YOU'RE MINE

Disclaimer : Masashi Kisimoto

Pairing : SasuSaku – SasoSaku

Rated : M-T

Warning : Kalau gak suka sama ceritanya, silahkan tekan Back.

Pikaxone

1

Present

"My Lord. Saya sudah menemukan informasi tentang dia." Ucap wanita berambut merah dengan kacamata bertengger di wajah cantiknya kepada seorang pria yang duduk di singgasana dengan angkuh memegang gelas berisi cairan merah kental.

"Bagaimana?"

Wanita itu berdeham. "Dia ada di dunia manusia. Setelah terkena serangan waktu itu, dia tidak 'mati' seperti perkiraan anda My Lord. Melainkan ke dunia manusia."

"Kau yakin itu dia. Nona Uzumaki?" pria itu menyipitkan matanya. Menilai apa yang diucapkan wanita dari klan Uzumaki tentang dia. Awas saja kalau wanita peramal ini berani membodohinya.

"Saya sangat yakin. Beberapa hari yang lalu saya pergi ke dunia manusia untuk memastikannya." Karin menunduk. "Mungkin ini sangat mengejutkan."

"Apa yang kau dapat?"

"Dia bukan yang dulu My Lord."

"Apa maksudmu?"

"Semua dari dirinya tidak berubah. Tapi. . . ."

Pria itu menunggu ucapan dari Karin dengan perasaan campur aduk. Masih dengan sikap angkuhnya, pria itu menatap Karin tajam.

"Sepertinya dia tidak ingat apapun." Lanjut Karin dengan wajah pucat. Ia takut vampire yang paling berkuasa didepannya ini menganggap semua ucapannya adalah kebohongan. Nyawanya dipertaruhkan disini.

Terlihat ekspresi sedih tergambar diwajah pria itu. "Begitu."

"Lalu apa yang akan anda lakukan, My Lord?"

Pria itu menatap gelas ditangannya lalu meneguknya sedikit. "Aku akan pergi ke dunia manusia. Membawa dia kembali bagaimanapun caranya."

Karin terbelalak. "M-my Lord-"

"Uzumaki Karin, rahasiakan ini jangan sampai para tetua Uchiha bodoh itu mengetahuinya."

"Baik!"

.

.

You're Mine

.

.

Kesekian kalinya gadis bermarga Haruno ini menghela napas. Gadis berambut merah muda sepunggung khas musim semi yang akrab disapa Haruno Sakura ini sedang bekerja sebagai kasir disebuah minimarket dikawasan kota Konoha untuk meringankan hidupnya.

Ia hanya seorang gadis biasa yang sebatang kara. Tak ingat siapa orangtuanya, yang ia ingat bahwa dulu ia terbaring dirumah sakit dengan luka serius entah kenapa. Sakura bertanya kenapa ia bisa disana dan orang rumah sakit mengatakan ia ditemukan di jalan oleh seorang pria berambut merah. Sakura sangat berterima kasih kepada pria yang telah menyelamatkan hidupnya.

Selama dirumah sakit, pria itu—Akasuna Sasori seorang mahasiswa kesenian yang selalu datang mengunjunginya dan menghiburnya bahkan membayar semua perawatan medisnya. Soal namanya, Sasori yang memberikannya karena Sakura tak ingat apapun. Sasori mengatakan nama 'Haruno Sakura' sangat cocok dengannya karena rambutnya yang merah muda. Sakura bertekad untuk membalas budi semua yang dilakukan oleh Sasori, tapi Sasori menolaknya. Sasori hanya ingin Sakura menjadi temannya dan melupakan tentang 'balas budi'. Tetap saja ia tak enak hati.

Menginap di apartemen Sasori karena Sakura tidak mempunyai tujuan. Mencari pekerjaan ternyata sangat sulit, berapa kali ia ditolak karena tidak ingat dari mana ia berasal. Untung Yamato-jiisan berbaik hati menerimanya sebagai pegawai di minimarket ini walau dengan gaji lumayan. Dengan uang gaji yang ia kumpulkan selama berkerja ditambah sedikit uang Sasori, Sakura mampu menyewa apartemen kecil yang letaknya agak jauh dari apartemen pria merah itu.

Awalnya Sasori melarang keras kehendaknya. Tapi setelah Sakura menjelaskan bahwa ia ingin hidup mandiri tanpa merepotkan orang lain, akhirnya Sasori mengizinkannya dengan satu syarat mereka berdua tetap berinteraksi. Tentu saja gadis berambut merah muda itu menyetujuinya dan langsung berjingkrak senang.

Sakura tersenyum mengingat itu.

"Sakura. Saatnya giliranku. Kau boleh pulang sudah hampir larut malam." Yamato berjalan mengampiri Sakura dengan membawa kantong plastik dan meletakkannya di meja kasir.

"Baiklah. Terimakasih Yamato-jiisan." Sakura melepaskan nametag dan mengambil mantelnya yang tergantung di sisi meja kasir.

"Apa perlu kuantar?"

"Tidak usah jiisan. Aku bisa menjaga diri sendiri. Kalau begitu, aku pulang dulu." Ucap Sakura berjalan menuju pintu keluar.

"BERHATI-HATILAH!"

.

.

.

.

.

Udara malam di Konoha semakin dingin. Sakura merapatkan mantelnya dan berharap itu membuatnya hangat. Berjalan menuju apartemen hampir larut malam seperti ini membuat Sakura harus meningkatkan kewaspadaanya. Bisa-bisa ia dirampok lalu dibunuh, membayangkannya saja sudah membuat Sakura bergidik ngeri.

'Sial! Aku ketinggalan bus!' Ia harus berjalan kaki menuju apartemen yang masih lumayan jauh. Kenapa ia menolak tawaran Yamato-jiisan tadi? Alasannya karena ia tidak ingin merepotkan orang lain. Sakura menghela napas lagi, yang ia pikirkan hanya mandi dengan air hangat dan kasur empuk miliknya.

Langkahnya berhenti mendadak. Mata emeraldnya menyipit melihat seorang pria tergeletak diatas tanah. "Orang mabuk kah?" gumamnya seraya menajamkan penglihatannya.

Sakura berjalan pelan menghampiri pria tersebut. Instingnya mengatakan bahwa lelaki tersebut berbahaya tapi hati nuraninya berteriak bahwa Sakura harus menolongnya.

"H-hei. K-kau tak apa?"

Pria yang memiliki rambut berwarna raven dengan gaya pantat ayam dan berkulit putih pucat itu tidak menunjukkan tanda kesadaran. Sakura meneliti keseluruhan tubuh lelaki yang ia akui tampan. 'Tidak ada luka. Tapi kenapa tubuhnya sangat dingin?'

"Astaga!"

Sakura terbelalak melihat darah yang merembes disekitar perut pria itu. Walaupun tidak tampak karena tertutup kemeja hitam yang dikenakannya tapi Sakura tahu bahwa itu adalah darah.

Dengan hati-hati Sakura membopong tubuh pria itu. Ia harus menolongnya. Langkah Sakura terhenti. Kemana ia akan membawanya? Rumah sakit? Terlalu jauh dan memakan banyak waktu, bisa-bisa pria ini tewas diperjalanan. Ia juga tidak mempunyai uang untuk membayar perawatan medis. Tujuan akhirnya adalah apartemennya sendiri.

Tanpa Sakura sadari, pria yang ia tolong sedang tersenyum sendu.

.

.

.

.

.

Akhirnya keduanya tiba di apartemen sederhana milik Sakura. Dengan susah payah ia membopong tubuh pria itu menuju kamarnya. Merebahkannya sepelan mungkin agar tidak membuanya kesakitan.

"Tunggu disini."

Tak berapa lama Sakura kembali dengan obat dan air hangat berserta handuk bersih. Diletakkanya di meja samping tempat tidur. 'Lalu apa yang aku lakukan?'

Suasana berubah menjadi canggung. Ia tidak mungkin langsung membuka kemeja pria itu dengan lancing. Bisa-bisa ia disebut mesum. Sakura membuang pikiran itu jauh-jauh. Ia disini untuk membantu bukan bertindak bodoh.

Dengan cekatan Sakura membuka kemeja hitam bersimbah darah milik pria itu. Masa bodoh ia dipanggil gadis mesum yang penting ia bisa menyelamatkan nyawa pria ini. Tubuh atletis milik pria di depannya mampu membuat Sakura merona hebat.

Dicelupkannya handuk ke dalam air hangat, lalu dengan telaten Sakura membersihkan luka yang cukup dalam sekaligus mengobatinya. Setelah menutup luka dengan kapas dan menyelimuti pria itu agar tidak kedinginan.

Kemudian Sakura berjalan gontai menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri dan pikirannya. Setelah Sakura menghilang dibalik pintu. Tanpa di sadari, pria itu membuka matanya perlahan dan menampilkan onyx yang berkilat tajam.

"Hime."

Keep or Delete?