Yanke-kun to Yanke-chan?

~Fairy Tail~

Pairing: Natsu x Lucy

Genre: Romance and Humor

Warning: OOC and Typo's bertebaran

"Humm… dimana ya letak satu buku lagi?" Gumam seorang gadis berambut pirang panjang pigtail dan pakaian sekolah yang tampak kebesaran. Kacamatanya sedikit melorot saat ia melihat buku yang tengah ia cari berada di rak paling atas perpustakaan. Senyum manis merekah dibibir merahnya dan langsung saja ia berupaya mencapai buku tersebut dengan menjinjit.

Keringat menetes di dahinya seraya ia terus berusaha untuk meraih buku yang harus ia berikan kepada gurunya yang meminta tolong padanya. "Sedikit lagi…" Cicitnya pelan. Wajahnya sudah memerah akibat kesusahan karena tingginya rak buku dan mereka yang tak memiiliki akses tangga sama sekali untuk membantu.

Grep…

Ia terkejut langsung lantaran buku yang ia inginkan, diambil oleh seseorang dengan mudahnya. Ia arahkan kepalanya ke samping dan ia dapat melihat sosok berambut pink-ish dengan syal kotak-kotak kesayangannya yang selalu menjadi symbol dirinya- tengah memandangnya dengan tatapan tak suka. Ia langsung membeku di tempat mengetahui siapa yang telah mengambil buku terakhir yang ia ingin.

"Natsu Dragneel!" Pekik Gadis itu dengan pelan. Wajahnya langsung berubah horror dan pemuda itu memandang tajam kearahnya. "Apa maumu, Nerd-Heartfilia?" Desis pemuda itu tak suka. Gadis yang memiliki nama Lucy Heartfilia itu terperanjat mendengar panggilan 'aneh' yang dilontarkan oleh Natsu padanya. Sudut keningnya mengkerut dalam dan ia beranikan diri memandangi pemuda yang selalu menjadi bahan gossip seantro sekolah.

Natsu Dragneel. Pemuda berambut pink-ish ini memiliki hobi menghajar siapapun yang tak ia suka. Ia dikenal sebagai sosok salamander karena hobinya yang selalu membuat hancur semua tempat dan menyukai makanan panas. Meski ia tak pernah menghajar teman satu sekolahnya, namun ia selalu masuk ke dalam pertarungan dengan berandalan sekolah lain, begitulah yang ia dengar selama ini. Dan Natsu Dragneel adalah teman sebangkunya yang selalu absen dan akan tidur jika ia hadir di sekolah. Benar-benar tak memiliki hasrat untuk belajar.

Taak…

Direbutnya buku yang tengah Natsu pegang dengan cepat dan berlari keluar membawa serta buku lain yang tergeletak di atas meja setelah menginjak kaki Natsu dengan kuat. Pemuda itu mengeluh kesakitan dan menatap kepergian Lucy dengan amarah.

"Awas kau, Heartfilia. Akan kubuat kau menyesal."


Lucy mengatur napasnya yang terburu-buru akibat melarikan diri dari berandalan sekolah sambil membawa lima buku yang tergolong tebal dan berat. Keringat bercucuran dari tubuhnya akibat jarak antara perpustakaan dan kantor guru yang tergolong jauh dan berada di tingkat yang berbeda.

"Huh…huh…huh… Dasar bodoh. Tak lama lagi hidupku takkan tenang." Gumamnya dengan napas terengah-engah.

"Apanya yang tak tenang, Lucy?" Ucap seseorang tepat dibelakang Lucy. Untuk kedua kalinya ia hampir saja merasa jantungan karena di kejutkan oleh sosok pemuda berambut orange kelam dengan kacamatanya yang selalu nangkring di wajahnya sebagai accessories.

"Lo…Loke…"Ucap atau lebih tepatnya gumam Lucy dengan napas yang masih terengah-engah. Pemuda itu tersenyum menggoda dan memberikan setangkai bunga mawar merah pada Lucy. "Kau benar-benar seksi dengan suaramu seperti itu, Lucy. Aku semakin mencintaimu." Goda Loke dengan nada rayuannya yang seperti biasa.

Pemuda itu dengan cepat langsung mengambil buku-buku yang di bawa Lucy dengan gaya gentle. "Terima kasih Loke. Dan omong-omong, kau semakin hari semakin ecchi saja. Aku jadi takut dekat denganmu." Loke tertawa pelan mendengarnya dan diikutinya Lucy berjalan sambil membawa beberapa buku yang tak terlalu berat baginya.

Setelah mengantarkan buku-buku itu kepada Gildart-sensei, mereka berjalan beriringan menuju kelas. Selama diperjalanan menuju kelas, para gadis berbisik-bisik dengan keras tentang hubungan mereka bahkan ada yang mengutuk-kutuk Lucy akibat terlalu dekat dengan idola mereka. Maklum, singa di sebelahnya ini adalah contoh makhluk popular ter-PD di kotanya karena fansnya tidak hanya di sekolah melainkan di berbagai tempat. Hampir semua gadis dapat ditaklukkannya kecuali dirinya dan Erza-senpai. Ya, hanya mereka berdua. Karena jika ia menggoda Erza-senpai, si ketua OSIS yang terkenal akan ketegasannya dan juga wajah cantik menyeramkannya, kemungkinan pemuda singa ini akan berakhir di rumah sakit. Yah, memang tak ada yang bisa menaklukkan hati Titania Scarlet itu selain kekasihnya, Jellal Fernandez-senpai.

Sebelum memasuki kelas mereka, Lucy berhenti di depan pintu kelas dan menarik ujung lengan baju Loke, membuat pemuda itu ikut berhenti juga. Alisnya naik sebelah melihat Lucy yang memasang wajah aneh. "Kau kenapa, Lucy?"

"Bisa aku duduk disampingmu saja hari ini, Loki?" Gumam Lucy pelan. Loke tersenyum tipis dan di acak-acaknya rambut Lucy dengan lembut. "Tidak bisa, Lucy. Aku bisa dibunuh Laxus-sensei jika pindah tempat. Lagipula, kau aman-aman saja selama ini." Jawab Loke pelan. Lucy makin menundukkan kepalanya saat Loki membuka pintu kelas yang selalu riuh dan ribut oleh perkelahian para lelaki.

Lucy meneguk ludahnya dan melangkahkan kakinya dengan lambat kearah bangku yang telah diduduki oleh Natsu Dragneel yang nampak tidur di sebelah kursinya. Keringat dingin mengucur dari dahinya seraya ia duduk. Ia dapat merasakan hawa kekesalan yang jelas dari Natsu dari jauh.

'Tamat sudah hidupmu, Lucy Heartflilia!' pekiknya dalam hati.

Dengan pelan ia geser kursi miliknya dan duduk tanpa mengeluarkan suara sama sekali agar pemuda itu tak bangun. Ia menghela napas pelan dan menggumamkan rasa syukur karena pemuda berandalan itu tak terbangun dari tidur nyenyaknya. Dikeluarkannya buku catatan miliknya dan ia langsung membaca bukunya dengan tenang sembari menunggu guru yang mengajar masuk.

Sementara itu, Natsu Dragneel terbangun dari tidurnya akibat gaduh yang diciptakan oleh teman sekelasnya ditambah suara decitan kursi milik gadis yang telah menginjak kakinya tadi. Ia buka sebelah matanya sedikit dan mengintip sosok gadis yang kini tampak membaca bukunya dengan tenang. Sebenarnya ia ingin membalas kejadian tadi dengan memarahi si gadis, namun entah mengapa ia melupakannya dan malah terus menatap gadis itu dalam diam hingga bel masuk berbunyi.


Bel pulang sudah berbunyi setengah jam yang lalu hingga kelas terasa sunyi dan menyisakan sosok Lucy yang tengah membersihkan papan tulis bersama dengan Natsu yang senantiasa tertidur dengan lelap di mejanya. Lucy sedikit ketakutan dengan keadaannya sekarang karena teman-temannya yang lain telah selesai melakukan tugas piket sementara ia baru bisa melakukannya setelah selesai berurusan dengan guru yang memanggilnya. Ia bahkan menyesal sudah meminta Loke untuk pulang duluan agar tak merepotkan pemuda itu terus. Kini saking ketakutannya, ia terus menghadap ke depan dan tak melihat kearah manapun selain papan tulis.

Setelah selesai membersihkan semuanya dan meletakkan kembali penghapus papan tulis ke tempatnya, ia melihat kearah kursinya dan tak menemukan siapapun di sana. Sosok Natsu sudah pergi dan menyisakan dirinya sendiri di kelas yang sepi dengan langit yang sudah mengeluarkan semburat jingga.

Ia menghela napas lega dan bergegas mengambil tas miliknya lalu berjalan keluar sekolah. Ia sudah benar-benar terlambat pulang dan ia belum berbelanja bahan masakan sama sekali untuk nanti malam.

"Aku harus cepat." Gumamnya sambil berlari dengan cepat dan tergesa-gesa.


Lucy bersenandung pelan menikmati langit sore setelah berbelanja beberapa bahan masakan di supermarket yang tak jauh dari sekolahnya. Ia sangat ingin cepat pulang lalu berendam di bak mandi kesayangannya selama berjam-jam.

"Berendam memang pilihan terbaik~" Girangnya sambil mengayun-ayunkan belanjaannya pelan.

Baru saja ia melintasi gang kecil, ia merasa ada sesosok yang ia kenal disana sehingga ia berbalik dan mengintip. "Hmm….?" Gumamnya. Ternyata benar, disana sesosok pemuda dengan pakaian yang telah kotor dan wajah yang penuh luka, terjatuh di aspal lembab itu. Rambut pinknya tampak lebih acak-acakan dari biasanya dan bibirnya yang merintih kesakitan.

"Natsu Dragneel!" Pekik Lucy dengan kencang melihat kondisi pemuda itu. Dengan cepat ia langsung berlari ke arahnya dan mengecek pemuda itu. "Astaga, parahnya." Gumam Lucy dengan rasa kasihan. Ia goncang-goncang tubuh Natsu, namun ia tak mendapatkan respon sama sekali sehingga ia memutuskan untuk membawa Natsu keluar dari gang dan mengobati pemuda itu.

Jujur saja, sedari tadi ia bingung ingin membawa Natsu kemana. Ia tidak tahu rumah pemuda ini dan uangnya tidak cukup untuk membawanya ke rumah sakit. Menyadari bahwa orang tuanya sedang berada diluar kota, tanpa ragu ia bawa tubuh Natsu pulang. "Ya, lagipula masih ada pelayan dirumah. Setidaknya aku bisa berteriak jika di hajar sama dia." Gumamnya pada diri sendiri.

Butuh ekstra tenaga dan waktu untuk membawa Natsu ke rumahnya karena jarak rumahnya lumayan jauh dan tubuh Natsu yang lumayan berat. Setelah sampai, ia bergegas mencari kotak obat dan sebaskom air hangat. Dengan sigap, ia membersihkan luka di wajah dan lengan Natsu dan mengompres kepala Natsu dengan air hangat.

Ia perhatikan wajah Natsu yang sudah membaik dengan lembut. Ia sedikit terkejut mengetahui bahwa Natsu yang sekarang jauh lebih imut daripada biasanya. Tidak ada kesan kasar maupun menakutkan darinya. Hanya ada sosok pemuda yang benar-benar terlelap dan melupakan rasa sakitnya yang tadi.

Setelah selesai dengan kerjanya, ia tersenyum tipis dan melepaskan kacamatanya dan mengubah gaya ikatan rambutnya. Dilihatnya, jam dinding menunjukkan pukul enam sore dan dengan cepat ia menggulung lengan bajunya dan mengambil bahan masak. Ia bergegas ke dapur dan membiarkan Natsu beristirahat di sofa ruang keluarganya.

Dengan cekatan ia membersihkan beras dan menanaknya di rice cooker. Kemudian, ia memotong sayuran dan daging yang telah ia cuci dan mulai memasaknya dengan hikmat.

Sementara itu, Natsu yang mencium aroma masakan lezat, terbangun dari tidur atau lebih tepatnya pingsan. Entah kenapa ia merasa rasa sakitnya hilang begitu saja dan saat ia melihat, ternyata benar bahwa lukanya sudah diobati oleh seseorang.

Mata onixnya memandang sekeliling dengan bingung. Ia tak tahu berada di mana sekarang. Terakhir kali yang ia ingat, kalau ia bertarung dengan beberapa gerombolan berandalan dari SMA Phantom dan berakhir pingsan meski ia berhasil membuat mereka mundur.

Tiba-tiba, hidungnya mencium aroma lezat dari arah ruangan di sampingnya. Saat ia berbalik hendak mencium aroma itu lebih dekat, mata onix-nya bertubrukan dengan mata coklat madu besar milik seorang gadis bercelemek pink dan rambut pirang yang di ikat ponytail. Gadis itu tampak shock dan terdiam di tempat dengan mata melebar dan mulut menganga. Keringat mengucur dari dahinya dan tangannya gemetaran memegang piring yang berisi makanan.

Kryuk….

Suara perut Natsu mencairkan suasana tegang itu. Natsu yang awalnya menatap tajam kearah Lucy, langsung menunduk dan mengeluarkan semburat kemerahan di pipinya. Lucy terdiam beberapa saat dan ia letakkan piringnya di atas meja dengan kaku. "Kau mau makan?"


Lucy bersweatdrpo ria melihat sosok Natsu yang memakan makanannya dengan lahap seakan ia tak makan seharian. Hampir semua masakannya disantap habis oleh Natsu meski tubuhnya terluka. Apa manusia bisa makan sebanyak itu dalam satu waktu?, pikirnya dalam hati. "Masakanmu tidak buruk, Heartfilia." Ucap Natsu setelah menghabiskan semua masakan Lucy.

"A-ah, A-arigatou, Dragneel-san." Balas Lucy dengan tak semangat. Ia sedikit kesal karena setelah ia menghabiskan seluruh makan malamnya, ia juga tak menyisakan apapun untuk makan siangnya besok dan setelahnya ia mengatakan masakannya tidak buruk?! Yang benar saja.

Lucy menatap Natsu dengan pandangan penasaran. Ia ingin sekali bertanya kenapa pemuda itu bisa mendapatkan luka yang parah seperti itu dan kenapa ia selalu bolos sekolah, namun ia terlalu takut untuk bertanya dan akan membuat hidupnya semakin dalam bahaya. 'Aku tak bisa bertanya padanya' gumamnya dalam hati.

Natsu menyadari bahwa Lucy memandanginya dan ia beri tatapan tajamnya pada gadis itu. Namun sepertinya tidak berhasil karena gadis itu terlihat di alamnya sendiri. Juga, entah kenapa saat gadis aneh ini melakukan kegiatan anehnya, Natsu merasakan sesuatu yang berbeda di dalam dirinya.

Pemuda itu beranjak dari duduknya dan ia merapikan bajunya yang agak berantakan. Kemudian, ia berikan tatapan kejam plus aura membunuh pada Lucy yang membuat gadis itu langsung sadar dan memandangnya dengan takut dan bulir keringat yang mengalir deras di tubuhnya. "Mulai hari ini, kau adalah pacarku, Nerd-Heartfilia." Ucap Natsu dengan nada penuh penekanan.

"Aku akan mengawasimu mulai sekarang. Jangan lupa." Lanjutnya dengan seringai kejam. Ia berjalan ke ruang tengah dan mengambil tasnya kembali lalu berjalan keluar, meninggalkan Lucy yang masih terdiam ditempat dan mencoba mencerna semuanya.

"Tunggu du- hee…!"


Lucy menghela napas panjang mengingat kejadian tadi malam. Kantung matanya terlihat jelas dan tatapannya sangat tak bersemangat menggigit roti bakar yang ia siapkan sendiri. Selesai dengan sarapannya, ia berjalan keluar rumah setelah berpamitan pada orang tuanya yang baru saja tiba tadi pagi.

Saat ia membuka gerbang pagarnya, ia langsung terkejut melihat sosok Natsu Dragneel berdiri dengan tatapan amarah. Jarinya mengetuk-ngetuk kesal dan terdapat perempatan di kepalanya. "D-Dragneel…"

Natsu mendecih pelan dan langsung menarik tangan Lucy dengan kasar dan berjalan cepat dengan langkah yang menghentak-hentak keras. "Tu-tunggu dulu, Dragneel… Tanganku sa-sakit…" Keluh Lucy seraya menghentikan langkahnya. Natsu berhenti dan berbalik menatap Lucy dengan tatapan tajam. Namun, ekspresinya berubah saat melihat Lucy yang merintih kesakitan memegang pergelangan tangannya yang memerah akibatnya.

Ia ingin meminta maaf, namun entah kenapa lidahnya kelu untuk mengucapkannya sehingga ia memandang kearah lain selain Lucy. Gadis pirang itu menyadari bahwa ekspresi Natsu tiba-tiba berubah.

Jujur saja, ia tak merasa takut pada Natsu, hanya saja pandangan tajamnya selalu membuat Lucy merasa waspada. Namun, ia tak pernah melihat ekspresi Natsu yang begitu menyakitkan seperti sekarang dan entah kenapa membuatnya merasa tidak nyaman.

Lucy menarik napas pelan dan segera saja ia jitak kepala Natsu dengan keras tanpa rasa takut sama sekali, membuatnya tersentak kaget akan serangan barusan yang berasal dari gadis kutu buku. Baru saja ia ingin memarahi gadis pirang yang menjadi pacarnya itu, ternyata ia sudah berlari dahulu meninggalkannya dengan cepat.

"Jangan bunuh aku, Dragneel!" Teriak Lucy dengan ketakutan. Ia bahkan menambah laju larinya karena menyadari Natsu mengejarnya dengan cepat. Saat ia mencoba menoleh ke belakang, ia langsung terkejut melihat Natsu mengejarnya dengan ekspresi menyeramkan.

"Kemari kau, Nerd-Heartfilia!" meski begitu, seulas senyum tipis dibibir Natsu tersungging dengan indah seraya ia mengejar Lucy yang berlari dengan ketakutan.

TBC or END?


Holla, minna-san, saya kembali dengan cerita NaLu. Setelah hati saya diremukkan oleh ending dari fandom sebelah, fanfic NaLu lah yang mengobati rasa sakit dihati saya #plak

Bagaimana menurut minna-san, apakah ceritanya sampai disini saja atau saya lanjut?

BTW, manga kali ini benar-benar bikin saya dag dig dug. Pairing GaLe sudah didapat tapi saya berdebar dengan GrUvia. Saya tak ingin mereka berakhir tragis karena mereka salah satu pairing kesukaan saya di Fairy Tail T_T

oke, sekian dari saya

Mind RnR?