Kopi Darat
By : Ve Amilla
Title : Kopi Darat
Main Cast : Byun Baekhyun, Kim Minseok, EXO
Genre : Fluff
"Kemeja biru…", gumam Baekhyun sambil melihat sekeliling kafe mencari seseorang. "Nah, itu dia di sana", Baekhyun menemukan yang dia cari. Lalu dengan langkah perlahan Baekhyun mendekati meja tempat orang itu duduk.
Di meja yang terletak pada barisan ruang tengah kafe, terlihat seorang pemuda yang memakai baju kemeja biru berbahan denim sedang sibuk meminum ice cappuccino sambil memainkan ponselnya. Hingga dia tidak menyadari ada seseorang yang mendekat ke mejanya.
Sesampainya di meja tersebut, Baekhyun langsung saja duduk tanpa permisi. Merasa ada kehadiran seseorang, pemuda berkemeja biru itu terpaksa menghentikan kegiatannya untuk mengangkat kepalanya melihat siapa yang datang. Ekspresi heran dan bingung langsung muncul di wajahnya.
Bukannya merasa risih dipandangi seperti itu, Baekhyun malah memasang pose bossy-nya sambil mengamati pemuda di seberang meja. "Hmm… kau lumayan juga ternyata", kata Baekhyun sambil mengangguk-anggukan kepala.
"Apa maksudnya?", tanya pemuda itu dalam hati. Dia semakin heran dengan orang di depannya. Tiba-tiba datang, dan tanpa permisi duduk di depannya, lalu berpendapat seperti itu. Dan bahkan dia tidak kenal sama sekali. Pernah bertemu saja tidak. "Maaf, Anda siapa ya ?", tanyanya sopan.
"Aku RapByun. Lihat, aku sudah memakai kaos merah yang kau minta. Dan sebaliknya, aku meminta kau memakai kemeja biru", jawab Baekhyun sambil menunjuk baju pemuda di depannya.
Pemuda itu menunduk melihat bajunya, lalu kembali menatap orang tak dikenal itu. "Aku memakai baju ini bukan atas permintaan siapapun", jawab pemuda itu sedikit jengkel. "Siapa dia memangnya? Berani mengatur baju apa yang harus aku pakai", gerutu tidak suka pemuda itu di dalam hati. Dia memasang wajah cemberut dengan pandangan tidak suka kepada orang asing di depannya.
Baekhyun tersenyum meremehkan, dia merasa orang di depannya ini konyol sekali. "Oh ayolah JongPeach, ini aku Baekhyun. Berhentilah berputar-putar", kata Baekhyun dengan wajah bosannya.
Dianggap sedang berbohong, pemuda itu merasa benar-benar ingin marah. Habis sudah kesabarannya, "Siapa lagi itu JongPeach?!", tanyanya tak habis pikir. "Aku ini bukan JongPeach. Aku Minseok!", kata pemuda itu ketus. Ingin sekali pemuda, yang ternyata bernama Minseok, memanggil Satpam untuk mengusir orang asing yang ada di depannya. Dia benar-benar mengganggu.
Melihat pemuda di depannya yang terlihat sedang menahan amarah, Baekhyun malah menyeringai tipis. Pemuda di depannya itu terlihat semakin manis kalau sedang emosi. "Oh… jadi kau itu Minseok. Lalu, di mana JongPeach?", tanya Baekhyun jahil. Timbul dalam hatinya niatan untuk sedikit menggoda pemuda manis di depannya. Membuat dia sedikit emosi sepertinya menyenangkan pikir Baekhyun.
"Kau itu bodoh atau apa? Aku tidak tahu siapa itu JongPeach", kata Minseok penuh kejengkelan. "Bahkan aku tidak kenal kau, B…b…b…", kata Minseok terpotong karena dia lupa siapa nama orang asing di depannya.
"Baekhyun…", jawab Baekhyun dengan wajah sumringahnya.
"Iya. Bahkan aku tidak kenal kau, Baekhyun-ssi!", Minseok mengulangi lagi kalimatnya yang tadi terpotong dengan ketus.
"Benarkah? Tapi baru saja kau menyebutkan namaku…", kata Baekhyun dengan wajah heran dan tidak percaya yang dia buat-buat. Kejahilan Baekhyun semakin menjadi. Dia terlihat bahagia sekali menggoda Minseok. Dan sepertinya, persoalan tentang JongPeach pun juga Baekhyun lupakan.
Mendengar jawaban dari orang asing di depannya, membuat Minseok merasa semakin jengkel. "Itu kan…", Minseok menghentikan kalimatnya, lalu membuang nafas kasar. Menurut dia, ini hanya akan buang-buang tenaga jika dia terus meladeni orang sinting yang ada di depannya. Nafas Minseok naik turun meredam emosi. Lalu dia memilih untuk membuang muka, menghadap ke samping. Melihat apa saja, yang penting bukan orang yang ada di depannya. Sambil melanjutkan kembali meminum ice cappuccino-nya yang sempat tertunda.
Baekhyun memerhatikan setiap gerakan Minseok. Dia tersenyum bahagia, ini benar-benar menyenangkan menurutnya. Ekspresi jengkel yang sangat lucu. "Apa kau sedang menunggu seseorang?", tanya Baekhyun ceria dengan senyuman, yang tentu saja tidak dilihat Minseok.
"Bukan urusanmu!", jawab Minseok ketus. Dan masih tidak mau melihat Baekhyun.
"Kalau begitu, berarti benar kau sedang menungguku", kata Baekhyun penuh percaya diri. Tidak lupa dengan seringai tipis di bibirnya.
Bagai disambar petir, saat Minseok mendengar kalimat yang keluar dari mulut Baekhyun. Segera Minseok menoleh menghadap Baekhyun dengan pandangan mata penuh amarah. "Orang asing ini benar-benar menyebalkan!", kesalnya dalam hati.
"Dengar ya Baekhyun-ssi, aku tidak sedang menunggumu", kata Minseok perlahan dan penuh penekanan di setiap katanya. Karena dia sedang menahan amarah. Jika tidak seperti itu, dia takut dia bisa berteriak di tempat umum. Dan itu pasti memalukan. "Lagi pula untuk apa aku harus menunggu orang yang tidak aku kenal?", tanya Minseok frustasi.
Baekhyun kembali tersenyum bahagia melihat reaksi Minseok. "Tidak kenal apanya? Kita kan saling kenal. Aku Baekhyun dan kau Minseok", jawab Baekhyun santai.
Minseok menutup mata. Menarik nafas dalam-dalam lalu, "Haaaahhhh…", menghembuskannya kasar. "Aku benar-benar sudah tidak tahan", keluh Minseok dalam hati.
Baekhyun menunggu jawaban apa yang akan dikatakan oleh Minseok dengan tenang. Padahal dalam hatinya dia sedang bersorak. Dia melihat Minseok sedang berusaha mengatur nafasnya. Perlahan terbentuk senyum tipis di bibir Baekhyun.
Namun senyum itu tidak bertahan lama. Karena digantikan oleh ekspresi heran saat melihat Minseok tiba-tiba berdiri. "Jangan bilang dia mau pergi? Ini tidak bisa dibiarkan", kata Baekhyun dalam hati.
Secepat kilat Baekhyun berdiri lalu meraih tangan Minseok saat Minseok akan melangkah pergi. Minseok membalikkan badan ke arah Baekhyun. Dengan mata melotot, seolah bicara, "Apa maksudmu memegang tanganku?!"
Ditatap seperti itu oleh Minseok, Baekhyun malah memasang wajah serius. Seolah Romeo yang tidak bisa menerima keputusan Juliet untuk berpisah. Minseok tersenyum meremehkan melihat ekspresi serius Baekhyun. "Apa lagi yang direncanakan orang gila ini?", tanya Minseok dalam hati.
Angin dingin berhembus, membuat bulu kuduk Minseok meremang. Keanehan dia rasakan. Suasana kafe yang tadinya bising oleh obrolan orang-orang di dunianya masing-masing, tiba-tiba menjadi hening. Minseok memberanikan diri memutar kepalanya melihat ke sekeliling.
Dan ternyata semua mata tertuju padanya. Minseok menelan ludahnya dengan rasa takut. Dia paling tidak suka menjadi pusat perhatian. Keringat dingin mulai keluar. Minseok kembali menghadap Baekhyun. Kali ini tidak lagi dengan matanya yang melotot galak. Pandangan Minseok melembut, seolah memohon.
Namun Baekhyun tak berubah sedikitpun, masih seperti tadi. Wajah serius dan tangan yang masih menggenggam tangan lembut Minseok. Dengan penuh perasaan Baekhyun berkata, "Ku mohon jangan pergi…", lalu dia berhenti sejenak. "Ini hari terakhirku di Korea. Besok aku harus pergi ke Indonesia untuk melanjutkan kuliah dalam waktu yang sangat lama. Aku tidak tahu kapan aku bisa kembali. Aku tahu ini sulit bagimu. Tapi ku mohon, tolong habiskan hari ini dengan ku", kata Baekhyun penuh perasaan serta tatapan mata sendu. Seolah ada luka yang menyayat hati di sana.
Minseok menganga. Dia shock berat mendengar pidato Baekhyun yang menggetarkan hati. Kafe masih tetap hening, jadi bisa dipastikan pidato Baekhyun yang penuh perasaan tadi dapat didengar dengan jelas oleh semua orang yang ikut menyaksikannya. "Mati kau, Minseok", rutuk Minseok dalam hati. Minseok memilih kembali duduk setelah kesadarannya kembali. Dia sadar bahwa dia masih menjadi pusat perhatian. Dan dia tidak suka itu.
Baekhyun melepaskan tangan Minseok perlahan. Dan Minseok segera menarik tangannya dengan perasaan takut. Bagi Minseok, orang di depannya ini sangat mengerikan, Drama King yang mengerikan. Lalu suasana kafe kembali seperti semula. Walaupun ada beberapa yang ternyata menyelingi percakapan mereka dengan komentar tentang aksi romantis Baekhyun yang menahan kepergian Minseok.
"Wah, anak muda jaman sekarang ternyata mengagumkan. Walaupun masih sangat mencintai kekasihnya, tapi dia memilih mengutamakan pendidikannya."
"Iya, apalagi Indonesia itu kan sangat jauh dari Korea."
"Eh itu kan, negara asal Batik itu kan?"
"Iya, itu betul sekali."
"Waaah, dia benar-benar hebat sekali bisa kuliah di sana."
Percakapan dari meja yang tidak jauh dari meja Baekhyun dan Minseok, dan mereka mendengar percakapan itu dengan jelas. Baekhyun menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan tawa yang sekuat tenaga berusaha dia tahan. Dia tahu pasti saat ini Minseok sangat kesal, dan itu benar-benar membuatnya bahagia dan ingin tertawa.
Sedangkan Minseok memilih untuk mengasihani nasibnya. Hari ini dia benar-benar sial. Dikejutkan oleh orang asing menyebalkan. Selain susah diusir, orang asing menyebalkan itu malah membuatnya terjebak dalam drama romantis palsu yang membuatnya bergidik ngeri. Minseok ingin menangis rasanya. Dia merasa ini adalah karma dari dosa-dosanya di masa lalu, "Sungguh Tuhan, aku menyesal", doa Minseok dalam hati. Dan dia juga bersumpah untuk menjauh sejauh-jauhnya dari manusia di depannya ini jika bertemu lagi di masa depan.
"Berhenti tertawa!", perintah Minseok yang dipenuhi dengan kekesalan. Melihat orang asing yang mengaku bernama Baekhyun itu menunduk dengan bahunya yang terus bergetar, Minseok yakin bahwa dia sedang menyembunyikan tawanya saat ini. Minseok bertambah kesal. Ingin rasanya dia melempari Baekhyun dengan sepatu, menyiram Baekhyun dengan ice cappuccino-nya, bahkan kalau perlu Minseok ingin mencakar-cakar wajah Baekhyun supaya dia tidak lagi sok kegantengan.
Baekhyun mengangkat kepalanya. Wajahnya memerah, dan dia berusaha mengatur nafas sambil mengatur ekspresi wajahnya supaya kembali tenang dan cool. Tapi gagal total, saat dia melihat wajah cemberut Minseok yang sangat menggemaskan. Baekhyun langsung menutup mulutnya untuk mencegah tawanya supaya tidak membesar dan tidak terkendali. Tidak akan menjadi kisah yang bagus kan? Kalau Romeo yang lembut dan romantis tiba-tiba berubah menjadi Hulk yang digelitiki perutnya.
Baekhyun semakin kesusahan menahan tawa. Sedangkan Minseok harus mengumpulkan semua persediaan kesabaran yang dia punya. Melihat Baekhyun dengan meriahnya menahan tawa atas takluknya Minseok dalam percobaan kaburnya yang gagal, membuat Minseok tak bisa berbuat apa-apa. Selain menggerutu dan memandang sebal ke arah Baekhyun. Minseok hanya bisa berharap dalam hati akan adanya keajaiban. "Seseorang tolonglah aku. Ku mohon cepatlah datang", ratap Minseok dalam hati.
"Sudah ku bilang kalau aku itu bukan orang yang kau cari. Kau salah orang. Aku tidak kenal kau", kata Minseok yang terdengar seperti memohon. Dia mencoba sekali lagi menjelaskan situasi yang rumit ini. Untuk mendapatkan kebebasan itu memang membutuhkan kerja keras bukan? Itu sebabnya Minseok berusaha sekuat tenaga untuk mengusir Baekhyun, alien mengerikan yang berjenis Drama King. Manusia asing itu telah mengacaukan harinya yang tenang dengan membuatnya merasakan begitu banyak perasaan dalam waktu yang singkat. Baekhyun amat sangat menyebalkan bagi Minseok.
"Ekheeemm…", Baekhyun mempersiapkan tenggorokannya untuk bicara. "Baiklah… begini, Minseok-ssi yang manis…", Baekhyun berhenti karena dia merasakan ada aura tidak enak yang seperti mengancamnya. Dan ternyata itu berasal dari tatapan tajam Minseok. Baekhyun akhirnya sadar bahwa tadi dia bicara masih dalam mode jahilnya dengan sedikit menggoda Minseok. Dan Minseok tidak suka itu karena hari ini Baekhyun sudah terlalu banyak menjahilinya. Padahal sesungguhnya Baekhyun tidak hanya asal menggoda. Karena Baekhyun mengakui kalau pemuda di depannya ini memang benar-benar manis, hingga dia tidak merasa bosan walaupun memandangnya dalam waktu yang lama.
"Di kafe ini aku punya janji bertemu dengan teman chating ku. Dia memintaku memakai baju merah, sedangkan aku memintanya memakai baju biru. Dan di sini yang memakai baju biru hanya kau", kata Baekhyun. Kali ini tanpa candaan, karena Baekhyun merasa kasian juga kepada Minseok. Dia seperti akan segera menangis. Dan kalau sampai Minseok benar menangis, Baekhyun takut seluruh orang yang ada di kafe ini akan memaksanya menikahi Minseok sebagai bentuk pertangungjawaban.
Minseok memutar kepalanya melihat ke seluruh kafe. Dia terkejut, ternyata benar, satu-satunya orang yang memakai baju berwarna biru adalah dia. Rasa jengkelnya pada Baekhyun berkurang karena ternyata ini tidak sepenuhnya salah Baekhyun. Dia mulai menyesali perbuatannya tadi. Ekspresi wajah Minseok melunak, "Tapi sungguh, itu bukan aku."
"Iya aku tahu, tapi entah kenapa aku tidak percaya", kata Baekhyun.
"Maksudmu aku berbohong?", Minseok tersulut emosi lagi.
"Bukan begitu… aku hanya mencoba memastikan saja", kata Baekhyun membela diri.
"Bukankah aku sudah bilang berkali-kali. Kalau aku bahkan tidak kenal, apa itu tadi… JongPeace?", Minseok lupa nama yang disebut-sebut Baekhyun tadi.
"JongPeach…", Baekhyun membetulkan nama yang salah diucapkan Minseok.
"Aaahh… terserah apalah itu. Dan yang satunya lagi… ByunTae, aku juga tidak kenal itu!", kata Minseok emosi.
Baekhyun tertawa kecil mendengar kata-kata Minseok. "Dia menganggap ku mesum dengan menyamakan nama account ku dengan 'byontae'", kata Baekhyun dalam hati. "Bukan ByunTae Minseok… tapi RapByun", kata Baekhyun lembut seperti sedang merayu, tidak lupa dengan kedipan nakal matanya. Lagi, Minseok bergidig ngeri karena kelakuan Baekhyun. Sungguh, Minseok ingin menjauh sejauh-jauhnya dari makhluk ini.
"Eh? RapByun?", gumam seseorang dalam hati. Dia langsung menghentikan gerakan jarinya yang tadi sedang mengetikkan sebuah pesan di ponselnya. Lalu, dengan segera dia menolehkan kepalanya ke samping, ke sumber suara tersebut. "RapByun?", tanyanya ragu sambil tangannya menunjuk orang di meja sebelahnya yang memakai baju merah.
Baekhyun yang tadinya sedang asik menggoda Minseok, menoleh ke samping saat ada yang menyebutkan nama account-nya. Baekhyun memasang wajah bingungnya, lalu mengamati orang yang tangannya menunjuk ke arahnya. "Siapa dia? Memanggilku RapByun, dan bajunya kemeja biru… kotak-kotak?", seperti ada suara 'klik' dari dalam otaknya, saat dia menggumamkan kalimat itu dalam hati. Baekhyun baru ingat, kalau si JongPeach bilang dia akan memakai kemeja biru kotak-kotak. Bukan kemeja biru polos seperti yang dipakai Minseok.
Minseok yang menyadari perubahan ekspresi di wajah Baekhyun, perlahan mulai bisa tersenyum. Sepertinya Tuhan mendengar doanya. Hatinya merasa lega dan bahagia karena beban berat telah diangkat dari sana. "Sepertinya… dia adalah orang yang kau cari", kata Minseok ceria dan penuh senyuman. "Dan cepatlah enyah dari hadapanku", umpat Minseok dalam hati, namun wajahnya memasang senyuman yang maaaaaanis sekali.
Baekhyun berkedip sedih melihat wajah bahagia Minseok. Lalu dia menoleh kepada orang yang tadi memanggilnya RapByun, "Kenapa kau harus datang sekarang!", kesal Baekhyun dalam hati. Sepertinya Baekhyun lupa kalau tujuan awalnya tadi adalah untuk bertemu dengan teman chating-nya. "Kau JongPeach?", tanya Baekhyun lemah dan tak bersemangat. Dia benar-benar mirip orang yang habis dirampok.
Sedangkan orang yang Baekhyun tanyai, hanya menjawab dengan anggukan kepala. Dia mengangguk dengan wajah sumringah penuh kebahagiaan. Matanya berbinar, serta senyum yang tak pernah hilang dari bibirnya. Sebahagia itukah dia bertemu dengan Baekhyun? Sepertinya tidak, karena kelihatannya ada yang tidak beres dengan orang ini. Dia tersenyum bahagia bukan hanya kepada Baekhyun. Sekarang dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kafe, dan secara random pandangannya berhenti di salah satu tempat sampah. Dia tersenyum bahagia memandang tempat sampah itu. Kemudian dia menghirup udara dalam-dalam dengan mata terpejam. Seolah dia begitu menikmati aroma udara yang dia hirup. Mungkin dia saat ini merasa sedang duduk di padang rumput yang luas dengan berbagai bunga bermekaran di sekitarnya.
Sedangkan Baekhyun dan Minseok masih saling memandang. Minseok memandang Baekhyun dan Baekhyun memandang Minseok, tentu saja dengan ekspresi yang berbeda. Minseok yang mulai merasa pegal memasang senyum palsunya, karena Baekhyun tidak juga pergi. "Apa dia perlu ditendang dulu?!", gerutu Minseok di balik senyum di wajahnya. Sedangkan Baekhyun tetap diam di tempat. Seolah ada yang mengolesi kursi Baekhyun dengan lem super, sehingga membuatnya tidak bisa bangkit berdiri.
Baekhyun merasa sangat malas beranjak. Semangatnya menghilang. "Iya iya…", Baekhyun akhirnya menyerah. Lalu dia berdiri dan berjalan menuju meja di sebelahnya. Dia memilih duduk di depan temannya, agar bisa saling berhadapan. "Maaf aku terlambat, Baekhyun", ucap teman Baekhyun bahagia dengan penuh senyuman. "Iya, tidak apa-apa, Jongdae", jawab Baekhyun kalem dengan senyuman tipis.
Minseok memerhatikan pertemuan antara dua teman yang terbentuk di dunia maya. Dia sedikit penasaran bagaimana reaksi mereka saat bertemu untuk yang pertama kali di dunia nyata. Dan berakhir dengan dia menyesal pernah merasa penasaran. Karena dia melihat pemandangan yang begitu aneh menurutnya. Yang satu terlihat sangat bahagia seperti habis menang undian dengan hadiah utama. Sedangkan yang satunya lagi seperti orang sekarat. Akhirnya Minseok memilih untuk kembali melanjutkan meminum ice cappuccino-nya dengan tenang. Karena akhirnya si pengganggu telah kembali ke alamnya.
Beberapa menit kemudian, Minseok ingat kembali dengan ponselnya. Tadinya, sebelum Baekhyun datang, Minseok sedang menulis pesan. Namun sebelum pesan selesai diketik, makhluk asing tiba-tiba datang. Minseok mengulurkan tangannya untuk meraih ponselnya yang tergeletak di meja. Namun perasaan tidak nyaman yang dari tadi dia rasakan sekarang semakin membesar. Mengikuti naluri, Minseok menoleh ke sampingnya. Dan betapa terkejutnya dia.
Di meja sebelah, Baekhyun sedang memangku kepalanya dengan satu tangan. Pandangannya mengarah kepada Minseok. Memerhatikan Minseok dengan pandangan rindu. Baekhyun mengedipkan kedua matanya lemas. Lalu bibir Baekhyun membentuk gerakan mencium yang ditujukan untuk Minseok. Seolah mengirimkan ciuman dari jarak jauh untuk Minseok. Setelahnya, Baekhyun tersenyum sakit, masih dengan memandang Minseok.
Sedangkan Minseok yang baru saja mendapat kiriman ciuman dari Baekhyun, langsung memasang wajah jijiknya. "Ya Tuhan, kenapa Engkau menciptakan makhluk mengerikan seperti dia?", tanya Minseok dalam hati. Segera Minseok mengalihkan pandangannya dari Baekhyun dan melanjutkan mengetik pesannya yang tadi tertunda.
"Kau tadi telat kenapa?", tanya Baekhyun akhirnya. Jongdae kembali ke dunia nyata, wajah senyumnya lenyap walaupun masih terlihat jelas kalau dia sedang amat sangat bahagia. "Oh, aku?", tanya Jongdae polos.
"Ya iyalah, siapa lagi memangnya?", kata Baekhyun dalam hati. Jongdae tersenyum cengengesan. "Tadi ituuu… aku tidak sengaja terlambat", kata Jongdae yang semakin lama senyumnya semakin melebar. Entah kenapa Baekhyun jadi sedikit alergi melihatnya. Mungkin Baekhyun hanya iri saja. Karena Jongdae saat ini sedang berbahagia, sedangkan Baekhyun sedang tidak begitu bahagia.
Melihat wajah Baekhyun yang sepertinya tidak tertarik dengan kisahnya, akhirnya Jongdae berusaha menjelaskan yang sebenarnya terjadi. "Eh Baek, masih ingat dengan yang aku ceritakan di chating kemarin?", tanya Jongdae.
"Yang mana?", tanya Baekhyun malas.
"Yang itu lhooo, soal sunbae yang aku sukai", jawab Jongdae.
"Oooh, yang itu. Memang kenapa dengan sunbae mu?", Baekhyun mulai ingat.
"Dia tadi…", Jongdae malah menutup mulutnya dengan satu tangannya. Lalu tertawa malu.
Baekhyun penasaran tapi memilih menunggu dengan sabar. "Dia tadi bilang… bahwa dia menyukaiku…", Jongdae menarik nafas, "Dan dia memintaku menjadi pacarnya!", kata Jongdae dengan sangat bahagia. Dia tak hentinya tersenyum.
Perlahan, Baekhyun tersenyum kagum. "Wuaaahh… selamat", kata Baekhyun sambil menyalami Jongdae. Sebenarnya bukan hanya kemarin Jongdae menceritakan soal sunbae yang dia sukai itu. Hampir di setiap mereka chating, Jongdae selalu menceritakan soal sunbae-nya. Jadi Baekhyun sangat paham bagaimana besarnya rasa suka Jongdae terhadap sunbae-nya. Juga bagaimana si teman chating-nya ini bertahan dalam sakitnya menyukai tapi tak mampu mengungkapkannya. Itulah sebabnya Baekhyun ikut bahagia atas buah manis ketabahan teman chating-nya ini.
"Lalu apa jawabanmu?", tanya Baekhyun.
"Tentu saja aku menerimanya!", jawab Jongdae dengan penuh semangat. Hingga dia memukul lengan Baekhyun, karena gemas. Baekhyun jadi ngeri dengan Jongdae. Hanya karena dia sedang bahagia bukan berarti bisa memukul orang kan? "Nanti aku akan mengenalkanmu dengan sunbae ku. Eh, maksud ku pacarku", lalu Jongdae tersenyum malu.
"Apa semua orang yang jatuh cinta akan seperti ini?", tanya heran Baekhyun di dalam hati.
"Lalu nanti kita bisa double date…", kata Jongdae dengan khayalan indahnya.
"Double date apanya? Pacar saja aku tak punya", kata Baekhyun jengkel. Bisa-bisanya si Jongdae ini bicara soal double date saat Baekhyun bahkan tak punya pacar.
"Eh, iya ya. Kau kan tidak punya pacar", kata Jongdae sambil menganggukkan kepala. "Eh tapi ngomong-ngomong, dia siapa?", tanya Jongdae sambil menunjuk orang yang duduk di meja sebelah.
Baekhyun mengikuti arah tangan Jongdae. Ternyata yang dimaksud Jongdae adalah Minseok. "Oooh… dia", Baekhyun tersenyum, "Dia kenalanku."
Merasa ada yang sedang membicarakannya, Minseok memilih untuk mempertajam pendengarannya. Kebetulan pesan yang dia ketik tadi sudah selesai dia kirim.
"Kenalanmu? Kau datang ke sini bersama dia?", tanya Jongdae penasaran.
Baekhyun menggeleng, "Aku datang sendiri. Hanya saja tadi ada sedikit salah paham." Baekhyun menoleh memandang Minseok. Dari yang dia lihat, Baekhyun tahu kalau saat ini Minseok sedang menguping pembicaraannya dengan Jongdae. "Tapi aku sama sekali tidak menyesal berkenalan dengannya", Baekhyun tersenyum lembut.
Mendengar kalimat terakhir yang dikatakan Baekhyun, Minseok langsung mengangkat kepalanya menatap Baekhyun. "Dan kau musibah yang datang padaku!", kata Minseok dalam hati sambil memandang jengkel ke arah Baekhyun.
Jongdae yang tidak paham dengan situasi yang sebenarnya terjadi, akhirnya menjadi bingung sendiri. Jongdae memandang Baekhyun, lalu berganti memandang orang yang duduk di meja sebelahnya. Baekhyun yang tersenyum lembut sambil memandang rindu ke arah Minseok. Sedangkan Minseok yang memandang jengkel ke arah Baekhyun. "Ada apa dengan mereka? Apa yang sebenarnya terjadi?", tanya bingung Jongdae dalam hati.
Lagi, Baekhyun menggerakan bibirnya untuk mengirimkan ciuman dari jarak jauh untuk Minseok. Minseok semakin jengkel, hingga rasanya sudah mencapai ubun-ubun. Minseok segera memalingkan muka. "Lama sekali sih?!", keluh Minseok jengkel kepada ponselnya. Lalu dengan terburu-buru Minseok menghubungi sesorang.
"Hyung! Kenapa lama sekali sih?!", kata Minseok saat telfonnya diangkat. "Kalau seperti ini, lebih baik batal saja! Jadi aku bisa pulang", nada bicara Minseok terdengar kalau sepertinya suasana hatinya benar-benar sedang tidak baik.
"Jadi kau belum pulang?", tanya orang di seberang. "Kan sudah kukirimi pesan untuk memberi tahu mu supaya kau pulang saja."
"Tidak ada pesan yang masuk!", jawab Minseok.
"Ada Minseoooook… coba lihat lagi."
"Awas kalau tidak ada!", ancam Minseok. Lalu dia segera memeriksa ponselnya. Dan ternyata benar, ada satu pesan masuk yang belum dibaca. Minseok segera membaca pesan itu. Setelah membacanya, Minseok rasanya ingin menangis. Andai saja dia tadi membacanya, maka dia tidak perlu menunggu lama. Dia tidak perlu mengalami seluruh kesialan ini.
"Aaaaaa…..", Minseok mengerang pelan. Rasanya dia ingin menangis, tapi air matanya tidak bisa keluar.
"Kau kenapa Minseok? Ada apa?", tanya orang di seberang kawatir.
"Suho hyung jahat! Aku tidak akan memanggilmu Suho (Malaikat Pelindung) lagi!", kata Minseok, lalu mematikan telfonnya. "Ini semua gara-gara si ByunTae itu!", marah Minseok dalam hati, sambil memandang marah ke arah Baekhyun.
Sedangkan Baekhyun yang dari tadi memerhatikan percakapan telfon Minseok, hanya bisa tersenyum. Baginya, Minseok benar-benar terlihat lucu, sangat menggemaskan. Saat Minseok memandangnya penuh amarah, Baekhyun malah mengedipkan matanya polos. Lalu tersenyum polos, seolah dia adalah bayi tak berdosa.
Minseok semakin muak melihatnya. Suasana hatinya yang sudah buruk, bertambah buruk. Kemudian Minseok segera mengemasi semua barangnya.
"Perlu ku antar?", tanya Baekhyun lembut seolah seorang gantleman. Minseok tidak memerdulikannya sama sekali, Baekhyun itu makhluk tak terlihat. Lalu Minseok berdiri dan melangkah pergi dengan tergesa. Supaya bisa secepatnya pergi dari sana.
Baekhyun yang juga terus memerhatikan langkah Minseok yang terus menjauh, dia melihat di sana Minseok berhenti. Tepat di depan pintu keluar, Minseok berhenti. Lalu menoleh memandang ke arah Baekhyun dengan pandangan mata penuh kekesalan. Kemudian Minseok kembali menghadap ke depan, dan pergi.
"Kalau di film-film romantis, 'Orang yang kembali menoleh kepadamu, saat dia di tengah perjalanannya untuk pergi. Tandanya, dia berharap padamu'. Semacam… dia berharap kau peduli padanya…", kata Jongdae, setelah melihat perilaku Baekhyun dan orang di meja sebelah, yang sampai sekarang dia tidak paham. "Ada apa sebenarnya dengan mereka berdua?", gumam Jongdae dalam hati.
"Kau yakin seperti itu?", tanya Baekhyun tidak yakin.
"Kan aku sudah bilang. Itu kata di film-film romantis", jawab Jongdae.
"Yeeeeee…", komentar Baekhyun, yang meremehkan petuah cinta dari Jongdae.
"Tapi kau berharap dia seperti itu kan?", potong Jongdae karena dia tidak terima Baekhyun meremehkannya.
Baekhyun diam dalam canggung. Baekhyun tidak tahu kenapa dia tiba-tiba diam, seolah tebakan Jongdae benar. "Iya kan? Makanya kau diam", tantang Jongdae percaya diri.
"Bukan begitu…", sangkal Baekhyun dengan cuek. "Aku tidak percaya saja kalau dia akan berharap padaku. Setelah apa yang aku lakukan padanya tadi."
"Memangnya kau melakukan apa? Semacaaam…", tanya Jongdae sangat penasaran.
"Jangan berkhayal yang tidak-tidak!", potong Baekhyun. "Aku tadi hanya menggodanya dan sedikit menjahilinya", lalu Baekhyun tertawa kecil mengingat kejadian tadi. "Dia pasti merasa sangat jengkel padaku", Baekhyun tertawa kecil lagi.
"Sebahagia itukah kau?", tanya Jongdae curiga, sambil memicingkan mata.
"Apanya?", Baekhyun merasa tak nyaman dicurigai. "Kau tidak tahu saja, bagaimana lucunya dia saat tadi ku jahili. Andai kau tadi melihatnya pasti kau juga akan tertawa", kata Baekhyun.
"Tidak. Aku tidak akan tertawa", kata Jongdae dengan wajah polosnya. Baekhyun memandang Jongdae tidak suka. "Iya iya, aku percaya. Hahahaha…", Jongdae langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi tertawa renyah. Dan Baekhyun malah merasa jijik melihatnya. Baekhyun memilih memalingkan mukanya.
Jongdae memandang Baekhyun, yang sedang memalingkan muka, dengan senyum syukur. Bagi Jongdae, saat ini Baekhyun belum menyadari akan adanya potensi rasa suka yang ada dihatinya. Namun Jongdae yakin, nantinya Baekhyun akan menyadarinya. Jongdae memang pakar cinta yang sok tahu, mentang-mentang baru jadian. Lalu Jongdae memandang pintu keluar, dia mengingat kembali saat tadi Minseok menoleh kepada Baekhyun. Jongdae berharap, "Semoga kalian bertemu kembali", kemudian dia menutup matanya, berharap doanya bisa terkabul. "Lalu kita bisa double date!", katanya dalam hati dengan senang. Jongdae kembali ke dunia imajinasinya yang indah bersama sang sunbae tercinta, yang sekarang telah menjadi kekasihnya.
Bersambung…
