Title: Sunny
Pairing: Yunho x Changmin (HoMin)
Rating: T (mungkin akan naik nanti)
Summary: (author dodol gak bisa bikin summary)
Genre: Romance, Drama, Angst
A.N : Hi semua, salam kenal ya... Aku termasuk baru di FFN ini, mohon bantuannya ya.. ini juga fanfiction yang pertama aku post disini, semoga semuanya suka. Maaf kalau ada yang kurang berkenan. Oke tanpa basa basi, mari kita mulai saja ceritanya. Enjoy :)
-O-
Aku mengusap peluh yang bercucuran dari kepalaku. Hari ini begitu terik. Walaupun pagi tadi sempat diguyur hujan, tapi siang ini panasnya tidak tertahankan. Jaket sudah terlepas dari tubuhku, hanya meninggalkan kaus oblong warna krem yang tipis, namun tetap saja tidak sanggup menyejukkan. Dengan cuaca yang seperti ini, melangkahkan kaki di bawah langit sungguh membuatku enggan. Tapi bagaimana lagi, aku harus pergi kerja. Jadwal kerjaku di restoran akan dimulai satu setengah jam lagi, aku tak boleh terlambat.
Jadi disinilah aku sekarang, di halte bis yang sudah cukup tua dimakan umur. Kotor, sampah plastik berserakan, dan itu membuatku kesal. Tak bisakah orang-orang ini membuang sampah pada tempatnya? Aku benci dengan lingkungan yang seperti ini. Aku ini penyuka kebersihan. Lihat saja apartemenku. Kecil, tapi bersih dan rapi. Hal itu membuatku merasa nyaman.
Ah sudahlah.. toh aku juga tak bisa berbuat apa-apa. Aku mengangkat bahuku dan melangkah menuju bangku yang ada di sana.
Aku menghela nafas lega setelah duduk, paling tidak sekarang aku terlindung dari teriknya sinar matahari.
Aku menengadahkan kepalaku ke langit, menatap matahari yang seperti tiada lelah menguasai langit di atas sana. Saking teriknya aku sampai memicingkan mata. Dan sepintas, entah mengapa tiba-tiba pikiranku beralih kepada orang itu. Yang hanya tersenyum begitu menyilaukan, yang sinar di matanya bisa menghangatkan. Benar- benar seperti matahari. Namun sama seperti halnya dengan matahari… begitu jauh… tidak terjangkau oleh tangan.
Saat itu…
Ah.. Shim Changmin, kau ini kenapa mengingat hal-hal yang tidak perlu?
Aku menggelengkan kepala, mencoba mengusir kenangan yang sudah lama tidak ingin aku usik kembali. Aku menutup mata, kemudian mengatur nafas yang sedikit menyesakkan tadi. Begitu membuka mata, alih-alih teriknya siang, aku melihat bayangan orang yang tengah berdiri tepat di hadapanku.
"Ternyata benar-benar Changmin…"
Suara itu… Tidak mungkin kan?
Aku menengadah, dan senyum itu di sana. Senyum indah yang seperti matahari itu merekah, dan mata musang yang selalu menatapku hangat itu kini pun tak jauh berbeda dengan terakhir kali aku melihatnya.
Mataku membulat, mulutku terbuka. Aku tidak percaya bahwa yang aku lihat ini dia. Lelaki itu, yang menit sebelumnya aku pikir tak akan pernah lagi bertemu. Tapi dia di sana. Wajahnya tidak berubah, namun terlihat lebih dewasa daripada terakhir kali kami bertemu.
"Yunho…"
-O-
Entah sudah berapa lama kami berdiam seperti ini.. Rasanya tidak nyaman, dan aku bergerak-gerak gelisah tidak tahu harus mulai dari mana. Dia juga begitu. Duduk di sebelahku, sejak tadi hanya diam, tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Aku memberanikan diri untuk meliriknya, dan aku melihat sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyum. Hanya senyum kecil, tapi membuat hatiku berdesir hebat. Aku memalingkan mata darinya, menggenggam erat kain jaket yg sedari tadi berada di atas pangkuanku.
Tapi jujur saja, aku penasaran dengannya. Sudah lama tidak bertemu, tentu aku ingin tahu apa saja yang berubah darinya. Apakah ia masih sama dengan yang dulu? Dengan Jung Yunho yang pernah kukenal waktu SMA.
Yunho yang ini benar-benar sudah menjadi lelaki dewasa. Sangat tampan. Hidungnya mancung dan terpahat dengan sempurna. Garis rahangnya kokoh dan tegas. Tubuhnya lebih berisi dan tampak kekar. Aku tersenyum, dia pasti ke gym setiap hari atau kalau tidak mempertahankan hobinya lari di pagi hari.
Sepertinya sekarang dia juga sudah kerja.. dari penampilannya yang rapi, dengan kemeja dan dasi warna senada, dia pasti kerja kantoran. Tidak seperti aku yang hanya bisa kerja dengan posisi kecil. Aku tidak melanjutkan kuliah, dan lulusan SMA seperti aku bisa apa? Apalagi ini hanya kota kecil.
"Min…"
Aku terlonjak mendengar suaranya, buru-buru memalingkan wajah dari kegiatanku mengamati sosoknya. Takut ketahuan.
"Ya?" Jawabku, entah mengapa suaraku bisa setenang itu, padahal hati ini rasanya sudah ingin melompat keluar.
"Bagaimana kabarmu?" Yunho menatapku, dan sebagian wajahku terasa panas akibat efek dari tatapannya itu.
"Aku baik, Yunho… Kau bagaimana?"
"Begini-begini saja…" Ia tertawa renyah. Itu suara tawa yang sudah lama tidak kudengar, yang sebelum ini hanya aku ingat lewat memoriku yang terbatas. "Kamu kerja di mana sekarang?"
"Di restoran pizza di kota. Hanya satu-satunya restoran pizza di sana. Kamu kerja di kantor ya?"
"Iya… Di perusahaan keluarga." Jawabnya. Yunho lalu bercerita, setahun yang lalu, begitu kuliahnya di Amerika selesai, ia langsung diangkat sebagai CEO menggantikan ayahnya yang sudah harus pensiun. Sejak dulu aku tahu, masa depan Yunho ini sangat cerah. Dia pasti akan menggantikan ayahnya memimpin Jung Corp yang terkenal itu. Saat itu akhirnya tiba juga, dan aku merasa sangat bangga padanya. "Min..."
"Ya?"
"Kenapa?"
"Eh?" Aku menatapnya bingung, tidak mengerti apa yang ingin ditanyakannya. Wajahnya berubah menjadi begitu serius.
"Kenapa pindah tak bilang padaku? Aku mencarimu kemana-mana."
Aku menggigit bibir. Aku tahu cepat atau lambat Yunho pasti akan menanyakan hal itu. Tapi bagaimana aku harus memulai? Semuanya sangat rumit. Justru karena tidak ingin Yunho mengetahui alasannya maka aku tidak pernah berpamitan padanya. Aku tak mengerti takdir macam apa yang sedang mempermainkan hidupku. Lima tahun setelah tidak bertemu, kami malah dipertemukan secara tidak sengaja seperti ini.
"Kok diam?" Yunho bertanya, dan kemudian meraih tanganku dengan tangannya.
Nafasku tercekat. Tangannya hangat. Ini salah satu kebiasaannya yang tak pernah bisa kulupakan. Ia suka menggenggam tanganku, menggandengnya dan menuntunku ketika berjalan, dan ia sering melakukan ini bila ia ingin menenangkan kegelisahanku. Aku buru-buru menepisnya. Hati-hati, agar aku tidak membuatnya tersinggung. Bukan karena tidak suka, tapi aku tidak percaya diriku sendiri bila berada dekat dengannya. Jantungku ingin lompat rasanya, dan hatiku serasa mau meledak.
"A-aku—"
Tin tin!
Suara klakson sepeda motor membuatku terlonjak sedikit, membuyarkan konsenstrasiku saat menghadapi pertanyaan Yunho. Aku mendongak dan melihat seorang lelaki tampan yang amat kukenal duduk di sepeda motornya, dengan senyumnya yang merekah saat menatap ke arahku.
"Minnie.. Mau ke restoran kan? Ayo!" Katanya menyodorkan helm berwarna biru ke arahku.
"I-iya..." Aku buru-buru bangkit dari bangku itu. Berjalan ke arahnya. Namun setengah jalan aku ingat kalau ada Yunho di sana. Jadi aku berbalik, dan ekspresiku meminta maaf. Yunho pun sudah berdiri. "Maaf, Yunho, aku harus kerja, nanti aku terlambat. Maaf ya, ceritanya lain kali saja."
Aku berbalik, namun Yunho dengan cepat meraih tanganku. "Aku akan mencari dan menemuimu, boleh kan?" Yunho menatapku dalam, matanya penuh harap. Ketika aku mengangguk, ia tersenyum kecil. Ekspresinya terlihat lega.
Yunho melepaskan genggamannya terhadap pergelangan tanganku. Aku pun meraih helm yang tersodor ke arahku, dan kemudian naik ke atas sepeda motor. Aku tersenyum kecil pada Yunho untuk terakhir kali, dan Yunho melambaikan tangan. Senyumnya cerah sekali.
Sepeda motor itu akhirnya bergerak, dan aku memeluk pinggang lelaki yang mengendalikannya supaya aku tidak jatuh. Pikiranku melayang jauh. Begitu jauh, jauh ke waktu delapan tahun yang lalu saat semuanya di mulai. Kenangan yang selama ini tidak ingin aku usik, tanpa terduga muncul ke permukaan dan membuat hatiku gelisah seperti ini. Kenapa harus sekarang?
"Min, kok kamu diam saja?" Suara lelaki di depanku membuyarkan lamunanku. Aku tidak sadar kalau tadi melamun. "Aku sudah mengencangkan laju sepeda motorku, tapi kamu diam saja. Biasanya kamu cerewet sekali soal kebiasaanku mengebut. Kamu memikirkan apa sih?"
Aku tersenyum kecil. Lelaki ini sangat tahu kebiasaanku yang selalu diam dan melamun bila sedang memikirkan sesuatu. Dan aku tahu kebiasaannya yang pasti sedang cemberut sekarang. Dia tidak suka aku mengacuhkannya. Dia lebih tua lima tahun daripada aku, tapi terkadang ia lebih kekanakan daripada aku. Kalau aku mengejeknya dan mengatakan padanya kalau dia kekanakan, dia pasti akan bilang kalau aku seperti bapak-bapak, jiwaku sudah tua. Dia bahkan sering bercanda dengan memanggilku ahjusshi. Aku terkikik geli bila teringat kebiasaannya itu.
"Bukan apa-apa, kok, hanya teringat sesuatu... Maaf ya mengacuhkanmu…" Aku menyandarkan kepalaku di pundaknya dan mengeratkan pelukanku pada pinggangnya. Nyaman sekali seperti ini.
"Yang tadi itu siapa? Kenalanmu? Kok aku belum pernah lihat…" Dia bertanya lagi, sedikit berteriak karena beradu dengan bisingnya suara lalu lintas yang ramai.
Aku menghela nafas. "Teman waktu di Seoul dulu, baru bertemu lagi setelah sekian lama…"
"Oh begitu…" Dia bergumam. "Tadi aku ke rumah, tapi ternyata kamu sudah berangkat, untung bisnya tadi belum datang…" Dia lanjut mengoceh dan aku hanya mengangguk, sesekali menjawab pertanyaannya dengan singkat.
Maaf ya, Jung Suk hyung, aku berbohong. Aku paling tidak suka bohong padamu, tapi Yunho itu bukan hanya sekedar teman biasa untukku. Dia cinta pertamaku. Aku kira semua perasaanku padanya telah menguap termakan jarak dan waktu, tapi setelah melihat sosoknya kembali, aku bahkan tidak yakin bagaimana perasaanku sekarang. Ada getaran yang tidak kuinginkan kembali merasuki hatiku.
Tapi tenang saja, aku tahu batasanku. Sejak dua tahun lalu aku sudah memutuskan bahwa aku akan jadi milikmu. Aku adalah kekasihmu sekarang. Kau yang begitu baik, yang begitu menyayangi dan mencintaiku. Satu bulan lagi, aku akan sepenuhnya menjadi milikmu. Cincin yang melingkar di jari manisku menjadi saksi bahwa aku akan menepati janjiku untuk menikah denganmu.
Itu pasti.
TBC~
in case you all want to know...
Jo Jung Suk sebagai kekasih Changmin sekarang. kenapa dia? karena aku suka sekali dengan aktingnya di King 2 hearts sebagai Eun Shi Kyung.. hehehehe..
last.. review please.. ;)
