Disclaimer : I do not own any of Inu Yasha or Naruto characters, they are belongs to Rumiko Takahashi-sensei and Masashi Kishimoto-sensei!
Pairing : SesshoumaruxHinata
Genre: Drama/Romance/Hurt/Comfort/Action/Adventure/Supernatural/
Rate: M for violence
Author's Note : Fic ini sequel dari one-shot InuNaru crossover dengan judul Time Strikes, fic yang di request oleh Dedeqseokyu dengan pairing SesshoumaruxHinata. Buat yang belum pernah baca Time Strikes gw saranin untuk baca dulu agar lebih mengerti, walau di awal prolog ini ada sedikit cuplikan Time Strikes tapi_sengaja_ga gw sertain pemecahan dari masalah mereka di one-shot itu. Well, hope you enjoy this sequel^^
Kekkai : Pelindung
Reiki : Energi yang dimiliki oleh miko.
Miko: Imam perempuan di ajaran Shinto
Youkai : Siluman a.k.a demon
Youki = Youkai ki : Energi yg dimiliki youkai
Dai youkai : Siluman besar
Time strikes
Di Konoha, Negara Api.
Kakashi, sang hokage, memanggil beberapa ninja senior untuk melaksanakan missi yang cukup berbahaya.
"Gempa yang muncul kemarin malam mengakibatkan munculnya retakan di permukaan tanah yang cukup dalam. Tim pengintai merasakan adanya aktifitas kekuatan asing seperti sebuah kekkai dan aku ingin kalian memeriksanya" titah sang hokage.
"Kami akan memeriksanya!" ucap Shikamaru. Shino, Kiba, Hinata dan Sakura mengangguk dengan mantap.
Sebuah gempa susulan yang tidak kalah besar mengguncang Konoha saat kelima jonin itu memeriksa tempat kejadian perkara. Gempa susulan itu berpusat di tempat yang mereka selidiki dan guncangan itu membuat sebuah istana kuno yang terselubung kekkai muncul dari dalam tanah. Tidak ada yang sadar dengan apa yang dilihat Hinata saat gempa kedua itu terjadi, suatu benda melesat dari dalam kekkai, benda mengkilat yang menyilaukan mata.
"Sebuah pedang?" tangan Hinata meraih pedang itu kemudian diangkat sejajar dengan dadanya. Hinata menatap pedang itu, bentuknya ramping, lurus meruncing diujungnya, dengan satu bilah tajam terlihat indah sekaligus mematikan.
Baru saja Hinata ingin mengabarkan penemuannya itu kepada teman-temannya disaat itulah beberapa hal terjadi secara bersamaan, Kiba yang menyerang kekkai itu untuk kedua kalinya dengan jutsu yang sama gagal, kekkai itu tidak bergeming. Disaat itu pula sebuah kekuatan besar menarik Hinata yang menggenggam pedang itu dengan paksa tanpa bisa ditolak. Kaki Hinata terangkat dari tanah, dia mengambang dan terbang melesat menembus kekkai lalu menghilang dari pandangan teman-temannya.
Hinata secara refleks memejamkan matanya saat ia bertubrukan dengan suatu benda keras, dia terjatuh dengan posisi miring di tanah. Hinata meringis sakit saat efek benturan itu masih terasa di beberapa bagian tubuhnya, dia membuka mata. Yang pertama dilihat Hinata adalah sosok pria tegap yang didominasi oleh warna putih dan silver sedang memberikannya tatapan menusuk, yang tadi ditabraknya bukanlah benda melainkan pria itu.
Hinata menatap dengan takjub sekaligus ngeri pada pria disampingnya, jelas-jelas dia bukanlah manusia, namun begitu dia telah melindunginya dari serangan yang datang tiba-tiba. Hinata memperhatikan keseluruhan penampilannya, pria itu memiliki surai yang sangat panjang hingga melebihi pinggang berwarna putih. Dia mengenakan kimono sutra senada dengan rambutnya dengan corak bunga sakura berwarna merah di daerah bahu dan ujung lengan haorinya. Sebuah pelindung dada dan pelindung bahu meruncing terbuat dari besi bertengger dengan kokoh di dada dan bahu sebelah kirinya. Satu pedang tersangkut di obinya yang berwarna kuning dengan corak keunguan diujungnya, sebuah bulu-bulu tebal warna putih berada di bahu kanannya menjuntai hingga kebelakang hampir menyentuh tanah.
Tak ingin berlama-lama terpukau Hinata meneliti sekeliling. Dia mengaktifkan Byakugan miliknya, langit di atas kepalanya bergumpal gelap pekat secara ganjil, udara terasa berat oleh aura jahat yang terpancar di sekitarnya. Hinata berada di sebuah halaman luas istana yang terdiri dari beberapa bangunan besar yang terhubung. Tidak hanya alam yang berbeda, keempat orang yang berada diseberangnya dan pria yang ada di sampingnya pun tidak kalah aneh, tidak ada titik-titik chakra yang terlihat dari tubuh mereka. Menelisik dari penampilan, mereka bisa saja manusia. Tapi kekuatan yang terpancar dari mereka sama sekali tidak manusiawi. Tubuh mereka disinari oleh sebuah asap energi yang besar, sangat besar, tidak seperti chakra manusia pada umunya namun lebih seperti biju.
Empat lawan satu dimulai. Tak membutuhkan waktu lama untuk mengetahui bahwa pertarungan yang tidak adil itu dimenangkan oleh pria tampan bersurai silver panjang yang memancarkan aura membunuh yang paling besar. Tidak ada yang lebih buruk akan terjadi di pikiran Hinata saat itu selain terjebak di perkelahian sengit penuh dengan kekuatan besar dua kubu yang saling menyerang tapi lagi-lagi ia salah. Saat Hinata kira dapat bernafas lega ternyata keadaan semakin memburuk ia terjebak di putaran waktu yang terus-menerus berulang di ruang dan masa yang berbeda dengan seorang youkai berpenampilan aristokrat yang berdarah dingin!
Prologue
Karena kejadian di hutan kematian Hinata telah melalui interogasi yang ketat oleh Ibiki dan yang lainnya, berjam-jam setiap hari, seminggu lamanya ia menceritakan sebuah kisah yang memang sulit tuk dipercaya bahkan di dunia ninja, pertarungan antar youkai dan hari yang terus berulang. Meski setiap kali hatinya terpilin mengenang seorang Dai youkai, Hinata tetap mengisahkan segalanya dengan seluruh ketenangan yang ia miliki. Dengan kejujuran yang Hinata pancarkan, ia berhasil merenggut kepercayaan Ibiki. Walau begitu, para tetua Konoha tidak begitu saja mempercayainya, spekulasi terus bermunculan.
Ketidakpercayaan pun ia dapatkan dari ayahnya sendiri, namun ia tidak terpengaruh. Ia tetaplah Hinata yang dulu, hidupnya tetap sama, yang berbeda hanyalah hatinya. Hinata yakin dengan apa yang ia rasakan walau ia tak yakin Sesshoumaru pun merasakan yang sama tapi ia tak lagi punya kuasa untuk menahan hatinya yang telah terenggut. Bila kali ini cintanya tak bertepuk tangan pun tetap saja kenyataan menohoknya dengan hebat bila ia teringat akan apa yang memisahkan mereka, bukan jarak tapi waktu dan dimensi?
Sudah puluhan hari berlalu, tidak ada yang tahu bahwa sejak itu Hinata hanya menjalani hidupnya dengan hampa. Kakinya dapat berdiri tegak hanya karena harapan yang ia miliki, suatu saat nanti dia kan bertemu lagi dengannya, Sesshoumaru. Oleh karena harapan itulah ia selalu terbangun beberapa saat sebelum sinar matahari menyinari kaki langit. Menjelang fajar adalah saat-saat yang penting baginya, seperti dulu. Sabtu pagi itu Hinata telah merapikan diri, langkahnya mantap menapaki remangnya jalanan Konoha yang damai. Ia bergegas ke pembukaan hutan kematian, dengan penuh harap ia akan menunggu seperti biasanya.
Waktu terus bergulir, waktu yang menjadi temannya, waktu pula yang telah menjadi musuhnya. Hinata selalu berdiri di sana, di pembukaan hutan setiap kehangatan sang surya mulai merambat di setiap sudut bumi yang dipijaknya. Hinata berdoa sosok yang di dominasi warna putih dan silver itu akan selamat dari apapun yang membahayakannya selama rentang waktu yang memisahkan mereka, Hinata berharap dia akan kembali menemukannya. Dia tahu bagi orang lain dia terlihat bodoh bahkan gila, tapi dia percaya, suatu saat mereka akan bertemu.
Matahari mulai memperlihatkan setengah badannya, kehangatannya telah berubah dan menggelegak menjadi panas yang sedikit menyengat. Disaat seperti itulah Hinata akan berbalik badan dan memunggungi hutan kematian, menjalani satu hari lagi dalam penantian akan fajar pertemuan yang dinantinya. Sudah satu putaran penuh bulan mengelilingi bumi Hinata memulai ritualnya menyambut fajar, berharap sang fajar akan membawa satu hari pengulangan masa yang dirindunya bersama Sesshoumaru.
Hinata tersenyum kepada dirinya sendiri, baru saja dia hendak melangkah saat aura kuat yang dikenalnya menyapa. Hinata menoleh, sosok itu disana. Tegap, anggun, dengan segala kejayaan yang sama persis seperti yang ada di dalam ingatannya. Sosok putih dan silver yang terkesan dingin itu berdiri disinari cahaya lembut matahari berjalan anggun kearahnya. Tidak membuang waktu Hinata berlari menyambutnya, merengkuh tubuh kokoh itu dengan erat.
Hinata melonggarkan pelukannya, rasa malu yang timbul dikalahkan oleh kerinduan yang selama ini menyesakkan.
Emas sehangat mentari menyinari lavender, lekat, penuh arti.
"Se-sesshoumaru..." suara Hinata tercekat, dadanya masih naik turun setelah berlari yang berbaur dengan efek kegembiraan yang meluap-luap.
Sebagai jawaban sang Dai youkai hanya menatapnya dalam-dalam. Dibalik sikap dinginnya, hati Sesshoumaru melonjak dengan kegembiraan yang serupa dengan Hinata. Beratus-ratus tahun telah berlalu, pada akhirnya ia dapat melihatnya lagi. Hinata, wajah lembut gadis yang ia rindukan kini di hadapannya.
"Hinata" suara baritone semakin berat dengan emosi yang tertahan.
Berbagai perasaan bergejolak di dalam diri gadis cantik itu, dadanya tercekat oleh emosi, matanya tergenang oleh air mata kebahagiaan. Betapa banyak kata-kata yang ingin Hinata luapkan tapi hanya sebuah senyum yang dapat ia berikan di wajahnya yang kini basah.
Mata Sesshoumaru memicing, satu tangan besarnya terangkat untuk menghapus beberapa tetes air mata di pipi Hinata. Ibu jarinya bergerak pelan saat ia berucap "Aku disini..."
Manik emas hangat yang menatapnya, tanda bulan sabit keunguan di dahi, dua garis meruncing berwarna magenta di tulang pipi, semua keindahan Sesshoumaru yang selama ini hanya ada di dalam mimpi kini di pelupuk matanya. "A-aku tahu, kau..." Hinata tertawa kecil. "Nyata" dengan suara parau ia berkata "A-aku hanya sangat bahagia saat ini..."
Sesshoumaru menatap berlian indah milik gadis yang dirindukannya, tangannya masih menangkup pipi Hinata. Anak tertua Inu no Taisho itu tidak pernah menyangka bahwa ia akan begitu peduli akan manusia seperti ini. Tidak pula terlintas dipikirannya bahwa dia, seorang Dai Youkai, Sesshoumaru, rela menyandarkan seluruh kebahagiaannya pada seorang mahluk lemah seperti gadis manusia. Tapi Sesshoumaru tahu, Hinatanya ini kuat dan tangguh dibalik penampilan luarnya yang lembut.
Suaranya yang berat namun terdengar tulus berkata "Sesshoumaru ini datang untukmu Hinata"
Lagi-lagi Hinata hanya bisa tersenyum dan menahan diri agar tidak tersedak oleh tangisnya. "Se-sesshoumaru..."
Sesshoumaru memeluk Hinata erat-erat, untuk beberapa saat mereka tetap seperti itu, merasakan kehangatan dan kenyamanan masing-masing sebelum melepaskan diri namun tidak melepaskan pertautan tangan.
Dari jauh sepasang mata memandang dengan sedih, sebuah hati yang retak kembali berdenyut oleh kesedihan dan tergenang oleh air mata darah. Sosok itu mengutuk dirinya sendiri karena sedikit merasa iri walau sejujurnya ia ikut bahagia melihat Sesshoumaru yang telah beberapa tahun terakhir ini menjadi guru, pelindung, dan juga teman dekat kembali bertemu dengan cintanya. Menguatkan diri ia mendekati mereka.
Suara daun kering yang terinjak mencapai pendengaran Hinata, ia menolehkan sedikit kepalanya dan melihat sesosok gadis di belakang Sesshoumaru mendekati mereka. Gadis itu mengenakan kimono indah berwarna hijau sebatas pertengahan paha dengan lengan panjang yang penuh taburan corak bunga berwarna merah muda di tepinya. Bola mata berwarna biru keabu-abuan menatapnya dengan ramah, sebuah senyum terukir di wajah gadis berambut hitam pekat itu.
"Maaf mengganggu kalian" ucap sang gadis dengan nada menyesal, kini ia sudah berdiri di samping Sesshoumaru. "Tapi aku sangat senang bisa bertemu denganmu Hinata-san, walau tidak dalam keadaan seperti ini"
Sesshoumaru menjawab pandangan bertanya Hinata dengan menyebutkan nama sang gadis yang membawa longbow berwarna merah di tangan kanannya "Kagome, dia seorang miko"
Kagome menunduk untuk memberi hormat begitupun Hinata.
Mengacuhkan pertanyaan yang muncul di benaknya tentang apa yang gadis itu maksud dengan 'dalam keadaan seperti ini' Hinata menjawab sambil tersenyum manis. "Akupun senang dapat mengenalmu Kagome-san"
"Dia akan sangat menolong nanti" imbuh sang Dai youkai.
Apa yang Sesshoumaru katakan sama sekali tidak ia mengerti. Seorang Miko? Apa itu Miko? Apa yang akan ditolong oleh gadis yang tidak memancarkan titik-titik chakra? Lagipula dalam kondisi seperti apa pertolongannya dibutuhkan di Konoha yang sangat damai? "A-aku tidak mengerti Sesshoumaru..."
Mata Hinata terbelalak ketika Sesshoumaru dengan penuh ketenangan menjelaskan sebab kedatangannya ke Konoha.
~.
Lambang daun tertera di atas gerbang Konoha yang telah terjamah oleh ketiganya yang berhenti sesaat. Sesshoumaru menatap lurus ke depan, meneliti keadaan. Hinata dan Kagome saling pandang sebelum keduanya memandang pria bersurai silver panjang itu, dengan sebuah anggukan dari Sesshoumaru mereka melanjutkan langkah. Belum sampai mereka di ambang gerbang, ketiganya sudah dihadang oleh dua penjaga pintu.
Bagai rusa yang bertemu dengan predator, radar bahaya yang mereka miliki meningkat drastis hingga ke puncak. Aura besar serupa dengan biju terdekteksi oleh kedua chunin. Kotetsu dan Izumo berdiri dengan posisi siap menyerang dan wajah yang penuh kewaspadaan.
Chunin yang tergabung dalam tim kekkai itu melirik sekilas dengan pandangan heran "Hinata?" tanya Kotetsu.
Salah paham dengan apa yang terjadi, Izumo setengah berteriak "Lepaskan Hinata!" perintahnya.
Kagome mengedarkan pandangan heran "Apa kami terlihat sedang menyandera Hinata bagi kalian?"
Belum sempat salah satu dari dua mantan asisten Hokage ke-lima itu menjawab, Hinata membuka mulut. "Kalian salah paham, mereka bersamaku. Ada hal penting yang harus kami sampaikan pada hokage" pintanya.
"Menyingkir dari jalanku" nada Sesshoumaru datar namun tak terbantahkan. Bagaimanapun juga ia pernah menguasai wilayah Barat Jepang di era feodal, ketidakhormatan para mahluk yang dianggapnya lemah bernama manusia masih sedikit menganggunya.
"Tidak mungkin kami membiarkan kalian lewat begitu saja dan membahayakan Konoha" jawab Izumo dengan tegas.
Sesshoumaru membuka suara "Sesshoumaru ini tidak datang untuk memulai pertarungan, ada hal yang harus kujelaskan pada pemimpin kalian" nadanya dingin.
Bila bukan karena permintaan Hinata ia tidak akan mau repot-repot berjalan karena Sesshoumaru bisa saja terbang segera ke menara pemimpin yang disebut Hinata sebagai Hokage dan menjelaskan apa yang akan terjadi. Namun ia akan menyanggupi permintaan gadis yang dicintainya, datang dengan normal agar tidak memancing kecurigaan dan menghindari pertarungan sekecil apapun dengan para ninja Konoha. Hinata tidak salah bila berpikir bahwa akan ia tidak akan segan-segan membunuh manusia, tapi Hinata salah bila berpikir ia bisa menyakiti orang-orang yang Hinata sayangi. Ia harus tahu itu, pikir Sesshoumaru.
"Lebih baik kau mengurungkan niatmu sebelum kami mengambil tindakan" ancam Izumo.
Hinata menatap keduanya dengan pandangan simpati, kekhawatirannya lebih pada keselamatan Kotetsu dan Izumo. "Kumohon, biarkan kami lewat"
Gadis pemilik permata violet itu hendak melangkahkan kaki untuk mendekati Kotetsu maupun Izumo namun tangan kiri Sesshoumaru menjulur untuk menahan Hinata. Ia dapat mencium dengan pasti bau ketidakpercayaan yang menguar kuat dari keduanya, Sesshoumaru khawatir mereka akan melukai Hinata.
Namun gerakan Sesshoumaru disalahartikan oleh kedua chunin tersebut, dengan spontan Izumo melemparkan salah satu kunai miliknya ke arah tangan Sesshoumaru. Secepat kilat Kagome merespons, ia membangun kekkai dengan satu gerakan kecil tangannya. Kunai Izumo berdenting lalu terpental ke arah pemiliknya.
"Hentikan!" Hinata memohon.
Tidak hanya Izumo namun Kotetsu yang tergabung dengan tim kekkai terkejut. Tidak ada chakra yang terpancar sebagai tanda seorang kunoichi dari gadis itu, namun ia bisa membangun kekkai kuat dengan cepat dan semudah menjentikkan jari.
"Kumohon, aku pun tidak ingin ada pertarungan yang tidak perlu" ucap Kagome sungguh-sungguh.
"Sampaikan kedatangan kami pada hokage kalian" titah Sesshoumaru.
Sebelum keadaan bertambah tegang, entah dari mana dua anbu muncul diantara kedua kubu. Anbu gagak dan elang kepercayaan sang hokage sedari tadi sudah memantau kedua pendatang asing itu dan mengabarkannya pada Kakashi.
"Itu tidak perlu" ucap salah satu dari mereka.
Anbu gagak maju selangkah "Kami telah memberitahukan kedatangan kalian"
"Hokage bersedia menerima kalian" sambung anbu elang.
~.
Kakashi yang sedang menatap pemandangan di luar jendela membalikkan kursinya, ia melirik Hinata sekilas dan menatap kedua tamunya dengan tatapan bosan seperti biasanya. Tidak dapat ia pungkiri, bahkan setelah bertahun-tahun ia lalui sebagai ninja yang telah banyak menempuh misi paling berbahaya sekalipun ada sesuatu pada diri tamunya kali ini yang membuat rasa tidak nyaman merayap di dalam dirinya. Pria yang mengenakan kimono sutra itu memancarkan aura sangat besar yang hampir membuatnya bergidik.
Kagome memandang Sesshoumaru untuk meminta persetujuan, dengan sebuah anggukan kecil dari sang Dai youkai cukup untuknya sebagai tanda. Kagome menatap lurus pria yang mengenakan masker hitam yang hanya berjarak beberapa kaki di depannya, secara praktis ia menjelaskan asal dan kedudukan Sesshoumaru.
Kakashi mengangguk tanda paham atas penjelasan Kagome, ia berkata "Lalu, apa yang kalian ingin sampaikan?"
Tidak membuang-buang waktu Sesshoumaru langsung ke inti persoalan. "Desa kalian akan di serang oleh para youkai" suara Sesshoumaru yang dalam terdengar tajam.
~To be continued~
End notes: Sebelum ada reader yg udah pernah nonton Inu Yasha mau protes, warna mata Kagome disini gw pake kayak yang asli di manga, biru keabu-abuan. Maaf kalo lama banget janji fic yg ini baru ditepatin, ga sesuai niat awal sbg three-shot, fic ini bakalan jadi MC yang mungkin bisa lebih dari 7 chapter karena ide yg tambah ngelebar. Daan krn gw 'multi pairing' bakalan ada dua pairing di fic ini, moga kalian ga keberatan :D
Terima kasih buat author buddy gw, Kurawa dan Kenozoik Yankie yang mau jd beta fic ini :*
Gw terbuka dengan semua saran_dgn cara yg sopan. Untuk semua reader, minna saiko arigatou^.~
