100 Love for Berwald and Tiina
Disclaimer ©Hidekaz Himaruya
Warning: OOC, AU, fluff things, gen-ben chara, semi adult, don't like don't read.
1. Jealousy
"Aku sama sekali tidak mengerti apa mau Ber!" Tiina membentaknya dengan kasar. "Aku sudah lelah dengan semua ini, Ber sama sekali tidak memberitahuku apa yang terjadi dan Ber juga tidak mau tahu apa perasaanku! Ber sama sekali tidak mencintaiku kan?"
Berwald berdeham pendek, belakangan ini Tiina seperti istri pencemburu. Ia tidak mengerti apa alasan Tiina bersikap seperti itu. Seingat Berwald, ia sama sekali tidak pernah membuat Tiina sedih dan pria Swedia tersebut berusaha memanjakan Tiina sebisa mungkin. Jika memang Berwald pria kejam ia pasti akan meninggalkan Tiina di jalanan dan membiarkan Tiina luntang-lantung di luar sana.
"Aku tidak mengerti, Tiina," jawabnya dingin. "Kembali ke kamar!"
Tetapi kali ini emosi gadis itu memuncak dan ia menyiramkan air di dalam pitcher ke wajah Berwald. Berwald terkejut ketika Tiina menyiramnya dengan air.
"A-apa-apaan ini?" tanyanya dengan nada terkejut.
"Sudahlah! Percuma saja bicara denganmu, moi!" Tiina menambahkan dengan nada penuh kemarahan dan meninggalkan Berwald dalam keadaan basah kuyup. "Ber memang tidak mencintaiku sama sekali. Sesuka Ber saja ingin berkencan dengan wanita lain!"
2. Sweet Love
Sejak dulu, Berwald mencintai Tiina dengan sepenuh hatinya. Bahkan sebelum mereka saling mengenal satu sama lain dan dekat.
Dulu, hampir setiap hari Berwald mengikuti Tiina secara diam-diam. Gadis muda yang berasal dari suatu pedesaan di Lapland menarik hatinya untuk mengenal gadis itu lebih dekat lagi. Segala cara gila diam-diam ia lakukan demi mendapatkan Tiina sekalipun jika ketahuan akan menakuti Tiina itu sendiri
"E—ei, mengapa mengikutiku?" Tiina menatap pria Swedia yang tinggi besar menakutkan itu dengan tatapan penuh ketakutan seolah-olah pria itu akan menerkamnya. Tiina takut kalau-kalau pria itu akan menghajarnya habis-habisan.
"Hm—Namaku Berwald," jawab pria itu tanpa ditanya. Jawaban Berwald spontan saja keluar tanpa ada tedeng aling-aling. Gadis Finlandia itu berhasil membuatnya berdebar-debar bahkan membuatnya jantungan setengah mati. "Namamu?"
"T—Tiina Vainamoinen," jawabnya gugup dan membuang wajahnya ke arah lain.
Sejak perkenalan itulah, ia dan Tiina semakin dekat. Yang berubah dari Berwald sendiri ialah bahwa Berwald semakin mencintai Tiina ketika Tiina semakin dewasa. Baginya cinta adalah sesuatu yang dapat mengisi kekosongan di dalam hatinya.
Tiina sama sekali tidak tahu bahwa ia adalah gadis beruntung yang dicintai oleh pria yang tulus selama hidupnya.
Ya, seandainya Tiina tahu, ia pasti akan merasa bahagia teramat sangat dan bersyukur karenanya.
3. Afraid
Ketakutan terbesar Berwald dimana ia sama sekali tidak bisa membahagiakan Tiina, lebih-lebih jika ia membuat Tiina tersiksa karenanya. Itu merupakan penderitaan terbesarnya yang tidak bisa dibayangkan sedikitpun.
Selama ini ia selalu bertanya-tanya apakah ia sudah menjadi pria yang tepat untuk Tiina. Apakah ia sendiri juga sudah melakukan yang terbaik untuk Tiina? Ia sama sekali tidak tahu, ia takut jika pada akhirnya Tiina merasa tersiksa bersamanya dan memutuskan untuk memilih pria lain di dalam kehidupannya.
Hanya Tiina-lah yang bisa membuatnya takut akan sesuatu hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan olehnya. Ketakutan yang sama sekali tidak beralasan. Merupakan ketakutan yang disebabkan oleh cinta yang teramat dalam.
4. Surprise
Sesuatu mengenai Tiina selalu membuat Berwald terkejut sekaligus terkagum-kagum. Ia sendiri baru menyadari bahwa Tiina sangat keibuan tetapi ia sama sekali tidak bisa memasak sedikitpun. Masakan Tiina membuat banyak orang ingin segera kabur saat itu juga.
Sejujurnya, diam-diam Berwald membuang makanan buatan Tiina ke dalam tong sampah setiap malam.
Tetapi tidak hanya itu saja yang membuat Berwald terkejut danmasih banyak hal-hal lainnya yang harus diperhitungkan. Terutama jika mengetahui pekerjaan sampingan Tiina ketika di hari Natal yang membuat Berwald harus mengerem nafsunya sendiri untuk tidak menyerang Tiina secara tiba-tiba dan merusak acara Tiina.
Apapun mengenai Tiina selalu membuat Berwald terkejut dan tidak bisa dibayangkan, hal itulah yang membuat Berwald semakin hari semakin mencintainya.
5. Baby
"Tiina—aku mau sesuatu!"
"Apa?" Tiina membalas pertanyaan Berwald dengan wajah ceria. "Ingin kumasakkan sesuatukah? Akan kumasakkan untukmu."
Berwald menggengam tangan Tiina dengan tiba-tiba dan mengelus perut datar Tiina dengan lembut serta menempelkan wajahnya di sana. "Aku ingin bayi, Tiina!"
"Ber—jangan bercanda? Serius!" Tiina menjauh dan memukul tangan Berwald yang seenaknya memegangi perutnya, tak lupa ia memelototi Berwald ketika Berwald berkata ia menginginkan seorang anak. "Itu bukan sesuatu yang sopan untuk dibicarakan, bukan?"
Memang bukan sesuatu yang sopan untuk dikatakan, tetapi ia benar-benar menginginkan hal itu hingga ia nyaris gila karenanya. Bayangan Tiina kecil di dalam mimpinya benar-benar merusak kewarasannya hingga ke dalam titik terendah.
6. Bomb
Berwald dan Tiina sama sekali tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Jika Berwald kehilangan Tiina, maka sama saja seperti meledakkan bom di sekitarnya. Bisa dipastikan, hidup Berwald akan menjadi tidak karuan dan kehilangan semangat hidupnya.
Tanpa Berwald sadari, cinta membuatnya berubah sepenuhnya. Ia merasa senang bisa mendapatkan cinta Tiina dan memiliki gadis itu di dalam dekapannya, tetapi jika ia kehilangan Tiina, Berwald siap menjadi bom waktu yang siap untuk meledakkan sekitarnya.
Bukan bom yang membunuh secara fisik, tetapi secara mental. Lama bisa terobati, mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya. Dan itu bukan merupakan waktu yang sebentar jika dihitung dengan jari.
7. Pretty
Jika dibandingkan dengan gadis lain, tentu Tiina tidak bisa dibilang gadis cantik dan tergolong biasa-biasa saja. Dan secara logika, pria manapun tidak akan memilih Tiina jika dibandingkan dengan Halldora yang merupakan mantan pacar dari Berwald.
Berwald sering merasakan betapa sedihnya Tiina ketika orang-orang sering membandingkan Tiina dengan mantan pacarnya. Ia bisa merasakan sendiri bagaimana sakit yang dirasakan Tiina, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Tiina mengenai mantan pacarnya.
Tetapi Berwald pasti memiliki alasan sendiri mengapa ia memilih Tiina sebagai cinta terakhirnya dan selamanya. Bukan karena ia cantik dan sebagainya tetapi melainkan ada sesuatu dari dalam diri Tiina yang membuat Berwald tertarik padanya. Kepolosan Tiina yang seperti anak kecil itulah yang membuat Berwald selalu mengingatnya dan mencintainya dengan sepenuh hati.
8. Believe
Cinta membutuhkan suatu kepercayaan di antara keduanya, tanpa adanya rasa percaya maka akan sulit untuk membangun suatu hubungan yang lebih konkrit. Untuk beberapa hal, Tiina berusaha untuk lebih mempercayai Berwald. Mengingat berdasarkan fakta yang ada bahwa ia sama sekali adalah pacar kedua bagi pria itu.
Seharusnya Tiina bisa lebih percaya pada Berwald dibandingkan omongan-omongan orang lain tetapi Tiina sama sekali tidak bisa. Ia terlanjur mencintai Berwald hingga sakit rasanya membayangkan Berwald pernah menjadi milik seseorang sebelumnya. Ia menjadi ragu apakah cinta pria itu terhadapnya benar-benar tulus.
"Apa Ber benar-benar mencintaiku?" Tiina bertanya pada Berwald, dingin sekaligus terdengar sendu. "Katakan padaku!"
9. Eternal Love
Apapun yang terjadi, Berwald sama sekali tidak bisa berhenti mencintai Tiina sedikitpun. Sekalipun badai menghadang, cintanya semakin bertumbuh dan kokoh. Berbeda dengan kebanyakan pria yang mencari penggantinya jika sang terkasih telah tidak ada.
Ia sama sekali tidak cocok dengan pola seperti itu, baginya ia hanya bisa mencintai satu wanita di dalam hidupnya. Gadis itu berada di depannya, yang selalu menunggunya dengan setia baik di dalam keadaan suka dan duka.
Berwald bisa merasakan bahwa ia semakin mencintai Tiina, waktu demi waktu, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun.
10. Cute
"Jangan perlakukan aku seperti anak-anak, Ber!" Tiina membentak Berwald dengan wajah cemberut "Aku sudah enam belas tahun!"
Berwald mendengus pelan, menahan tawanya melihat ekspresi Tiina yang tidak jelas dan lucu untuk dilihat. "Kau masih polos."
Wajah Tiina semakin ditekuk. Ia dan Berwald memang berbeda sekitar dua puluh tahun usianya tetapi Tiina kesal Berwald memperlakukannya seperti anak kecil yang ingin diberi permen.
"Ya sudah, aku pergi saja deh," Tiina berkata dengan kesal. "Aku sudah bukan anak-anak lagi, Ber!"
Memang benar kamu masih anak-anak, Tiina. Akui saja, aku akan tetap memperlakukanmu sebagai wanita tetapi tidak untuk sekarang ini karena aku ingin melihat wajah polosmu.
11. Cake
Setiap hari ulang tahun Tiina, Berwald selalu memberikan satu loyang kue berwarna putih dan biru buatannya sendiri serta beberapa hiasan di atasnya.
"Kue yang sangat bagus sekali,Ber!" seru Tiina riang. "Kiitos!"
Senyuman Tiina yang menerima kue buatannya merupakan sesuatu yang selalu terpatri di dalam ingatanya seumur hidupnya. Senyuman yang mampu membuat Berwald berada di dalam awang-awang.
12. Protective
Sebisa mungkin, Berwald selalu berhati-hati agar tidak melukai gadis Finlandia tersebut. Tiina terlihat kuat di luar tetapi rapuh di dalam. Kerapuhan Tiina membuat Berwald selalu ingin menjaganya sebisa mungkin agar ia tidak pecah di dalam.
Cara terbaik untuk Berwald adalah memberikan dirinya sebagai penopang untuk Tiina bersandar. Ia tahu bagaimana rasanya tidak memiliki sandaran di dalam hidupnya sebelum ia bertemu dengan Tiina Vainamoinen, cinta sejatinya.
Dulu Tiina selalu memberikan sandarannya untuk Berwald tetapi sekarang giliran Berwald yang memberikan semuanya untuk Tiina. Semua ini dilakukan hanya untuk Tiina seorang saja. Ya, hanya Tiina seorang saja, tidak lebih.
13. Trust
Berwald tidak bergerak dari tempatnya dan terdiam mendengar perkataan Tiina. Tiina adalah cintanya dan ia sama sekali tidak mengerti mengapa Tiina bisa berpikiran seperti itu. Pikiran yang janggal menurut Berwald karena ia sama sekali tidak pernah membicarakan sang mantan di depannya. Apalagi Berwald sama sekali tidak mencintai mantannya sejak pertama kali ia dan sang mantan berpacaran. Ia sudah mencintai Tiina sejak dulu dan menjadikan sang mantan sebagai pelarian semata karena tahu ia sendiri tidak akan pantas mendapatkan gadis semuda Tiina. Kenyataan itulah yang membuat Berwald terpuruk—sedih rasanya jika mengingat hal itu.
14. Dream
Tiina adalah cintanya, mimpinya yang paling liar yang pernah Berwald miliki seumur hidupnya. Ia selalu bermimpi Tiina akan menjadi miliknya, merasakan tubuh polosnya yang belum tersentuh orang lain dan itu akan menjadi suatu mimpi manis yang tidak akan pernah usai seumur hidupnya. Bayangan mengenai Tiina sudah cukup mengusik hidupnya yang tidak terbiasa akan sentuhan wanita.
Tiina adalah gadis impian Berwald yang selalu hadir di dalam hidupnya sendiri. Gadis impian yang ia perjuangkan untuk menjadi kenyataan yang manis di dalam hidupnya.
15. Love
Ketika Tiina dibawa oleh Ivan Braginski karena Swedia kalah dari Rusia, Berwald akhirnya mengambil Halldora dari Mathias dengan paksa sebagai bentuk balas dendam dan rasa terluka yang ia alami akibat kehilangan gadis yang dicintainya seumur hidupnya. Tetapi ia sama sekali tidak pernah bisa menganggap Halldora sebagai pengganti Tiina.
Tiina adalah Tiina yang Berwald selalu miliki di dalam hatinya yang paling dalam. Siapapun tidak bisa menggantikan Tiina di relung hatinya karena gadis Finlandia tersebut menempati posisi tersendiri.
Karena Tiina adalah cinta pertama dan terakhir untuknya. Bagaikan bunga dandelion yang mekar di tengah-tengah padang rumput yang melambangkan kesetiaan akan cinta yang mendalam. Cinta yang tidak akan layu hanya karena godaan saja.
16. December
Di bulan Desember yang dingin, banyak keluarga di sekitar rumahnya tampak ceria dan antusias mempersiapkan hari Natal yang akan tiba beberapa minggu lagi. Terlihat di jalan bahwa orang muda maupun orang tua memadati seluruh jalan.
Seharusnya, Berwald juga merasakan keceriaan tersebut. Tetapi Berwald sama sekali tidak bisa merasakan keceriaan tersebut.
Tidak sejak Tiina meninggalkannya karena negaranya gagal mempertahankan Finlandia dari Rusia.
"Tiina," bisik Berwald lirih.
Setiap hari Natal, dulu Berwald dan Tiina selalu merayakan hari Natal dengan penuh keceriaan bersama-sama. Berwald menyukai masakan Tiina yang tidak terlalu enak itu dan melihat semangat Tiina setiap hari Natal membuat hati Berwald menjadi lebih tenang dan tentram.
Ya, tetapi itu semua sudah tidak ada lagi dan hanyalah kenangan indah semata yang harus dilupakan tetapi sulit untuk dilupakan. Yang ada hanyalah kehampaan dan rasa kesepian yang selalu menyelimuti dirinya.
Kini, Desember tahun ke dua, hari Natal tanpa Tiina di sisinya. Dua tahun sejak Swedia terpaksa menyerahkan Finlandia ke tangan Rusia, walau hatinya terasa sakit ketika melakukan hal tersebut.
17. Cries of You
"Kau masih memikirkan dia?" tanya Ivan dengan nada tenang.
Tiina mengangguk pelan dan Ivan tertawa penuh arti. "Kau ingin kembali padanya?"
"Ya."
Raut wajah Ivan dengan cepat berubah. "Sayangnya tidak bisa, bosmu tidak mengizinkan kalian untuk saling bertemu satu sama lain."
"Tidak adakah cara lain?" tanya Tiina kecewa. "Kau tidak mengusahakannya?"
"Tidak," jawab Ivan seraya meninggalkan Tiina yang kecewa. "Dan tidak ada yang bisa kulakukan."
Tiina pasrah dan pupus sudah harapannya selama ini. Mungkin ini memang sudah nasibnya untuk terus hidup bersama Ivan di Rusia. Tidak bisa bertemu dengan Berwald, tidak bisa kembali ke tanah asalnya. Kesepian untuk selamanya. Entah kapan hal ini akan berakhir.
18. Endurance
Tiina tidak bisa mengungkapkan betapa besar rasa terima kasihnya pada Berwald yang rela menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk tinggal bersamanya sekaligus melindunginya. Ia tidak pernah berpikir untuk meninggalkan Berwald sekalipun terkadang tatapan tajam Berwald menakutinya.
Lagipula, hidup bersama Berwald menyenangkan dan ia tidak bisa membayangkan bagaimana Tiina bisa hidup tanpa Berwald, itu akan jauh lebih sulit lagi.
Sulit karena tahu akan mencari pengganti yang lebih baik dari Berwald merupakan hal yang mustahil. Pria Swedia itu sudah menempati hatinya selama bertahun-tahun dan ia tidak dapat berpisah darinya. Cintanya hanyalah untuk pria itu.
19. Elegance
"Lihat dirimu di cermin," katanya sambil membalikkan tubuh Tiina ke kiri dan di sana terdapat sebuah cermin yang memperlihatkan tubuh keduanya dengan jelas. "Kau tidak sadar betapa cantiknya dirimu."
Tiina memandangi dirinya yang ada di cermin. Bahu mulusnya terdapat sedikit bekas kemerahan. Hasil karya Berwald barusan. Cermin tidak bisa berbohong, wajah Tiina jelas-jelas memerah.
"Ja—jangan bercanda,Berwald!" sergah Tiina malu sementara Berwald memegangi kedua bahunya dengan erat.
"Aku tidak berpikir kamu tidak cantik. Jujur saja ," bisik Berwald pelan di telinga Tiina. Pria itu tahu bahwa Tiina cantik di dalam dan juga di luar. Gadis itu sama sekali tidak menyadari kecantikan di dalam dirinya.
Bahwa ia adalah gadis yang elegan dan mempesona.
20. Excited
Segala sesuatu mengenai Tiina merupakan sesuatu yang menarik dan sayang untuk dilewatan bagi Berwald.
Sejak Tiina berusia lima tahun, Berwald selalu memperhatikan perkembangan gadis itu dengan baik. Berusaha memberikan Tiina yang terbaik.
"Papa Berwald!" panggil Tiina kecil dengan nada riang. "Mau gendong, moi!"
Berwald tersenyum kecil dan menggendong Tiina kecil setinggi yang ia bisa dan Tiina tertawa-tawa riang.
Siapa yang bisa menduga suatu saat gadis kecil itu akan menjadi wanita dewasa yang sejajar dengan Berwald, bukan sebagai anak.
Melainkan kekasih.
21. Shelter
Seumur hidupnya, Berwald tidak pernah melindungi seseorang yang berarti untuknya. Ia sama sekali tidak memiliki orang tersebut. Ia menghabiskan hidupnya dengan kesendirian yang teramat dalam hingga sudah tidak ingin peduli dengan dunia luar sama sekali.
Sampai Tiina yang dibuang oleh orang tuanya masuk ke dalam kehidupannya dan memberi warna baru untuknya. Tiina yang tanpa beban dan ceria sekalipun orang tuanya telah mengecewakannya membuat Berwald ingin menjadikan dirinya sebagai batu sandaran yang kokoh untuk Tiina.
Menjaga gadis Finlandia itu agar tidak kehilangan keceriaan yang muncul di wajahnya dan melindunginya dari lubuk hati yang paling dalam. Agar Tiina tidak tersakiti dan aman di dalam dekapannya.
22. Finland
Finlandia, negara asal Tiina Vainamoinen—gadis yang merupakan cinta sejati Berwald. Cinta yang tidak akan pernah padam seumur hidupnya.
Berwald bertemu dengan Tiina di Finlandia dan jatuh cinta di sana. Membawa Tiina untuk menjadi sekretaris pribadinya ke Swedia yang pada waktu itu Tiina ingin mencari pekerjaan di Swedia.
Tetapi itu semua hanyalah modus semata, ia menginginkan Tiina sebagai istrinya—bukan sekedar sekretaris pribadi semata.
23. First Love
Bersama Tiina, Berwald merasakan cinta yang membuatnya melayang ke awang-awang. Memang dulu ia pernah berpacaran dengan Halldora tetapi bersama Tiina-lah, ia merasakan bagaimana cinta yang sesungguhnya untuk pertama kali.
"Ada seseorang yang dulu pernah kamu cintai, Ber?" tanya Tiina dengan nada menyelidik, bola matanya membesar seperti mata anak anjing yang ingin diberi makanan. "Sebelum denganku pasti Ber pernah berpacaran dengan orang lain, bukan."
Tiina memang benar—tetapi dulu Berwald melakukannya tidak ada rasa cinta yang mendalam seperti ia bersama Tiina sekarang ini. Rasanya seperti dibawa ke awang-awang yang manis. Cinta yang jauh lebih memabukkan daripada wine. Bahkan sesungguhnya, cinta pertama Berwald adalah Tiina Vainamoinen—bukanlah Halldora.
24. Anemone
Hati Tiina merasa teriris-iris ketika tanpa sengaja melihat Berwald sedang memandangi Halldora yang notabene merupakan mantan pacar Berwald beberapa tahun lalu. Memang Berwald jarang membicarakan mantannya itu—tetapi melihat Berwald memandanginya hati Tiina sangat perih dan merasa terabaikan.
Ia benci memiliki perasaan ini tetapi perasaan semacam ini selalu ada, setiap Berwald memandangi Halldora. Tiina selalu merasa diabaikan oleh Berwald sekalipun Berwald sudah berusaha memperhatikannya dengan berbagai cara.
Berwald menatap kekasih hatinya dengan wajah bingung. "Ada apa?" tanyanya pelan dan mengelus kepalanya lembut. "Ada masalah?"
Tiina menunduk lemah, tidak mau menatap mata Berwald sedikitpun. "Tidak apa-apa. Aku hanya merasa terabaikan."
25. Innocence
"Kau sudah bangun rupanya."
Tiina baru saja membuka matanya dan ia sudah berada di dalam suatu kamar, kamar yang bukan miliknya melainkan milik orang lain. Dan di sampingnya ada seorang pria tinggi besar dengan wajah menakutkan. Belum sempat Tiina berkata apa-apa, pria itu sudah mengangkat tubuh Tiina dan menggendongnya—membawa Tiina ke suatu tempat.
"Mengapa aku telanjang?" tanya Tiina polos, ia benar-benar tidak ingat apa yang sudah ia lakukan bersama Berwald semalam. Ia berpikir bahwa kejadian semalam itu hanya mimpi semata tetapi Tiina bisa merasakan dirinya disentuh oleh Berwald. Ia tidak tahu apakah itu semua hanya mimpi atau memang benar-benar nyata.
"Kau akan ingat nanti," jawabnya tenang.
26. Glöm Inte [Don't forget]
"Ber—jangan lupakan sesuatu. Bahwa sekarang kita memiliki anak laki-laki," ujar Tiina ketika Berwald memeluknya tepat di depan Peter yang ternganga lebar melihat pasangan mesra di depannya. "Dia bisa mencontoh kita."
Berwald yang tadinya ingin segera mengeksekusi Tiina di sofa yang berada di dekat mereka akhirnya menghentikan kegiatannya sejenak. Dalam hati Berwald agak kesal pada Peter mengapa ia berada di sekitar mereka pada jam malam seperti ini.
"Tidur!" perintah Berwald tegas. Dalam hati ia merutuki Peter yang sama sekali belum tidur dan mengganggu acara malam mereka.
Peter menggelengkan kepala dan menatap pasangan suami istri tersebut dengan tatapan memelas seperti anak anjing. "Bolehkah aku di sini sebentar, desuyo."
Tiina dan Berwald beradu pandang cukup lama dan akhirnya Tiina membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Peter. "Baiklah, tetapi jangan terlalu banyak ribut!"
Peter melonjak-lonjak gembira, sementara Berwald mengeluh di dalam hatinya karena batal bermesraan dengan istrinya tercinta. Yeah, bagus sekali Peter, Berwald membatin kesal.
27. Glöm Honom [Forget Him]
"Ber!" bentak Tiina kesal ketika melihat Eduard lari tunggang langgang karena Berwald menatap Eduard dengan tatapan tajam. "Jangan menakuti Eduard seperti itu, moi."
Berwald mendengus kesal dan menutupi wajahnya yang merah padam akibat cemburu akan hubungan persahabatan Tiina dan Eduard. Seharusnya Berwald sama sekali tidak cemburu tetapi setan keburu menguasai pikiran Berwald untuk memaksa Tiina menjauhi Eduard. "Biarkan saja dia. Bisakah kau lupakan dia?"
"Terus kenapa, kalau begitu?" tanya Tiina penasaran dan menarik lengan Berwald pelan. "Tidak baik seperti itu, moi.Dia temanku."
Mana mungkin ia mengatakannya kepada Tiina, ia cemburu setengah mati.
28. Mug
Demi cintanya kepada Berwald, Tiina membuatkan Berwald sebuah gelas dari tanah liat. Gelas itu mungkin lama dibuatnya karena Tiina tidak sepintar Berwald dalam membuat keramik-keramik.
"Hehe, mungkin ia akan senang, moi. Jadi aku harus cepat membuatnya," gumam Tiina dengan nada polos sambil membuat gelas tersebut perlahan-lahan.
Mungkin hasilnya memang tidak sebaik jika Berwald yang buat. Tetapi apakah Tiina mengetahui bahwa Berwald menyimpan gelas tersebut secara diam-diam? Gelas itu dijaganya dengan baik-baik.
29. Berwald
Bagi Tiina, Berwald adalah sosok yang menakutkan di luar tetapi sosok yang hangat di dalam. Sebelumnya, Tiina memang tidak bisa merasakannya tetapi setelah Tiina mengenal Berwald lebih dalam lagi, ia menjadi tahu sisi-sisi Berwald yang lainnya.
Sisi yang membuat Tiina ingin mengenal Berwald lebih dalam lagi daripada sebelumnya. Sikap protektif yang dimiliki Berwald untuknya sekaligus pribadi Berwald yang sesungguhnya.
30. Tiina
"Kenapa kamu pilih dia, Ber?" tanya Matthias dengan nada heran begitu tahu Berwald menjalin hubungan dengan Tiina. "Tidak ada gadis lain yang lebih cantik saja!"
"Bukan urusanmu!" Berwald berkata dengan nada kesal. Buat apa sih Matthias suka sekali mencampuri urusan orang. Memangnya kenapa jika ia dan Tiina berpacaran. Suka-suka ia sendiri dong, baginya Tiina adalah gadis istimewa dan tidak bisa digantikan dengan orang lain. Kok malah orang lain yang ribut mengenai hubungan mereka. Aneh sekali.
31. Horse
Berwald sama sekali tidak tahu bahwa Tiina bisa menunggang kuda dengan gagah berani. Padahal, ia baru bertemu Tiina seminggu yang lalu di pesta bangsawan. Kesan pertama Berwald terhadap Tiina adalah Tiina adalah gadis muda yang bodoh. Gadis muda yang suka berbicara lambat-lambat.
Tetapi ketika Berwald melihat Tiina menunggangi kuda dengan gagah berani melawan penjahat yang berusaha mengganggunya, kesan Berwald terhadap Tiina berubah. Tiina bukanlah gadis bodoh yang lambat—melainkan gadis misterius di hatinya.
32. Heart
"Kau masih terlalu kecil dan aku sudah tua," sergah Berwald kesal tanpa menatap wajah Tiina sedikitpun"
Darah Tiina serasa mendidih, hasrat yang ia miliki sudah mulai padam akibat perkataan Berwald sendiri. Ia kesal bukan main dan tidak bisa berpikir jernih lagi karena hal itu. "Jadi Ber bilang umur 19 itu masih kecil dan karena Ber sudah tua, aku tidak pantas mendapat cintamu? Begitu kan maksudmu?"
"Tiina, tidak—ini hanya salah paham."
"Tapi apa?"
"Aku seperti pedo," katanya dengan nada serak."Seperti itu."
"Apa ada batasan umur untuk saling mencintai? Usiamu dan aku tidak mempengaruhi adanya cinta, bukan?" kata Tiina dengan nada lembut hingga Berwald terdiam, tak tahu apa yang harus dikatakannya pada Tiina.
Berwald tahu ia harus membatasi perasaannya sendiri, sangat tahu bahwa ia sudah tidak muda lagi dan di sisinya ada gadis muda polos yang mencintainya dengan sepenuh hati. Walaupun Berwald ingin menyambutnya, ada sesuatu yang menahannya untuk berhenti sekarang juga.
Ia takut melukai gadis itu, takut jika pada akhirnya Tiina tidak mencintainya.
33. Condom
"Ayolah, Ber! Gunakan kondom, kumohon!" Tiina memohon dengan wajah merah padam ketika Berwald akan melaksanakan aksi panasnya terhadap Tiina. "Aku belum siap untuk punya anak, moi."
"Tidak enak," begitu jawab Berwald.
"Kenapa memangnya?" balas Tiina kesal. "Ber tidak mau melindungiku?"
Jawaban sebenarnya Berwald adalah bahwa ia menginginkan kenikmatan bersama Tiina seutuhnya tanpa gangguan apapun. Kondom sama sekali penghalang dari kenikmatan mereka berdua.
34. Lily
Setiap hari kasih sayang, Berwald selalu memberi Tiina satu ikat bunga lily putih segar yang ditaruh di meja kamar Tiina. Lily itu selalu diberikan ketika Tiina masih terlelap. Untuk Berwald, bunga lily putih adalah bunga yang identik bagi Tiina. Bunga lily putih adalah bunga nasional negara asal Tiina sekaligus mencerminkan kepribadian Tiina yang sesungguhnya. Ceria sekaligus polos seperti anak kecil yang tidak berdosa.
"Wah, bunga lily putih adalah bunga kesukaanku!" seru Tiina senang ketika Berwald memberikan satu buket bunga lily putih pada hari kasih sayang. "Kiitos!"
Berwald tersenyum kecil melihat ekspresi Tiina. Tiina yang tersenyum dengan memegang satu buket lily putih terlihat pantas. "Aku senang," katanya dan mengelus rambut Tiina dengan lembut.
35. [Im] Perfection
Orang boleh saja bilang bahwa Tiina terlalu jelek untuk dirinya. Untuk Berwald, hal itu sama sekali tidak berlaku di dalam kehidupannya. Baginya, Tiina adalah sosok yang sesuai dengan dirinya bahkan terkadang Berwald berpikir bahwa sebenarnya ia sendiri tidak layak bersama Tiina karena ia bukan seseorang yang pandai berkata-kata dengan baik.
"Apa aku sesuai untukmu?" Berwald bertanya dengan sedikit ragu-ragu. Takut jika sebenarnya Berwald sendiri yang tidak sesuai untuk Tiina. Ia sendiri sadar bagaimana posisinya terhadap Tiina saat ini. Tiina adalah Tiina yang masih mempunyai banyak peluang mendapatkan pria yang lebih baik darinya.
Tiina tampak bingung tetapi beberapa saat ia mengangguk riang. "Kau sudah tahu jawabannya, moi."
Berwald balas mengangguk dan menyunggingkan senyum kecil. Ya, ia sendiri sudah tahu jawabannya.
36. Persona
Suomen tasalvata—Finlandia, Tiina Vainamoinen. Seseorang yang selalu memenuhi pikiran Berwald hampir setiap saat, setiap waktu, detik demi detik, menit demi menit dan dimana saja Berwald berada. Sejak kedatangan Tiina di rumahnya, Berwald merasakan sesuatu yang membuatnya semakin hidup. Bahkan untuk pertama kali dalam hidupnya, ia merasa bahagia dan senang dibandingkan ketika masa Kalmar Union.
"Ber, terima kasih telah mengijinkanku tinggal di sini," ujar Tiina berbasa-basi. "Rumah ini sangat bagus sekali, moi. Aku menyukainya."
Berwald diam saja mendengarkan ocehan Tiina tetapi dalam hati ia merasa bersyukur karena gadis Finlandia itu berada di sisinya. Menemaninya dan menerima dirinya apa adanya. Sesuatu yang tidak pernah bisa dilakukan oleh teman-teman atau bahkan jajahannya terdahulu.
Dan ia merasa bahagia ketika Tiina berada di sisinya.
Ya, hanya Tiina yang mampu meluluhkan hati Berwald.
37. Hidden Love
"Ber, ngomong-ngomong apakah ada sesuatu yang kamu inginkan dalam hidupmu?" tanya Tiina pada suatu hari. "Maksudku—Ber pernah tidak menginginkan sesuatu hingga ingin mati karenanya?"
Berwald menggeram. "Pikir saja sendiri."
"Maaf, moi—aku hanya bertanya saja apa yang Ber inginkan," ujar Tiina buru-buru sebelum ia diberikan tatapan maut dari Berwald. "Karena aku ingin tahu Ber lebih dalam lagi."
Ia tidak mungkin mengatakan pada Tiina bahwa sebenarnya Berwald menginginkan cintanya, bukan.
38. Life is Beautiful
"Ber! Coba lihat ke luar," Tiina menarik tangan Berwald dengan erat dan menyeretnya ke luar ruangan.
"Ada apa?" tanya Berwald dengan nada datar tetapi ia tetap mengikuti Tiina.
Tiina hanya tersenyum ceria. "Cuacanya sedang bagus sekali. Ada baiknya Ber keluar rumah daripada terus mendekam di rumah."
"Malas," jawab Berwald datar.
Beberapa saat, wajah Tiina tampak sedih. Berwald yang melihat wajah Tiina yang seperti itu akhirnya tidak tega untuk menolak permintaan Tiina. "Baiklah, ayo kita keluar," jawabnya pelan.
"Benarkah kau mau?" tanya Tiina tidak percaya tetapi kentara wajahnya sangat gembira tidak terkira. "Ayo kita keluar, hidup ini sangat indah untuk disia-siakan."
39. Angel
Berwald selalu mengingat bagaimana rasa nyamannya ketika Tiina jatuh ke dalam pelukannya di suatu pesta dansa para bangsawan. Wajah Tiina tampak begitu polos menatap Berwald.
Seperti tatapan seorang gadis yang jatuh cinta. Malaikat kecilnya yang pernah ia lihat seumur hidupnya. Kecil dan mungil seolah-olah gadis itu belum pernah menemukan sandarannya.
Apayangkupikirkansih, dengus Berwald dalam hati. Janganlupajikaiaadalahgadisbodoh. YaTuhan.Tapimemangbenariasepertimalaikatyangturundarilangit.
40. Lingonberry
Setiap Berwald berhadapan dengan Tiina, ada saja sesuatu yang membuatnya lepas kontrol. Seperti kemarin, ketika melihat Tiina sedang memakan lingonberrydengan wajah yang super imut, di dalam pikiran Berwald timbul pikiran untuk menyerangnya.
"Ber, mengapa wajahmu seperti itu?" tanya Tiina penasaran ketika melihat ekspresi Berwald yang sangat aneh. Tetapi dengan polosnya Tiina langsung berpikir bahwa Sweden ingin memakan lingonberrydan menyuapkan buah tersebut ke mulut Berwald. "Enak tidak?"
"Enak," jawab Berwald sambil mengunyah lingonberry. Setidaknya kini Berwald bisa menjaga kontrol dirinya agar tidak lepas, untuk sementara ini.
41. Memories
Berwald menatap bunga Lily putih yang ditaruh di depan teras rumahnya. Siapa yang menaruh bunga Lily putih di depan teras rumah, pikir Berwald heran.
"Bagus tidak bunga Lily putih yang aku taruh di teras?" tanya Tiina, tiba-tiba muncul di hadapannya.
Berwald menoleh ke arah Tiina sejenak lalu ke arah bunga lily putih tersebut dan tersenyum kecil pada Tiina yang memegang satu buket bunga lily putih lainnya . "Ja?"
Tiina hanya tersenyum lembut seperti yang biasa ditunjukkannya maupun ke semua orang. "Bunga Lily putih merupakan bunga kesukaanku."
Berwald hanya tersenyum kecil dan mengambil satu tangkai bunga Lily putih yang berada di teras lalu menaruh bunga Lily putih tersebut di rambut Tiina secara perlahan-lahan.
"Bagus tidak?" tanya Berwald pelan sambil mengambilkan satu kaca besar ke arah Tiina dan menyuruh Tiina menatap kearah kaca tersebut.
Wajah Tiina memerah, dia tampak cantik dengan satu tangkai bunga Lily putih tersebut. "Ya, ini sangat bagus. Aku sangat menyukainya.
42. Flower
"Apa Ber tahu apa arti bunga lily putih?" Tiina bertanya dengan nada lembut dan membelai pipi pria Swedia tersebut. "Ber pernah tahu?"
"Apa?" tanya Berwald, sedikit penasaran.
Tiina hanya tersenyum kecil dan mengalihkan pandangannya ke arah lainnya. "Nanti kamu juga tahu, Ber."
Sebenarnya Berwald sedikit penasaran apa arti dari bunga Lily putih tetapi Berwald sedikit malu menanyakannya pada Tiina sehingga Berwald mencoba mengalihkan perhatiannya sejenak. "Bunga yang indah."
"Kau sudah mengatakannya tadi, Ber," jawab Tiina sambil tertawa kecil. "Kalau Ber menyukainya, aku akan menaruh bunga Lily putih setiap hari dan menggantinya dengan yang baru setiap bunga tersebut mulai layu."
43. Sweet Innocence
"Semua sudah beres, kamu bisa tenang," gumam Tiina sambil nyengir dan menggandeng tangan Berwald dengan refleks. "Maukah kamu mengajakku berdansa?"
Berwald menatap Tiina dengan tatapan penuh arti. Sikap Tiina yang polos dan tidak dibuat-buat menarik hatinya. Tiina sangat cantik bila dia seperti itu, batin Berwald. Ia berusaha mengendalikan hasratnya yang berlebihan terhadap Tiina tetapi tidak bisa, belakangan ini dia sering menggodanya dan pada akibatnya, hasrat yang dimilikinya semakin menggelegak. Lalu untuk terakhir kalinya dia menggoda Tiina ketika Tiina memakai gaun yang memperlihatkan bahunya yang mulus. Timbul keinginan Berwald untuk bercinta dengan Tiina, menyentuh Tiina dan menciumnya. Merasakan kehangatan tubuhnya di dalam pelukannya.
44. Fear
Berwald menepis pikiran itu. Tiina masih terlalu muda untuknya dan lagipula Berwald tidak ingin mengikat diri dalam ikatan pernikahan. Baginya pernikahan itu sesuatu yang buruk, dia tidak ingin bernasib sama dengan orangtuanya. Lebih baik hubungannya dengan Tiina berjalan seperti ini. Berwald tentu mencintai Tiina. Secara fisik Tiina cukup cantik tetapi betapapun Berwald mempercayai Tiina yang manis dan polos, dia bersumpah tidak akan menjadikan Tiina istrinya. Apapun yang terjadi!
Ia tidak mengerti apa yang berada di dalam pikirannya tetapi rasanya hal itu sangat menyedihkan. Berwald takut tersakiti untuk kedua kalinya mengingat pernikahan orang tuanya sama sekali berakhir menyedihkan. Ketakutannya adalah jika ia dan Tiina berakhir seperti orang tuanya.
Karena itulah, ia selalu berusaha untuk memendam perasaannya sendiri dan tidak ada sedikitpun kata-kata yang terucap untuk mengakui cintanya terhadap Tiina.
45. Inner Beauty
Wajah ceria Peter memudar. Melihat Tiina sedih merupakan suaru kerugian untuknya, Tiina begitu ceria dan lembut. Bukan soal kecantikan dari luar tetapi kecantikan dari dalam. Peter dan Berwald tahu bahwa Tiina sangat menikmati pekerjaannya sebagai editor sekaligus pekerjaan rumah tangga. Peter pernah mengamati Tiina menenangkan anak pelayan yang masih bayi. Papanya tidak akan menyukai seseorang hanya berdasarkan penampilan luarnya.
"Kamu tidak suka menjadi dirimu sendiri?" tanya Peter agak prihatin. "Aku suka mama yang seperti biasanya, desuyo."
Tiina terkesiap begitu mendengar perkataan Peter. Tidak seharusnya ia berkata seperti itu di depan anak yang menyukainya dengan tulus tanpa membanding-bandingkannya dengan kakaknya yang cantik.
"Aku menyukai diriku sendiri!" seru Tiina spontan. "Ya, aku mengakuinya!"
Peter bernafas lega dan balas mencium pipi Tiina dengan perlahan. "Papa menyukai mama apa adanya. Jangan mencoba untuk menjadi orang lain. Sifat mama yang seperti ini yang membuat papa lebih memilih mama dibandingkan wanita lain."
46. Dumb
Tiina pernah merasa sangat kesal pada Berwald yang pernah mengajaknya berdansa hanya untuk mengujinya serta mengorek kehidupan pribadinya.
Begitu mendengar Berwald membenci gadis bodoh dan gadis yang terlalu muda seperti, Tiina langsung merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan Berwald. Oleh karena itulah, Tiina pernah berpura-pura sebagai gadis bangsawan yang bodoh agar Berwald segera menjauh darinya.
Akan tetapi, kepura-puraan Tiina mendekatkan hubungan mereka berdua yang tadinya hanya sebatas kepentingan—menjadi suatu benih cinta yang dirasakan oleh gadis belia tersebut. Dan pilihan awal yang dipegangnya berubah menjadi berubah sedikit demi sedikit.
47. Miscarriage
Yang paling menyedihkan bagi Berwald, terutama untuk Tiina adalah jika kehilangan bayi mereka karena keguguran.
Berwald pernah merasakannya beberapa tahun lalu saat mereka berdua belum menjadi suami istri dan itu sangat menyakitkan bagi Tiina, terlebih Tiina yang harus menanggung akibat dari perbuatannya.
Hal itu membuat Berwald merasa bersalah dan terluka. Ingin ia melihat anak yang hampir ia miliki tumbuh besar dan tersenyum kepadanya. Seandainya ia bisa menjaga Tiina dengan baik, pasti tidak akan terjadi hal semacam ini.
48. Perfect
Mencintai sama sekali tidak memerlukan kesempurnaan secara fisik karena suatu saat hal itu bisa hilang, asalkan cocok satu sama lainnya tidak mengapa.
Hal inilah yang selalu dianut oleh Berwald sepanjang hidupnya. Tiina mencintainya hanya saja sering berpikir bahwa ia tidak pantas untuknya dan tidak sesuai dibandingkan dengan wanita cantik lainnya.
49. Lingerie
Berwald mengakui dari dalam hatinya bahwa diam-diam ia memiliki kegemarannya sendiri yaitu membelikan Tiina satu set lingerie alias pakaian dalam wanita yang imut. Membayangkan Tiina memakainya saja sudah membuat hasratnya menyala-nyala dan ia siap untuk menyeret Tiina ke tempat tidur.
Tiina sama sekali tidak tahu bahwa diam-diam Berwald selalu membelinya ketika dinas ke luar negeri. Ia membelinya supaya dapat dipakai oleh Tiina suatu saat nanti, mungkin di suatu kesempatan dalam kesempitan.
50. Gift
Hadiah terbaik yang pernah Berwald miliki adalah Tiina Vainamoinen.
Ketika Tiina menghilang, Tuhan mengembalikan Tiina dengan cara yang lain yaitu dalam bentuk hadiah dengan kemasan yang manis serta isi yang manis juga. Tiina yang semakin cantik dan berpakaian menawan.
Menggodanya untuk berbuat lebih jauh lagi. Ini akan menjadi dosa termanis jika benar-benar dilakukannya. Tidak ada yang bisa menandingi kenikmatannya. Bahkan rasa manis lingonsylt-pun kalah jauh.
Satu-satunya alasan Berwald mengapa ia bisa lepas kendali.
TBC
Hanya drabble yang iseng-iseng di buat, beberapa drabble dari fic saya yang di akun lama (saya tidak perlu bilang akun saya yang mana) tetapi sisanya dengan revisi total dan kata-kata yang diubah. Maaf jika ada yang tidak suka dengan pairing ini dan silahkan close ini fic. Flame is prohibited but I need concrit and review. It will make me feel better.
