Tittle: I Fated to Love You
Fairy Tail © Hiro Mashima
Story © ntdragneel616
Genre: Romance, Hurt/Comfort
Cast: [Lucy H.] [Natsu D.] [Gray F.]
Lucy Heartfilia. Seorang gadis yang selalu dihina dan ditindas oleh teman-temannya.. dan bahkan diabaikan oleh orang yang dicintainya hanya karena dia seorang gadis cupu.. hingga suatu hari seorang berandal sekolah, Natsu, datang dan membuat penampilannya berubah drastis. Lalu bagaimanakah kehidupan Lucy setelah itu? Akankah ia bisa menarik perhatian orang yang dicintainya?
WARNING: AU, OOC, GAJE, ABAL DAN KEANEHAN LAIN YANG MENYERTAI
Cerita asli milik author dan chara hanya milik om Hiro.
.
.
.
.
HAPPY READING
I Fated to Love You
Chapter 1: Prolog: Lucy Nerdfilia
Bagai nyanyian, kicauan burung-burung kini mulai terdengar seolah mengiringi terbitnya matahari dari ufuk sana. Mengusik tidur seorang gadis yang masih berurusan dengan dunia mimpi.
Kelopak matanya mulai terbuka. Memperlihatkan iris caramelnya. Ia terbangun, mendudukkan dirinya ditepi ranjang sambil mengucek matanya yang masih belum mau diajak berkompromi.
Segera, ia berjalan menuju kamar mandi. Membersihkan diri, sekaligus menghilangkan rasa kantuk yang masih tertinggal.
...
Lucy Heartfilia. Seorang gadis yatim piatu yang kini tinggal seorang diri dirumah warisan orang tuanya. Hidupnya tak seperti mereka yang bangun pagi dengan riang kemudian mencium pipi sang ayah yang sedang membaca koranlalu diomeli oleh ibunya karena bangun terlambat.
Lucy hanyalah gadis sebatang kara yang hidup tanpa memiliki apapun dalam hidupnya.
Ia terdiam. Menatap pantulan dirinya didepan cermin. Rambut dikucir dua, kacamata, seragam kebesaran, lalu tas dan sepatu yang sudah kusam.
Kampungan, culun, nerdfilia.
Itu lah yang Lucy dengar dari teman-temannya setiap kali mereka melihat penampilannya. Apa sebenarnya yang salah darinya? Apa penampilan cupunya ini merugikan mereka? Kadang Lucy merasa sangat tertekan dan bahkan pernah berniat untuk berhenti bersekolah. Namun segera ia buang semua pemikiran itu mengingat mimpinya sebagai pengacara yang sangat ingin dia capai.
Ia tersenyum manis, mencoba menganggap semuanya baik-baik saja, detik berikutnya melangkah keluar rumah menuju sekolah.
.
.
.
I Fated to Love You
.
.
.
Disebuah gedung sekolahan yang begitu besar. Terihat beberapa siswa mulai berlalu lalang memenuhi seisi sekolah. Ada yang sibuk dengan tugas rumah yang terlupakan, ada yang sibuk dengan gosip terbaru dan bahkan ada yang hanya duduk diam dan melamun.
Disinilah tempat Lucy bersekolah. Fairy Tail Highschool. Tempat dimana orang-orang kaya dari seluruh Fiore menyekolahkan anak-anak mereka disini. Namun berbeda dengan Lucy. Hanya sebuah keberuntungan yang bisa membuatnya bersekolah disini. Ya, dia adalah siswa pintar disekolahnya, dan bisa bersekolah di sekolah elit ini karena beasiswa.
Lucy berjalan menyusuri koridor sambil membaca bukunya. Takut-takut kalau senseinya akan mengadakan ujian mendadak hari ini.
"Hey, bukankah itu Nerdfilia?"
"Lihat penampilannya. Dia seperti remaja tahun 70-an saja"
"Apa dia tidak punya teman lain selain buku?"
Bisikan-bisikan itu terus Lucy dengar disepanjang koridor menuju kelasnya. Terdengar sangat menyakitkan. Tapi Lucy hanya tersenyum kecil, terbiasa dengan semuanya.
Ia yang memang sangat culun itu selalu menjadi bahan ejekan dikalangan murid-murid disekolah ini. Jujur saja, sebenarnya Lucy sangat ingin berubah. Ia sangat ingin merubah penampilannya. Karena ia pikir dengan begitu ia bisa mendapatkan banyak teman. Namun ia lupakan semua itu. Ia tak bisa menghabiskan uangnya hanya untuk fashion seperti kebanyakan gadis muda jaman sekarang. Bisa bersekolah disini pun sudah lebih dari cukup baginya.
"Ohayou". Sapanya begitu memasuki kelasnya. Namun seakan tak punya telinga, mereka semua tak menjawab dan pura-pura sibuk dengan urusan masing-masing membuat senyuman diwajah Lucy luntur.
Dengan sangat sedih, ia meletakkan tasnya, kemudian duduk dan kembali membaca bukunya.
"Lucy-chan, Ohayou!" sapa seorang gadis berambut pink terang membuat Lucy terkejut. Sangat jarang ada seseorang yang menyapanya duluan.
"Sherry.. Ohayou!" balasnya tersenyum. Ia merasa sangat senang sekarang. "Apa kau sibuk?" tanya gadis bernama lengkap Sherry Blendy itu.
Dengan cepat Lucy menggeleng. Berharap itu adalah tawaran ngobrol atau semacamnya.
Kini terlihat Sherrry mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya, kemudian menyodorkan buku itu pada Lucy dan membuatnya bingung. "Kau tidak sibuk kan? Sekarang kerjakan PR-ku. Aku melupakannya tadi malam. Selain itu aku juga tidak tau cara mengerjakannya. Jadi aku serahkan padamu ya, Lucy Nerdfilia". Katanya sambil tersenyum mengejek.
Lucy Nerdfilia. Itulah nama panggilannya disekolah ini. Semua orang mengatakan kalau nama Heartfilia terlalu bagus untuk gadis culun sepertinya, jadi mereka menyebutnya Nerdfilia.
Mendengarnya Lucy begitu sedih. Lucy menundukkan wajahnya, ia pikir Sherry menyapanya dengan tulus. Tapi tidak, semuanya sama seperti biasanya.
Mau tak mau ia harus mengerjakan tugas milik Sherry. Karena jika tidak maka Sherry akan memberinya pelajaran. Ia ingat betul kejadian 2 tahun lalu ketika Sherry mengurungnya di gudang sekolah karena tidak mau memberinya jawaban saat ujian. Untunglah waktu itu seorang satpam yang sedang mengecek gudang menolongnya. Ia tidak ingin kejadian seperti itu terulang lagi.
Tersenyum pahit, Lucy lalu mulai mengerjakan tugas milik Sherry itu. Lagi-lagi ia berpikir bahwa jika ia mengerjakan tugasnya maka Sherry mau menerimanya sebagai teman.
.
.
.
I Fated to Love You
.
.
.
Kriiiiing!
Bel istirahat berbunyi.
Terlihat kini bebarapa murid mulai buyar keluar kelas. Ke kantin, ke perpustakaan, atau bahkan sekedar untuk menemui kekasihnya dikelas lain.
Lucy terlihat keluar kelasnya. Dengan sebuah amplop berwarna merah muda ditangannya ia berjalan ke duatu tempat di sekolah itu.
"Hari ini pasti. Aku pasti akan melakukannya". Wajahnya terlihat gugup. Entah apa yang akan dia lakukan.
"Gray-kun!"
"Kyaaa!"
"Dia tampan sekali!".
Lucy menghentikan langkahnya, saat telinganya menangkap suara-suara itu. Ia paham betul apa yang membuat para murid perempuan itu memekik. Diedarkan pandangannya ke sekeliling. Sedetik kemudian tersenyum melihat seorang laki-laki berambut raven bersama beberapa temannya sedang bersandar didinding koridor.
Dengan seluruh keberanian yang ada dia mendekati laki-laki itu.
Namun lelaki itu menatapnya dengan tatapan tidak suka.
"A-ano.. Gray-san.. aku.. aku...". katanya gugup.
"Cepat katakan!". Laki-laki bernama Gray itu mulai jengkel karena Lucy tak kunjung mengatakan maksudnya.
Kini Lucy terlihat menyodorkan amplop merah muda itu pada Gray. Nampaknya itu adalah surat cinta.
"Aku menyukaimu Gray-san. Kumohon terimalah perasaanku". Memejamkan matanya, Lucy mengatakannya dengan seluruh keberanian yang ada.
Kini terlihat Gray memutar bola matanya kesal. Dia sudah muak karena banyaknya gadis yang melakukan hal semacam ini padanya akhir-akhir ini. jika saja yang menyatakan perasaan padanya saat ini adalah wanita cantik mungkin ia tidak akan keberatan. Tapi ini? yang ia lihat sekarang adalah seorang gadis culun dengan kacamata tebal, gaya rambut kuno dan seragamnya yang kebesaran.
"Aku mohon lupakan saja perasaanmu padaku. Aku tidak akan menerimanya". Katanya dingin.
Lucy membelalakkan matanya. Ia tidak menyangka Gray akan mengatakan hal seperti itu setelah semua keberanian yang dia kumpulkan untuk menyatakan cintanya yang sudah ia simpan selama hampir 3 tahun.
Sementara itu beberapa murid yang ada disana kini terlihat menahan tawa saat melihat raut wajah Lucy yang terlihat begitu terpukul.
"Seharusnya kau bercermin dulu. Lihatlah penampilanmu itu. Memangnya ada yang mau dengan gadis culun sepertimu. Jika kau sudah mengerti sekarang pergilah". Usir Gray.
Lucy mendongak, menatap Gray yang menatapnya dengan tatapan tidak suka. Kini airmata terlihat mengalir dari pelupuk matanya. Dengan amat sedih Lucy membungkuk pada Gray. Meminta maaf karena telah menyita waktunya, kemudian berlari sekencang mungkin meningalkan kerumunan orang-orang yang kini menertawainya.
.
.
.
I Fated to Love You
.
.
.
Sementara itu, diruang guru kini terlihat seorang murid laki-laki dengan beberapa luka lebam diwajahnya tengah memasang wajah masam sambil mendengarkan 'siraman rohani' dari sang guru.
"Kau melakukannya lagi". Kata sang guru sesaat setelah menghela nafas. Tak tau harus bagaimana lagi menghadapi murid yang satu ini. "Apa kau mendengarku. Natsu Dragneel?!". Sang guru bertubuh besar itu sedikit memukul meja karena merasa tak didengarkan olehnya. "Iya aku dengar". Jawabnya acuh tak acuh.
"Apa sebenarnya yang kau pikirkan? Kau berkelahi hanya karena masalah sepele. Kau sudah duduk dikelas 3. Berpikirlah sedikit dewasa. Jangan mudah terbawa emosi". Guru bernama Laxus itu memberi masukan, berharap murid paling 'bandel' se-Fairy Tail Highschool itu bisa berubah.
"Itu tidak semudah yang kau bayangkan, dasar". Natsu memalingkan wajahnya, bergumam dengan sangat pelan takut-takut kalau guru killer itu akan memperbanyak luka lebam diwajahnya. "Apa katamu?"
"Tidak ada. Aku tidak mengatakan apapun". Jawabnya cuek membuat Laxus kembali menghela nafas frustasi. "Ingat ini. jika kau melakukannya lagi maka aku akan memanggil orang tuamu kemari". Ancamnya mulai serius.
Terkejut, dengan cepat Natsu menggelengkan kepalanya. "J-jangan. Jangan panggil ayahku kesini. Aku janji, aku janji!" dengan mengatupkan kedua tangannya, ia memohon pada Laxus untuk memberinya kesempatan. Siapapun juga pasti tau bahwa ayah dari Natsu Dragneel lebih killer dari guru killer manapun.
"Baiklah, tapi kau harus ingat itu baik-baik. Sekarang kau boleh keluar".
Natsu bernafas lega. Dengan senang hati berjalan keluar dari ruangan terkutuk itu. "Tunggu dulu". Tahan Laxus. "Tck. Apa lagii?". Natsu memutar bola matanya kesal. "Bukan hanya itu. Aku juga akan memanggil ayahmu jika nilai kau tidak mendapat nilai rata-rata 80 saat ujian nanti. Ingat itu juga". Laxus menyeruput kopinya.
Apa-apaan ini? dilarang berkelahi, dan sekarang harus mendapat nilai rata-rata 80 keatas?! Sialan! Batin Natsu yang serasa ingin menghancurkan pintu ruang guru sekarang juga. "Ya, ya baiklah". Jawabnya pasrah, kemudian meninggalkan ruang guru.
...
...
Kini ia berjalan menyusuri koridor yang terlihat sepi. "Sial. Bagaimana bisa aku mendapat nilai setinggi itu? Shhh.. sakit!" keluhnya sambil mengusap rahang kirinya yang kini berubah menjadi kebiruan. Bekas perkelahiannya barusan. Dia perlu ke UKS sekarang.
Namun langkahnya terhenti begitu matanya menangkap adegan dimana beberapa siswa perempuan tengah membully seorang gadis malang yang kini terduduk dilantai. Natsu mengenali gadis itu. 'Itu si culun'. Batinnya.
"Hey kau, Nerdfilia! Berani-beraninya kau menyatakan perasaanmu pada Gray. Apa kau tidak malu dengan penampilanmu itu. Kau sama sekali tidak cocok dengannya. Dia hanya milikku, kau mengerti?!". Bentak seorang gadis berambut hitam panjang pada Lucy. Sementara gadis yang lainnya kini menjambak rambutnya sambil tertawa jahat.
Kini bisa Natsu lihat. Lucy menangis.
Namun tanpa belas kasihan gadis-gadis itu terus membully-nya. Mengatakan hal-hal yang begitu menyakiti hati Lucy. "Ini balasan untukmu karena sudah berani menyaingiku!". Gadis berambut hitam itu melepas paksa kacamata Lucy. Kemudian mematahkannya menjadi dua bagian.
Mereka tertawa puas. Kemudian meninggalkan Lucy yang menangis begitu saja.
Natsu yang merasa simpati itu mendekatinya. Berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Lucy. "Hey kau". Panggilnya.
"Kacamataku.. dimana kacamataku..". Lucy yang tidak bisa melihat dengan baik itu mencari kacamatanya yang sudah rusak. Mengabaikan Natsu karena ia yakin dia adalah orang yang akan menghinanya lagi.
"Kenapa kau hanya diam diperlakukan seperti itu? Kalau aku jadi kau aku pasti sudah membuat semua gigi mereka copot sejak tadi. Dasar lemah. ini". kata Natsu sambil menyodorkan kacamata Lucy yang sudah patah itu.
"Ini.. ini patah.." airmata Lucy semakin deras. Untuk sesaat Natsu terdiam. Mengamati wajah Lucy dengan seksama. Saat ini yang Natsu lihat adalah Lucy yang tidak memakai kacamata membuat Natsu bisa melihat jelas iris caramelnya yang ternyata terlihat begitu manis.
"Kau harus memperbaikinya". Katanya begitu tersadar dari lamunannya.
'Memperbaiki' katanya?. Lucy bahkan tidak punya uang untuk itu.
"Aku tidak punya cukup uang untuk itu.." Lucy mengusap airmatanya. Natsu kembali terkejut. Kasihan sekali dia. Batinnya untuk sesaat mengingat masa lalunya.
"Ikut aku". Ditariknya tangan Lucy yang kebingungan itu menuju mobilnya.
"Kau mau membawaku kemana?". Tanya Lucy begitu jaguar merah milik Natsu itu melaju dengan kecepatan sedang. "Sudah kau diam saja. Tapi.. kalau aku tak salah dengar.. gadis-gadis itu mengatakan kalau kau habis menyatakan perasaanmu pada Gray. Benar?". Natsu mulai menginterogasi.
Lucy yang merasa hatinya telah hancur berkeping-keping itu hanya bisa mengangguk, membuat Natsu menghela nafas sekarang. "Aku tidak mengerti. Apa yang sebenarnya mereka lihat dari manusia es itu. Mereka berlomba-lomba mengejarnya seolah tidak ada laki-laki lain saja". Natsu mulai menggerutu.
"Kurasa mereka semua buta". Lanjutnya. "Apa maksudmu?". Lucy mulai tidak mengerti dengan apa yang Natsu katakan.
Mendadak Natsu mengerem mobilnya, ia menarik dagu Lucy. Kembali menatap Lucy dengan seksama. "A-apa yang kau lakukan?".
"Mereka tidak bisa melihat mana yang cantik dan yang tidak. Padahal kau hanya perlu sedikit polesan". Natsu menjilat bibirnya sendiri, saat tersadar bahwa gadis culun didepannya sebenarnya terlihat begitu cantik. Wajahnya kecil, bibir tipis yang merona, mata lebar, dan iris caramelnya yang membuat Natsu tak bisa berhenti menatapnya sekarang.
Hal itu sukses membuat Lucy salah tingkah, sekaligus takut. Karena ia tau bahwa laki-laki dihadapannya ini adalah playboy kelas kakap yang namanya sudah terkenal ke penjuru sekolah karena kenakalannya.
"Namamu Lucy bukan?". tanya Natsu kemudian. "Itu benar.. tapi darimana kau tau namaku?".
"Tentu saja aku tau. Semua guru disekolah selalu membandingkan aku denganmu. Aku nakal dan bodoh. Sementara kau baik dan pintar. Itu yang mereka katakan. Selalu saja.. Lucy Heartfilia. Dan ini adalah pertama kalinya aku melihatmu dari jarak sedekat ini. ternyata kau lumayan juga". Meskipun tak begitu jelas, saat ini Lucy bisa melihat Natsu menyeringai.
"Begini saja.. bagaimana kalau kita buat perjanjian?". Natsu menjauhkan wajahnya dari wajah Lucy.
"Perjanjian?". Lucy yang tidak tau apa yang ada di pikiran Natsu itu bertambah bingung. Apa sebenarnya yang diinginkan berandal sekolah ini darinya?
"Kau sangat ingin merubah penampilanmu dan mendapatkan banyak teman bukan?". Menyeringai, Natsu kini punya ide yang benar-benar bagus.
Lucy menundukkan wajahnya. Yang dikatakan Natsu itu benar, dia ingin berubah. Tapi bagaimana caranya? Tanpa sadar ia mengangguk.
"Bagus. Aku akan membantumu. Akan kubuat kau menjadi gadis tercantik hingga membuat semua gadis cantik disekolah menjadi tidak percaya diri melihatmu. Bagaimana?".
"Apa kau serius?" tanya Lucy tidak percaya. Ini pertama kalinya ada seseorang yang mau membantunya. Terlebih dia adalah seorang laki-laki.
"Aku serius. Tapi dengan satu syarat".
"Apa itu?". Lagi-lagi Lucy dibuat bingung oleh Natsu.
...
...
...
"Kau harus menjadi guru privatku". Ujarnya membuat Lucy kaget setengah mati. "G-guru privat?".
"Ya, guru privat. Kau harus bisa membuatku mendapat nilai rata-rata 80 di ujian nanti. Itu cukup seimbang dengan bantuan yang aku tawarkan bukan? Kau juga boleh tinggal dirumahku. Akan aku tanggung semua biaya hidupmu. Dan ah, aku bahkan bisa membantumu mendapatkan Gray". Tawaran demi tawaran yang tak pernah Lucy duga sebelumnya itu terus Natsu ucapkan.
"Tidak". Jawabnya singkat.
"Apa katamu?! Kau menolak semua tawaran itu? Apa kau gila?!". Teriak Natsu tidak percaya semua tawaran berharga darinya dijawab hanya dengan satu kata.
"Aku sudah tidak ingin mendapatkan Gray lagi. Dia sudah terlanjur membuat aku sakit hati. Yang aku inginkan adalah membuatnya menyesal telah mengatakan semua itu padaku". Kata Lucy dengan mantab.
Untuk sesaat Natsu terdiam. Terkejut karena gadis culun seperti Lucy ternyata bisa mempunyai pikiran yang seperti itu juga. Sedetik kemudian Natsu tertawa keras. "Hhahah. Jadi itu maumu?",
"Baiklah, itu mudah. Jadi.. kau setuju dengan perjanjian ini?".
...
...
...
Cukup lama ia terdiam. Namun akhirnya, Lucy yang tidak tau harus mengatakan apa akhirnya mengangguk. Menyetujui perjanjian yang Natsu tawarkan padanya.
To Be Continue...
.
.
Hallo minna~! Ketemu lagi dengan author aneh ini, hehehe..
Ide ff kali ini dateng dari kakak author yang sama-sama suka baca ff :v (Padahal Just Mine aja belom kelar udah ada ff baru :'v)
Author gak sengaja nanya ff apa yang alurnya dia suka. Dan dia ngejawab tentang badboy yang mendadak insap karena ketemu ama goodgirl. Lalu author bikinlah ff yang seperti ini.
Dan meskipun gak tega, author buat Gray jadi karakater antagonis disini.
Gray: Aku ikhlas.. aku pasrah..
Author: Duh maap ya Gray. Soalnya kesian kalo Sting mulu yang dijadiin jaat :v
Etto.. gomen ya chapter ini pendek banget. Aku sengaja bikin pendek karena ini baru prolognya. Chapter depan bakal lebih panjang kok.. maaf kalo ide ceritanya pasaran. Tapi aku usahain supaya alurnya gak pasaran :v
Lalu apakah yang terjadi selanjutnya? Akankah Natsu berhasil membantu Lucy untuk mendapatkan apa yang ia ingingkan?
Silahkan baca terus dan ikuti kelanjutannya.
Read and Review..
