HEALING
.
.
.
.
.
.
.
MEANIE ( Kim Mingyu X Jeon Wonwoo )
.
.
.
.
.
.
Bali, Indonesia
2018
Pria manis berambut hitam itu menyeret koper besarnya seraya melihat suasana bandara Ngurah Rai, Bali dengan pandangan takjub.
Suasana Bali yang khas membuatnya terpana betapa indah dan eksotiknya setiap ornament yang terpasang dibandara satu-satunya di pulau dewata itu.
Sesungguhnya namja bermata kucing itu tak begitu mengetahui apa tujuan ia datang ke pulau yang terkenal keindahan pantainya itu. Ia hanya ingin saja melakukan travelling yang bisa membuat stresnya hilang.
Namja itu sejenak berhenti di ujung pintu keluar kedatangan luar negeri dan manik matanya menangkap sebuah kursi ruang tunggu yang kosong. Segera ia menghampiri kursi tersebut dan menjatuhkan pantat lelahnya di atas kursi keras itu.
Tangannya dengan sigap memasukkan paspor bertuliskan mana "Jeon Wonwoo" itu dan mulai mengambil ponsel yang sejak tadi di simpannya didalam tas selempangnya.
Ya, nama namja kurus nan putih itu adalah Jeon Wonwoo, jika kau kesulitan cukup panggil aja Wonwoo.
Jemari lentiknya mulai mengaktifkan poselnya yang sudah tujuh jam ia matikan. Wonwoo menunggu mode ponselnya siap dan mulai berselancar menuju aplikasi GPS.
Tujuh jam diatas pesawat tentu saja membuatnya sangat lelah. Wonwoo menggunakan dua jam perjalananya untuk tidur, ya meskipun Wonwoo tak yakin itu tidur lelap, lantaran dia merasa terlalu bising dengan suara mesin pesawat. Sisa kehidupannya di atas udara dihabiskan dengan membaca novel favoritnya. Memang sudah hobi Wonwoo. Mau di darat ataupun di udara ia akan tetap menyempatkan diri untuk selalu membaca.
Mari kita kembali pada apa yang namja berusia dua puluh tahunan itu lakukan, ia sedang berusaha mencari hotel tempatnya menginap dihalaman google map itu. Matanya kesana kemari untuk melihat berapa jarak dan waktu tempuh yang harus dilaluinya.
Ternyata cukup menyita waktu. Wonwoo sengaja mengambil hotel yang berada sedikit ditengah kota Kuta. Dan Wonwoo memperkirakan berapa lama ia akan terjebak macet. Terlihat jelas di layar ponselnya bahwa beberapa jalur terlihat berwarna merah dan itu menunjukkan bahwa lalu lintas di sekitar jalan itu sedang padat dan macet
Wonwoo berdiri dan segera bersiap untuk memanggil taxi. Jujur saja ia sangat lelah dan ingin segera menikmati kasur empuk.
"Taxi, Please". Wonwoo sedikit berteriak lantaran supir taxi tersebut sedikit mengebut dan melewatinya. Wonwoo terlalu malas untuk menunggu taxi selanjutnya. Sungguh Wonwoo tak sabar ingin mengistrahatkan tubuhnya.
Supir taxi tersebut segera berhenti dan turun serta membantu Wonwoo mengangkat kopernya untuk dimasukan kedalam bagasi.
Wonwoo mengambil tempat di samping kemudi. Saat supir taxi masuk Wonwoo lantas menunjukkan alamat hotel dan sang supir pun mengangguk paham.
Oh Tuhan, aku bahkan lupa memberitahu kalian jika Wonwoo sangatlah kacau dalam berbahasa Inggris. Wonwoo bermodal nekad saja untuk menginjakkan kakinya di pulau Bali. Selama ada translator online semuanya akan mudah, begitu pikir Wonwoo.
Memang sedikit lucu lantaran seperti orang bisu, namun Wonwoo tak separah itu juga. Ia masih paham beberapa bahasa meskipun dengan grammar yang sangat sangat kacau bahkan konyol. Mari kita tunggu bagaimana kacaunya Wonwoo dalam berbahasa Inggris.
Manik matanya menatap setiap sudut kota yang ia lewati, kalian pasti mengerti bagaimana uniknya setiap sudut kota di Bali ini.
Baiklah mari kita menyebut Wonwoo sangat norak, tapi sungguh Wonwoo tak dapat menahan diri untuk tak memotret objek menarik selama perjalanannya.
Wonwoo seketika takjub dengan patung besar yang terpampang nyata ditengah kota itu, seorang ksatria memegang panah dengan mengendari beberapa kuda. Sungguh ukiran patung itu tak akan Wonwoo temukan disudut manapun di Korea.
Segera jemarinya menekan tombol video dan merekam patung itu. Hingga jalanan padat pun tak luput dari rekamannya.
Setelah puas merekam dan memotret jalanan malam Bali. Wonwoo menyandarkan punggung lelahnya di kursi mobil. Ponselnya ia simpan kembali di dalam tasnya. Ia kembali menimati jalanan itu.
Setelah memakan waktu hampir tiga puluh menitan, Wonwoo menatap gedung mewah didepannya, ini adalah hotel yang akan ia tinggali selama tujuh harinya di Bali.
Setelah sedikit bingung menggunakan uang rupiah, dan berakhir sukses membayar argo taxinya, Wonwoo menyeret kopernya masuk kedalam hotel dan menunjukkan reservasinya dari sebuah aplikasi travel milikknya.
Wonwoo tak ingin berlama-lama, setelah menerima kunci kamarnya ia segera melesat ke lantai lima.
Wonwoo memasuki lift dan menghembuskan nafas lega, sebentar lagi ia akan merasakan betapa empuknya kasur yang sejak tadi ia dambakan.
"Excuse me…..", Wonwoo mendongak, seseorang menghentikan pintu lift yang hampir tertutup itu. Dan Wonwoo segera meminggirkan posisinya.
Seorang namja tinggi seperti terburu-buru untuk ikut masuk kedalam liftnya, Wonwoo pun juga akan melakukan hal yang sama jika ia terburu-buru. Karena menunggu lift turun atau naik adalah hal yang membosankan.
Namja itu akan menekan angka lima saat dilihatnya lampu angka itu sudah menyala, bisa Wonwoo simpulkan jika namja tinggi juga akan ke lantai lima.
Wonwoo melirik namja itu dari cermin yang terdapat di pintu lift. Dapat Wonwoo simpulkan namja berhidung mancung itu adalah pria korea, sama seperti dirinya.
Tak ada percakapan diantara keduanya, hanya mata mereka berdua saling mendongak untuk melihat angka lantai yang semakin naik dan menunggu pintu lift terbuka di lantai lima.
Wonwoo menggosok pelan keningnya karena dirasa kepalanya sedikit pening. Wonwoo teringat jika ia belum makan apapun sejak siang tadi dan Wonwoo sangat tidak berminat untuk makan makanan di dalam pesawat.
TING!
Pintu lift terbuka dan namja disamping Wonwoo yang memiliki kaki panjang itu segera melangkah keluar. Wonwoo sekilas menatapnya dan tanpa memikirkan apapun. Wonwoo segera menarik kopernya dan….
"Ashh! Jinjja!" Wonwoo mendesis kesal lantaran roda kopernya tersangkut di pintu lift. Dengan kesal Wonwoo menarik kopernya namun tak berhasil. Pintu lift tak bisa menutup lantaran didepan sensornya masih mendeteksi adanya sesuatu yang belum masuk, dan itu jelas masalah karena Wonwoo tak ingin menghambat orang yang akan menggunakan lift tersebut meskipun dilantai itu hanya ada dia dan namja yang tadi sudah pergi.
Di tengah kondisi yang lelah apapun yang menghambatmu istrahat akan membuatmu kesal dan emosi. Sungguh Wonwoo ingin mengumpat dan memang sudah mengumpat.
"Fuck!".
"Orang cantik tak boleh mengumpat". Sebuah suara berat menghampiri pendengaran Wonwoo. Dan tentu saja hal itu dua kali lipat membuat Wonwoo emosi.
Namja itu, namja tinggi yang menghentikan pintu lift tadi kembali berbalik kearah Wonwoo dan memegang gagang koper Wonwoo. Membantunya tentu saja.
"Coba kau ulangi lagi? Cantik? Aku?". Wonwoo memastikan pendengarannya bahwa ia tak sedang berdelusi mendengar orang memanggilnya cantik. Wonwoo benar-benar mengecam siapapun yang menyebutnya cantik. Dan saat ini namja super tinggi dan berbadan kekar itu sedang tak beruntung karena memancing kucing mengamuk.
"Siapa lagi, disini hanya ada kau dan kopermu yang tersangkut pintu. Nah, sudah". Namja itu berhasil menyelamatkan koper satu-satunya milik Wonwoo.
Wonwoo segera menarik kopernya mendekat.
"Dengar ya aku tidak cantik dan aku namja. Kau bisa jelas melihat jakunku dan suaraku yang sama denganmu kan?". Wonwoo sebetulnya tak ingin ribut namun salah sendiri namja didepannya memulai perkara.
Namja itu sangat kurang ajar, itu batin Wonwoo. Bukannya meminta maaf malah tertawa terkikik melihat Wonwoo.
"Ahhh kiyowo….". Wonwoo menghentakkan kakinya. Wonwoo triple marah saat ini.
Apa katanya? Kiyowo? Dia kira Wonwoo yang berwajah dingin ini selucu boneka kucing? Dan lihatlah namja itu semakin melebarkan tawanya saat melihat wajah Wonwoo yang sedang kesal padanya.
Wonwoo sudah saat lelah untuk meladeni makhluk menyebalkan itu dan ingin segera menemukan kamarnya. Dipikiran Wonwoo, ia sudah sangat ingin membersihkan diri dan segera memesan makanan. Perutnya sudah sangat keroncongan.
Tak ingin memperpanjang urusan, Wonwoo segera meninggalkan namja aneh yang tengah terpingkal menatap wajah kesal Wonwoo.
"Minggir!". Wonwoo melewati namja itu dan sengaja menabrak pundak namja itu dan pergi mencari kamarnya.
Wonwoo menatap setiap nomor kamar yang ia lewati. Langkahnya sedikit lambat lantaran karpet hotel yang menutupi lantai menghambat laju roda koper Wonwoo.
Wonwoo menarik koper beratnya dengan sisa-sisa tenaganya, ia sungguh sangat lelah dan kamarnya tak kunjung ditemukan.
"Tck!". Wonwoo kesal sendiri dan ia berbalik lantaran nomor kamar yang ia cari tak ada di lorong itu. Ia menduga jika kamarnya ada di lorong sebelah sana.
"kau belum mengucapkan terima kasih".
"Kamchagia! Ya! Bisa kau tak mengagetkanku!". Wonwoo hampir saja kehilangan jantungnya. Bagaimana tidak, karpet lantai hotel itu jika dilewati tidak menimbulkan suara dan Wonwoo tak menyadari jika namja itu masih mengikutinya.
"Aku menagih bayaranku membantumu". Namja itu berdiri didepan Wonwoo yang masih mengelus dadanya.
"Bayaran apa? Aku tak meminta bantuanmu bukan? Dan silahkan minggir". Wonwoo sudah akan menarik kopernya saat tangan berkulit tan itu memegang lengan kurusnya. Wonwoo menghentikan langkahnya.
Wonwoo memadang namja disampingnya dengan tatapan tak ramah. Wonwoo menyadari jika saat ini ia hanya sebatas telinga namja itu. Jika dilihat dari dekat namja itu memiliki tahi lalat kecil di pipi kirinya. Lupakan masalah tahi lalat, Wonwoo ingin segera menemukan kamarnya.
"Apa lagi tuan tinggi? Kau belum menjawab pertanyaanku. Kau mau bayaran apa? Cepatlah aku sudah lelah". Wonwoo berusaha menahan amarahnya lantaran ini semua tak pernah terpikirkan olehnya. Mengapa pula di jam sembilan malam ini ia bertemu makhluk menyebalkan itu. Wonwoo benar-benar melewatkan jam makan malamnya.
"Kau belum mengucapkan terima kasih". Namja itu mendekatkan wajahnya pada wajah Wonwoo dan Wonwoo reflek memundurkan wajahnya.
"Sudah ku bilang aku tak memintamu, lepas!". Wonwoo menghempaskan tangannya yang sedari tadi diremas oleh namja itu. Tanpa namja itu sadari sebetulnya ada semburat merah yang tertampil di pipi mulus Wonwoo. Ahh, siapa pula tak terkejut dan tersipu jika kau diajak bicara orang tampan terlalu dekat. Ya, Wonwoo berani mengatakan namja di hadapannya tampan, karena memang dia tampan. Mau bagaimana lagi.
Wonwoo menarik kopernya lagi dan mulai berjalan menjauh, namun iya merasa kopernya tersangkut sesuatu dan begitu Wonwoo menoleh…
"Ya!Ya! apa yang kau lakukan?!". Wonwoo berteriak kesal, namja itu seakan terniat untuk mengganggu Wonwoo. Lihat apa yang ia lakukan, namja itu menarik koper Wonwoo kebelakang dan tentu saja adegan tarik menarik koper terjadi.
"Ya! Lepaskan bodoh!". Sekali lagi Wonwoo berteriak.
"Kecilkan suaramu". Namja itu masih menarik koper Wonwoo.
"Aniyo! Lepaskan dulu!" Wonwoo menaikkan suaranya. Wonwoo berfikir tenaga namja dihadapannya sangat kuat. Tubuh kurus Wonwoo bahkan hampir ikut tertarik kearahnya.
"Katakan terima kasih dahulu!". Namja itu juga mengikuti gaya teriakan Wonwoo. Sungguh ini kekanakan sekali bukan?.
"Kau gila! Aku tak memintamu! Lepaskan bodoh". Wonwoo sekuat tenaga menarik koper kesayangannya. Sungguh ini pemandangan konyol. Wonwoo sudah lelah dengan semua ini.
"Ucapkan atau kau akan tertahan disini". Namja itu tersenyum licik. Sial, pikir Wonwoo.
Wonwoo berfikir jika ia tak mengalah maka adegan menjijikkan ini akan berlangsung hingga pagi dan salah-salah mereka bisa diusir sekuriti. Wonwoo tentu saja berfikir dua kali jika sampai di usir. Ia sudah membayar mahal untuk menginap ditempat yang-katanya- nyaman untuk menginap ini.
Wonwoo mengalah. Wonwoo berfikir jika ia mengalah urusan selesai. Oke Wonwoo sedang memulainya.
"Baiklah, baiklah. Terima kasih. Puas?". Wonwoo menekan kata puas sambil tersenyum sangat manis.
Namja itu tertawa renyah, "Sangat puas cantik, biar kubawakan". Namja itu langsung mengambil alih koper Wonwoo dan membantunya menyeret koper berat ini. Namja itu berjalan meninggalkan Wonwoo yang menghentakkan kakinya kesal.
"Ya! Aku tak memintamu membantu lagi. Aku malas berterima kasih lagi". Wonwoo mengejar namja berkaki panjang itu.
"Ini permintaan maaf". Ucap namja itu tanpa melihat Wonwoo dan terus berjalan di lorong sepi lantai itu.
Wonwoo menyebikkan bibirnya. Ia malas menanggapinya.
Namja itu berdiri tepat di pintu kamar yang sejak tadi Wonwoo cari dan senyum lebar terpatri di bibir pink Wonwoo.
"Akhirnya…..". Wonwoo bernafas lega. Penantiannya sejak tadi akhirnya tersampaikan. Kamar empuknya terpampang dihadapannya saat pintu itu terbuka.
Wonwoo berhamburan masuk dan menjatuhkan diri di kasur yang sesuai ekspektasinya. Bahkan Wonwoo mengabaikan namja tinggi yang masukkan kopernya.
Tak lama Wonwoo segera sadar dan terduduk menatap namja itu.
"Letakkan dimanapun". Wonwoo kembali berbaring setelah memberi instruksi kepada namja itu.
"Kau kira aku pelayanmu? Yang ini ku anggap hutang". Namja itu sedikit kesal dan membuka botol minum yang disiapkan hotel dikamar Wonwoo.
"Sudah kubayar lunas dengan jatah minum yang kau minum itu". Wonwoo bangun dari posisinya dan berjalan mendekat pada namja itu.
"Sudah sana pergi, pergi". Wonwoo mendorong tubuh namja itu keluar. Ia benar-benar ingin mandi saat ini.
Namja itu keluar dengan kesal dan membuka pintu kamar di seberang Wonwoo. Kamar namja itu ternyata tepat di seberang Wonwoo.
Wonwoo menutup dan mengunci kamarnya setelah berhasil mengeluarkan pengganggunya.
Wonwoo memasuki kamar mandi dan menikmati kemegahan kamar mandinya. Ia juga tak lupa membuka kran wastafel dan menikmati air hangat dan dinginyya.
Tiba saatnya ia mengecek shower kamar mandinya dan berkali-kali Wonwoo mencoba menyalakan namun tak kunjung keluar airnya.
"Sial apa lagi ini!". Wonwoo mengumpat. Tentu saja disaat ia ingin mandi malah kran shower tak menyala.
"Katanya bintang lima mengapa kamar mandi tak memadahi begini". Wonwoo segera keluar dan berjalan menuju nakas untuk menelepon bagian servise hotel. Saat akan menekan nomor yang akan ia tuju Wonwoo mengurungkan niatnya. Ingat bukan jika Wonwoo sangat kacau berbahasa Inggris.
"Oke sial bukan, Arkhhhh!". Wonwoo berteriak frustasi. Gagal sudah acara ia menikmati air hangat hotel.
Namun tiba-tiba terlintas sebuah ide di kepala Wonwoo. Wonwoo sejenak meletakkan harga dirinya ntah dimana dan berjalan keluar kamarnya.
Disinilah Wonwoo sekarang. Berdiri didepan pintu sang namja yang mengganggunya. Berdiri sambil menimbang-nimbang perlukan ide ini ia lakukan. Sudah kepalang tanggung maka Wonwoo menekan bel kamar itu tiga kali berturut-turut. Tentu saja itu sangat berisik. Wonwoo tak mau mengambil resiko si namja tak mendengar bel jika ditekan sekali.
Wonwoo menunggu, sekitar lima detik yang hampa namja pemilik kamar itu membuka pintu dengan kasar dan menampilkan wajah kesal. Namun raut itu berubah terkejut saat mengetahui yang berdiri dihadapannya adalah Wonwoo.
"Kau…..". Jujur saja namja itu sedikit terkejut saat mengetahui Wonwoo berdiri didepan kamarnya.
"Iya aku siapa lagi". Wonwoo masih mempertahankan harga diri yang ia tinggalkan dikamarnya.
"Ada apa? Aku sedang tak ingin mengganggumu, apa kau ingin ku goda?". Namja itu mengeluarkan smirk yang tentu saja dimata Wonwoo terlihat seperti om-om mesum.
" Hentikan senyum mesummu itu, aku mau pinjam kamar mandi". Wonwoo memutar matanya kala namja itu mengeluarkan ekspresi tak percaya.
Kamar mandi? Di hotel? Pinjam? Memang dikamarnya tak ada? pikir namja itu.
"Aish… kenapa malah bengong? Boleh tidak?". Wonwoo kesal. Ia ingin segera membersihkan rasa lengket dibadannya. Bali panas jika kau tahu.
" Memang kamar mandimu kenapa tuan putri?'. Namja ini benar-benar menggoda Wonwoo. Ia tak berhenti mengucapkan kata-kata yang tak disukai Wonwoo.
Wonwoo menghembukan nafas keras. "Tak menyala dan aku terlalu malas berdebat dengan costumer servisenya. Sudah malam. Ayolah pinjamkan aku kamar mandimu.".Wonwoo sudah berencana akan melakukan aegyo jika namja itu melarangnya.
"Masuklah…". Namja itu memberi jalan masuk bagi Wonwoo, Wonwoo tertawa riang dan segera memasuki kamar mandi milik namja yang bahkan belum berkenalan dengannya.
Namja itu tersenyum simpul dan bahkan menggelengkan kepala saat Wonwoo melenggang memasuki kamarnya.
Manis, Pikir namja jangkung itu.
.
.
.
.
.
.
Hallo hallo aku datang dengan kisah meanie yang berchapter.
Maaf untuk sementara FF Butterfly (Vhope Ver) tertunda sebentar. Aku sedang ingin membuat FF meanie yang manis-manis. Sesuai reques Noona Manis yang ada di line (hoshilhouette). Katanya ia ingin ku buatkan kisah meanie yang manis, tak mau yang sad. Oke aku berusaha membuat genre yang manis2 untukmu noona… kkkk
Btw, aku sengaja mengambil setting di Bali, maaf jika ada teman2 reader dari Bali yang baca dan merasa tak sesuai. Aku hanya menuliskan berdasarkan pengalamanku ke Bali beberapa bulan yang lalu, dan ada beberapa yang sedikit aku lupakan dalam perjalananku kesana.
Jika banyak yang suka akan ku lanjut, jika tidak akan ku biarkan begini saja. Aku minta tolong review dari kalian ne? ^_^
Oh iya aku mengucapkan banyak2 terima kasih utuk para reader yang membaca karyaku. Ahh aku masih belum pandai dalam menulis FF.. terima kasih untuk semangat dari kalian. Tanpa kalian aku hanyalah butiran upil. *upzzz… hehhehe….
Aku selalu membaca siapa saja yang komen untuk FF ku.. aku senang sekali membaca komen2 kalian. Aku cinta kalian semua.
Oh iya aku juga mengunggah beberapa cerita ke Wattpad juga. Uname sama kayak pen name aku.
Sekian dulu ya… kalau aku update aku akan ngobrol lagi dengan kalian semua.
Sekali lagi terima kasih.
*BOW*
