Yanchen x Zeren
YanRen
•
•
Siang malam tak pernah benar-benar beda di lingkungan bak kerajaan tempat 35 pemuda tampan berjuang meraih mimpi. Tak ada satu pun yang pernah benar-benar lelap di atas ranjang bertingkat biru. Ruang berlatih selalu ramai, apalagi ruangan di koridor itu. Selalu ada satu suara menghiasi.
"Yanchen-ge!"
"Yanchen-ge, yanchen-ge, ayo ke cafetaria."
"Yanchen-ge gerakan yang ini sebaiknya..."
"Zeren, sungguh semenit saja berikan aku ketenangan, aku butuh istirahat."
"Tapi aku tidak mengganggumu Zheng-ge, aku bicara dengan Yanchen-ge."
"Kau bicara seperti Yanchen ada di luar gedung bodoh."
"Sudah Zeren, ayo kita ke cafetaria sebentar. Kau istirahatlah dulu Zhengting," Yanchen melangkahkan kaki keluar yang sudah secara otomatis diikuti oleh pemuda bersurai cokelat, Ding Zeren.
Sepanjang perjalanan, bahkan hingga mereka kembali ke koridor ruang latihan, Zeren tak lepas dari sisi Yanchen dan terus membanjiri pemilik nama keluarga Zhou itu dengan sejuta topik perbincangan. Jika bukan karena Zhou Rui menariknya, mungkin telinga Yanchen sudah terbakar sekarang.
"Serius Yanchen, kau tidak lelah dengan Zeren yang terus melekat denganmu?"
"Tentu saja aku sering lelah. Dia tidak pernah berhenti bicara. Aku sudah memintanya berhenti berkali-kali tapi dia tidak pernah mendengarkan."
"Aku tidak mengerti dengan Yuehua. Tidak ada bocah normal di sana. Zeren terus menerus bicara, Chengcheng sering kali tiba-tiba melakukan sesuatu yang aneh, Justin tidak pernah diam, tangan Wenjun tak pernah sepi kalau tidak latihan menari dia bermain yoyo, Xinchun bahkan menyemburkan air pada Dinghao, Quanzhe muncul dimana-mana, Zhengting tak bisa ditebak moodnya."
"Mereka unik. Sejujurnya aku senang berada di dekat mereka kalau aku tidak dihujani ocehan Zeren setiap menit," Yanchen menutup matanya sejenak melepaskan rasa lelahnya.
"Kau bisa menghindarinya seperti Xingjie."
"Tidak semudah itu ge. Tidak semudah itu menjauhi orang yang telah sangat memperhatikanku."
"Itu sudah misi yang lalu Yanchen."
"Tapi aku bertahan juga karna dia Zhouri ge. Maksudku, kalau bukan karena dia mengungkapkan protes ke anggota lain, mereka tidak akan pernah berubah lebih baik. Zeren juga yang menjagaku ketika aku sakit. Aku tidak bisa menjauhinya begitu saja."
"Kasihan hm?"
"Mungkin. Sudah ya ge, aku kembali dulu sepertinya sudah waktunya aku latihan dengan tim," dan Yanchen meninggalkan ruangan yang penuh dengan pemuda berkaus pink.
Begitu Yanchen menutup pintu itu, sudut matanya menangkap sosok yang tak asing berjalan tak jauh dari sana. Ia tersenyum lembut lalu mengikuti langkah itu.
"Zeren!"
Sosok itu berhenti, menoleh, namun wajahnya terlihat berbeda. Seperti ada sesuatu yang hilang.
"Dari mana?" Yanchen meletakan tangannya santai di pundak Zeren.
"Toilet," di luar dugaannya, Zeren menjawab dengan singkat seperti tak berniat melanjutkan percakapan.
"Yanchen, Zeren, cepat sedikit kita tidak punya waktu," Zhengting berteriak dari salah satu ruangan sambil melambaikan jemarinya membuat Zeren spontan mempercepat langkahnya meninggalkan Yanchen beberapa cm di belakangnya.
Latihan berlangsung dengan sangat serius. Zeren terus menajamkan matanya memperhatikan setiap pergerakan yang ada, Xingjie mengamati ekspresi wajah setiap member, sedangkan yang lain fokus menyeragamkan tiap langkah.
"Sudah larut, kita berhenti di sini hari ini," ucap Zhengting setelah melihat jam di tangan staff.
Justin dan Chengcheng segera menghambur keluar, Xingjie meraih jaketnya. Sedangkan Zeren mengacak rambutnya sesaat lalu melangkah keluar dalam diam.
"Wow, Zeren tidak bersuara?"
"Ada yang menganggu pikirannya. Dari tadi dia tidak fokus."
Xingjie mengangguk mendengarkan Zhengting, satu-satunya yang memahami Zeren ya tentu saja hanya sang leader.
"Dia terlihat baik-baik saja sebelum kita break," ucap Xingjie memberi tanggapan.
"Kalian bertengkar?"
"Hah? Aku? Aku tidak pernah bertengkar dengan makhluk itu. Sekalipun dia bicara tanpa henti, dia bisa membaca moodku dengan baik jadi aku tidak pernah marah dengannya."
"Bukan kau Xingjie, tapi Yanchen."
"A.. aku?"
"Tidak mungkin, dia dan Yanchen baik-baik saja di cafetaria."
"Setelah itu? Dia sama sekali tak bicara dengan Yanchen setelah kembali."
"Oh kau benar! Kalian bertengkar?"
"Tidak."
"Kau kemana setelah dari cafetaria?"
"Aku tadi bertemu dengan Zhouri ge sebentar."
"Di ruangan I Miss You?"
Yanchen mengangguk bingung.
"Biar kutebak. Kalian membicarakan Zeren yang banyak bicara?"
"Kau tahu dari mana Xingjie ge?"
"Hah. Zeren pasti mendengar pembicaraan kalian."
"Kalau seperti itu, mungkin ada kata-kata yang menyinggungnya. Zeren itu memang berisik dan telihat riang, tapi dia sebenarnya sangat sensitive."
"Ting-ge, Wenjun sakit! Badannya panas sekali, ayo cepat!" Xinchun memecah ketegangan dan menarik Zhengting pergi.
"Bicaralah dengannya Yanchen. Well, aku tidak menyukai sifat cerewetnya, tapi tanpa hal itu tim kita jadi begitu sepi."
Lampu ruang latihan Dream pun padam, menandakan penghuninya sudah pergi ke dunia masing-masing. Namun bukan team dream namanya jika lampu itu padam begitu lama. Musik hip hop mulai mengalun seiring lampu yang kembali menyala menampakan sesosok pemuda bertubuh tegap tengah menggerakan setiap bagian tubuhnya tak peduli dengan sang waktu.
BLAM
Pemuda itu menghentikan tariannya dan menoleh ke arah pintu belakang mendapati sosok yang begitu familiar di ambang pintu. Tanpa percakapan sang pemuda bergerak mematikan musik yang mengisi ruangan.
"Kau belum tidur Zeren?"
Zeren diam, tak memberi jawaban. Sebenarnya yang bertanya pun sudah tahu jawaban pertanyaannya sendiri. Dia tahu jelas Zeren masih terjaga dan juga alasannya.
"Baiklah aku berhenti, ayo kembali."
Pemuda itu melangkah mendahuli Zeren, membuka pintu di sisi pemuda yang lebih pendek dan membiarkannya keluar lebih dulu.
"Bagaimana Wenjun?"
"Demam, tapi sudah lebih baik."
Keheningan kembali melanda. Membuat Yanchen mengigiti bibirnya ragu, tak tahu lagi harus berbuat apa. Tanpa mereka sadari, mereka sudah tiba di depan sebuah kamar. Tubuh Yanchen tersentak karena Zeren berhenti dengan begitu mendadak.
"Kenapa kau berhenti tiba-tiba?"
"Masuklah," ucap Zeren tanpa menatap lawan bicaranya.
Yanchen mengalihkan kepalanya hanya untuk menyadari ia sudah ada di depan kamarnya.
"Sampai bertemu besok."
"Hm-m"
"Zeren, kau ini kenapa? Apa aku mengatakan sesuatu yang menyakitimu?" Yanchen menahan lengan mungil itu, ia tak lagi tahan dengan Zeren yang seperti ini.
"Tidak ada. Aku hanya sedang tak ingin bicara. Sudah ge, aku harus pergi. Ting-ge dan yang lain sudah menunggu."
"Kau mau kemana? Kapan kembali?"
Zeren tak menghiraukan pertanyaan Yanchen dan justru berlari meninggalkan pemilik gigi terbaik di rumah besar itu.
Malam itu Yanchen hanya bisa menatap punggung Zeren yang berlalu dan menghilang, berharap semua akan baik-baik saja ketika matahari sudah terbit.
Sayangnya itu semua hanyalah harapan. Hari telah berganti tapi Yanchen tak menemukan sosok itu dimana pun, baik di ruang latihan maupun cafetaria. Yanchen terus mengedarkan pandang mencari sosok Ding Zeren dan hasilnya tetap nihil.
Seketika sudut mata Yanchen menangkap kehadiran pemuda lain di tengah kelompok yang jelas bermandikan keringat. Satu-satunya harapan Yanchen untuk menemukan Zeren hanyalah pemuda itu.
"Xukun..."
"Oh Yanchen-ge, ada apa?"
"Kau tau kemana Ze.. trainee Yuehua pergi? Aku tidak bisa menemukan mereka."
"Mereka harus menghadiri pemotretan hari ini. Sepertinya kemarin Zhengting meminta Zeren menyampaikannya padamu, dia tidak bilang?"
"Tidak, dia tidak mengatakan apa pun."
"Kalian bertengkar?" tanya Xukun dengan mulutnya yang terisi penuh.
Yanchen menggeleng lemah. Benarkan? Ia tidak bertengkar dengan Zeren, bukan?
"Kapan mereka kembali?"
"Besok? Oh Ting bilang mereka akan kembali untuk latihan hari ini, tapi mereka harus pergi lagi setelahnya."
"Terima kasih, aku duluan," dan Yanchen pun bergerak meninggalkan kekasih rekan satu timnya itu.
Hari berlalu dengan sangat lamban bagi Zhou Yanchen. Senyum bercahayanya semakin lama semakin redup dan bahkan nyaris mati ketika 4 anggota timnya kembali, namun satu-satu orang yang ia harapan memperlakukannya dengan berbeda. Tak lagi menghujaninya dengan berbagai hal tak masuk akal, tak lagi mengusik ketenangannya. Bukankah seharusnya Yanchen senang karena ia bisa mendapatkan ketenangan seperti ketika ia pertama menginjakan kaki di sini?
Bulan telah menggantikan matahari dan matahari menggantikan bulan kembali.
Entah keberanian apa yang mendatangi seorang Zhou Yanchen, ia kini berdiri tepat di depan sebuah ruang dengan nama Bi Wenjun dan Ding Zeren di pintu. Buku jarinya bergerak mengetuk pintu kayu itu, menghadirkan wajah sendu Wenjun untuk muncul.
"Wenjun, Zeren?"
"Ada, masuklah. Aku akan pergi ke kamar Zhengting-ge sebentar."
"Terima kasih," ucap Yanchen lembut yang lalu bertukar posisi dengan Wenjun.
"Wenjun, siapa yang-" kalimat Zeren terhenti mendapatkan bahwa Yanchen berdiri di pintu kamarnya, bukan Wenjun.
"Ding Zeren..." Yanchen melangkah mendekati Zeren yang tengah duduk di kasurnya dan bersandar pada tembok dengan earphone di telingannya.
"Apa?"
"Katakan padaku kenapa kau seperti ini?"
Zeren hanya diam.
"Kenapa kau tiba-tiba diam hm?" tanya Yanchen yang kini duduk di sisi Zeren.
Jemari Yanchen meraih jemari Zeren, menggenggamnya erat, membuat Zeren menekukkan kedua alisnya.
"Ngh ge, kau membuatku takut," Zeren menarik tangannya dan berniat meninggalkan posisi duduknya.
Namun ia kalah cepat dengan Yanchen yang menarik dan mencengkram lengannya erat.
"Jangan seperti ini. Aku tidak suka. Aku tidak suka kau seperti ini."
"Kenapa kau membuatnya menjadi rumit, Yanchen-ge," Zeren mulai menundukan wajahnya, "Kau ingin aku berhenti bicara, aku sudah berhenti, lalu sekarang kau seperti ini. Kau ingin aku melakukan apa?"
Suara Zeren bergetar, tangannya meremas seprai dengan kuat. Menyadari hal itu Yanchen melembutkan cengkramannya dan memeluk tubuh mungil itu.
"Maafkan aku, Zeren. Maafkan aku," Yanchen mengusap punggung murid didikan Lay itu dengan lembut, membiarkannya menumpahkan air mata yang terpendam.
"Aku memintamu berhenti karna kau sangat berisik. Tapi aku tidak tahu kalau ternyata tanpa suaramu semua terasa begitu sepi, rasanya seperti aku hidup seorang diri di dunia ini."
"Ge..."
"Aku menyukainya Zeren, aku menyukai suaramu yang sangat mengganggu itu. Aku suka berada di dekatmu. Dan aku benci jauh dari semua itu."
"Ge..."
"Hm?"
"Kau seperti sedang mengungkapan cinta. Menggelikan!" Zeren menampilkan ekspresi lucu, menghancurkan suasana romantis dalam hitungan detik.
"Ish kau ini! Merusak suasana!"
"Kau memang menggelikan, kata-katamu seperti ingin menjadikanku kekasihmu, gege! Sudah, ayo latihan" Zeren beranjak berdiri.
"Aku memang menginginkannya, Ding Zeren," dengan tiba-tiba Yanchen memeluk Zeren dari belakang, membuat Zeren membatu.
"Jadilah kekasihku, hm?"
"Ge? Kau... serius?"
"Hm-m"
"Kau benar-benar menyukaiku? Bukan hanya sekedar berterima kasih karena kita dulu rekan satu tim?"
"Semua bermula dari situ dan aku baru menyadari kalau semakin lama aku justru menyukaimu."
"Tapi kau bilang pada Zhouri-ge bahwa kau..."
"Dasar tukang menguping, hm? Aku bukan tipikal pemuda seperti Xukun yang bisa dengan kasual mengatakan aku menyukai seseorang. Lagi pula Zhouri-ge pasti akan menggodaku ratusan kali jika aku mengatakan aku menyukaimu."
"Lain kali jangan langsung mencerna mentah-mentah apa yang kau dengar, ok?" sambung Yanchen setengah berbisik
"Ba.. baiklah ge. Sekarang menyingkir dari telingaku."
"Tidak sampai kau memberiku jawaban."
"Jawaban apa lagi?"
"Kau menjadi kekasihku."
"I... Itu... Aku mau."
"Terima kasih Zeren,"
CHUP
Kecupan singkat mendarat di pipi lembut Zeren, mengubahnya menjadi merah. Yanchen sendiri terkekeh melihat reaksi itu.
"Ayo latihan, babe," ucap Yanchen dengan nada jahil membuat wajah Zeren semakin memerah dan jantungnya berdegup tak menentu.
"Sekarang kau jadi sangat menyebalkan ge," gerutu Zeren yang lalu membiarkan dirinya mengikuti kemana lengan Yanchen membawanya.
•
END
•
Rurulala,
Adakah yang ngeship YanRen? Ini kapal fav Hamzzi di Idol Producer (setelah ZhengKun tentunya)
Semoga ada yang suka ff ini.
Yang mau req ff couple lain boleh loh! Akan Hamzzi buat untuk next or next next chapter di ff ini.
Anyway, Hamzzi selalu menanti review kalian loh, jadi jangan lupa tinggalkan jejak ya~
Gomawoyong
