak mau membuat Jimin kembali menangis. Dia pikir kekasihnya itu masih marah dan tidak mau memaafkannya.
"Hyuuung, kenapa diam saja?" Jimin kembali memeluk Yoongi dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Yoongi. Membuat leher sang kekasih basah karena air matanya.
Yoongi hampir saja bersuara sebelum-
"HYUNG!"
-teriakan Jimin terdengar tepat di telinganya. Membuat telinganya pengang dan berdengung.
"Hyung! Aku tau kau marah padaku. Tapi.. " Jimin mundur tiga langkah. "Tapi bukan berarti kau bisa bertindak seperti ini."
"Ha?" Yoongi bingung sekarang.
"Aku benar-benar tidak rela kalau sampai hyung mencari kekasih lain, apalagi yang lebih tinggi dariku. Tapi aku lebih tidak rela lagi kalau sampai hyung merusak masa depan orang lain."
Yoongi semakin bingung sekarang. 'Merusak masa depan orang lain? Apa maksudnya?' batin Yoongi. Yoongi baru membuka mulutnya untuk bertanya, tapi Jimin menyela perkataannya.
"Dia masih kecil hyung. Masa depannya masih sangat panjang. Kenapa kau tega merusaknya?" kini wajah Jimin berubah sendu dan siap mengeluarkan air matanya lagi.
Yoongi benar-benar tidak tau apa yang sedang ada dalam pikiran kekasihnya ini. Yoongi harus bertanya apa maksudnya. Tapi lagi-lagi Jimin menyela perkataan yang akan keluar dari mulut Yoongi.
"Hyung.. aku tau kau marah padaku. Tapi tolong, tolong jangan menjadi seperti ini hyung." Sekarang air mata yang sedari tadi berusaha ditahannya sudah kembali keluar dengan deras. "Aku tidak mau hyung berubah. Apa perkataanku semalam benar-benar menyakiti perasaan hyung? Sampai hyung berubah menjadi pedofilia seperti ini? Aku minta maaf hyung..."
'WHAT THE HELL? PEDOFILIA!' Yoongi misuh-misuh dalam hati. Ingin rasanya dia memutilasi semua boneka kelinci kesayangan Jimin. Yoongi tidak tau apa yang membuat kekasih manisnya itu punya pikiran konyol seperti ini. Yoongi harus meluruskan masalah ini, menanyakan pada Jimin apa maksudnya.
Sekali lagi, Yoongi baru membuka mulutnya untuk berbicara. Tapi melihat Jimin yang sepertinya akan menyela perkataannya lagi, Yoongi langsung maju mendekati Jimin dengan tangan kanan yang terangkat ke atas dan siap memukul.
PLAK
"Awww!"
Jimin memekik kesakitan setelah mendapat tamparan keras dari Yoongi.
"Apa maksudmu pedofilia ha?! Apa kau pikir aku sudah tidak waras? Hell! Aku masih suka mencium dan meniduri namja berumur 20 tahun bernama Park Jimin! Atau kau mau aku memperkosamu sekarang juga untuk membuktikan kalau aku bukan pedofilia?!" Yoongi berteriak tepat didepan wajah Jimin.
Jimin langsung menunduk. Dia tidak mau kalau sampai kejadian seminggu yang lalu terulang kembali. Sudah cukup selama dua hari kemarin Jimin tidak bisa BAB dengan nyaman karena holenya yang terasa perih setelah melakukan 'olahraga malam' dengan Yoongi. Memang sih mereka berdua melakukannya atas dasar suka sama suka. Tapi tetap saja, posisinya sebagai uke membuat Jimin mau tak mau harus menerima sebuah konsekuensi yang tidak akan pernah dirasakan oleh seme nya.
"Aku tidak akan menyebut hyung pedofilia kalau hyung tidak-"
PLAK
"Awwwww!"
Pekikan Jimin kali ini lebih keras dari sebelumnya. Jimin memegangi bokong kirinya yang baru saja mendapat elusan tidak mesra dari Yoongi. Sedangkan tangan satunya masih memegangi bokong kanan yang beberapa saat lalu terlebih dulu mendapat tamparan sayang dari Yoongi. Jimin merutuki kebodohannya karena memakai boxer dengan bahan yang tipis dan tidak bisa melindungi bokong sexy nya dari tangan Yoongi.
"Diam atau aku akan memukul sekali lagi." Tangan kanan Yoongi kini sudah terangkat lagi.
"Lalu dia siapa? Jelaskan padaku hyung." Jimin berlari 5 langkah melewati Yoongi dan menunjuk seseorang yang berdiri di depan pintu apartemennya. Seseorang yang tadinya hanya bersedekap dan memandang datar kearah nya kini sedang melambai sambil tersenyum memamerkan gigi kelincinya.
Seorang namja mungil yang memakai polo shirt warna pastel dan celana hitam diatas lutut dengan suspender putih polos yang bertengger manis di kedua bahunya. Ditambah sneaker warna biru muda plus kaos kaki putih pendek membuatnya terlihat imut. Rambut hitam pekat yang agak panjang hingga menutupi alis, telinga dan bagian leher belakangnya. Apalagi dengan badannya yang terlihat mungil semakin membuatnya terlihat seperti anak-anak.
Yoongi berbalik dan mengikuti arah pandang Jimin.
"Oh! Aku lupa kalau aku kesini dengan seseorang." Yoongi berjalan mendekati Jimin dan seseorang yang dimaksud Jimin.
"Maaf. Gara-gara Jimin aku sampai lupa menyuruhmu untuk masuk." Yoongi menarik tangan namja itu dan menyuruhnya masuk. Terlihat perbedaan tinggi badan yang sangat kontras antara Yoongi dengan namja disampingnya. Namja itu mempunyai badan yang bahkan tidak lebih tinggi dari telinga Yoongi. Kira-kira tingginya hanya 160cm. Oh, pantas saja tadi Jimin menganggapnya anak kecil.
Jimin menutup pintu lalu mengikuti dua orang di depannya yang kini sudah duduk di sofa. Setelah beberapa menit tidak ada yang bersuara, akhirnya Yoongi mulai berbicara.
"Nah, Jimin.. aku akan menjelaskan sesuatu padamu." Yoongi memandang wajah Jimin dengan serius. "Pertama, aku bukan pedofilia seperti yang kau tuduhkan tadi."
Jimin menatap wajah Yoongi dengan takut-takut, dia juga masih memelintir ujung bajunya. Bahkan sesekali Jimin juga mengusap ingus yang masih saja keluar dari hidungnya karena terlalu banyak menangis dari tadi.
"Ke dua, dia ini temanku. Jangan berpikiran yang aneh-aneh karena badannya yang kecil." Yoongi ganti menatap kearah namja yang disebutnya berbadan kecil, sedangkan yang dimaksud hanya menoleh sebentar.
"O-oh.. Jadi di-dia teman hyung.. maaf sudah menuduh tadi." Jimin merasa bersalah karena sudah menuduh kekasihnya macam-macam.
"Dia dari Jepang dan baru saja tiba di Korea tadi pagi. Kemarin aku sudah berjanji untuk menjemputnya di bandara. Sebenarnya aku ingin memberi tahumu tadi pagi saat akan menjemputnya, tapi kau mengunci pintu kamar. Ya sudah, aku pergi saja. Kupikir aku akan sampai disini sebelum kau bangun dan menjelaskan setelahnya." Yoongi menjelaskan panjang lebar. "Tapi ternyata kau sudah bangun duluan dan malah menyambutku dengan keadaan mengenaskan seperti itu." Yoongi mencibir penampilan Jimin yang masih sangat berantakan.
"Halo~~" Namja yang sedari tadi hanya menjadi penonton kini ikut berbicara.
"Nah Chii, kenalkan.. dia kekasihku." Yoongi menoleh kearah Jimin yang duduk disebelahnya. "Namanya Jim-"
"Hyuung.. kau kejam sekali." Jimin menyela perkataan Yoongi dan mempoutkan bibir tebalnya.
Sepertinya Jimin ini hobi sekali menyela perkataan Yoongi. Dan Yoongi yang sudah terlalu terbiasa dengan hobi aneh Jimin itu hanya menautkan alisnya bingung.
"Aku tau dia kecil hyung. Tapi tidak seharusnya hyung memanggilnya seperti itu."
"Memang aku memanggi-"
"Seharusnya hyung memanggil namanya dengan benar. Bukan malah memanggilnya Chii, alias Chibi seperti itu. Bagaimana kalau dia tersinggung? Bagaimana kalau dia marah? Bagaimana kal-"
Jimin tidak sempat melanjutkan ocehannya karena sekarang sesuatu sudah membungkam bibirnya dan menghalangi semua kata-kata yang akan diucapkannya.
Dan ternyata bibir Yoongi lah yang sudah sukses membungkam Jimin. Yoongi benar-benar gemas dengan Jimin yang sedari tadi terus menyela perkataannya. Bahkan Jimin tidak segan-segan untuk mengutarakan pemikiran bodoh bin konyolnya. Yoongi tidak tahan.
"Hyu-"
Yoongi melumat bibir atas dan bawah Jimin secara bergantian. Membuat Jimin tidak bisa melayangkan protesnya karena serangan tiba-tiba dari Yoongi.
Jimin mencubit pelan pinggang Yoongi bermaksud meminta kekasihnya itu untuk berhenti menciumnya. Heol.. Jimin sadar ada orang lain disana, seorang (yang menurutnya) anak kecil sedang memandangi kegiatan dewasa mereka berdua.
Tapi bukannya menghentikan ciuman sepihaknya, Yoongi malah semakin ganas mencium Jimin. Bahkan sekarang dia menggigit bibir Jimin untuk meminta akses lebih.
"Ahh"
Reflek Jimin membuka mulutnya. Sedikit lagi Yoongi berhasil menyapa lidah Jimin, tapi dia terpaksa menghentikan kegiatannya ketika sebuah suara terdengar nyaring di telinganya.
"EKHEEMM" namja yang sedari tadi masih setia menjadi penonton kini berdehem keras karena merasa diabaikan.
"Stop it stop it! Oh my eyes~ poor you.. " Namja itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutup mata dengan dua tangan. Lalu setelahnya memandangi Yoongi dan Jimin dengan sedikit kesal.
Yoongi tertawa garing sedangkan Jimin menunduk malu.
"Ah, maafkan aku Chii." Yoongi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aku benar-benar gemas dengan anak ini karena terus menyela perkataanku. Dan aku harus segera menghentikannya." Yoongi menunjuk Jimin dengan dagunya.
"Ma-maaf.." Jimin masih menunduk.
"Sudahlah, lupakan." Yoongi memperbaiki posisi duduknya. "Jadi Chii, kenalkan. Namanya Jimin. Dan Jimin, kenalkan, dia Chinen."
"Ooooh." Jimin tersadar bahwa Yoongi memanggil temannya Chii karena memang namanya Chinen. Bukan karena Yoongi mengolok-olok badan kecilnya lalu memanggil Chii alias Chibi.
"Hajimemashite.. Chinen Yuri desu. Douzo yoroshiku." Chinen berdiri dan membungkukkan badannya kearah Jimin. Tidak lupa dengan senyuman gigi kelincinya.
"Ah.. Park Jimin imnida. Mannaseo bangapseumnida." Jimin balas membungkuk.
(Anggap saja Yoonmin ngomong bahasa korea trus Chinen ngerti. Dan Chinen ngomong bahasa Jepang trus Yoonmin ngerti.)
"Chinen-ssi, apa kau benar-benar temannya Yoongi hyung?" Jimin yang tadinya duduk dengan Yoongi kini pindah duduk disamping Chinen.
"Iya. Memangnya kenapa?" jawab Chinen.
"Bagaimana kau bisa berteman dengan Yoongi hyung?"
"Eh?" Chinen tidak mengerti dengan pertanyaan Jimin.
"Maksudku.. kok bisa sih anak kecil sepertimu berteman dengan orang tua seperti Yoongi hyung?" Jimin menjelaskan dengan wajah polosnya.
Chinen hanya cengo mendengar pertanyaan Jimin yang menurutnya aneh, konyol dan... tidak sopan. 'Anak kecil katanya?' batin Chinen heran.
Mendengar pertanyaan Jimin, Yoongi mengusap wajahnya kasar. Kekasihnya ini benar-benar... ugh. Yoongi sudah spechless dengan sifat Jimin. Akhirnya Yoongi berdiri dan menghampiri Jimin yang duduk dengan Chinen di sofa depannya.
"Aw aw! Hentikan hyung. Hidungku bisa mancung kalau kau tarik begitu." Jimin berusaha melepas tangan Yoongi yang sedang menjewer hidungnya.
"Kemari kau anak nakal." Yoongi menarik Jimin agar duduk kembali disampingnya, tanpa sedikitpun melepaskan jewerannya.
"Hyung ini kenapa?! Aku salah apalagi?" Jimin mengusap-usap hidungnya yang berwarna merah karena ulah Yoongi.
"Dengar ya Park Jimin. Chinen itu bukan anak kecil, umurnya bahkan lebih tua darimu. Dia seumuran denganku. Jadi kau harus sopan padanya, panggil dia hyung." Jelas Yoongi.
Uppsss
Jimin melotot dan menutup mulutnya dengan dua tangan. 'Chinen lebih tua dariku? Itu tidak mungkin. Yoongi hyung pasti bohong.' Batin Jimin.
Chinen yang melihat ekspresi tidak percaya Jimin akhirnya angkat suara. "Yoongi benar. Aku lebih tua darimu Jimin-ssi. Jadi tolong jangan panggil aku anak kecil lagi. Itu sangat tidak sopan." Chinen mendukung perkataan Yoongi.
"Kau bisa melihat KTP nya kalau tidak percaya. Dan apa kau bilang tadi? Orang tua sepertiku? Sepertinya kau ingin olahraga lagi malam ini." Yoongi menyeringai.
Jimin langsung menggeser posisi duduknya menjauhi Yoongi begitu mendengar kata 'olahraga malam'. Sungguh, Jimin belum siap kalau harus melakukannya lagi. Bukannya tidak mau, Jimin hanya belum siap. Tidak sekarang.
"A-aku percaya k-kok." Jawab Jimin terbata-bata.
"Bagus." Yoongi beralih memandang Chinen. "Nah, sekarang apa rencanamu Chii?"
"Emm.. apa kau bisa mengantarku ke seseorang yang bisa mengajariku membuat strawberry cake?"
"Untuk apa kau repot-repot membuat Strawberry cake sendiri? Memang di Jepang tidak ada yang menjualnya?" Tanya Jimin polos.
"Tentu saja ada. Bulan depan aku akan merayakan anniversary dengan kekasihku." Chinen mengatakannya dengan malu-malu. "Dan aku ingin memberikan sesuatu yang sangat dia sukai. Tapi aku ingin membuatnya sendiri. Karena itu akan terasa lebih spesial."
"Kau datang pada orang yang tepat." Yoongi menjentikkan jarinya. "Aku punya teman yang bisa mengajarimu. Dia sangat pintar dalam hal masak memasak."
"Benarkah?" Chinen bertanya dengan mata yang berbinar-binar. Tidak rugi dia rela jauh-jauh pergi ke Korea untuk minta tolong seseorang mengajarinya membuat strawberry cake kesukaan kekasihnya.
"Yup. Dia punya cafe dengan berbagai menu cake yang sangat terkenal disini. Namanya Seokjin. Nanti aku akan mengantarmu kesana."
"Terima kasih Yoongi-ya~ tidak salah aku jauh-jauh datang kesini untuk minta bantuanmu. Kau sangat bisa diandalkan." Chinen tersenyum lebar sambil mengacungkan dua ibu jarinya.
"Aku ikut!" Jimin tiba-tiba berteriak.
"Eh? Untuk apa? Tidak usah, kau dirumah saja." Jawab Yoongi.
"Gak mau. Pokoknya aku mau ikut." Jimin mempoutkan bibirnya dan melipat dua tangan didepan dada.
"Kalaupun kau ikut kau tidak akan membantu apa-apa Jim." Yoongi masih berusaha menolak permintaan Jimin.
"Chinen~~ tolong biarkan aku ikut.. ya ya ya~" Jimin menggoyang-goyangkan pelan tangan Chinen.
"Ya ampun Jim! Bukankah tadi sudah kubilang panggil dia hyung?!"
"Tidak mau. Wajahnya terlalu imut untuk ku panggil hyung. Tidak apa-apa kan Chii?" Jimin ber-aegyo ria sambil mengeluarkan eye smile andalannya.
Chinen yang tidak tahan dengan wajah imut Jimin akhirnya mengiyakan.
"Terserah kau sajalah. Asal tidak memanggilku anak kecil lagi, apalagi Chibi."
"Yeay.. Gomawo Chii~ kau memang sangat baik."
Yoongi geleng-geleng kepala melihat kelakuan Jimin. Benar-benar tidak cocok dengan umurnya. Wajah dan sifatnya masih seperti anak SMP.
"Sebaiknya kau mandi dulu Chii, akan kubuatkan sarapan. Setelah itu kita ke cafe Jin hyung."
"Oke. Dimana kamar mandinya?" Chinen mengeluarkan baju ganti dari backpacknya.
"Disana." Yoongi menunjuk pintu yang berada disalah satu sudut ruangan. "Pakai handuk yang ada didalam saja. Masih bersih kok."
Chinen mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi.
"Kau mandi juga Jim." Yoongi memandang kearah Jimin.
"Eh? Kenapa aku harus mandi juga hyung?"
"Karena aku tidak mau nanti Jin hyung, Namjoon dan Jungkook berpikir aku sudah menelantarkanmu saat mereka melihat penampilanmu yang seperti gembel ini." Yoongi mencubit gemas hidung Jimin.
"OH! Hehehe " Jimin hanya nyengir mendengar perkataan Yoongi.
Jimin sudah berdiri untuk melaksanakan perintah Yoongi, namun tiba-tiba tangannya ditarik dan membuatnya terduduk kembali.
"Ada apa hyung?" Jimin memandang bingung ke arah Yoongi.
"Ngomong-ngomong, kenapa kau menangis parah tadi?"
"Itu.. emm.. aku pikir hyung-, hyung meninggalkanku." Wajah Jimin berubah muram saat membayangkan hal itu terjadi.
"Apa maksudmu?" Yoongi bingung dengan ucapan Jimin.
"Aku tau hyung pasti marah padaku karena ucapanku semalam."
Yoongi tertawa lebar mendengar ucapan Jimin.
"Hyuuuuung~ kenapa malah tertawa?" Jimin memandang wajah Yoongi sambil merengut.
"Hey.. apa yang membuatmu punya pikiran seperti itu?" Yoongi mengelus rambut Jimin yang berantakan sambil sedikit merapikannya.
"Tadi-, tadi sewaktu aku bangun dan mencari hyung untuk minta maaf, aku tidak menemukan hyung dimana-mana." Jimin mengusap ingus yang keluar dari hidung dengan punggung tangannya. "Kupikir hyung benar-benar pergi dan mencari kekasih lain, yang lebih tinggi dariku." Suara Jimin hampir tidak terdengar diakhir kalimat, bahkan dia kini menundukkan wajahnya.
"Hey.. mana mungkin aku berbuat seperti itu. Dengar ya.." Yoongi menangkup wajah Jimin dengan dua tangannya, dan mengarahkan agar berhadapan dengan wajahnya sendiri. "Aku tidak akan meninggalkanmu, apalagi dengan alasan konyol seperti itu. Mau kau pendek, gemuk, bantet atau apapun itu, aku akan tetap mencintaimu. Aku tidak akan meninggalkanmu. Kalau sampai itu terjadi, kau boleh membunuhku."
Mata Jimin berkaca-kaca setelah mendengar pernyataan Yoongi. Mungkin orang lain akan menganggap Jimin sebagai orang paling tidak beruntung didunia karena menjadi kekasih seorang Min Yoongi, orang yang sangat dingin, cuek, tidak perhatian dan tidak berperasaan. Well, hanya Jimin yang tau betapa beruntungnya dia menjadi kekasih seorang Min Yoongi.
"Aku juga sangat mencintaimu hyung." Jimin memeluk Yoongi erat. Berusaha menyampaikan perasaan cintanya yang sangat besar pada Yoongi.
Yoongi balas memeluk Jimin sambil sesekali mencium pucuk kepala Jimin. Setelah puas berpelukan, Yoongi mendorong pelan tubuh Jimin.
"Sekarang mandilah, aku akan menyiapkan sarapan."
"Ne hyung." Jimin berdiri dan tersenyum.
Ah.. Jimin benar-benar lega sekarang. Perasaan takut yang dia rasakan sebelumnya kini hilang entah kemana. Jimin berjanji akan lebih mengontrol emosinya lain kali. Dia tidak mau kejadian semalam terulang dan membuat Yoongi sakit hati.
.
.
Setelah selesai dengan acara sarapannya, Yoongi, Jimin dan Chinen bersiap pergi menuju cafe Seokjin. Chinen hanya mengganti pakaian atasnya. Polo shirt berwarna pastelnya kini sudah berganti dengan polo shirt lain berwarna soft pink. Uh, Chinen terlihat makin imut sekarang.
Jimin menyamakan pakaiannya dengan pakain Chinen. Jimin memilih polo shirt putih yang bagian atasnya dihiasi warna merah dan hitam. Tidak lupa celana hitam diatas lutut dengan suspender hitam. Converse hijau dan kaos kaki putih pendek. Sangat menggemaskan.
Sedangkan Yoongi hanya memakai kaos putih polos dengan jaket kulit hitam model sederhana dan celana jeans hitam ditambah sneakers putih. Sebuah beanie hitam bertuliskan "Zzz..." dibagian depan bertengger indah dikepala Yoongi.
Yoongi mengunci pintu apartemen, dan ketika berbalik matanya langsung disambut pemandangan dua namja imut yang sedang tersenyum manis padanya.
Ugh.. Yoongi jadi merasa seperti grandpa yang akan mengajak dua cucunya jalan-jalan.
Saat di mobil pun Yoongi hanya diam, karena dia terlalu fokus dengan acaranya menyetirnya. Sedangkan Jimin dan Chinen yang duduk di bangku belakang sedang mengobrol entah apa itu, sambil sesekali bercanda dan tertawa riang.
Ugh.. sekarang Yoongi merasa seperti sopir yang sedang mengantar dua anak SD ke taman bermain.
.
Sesampainya di cafe Seokjin, Jimin berjalan cepat sambil menarik tangan Chinen untuk segera masuk ke cafe. Yoongi bisa melihat wajah ceria Jimin dan Chinen saat memasuki cafe.
Ugh.. sekali lagi Yoongi merasa seperti seorang kakak yang sedang membelikan ice cream untuk dua adik kecilnya.
Yoongi menghela napas pelan, lalu mengikuti Jimin dan Chinen yang sudah lebih dulu masuk ke cafe.
Yoongi duduk disalah satu kursi dekat kasir. Dari tempatnya duduk, Yoongi bisa melihat kearah dapur. Disana NamJin dan Jungkook sedang antusias menyambut kedatangan Jimin dan Chinen. Yoongi tidak tau bagaimana ceritanya, tapi NamJin dan Jungkook sudah terlihat akrab dengan Chinen. Yoongi heran, sebenarnya teman Chinen itu dirinya atau mereka berempat? Kenapa mereka terlihat lebih akrab dengan namja mungil itu?
Yoongi hanya duduk dan memandangi mereka berlima sambil menunggu pesanan Cappucino dan cheesecake nya datang. Terlihat NamJin dan Jungkook yang sedang mengajari Chinen membuat strawberry cake. Sedangkan Jimin hanya melihat-lihat, sesekali mencomot buah strawberry dan membuatnya mendapat jitakan sayang dari Seokjin.
Saat melihat Seokjin menjitak Jimin, rasanya Yoongi ingin menghampiri dan melindungi kepala kekasihnya itu dari serangan Seokjin. Tapi melihat ekspresi Jimin yang malah tertawa lebar setelah itu, membuat Yoongi mengurungkan niatnya. Yoongi tersenyum melihat tingkah Jimin. 'Dasar bocah' batinnya.
.
3 jam kemudian, Chinen sudah selesai dengan acara 'Belajar membuat strawberry cake bersama Couple Namjin dan 'anak'nya, Jungkook'.
Yoongi, Jimin dan Chinen memutuskan untuk pulang.
"Jin nii-san, Namjoonie, Jungkookie.. terima kasih karena sudah mau repot-repot mengajariku membuat strawberry cake." Chinen membungkukkan badannya. "Maaf sudah merepotkan kalian."
"Sama-sama Chinen-ah. Kami sama sekali tidak merasa direpotkan. Kami malah senang bisa membantumu." Ucap Jin.
"Aku yakin pasti kekasihmu akan senang saat kau buatkan strawberry cake kesukaannya." Namjoon menambahkan.
"Chinen hyung, kalau kapan-kapan kau ke Korea lagi jangan lupa mengunjungi kami. Aku akan mengajarimu membuat cake lagi." Jungkook tersenyum hingga gigi kelincinya muncul.
"Tentu saja.. kalau kalian ke Jepang, jangan lupa menghubungiku. Aku akan mengajak kalian keliling Tokyo." Balas Chinen.
"Bye.. sampai jumpa lagi.." Chinen tersenyum dan melambai dari jendela mobil yang sudah mulai berjalan.
"Bye bye.." terdengar koor dari Seokjin, Namjoon dan Jungkook.
.
.
Yoongi memarkirkan mobilnya didepan toko milik HoseTae. Sebelumnya Chinen mengatakan ingin membeli oleh-oleh dulu sebelum pulang.
Sama seperti saat di cafe Seokjin, disini pun HoseTae menyambut kedatangan mereka dengan ceria dan heboh, apalagi ketika melihat Chinen. Hoseok dan Taehyung langsung menyerang Chinen dengan gemas. Mencubiti pipi, hidung dan dagu. Bahkan mereka mengelus-elus rambut Chinen. Sedangkan Chinen hanya bisa pasrah karena selalu dianggap anak kecil oleh orang yang baru pertama kali bertemu dengannya.
"Hyung, dimana kau menculik anak kecil yang imut ini?" Taehyung bertanya dengan tampang aliennya.
"Jimin-ah, kau tidak marah karena Yoongi hyung sudah menculik anak kecil?" Hoseok bertanya pada Jimin sambil nyengir kuda.
Jimin tertawa keras mendengar pertanyaan aneh dari dua orang itu. Reaksi mereka berdua sama persis dengan Jimin waktu pertama kali melihat Chinen. Sama-sama menganggap Chinen adalah anak kecil yang sudah diculik Yoongi.
Yoongi mengusap wajahnya kasar. Couple di depannya ini memang selalu berhasil membuat Yoongi emosi dengan kelakuannya.
"Asal kalian tau saja. Chinen itu bukan anak kecil. Dia seumuran denganku. Jadi sudah sepantasnya kalian memanggilnya Hyung."
"Oh" Tahyung menjawab seperlunya.
"Benarkah?" Hoseok menanggapi Yoongi dengan malas.
Hoseok dan Taehyung menganggap Yoongi bercanda saat mengatakan bahwa mahluk imut didepan mereka yang bernama Chinen itu seumuran dengan Yoongi. Jadi mereka tetap melanjutkan kegiatannya, menggemasi (?) Chinen.
"Ano.. permisi.. apakah aku bisa memilih-milih barang yang akan ku beli? Pesawatku akan take off 2 jam lagi, jadi aku harus bergegas."
"Eh~~ kenapa buru-buru sekali?" Taehyung sedikit merengut sekarang.
"Iya, kenapa buru-buru sekali? Padahal kan kami ingin bermain dulu denganmu" Hoseok ikut merengut.
"Ah, itu.. karena aku hanya mendapat libur satu hari. Jadi aku harus pulang hari ini juga." Chinen memang berencana ke Korea hanya sehari. Jadi dia mengambil penerbangan paling pagi dan kembali ke Jepang dengan penerbangan paling malam.
"Ooooh~. Baiklah, kalau begitu aku akan membantu memilih-milih." Taehyung menawarkan diri untuk membantu.
"Benar. Jadi, kau ingin barang yang seperti apa?" Hoseok ikut bicara.
"Emm, aku ingin . . . . . . . . . . . . . "
.
Hoseok dan Taehyung sedang membantu Chinen memilih-milih barang apa saja yang akan dia jadikan oleh-oleh. Sementara Jimin sedang tidur di sofa dengan paha Yoongi sebagai bantalnya.
Jimin bilang dia lelah dan ingin tidur sebentar sembari menunggu Chinen selesai berbelanja. Yoongi menyuruh Jimin untuk tidur dipahanya dan akan dibangunkan kalau Chinen sudah selesai. Jimin langsung merebahkan kepalanya di paha Yoongi dan Yoongi dengan senang hati mengelus-ngelus kepala Jimin, membuatnya semakin cepat tertidur.
.
Saat sedang sibuk memilih, handphone Chinen berbunyi. Chinen mengangkat teleponnya dan berjalan sedikit menjauh dari Hoseok dan Taehyung.
"Moshi moshi?"
"..."
"Ah, Yamachan. Ada apa?"
"..."
"Ne, aku akan boarding 2 jam lagi."
"..."
"Tidak usah. Nanti aku akan menginap dirumah Keito, karena rumahnya paling dekat dengan bandara."
"..."
"Iya. Kau jemput saja besok pagi."
"..."
"Ja, mata ashita."
Chinen menutup teleponnya dan kembali menghampiri Hoseok dan Taehyung yang masih sibuk memilih-milih.
"Sepertinya ini sudah cukup." Chinen memandang kearah keranjang belanjaanya yang sudah hampir penuh.
"Apa kau yakin?" Taehyung bertanya.
"Ne.." Chinen mengangguk.
.
Setelah membayar semua belanjaannya, Chinen berpamitan dengan Hoseok dan Taehyung.
"Hoseok-ah, Taehyung-ah. Terima kasih karena sudah membantuku memilih oleh-oleh." Chinen tersenyum dan membungkukkan badan.
"Sama-sama Chinen-ah. Lain kali kalau ada waktu kau harus main kesini lagi. Tapi pastikan kau punya banyak waktu, karena aku ingin main denganmu seharian." Ucap Taehyung.
"Ne.. akan kuusahakan."
"Ini hadiah dari kami. Semoga kau suka." Hoseok memberikan sebuah paperbag kecil ke Chinen.
"Ah, kalian seharusnya tidak usah repot-repot memberiku hadiah. Tapi, sekali lagi terima kasih banyak." Chinen membungkuk sekali lagi. "Dan kalau kapan-kapan kalian berlibur ke Jepang, jangan lupa mengabariku."
"Pasti itu." Taehyung menjawab sambil tersenyum.
Chinen masuk ke mobil dan duduk disamping Jimin.
"Bye~ sampai jumpa lagi." Chinen melambaikan tangannya dari dalam mobil.
"Bye Chinen~ sampai jumpa lagi.." Hoseok dan Taehyung balas melambai.
.
.
Sepulang dari Toko HoseTae, Yoongi dan Jimin langsung mengantar Chinen ke bandara karena pesawatnya akan take off 30 menit lagi.
"Yoongi-ah, Jimin-ah. Terima kasih banyak karena sudah mau menemaniku seharian ini." Chinen tersenyum sambil membungkukkan badannya.
"No problem. Aku senang bisa menemanimu hari ini. Iya kan Jimin-ah?" Yoongi menoleh ke Jimin yang berdiri disampingnya.
"Ne.. Yoongi hyung betul. Aku senang sekali karena seharian bisa menemanimu jalan-jalan." Jimin tersenyum memamerkan eyesmile nya. "Lain kali kau harus kesini bersama kekasihmu, aku ingin tau siapa orang yang beruntung mendapatkan namja imut sepertimu."
"Akan kuusahakan. Kalian juga, kapan-kapan mainlah ke Jepang. Akan ku kenalkan dengan kekasih dan teman-temanku disana. Mereka juga baik dan ramah seperti Jin nii-san, Namjoon, Jungkook, Hoseok dan Taehyung."
"Tentu. Kami memang berencana untuk bulan madu ke Jepang."
"Hyuuuung~" Jimin mencubit lengan Yoongi karena malu. 'Menikah saja belum masak mau bulan madu?' Pikir Jimin.
Chinen tertawa pelan melihat tingkah laku pasangan didepannya ini.
"Sepertinya aku harus segera pergi. Sayonara~~" Chinen berjalan menjauh sambil melambaikan tangan.
"Sayonara~~" Yoongi dan Jimin membalas lambaian Chinen.
Setelah mengantar Chinen, Yoongi dan Jimin memutuskan untuk langsung pulang. Mereka lelah dan ingin cepat istirahat. Apalagi Jimin, seharian ini dia benar-benar tidak bisa diam saat menemani Chinen. Sedangkan Yoongi kebanyakan hanya duduk-duduk saja sambil mengawasi Jimin dan Chinen yang sibuk dengan urusannya.
.
.
Sesampainya di apartemen, Jimin langsung berlari menuju kamar dan merebahkan tubuhnya diranjang, bahkan tanpa melepas sepatunya. Yoongi yang melihat Jimin hanya tersenyum.
'Kasian sekali Jimin, dia pasti lelah. Anak itu memang selalu hyperaktif.' Batin Yoongi.
Yoongi berjalan mengikuti Jimin kekamarnya. Setelah selesai mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, Yoongi menghampiri Jimin dan menepuk punggungnya pelan.
"Bangun Jim. Lepas dulu sepatumu dan ganti bajumu dengan baju tidur."
"Aku lelah hyuung." Jimin berkata lirih dengan masih memejamkan matanya.
Yoongi hanya tersenyum. Sepertinya Jimin benar-benar lelah. Bahkan untuk membuka mata saja Jimin tidak sanggup.
Dengan telaten Yoongi melepas sepatu Jimin satu persatu. Lalu mendudukkan Jimin agar memudahkan Yoongi mengganti pakaiannya. Bahkan Jimin masih memejamkan mata saat Yoongi mendudukkannya. Setelah menurunkan suspender dari bahu Jimin, Yoongi melepas pakaian Jimin dan menggantinya dengan pakaian tidur.
Yoongi memutuskan untuk tidak mengganti celana pendek Jimin dengan celana tidur, dia tidak mau sampai tergoda dan memaksa Jimin untuk melakukan 'olahraga malam'. Jadi Yoongi hanya melepaskan suspendernya saja, agar tidak mengganggu tidur kekasih manisnya itu.
Setelah selesai mengganti pakaian, Yoongi menyamankan posisi tidur Jimin. Memberikan guling yang langsung saja dipeluk erat oleh Jimin.
Yoongi terkekeh melihat kekasihnya yang sedang tertidur seperti ini, sangat imut dan menggemaskan. Yoongi berbaring disamping Jimin dan membenarkan letak selimutnya sampai menutupi bagian bawah tubuh mereka berdua.
Yoongi memeluk tubuh Jimin dari belakang dan menyamankan posisi tangannya di perut Jimin. Posisi yang sangat disukai Jimin, tidur dengan Yoongi yang memeluk tubuhnya dari belakang. Jimin sedikit menarik tangan Yoongi yang ada diperutnya. Memberi isyarat agar Yoongi lebih mengeratkan pelukannya.
"Selamat malam Jimin sayang." Yoongi mencium kepala Jimin sekali. Lalu memejamkan matanya mengikuti Jimin pergi ke alam mimpi.
.
.
end
.
.
.
Kalau pengen tau bentuknya Chinen kayak gimana, cari di google saja ya..
.
.
"Yoongi hyung"
"Hmm"
"Hyung lihat tidak, orang yang duduk di sofa dan sedang main handphone di belakang Chinen tadi?"
Jimin mengingat-ingat seseorang yang juga terlihat di layar saat dirinya dan Yoongi sedang video call dengan Chinen setengah jam yang lalu.
"Dia namja chingu nya Chinen. Memangnya kenapa?"
"Emm... sepertinya aku pernah melihatnya. Tapi dimana yaa..."
"Kau memang pernah melihatnya Jim."
"Eh? Benarkah? Dimana?"
"Ingat tidak, drama Jepang yang belakangan ini kau tonton dengan Jin hyung dan Taehyung?"
"Emm..." Jimin berpikir sebentar. "Maksud hyung yang 'Kindaichi' si detektif atau 'Koro sensei' si gurita alien berwarna kuning itu?"
"Dua-duanya."
"Ingat, trus kenapa?
"Coba ingat-ingat pemeran utamanya."
"Pemeran utamanya sama kan? Kalau tidak salah namanya Yamada Ryu-, Ryo-, Ryosuke. Iya betul, namanya Yamada Ryosuke. Lalu?"
"Ya yang duduk dibelakang Chinen dan sibuk main handphone itu namanya Yamada Ryosuke."
"Oh~~ pantas saja aku merasa pernah melihat wajahnya."
"..."
"EH? Ja-ja jadi, Chinen itu namja chingu nya a-artis?"
