proudly present :

An EXO Fanfiction

MADAME TIFF'S GIFT

Main Cast : Oh Sehun, Kim Jongin

Remake dari novel yang berjudul Madame Eve's Gift

karya Kate Richards

.

Happy Reading!

.

OH SEHUN menutuptelepon dan tersenyum. "Chanyeol melaporkan bahwa Madame puas dengan kerja kita sepanjang musim liburan ini, Jongin."

"Jadi semua kliennya baik-baik saja? Tidak ada yang tertukar atau menuntut agar uangnya dikembalikan?" Tamu favoritnya dan sekaligus sahabatnya itu sedang duduk santai di sofa kantornya, sepatu botnya dinaikkan pada meja ruang tamu—seperti biasa.

Sehun sangat bersyukur kebanyakan pria hanya melihat Jongin dalam kedok kesehariannya sebagai pilot pesawat kecil, jeans longgar dan kemeja flanel, jaket penerbang usang, dan rambut ikal merahnya yang dibentuk menjadi kepangan panjang di sepanjang punggungnya. Meskipun penampilan Jongin sederhana tapi matanya yang hijau-keemasan, dengan pipi bersemu merah muda, mulut bagai kelopak mawar dan semuanya membuat Sehun nyaman.

"Well?" Nada tidak sabaran Jongin membuyarkan lamunan Sehun. "Bagaimana hasilnya?"

"Hasilnya? Oh, para pasangan 1Night Stand. Aku menemukan sedikit kekacauan terjadi dalam satu atau dua kasus, tapi kan kau tahu bagaimana Tiffany, dia tampaknya sudah mengantisipasi masalahnya dan tahu, entah bagaimana caranya, kalau mereka akan menemukan jalan keluar sendiri."

Jongin tersenyum dan kilatan nakal menyala di matanya. "Tidak semua pasangan menyadari langsung mereka ditakdirkan bersama. Beberapa penumpang pesawatku minggu ini orang-orangnya tidak masuk akal, rewel, dan nampak kelelahan—tidak nampak seperti orang yang akan memulai petualangan sekali seumur hidupnya!"

"Jongin, tidak semua orang mencari petualangan dalam hidupnya—"

"Well, mereka seharusnya mencari hal itu! Ketika aku berpikir tentang bagaimana mereka mengerang dan menggerutu di dalam pesawat. Rasa ingin tahu mereka tentang kapan mereka sampai ke sini, mengapa perjalanannya sangat berguncang dan mengapa kita tidak memberi minuman… Mereka kan datang ke Alaska untuk Natal, mereka tidak bisa lebih dekat lagi ke Kutub Utara tanpa undangan langsung dari Santa sendiri."

Tentu saja Sehun mengerti apa yang dimaksudkan Jongin. Para penumpang yang disebutkan Jongin mungkin tidak mengira tentang lokasinya karena pikirannya tertuju pada one-night stand (kencan semalam) yang akan mereka jalani. Namun Jongin nampaknya tidak pernah tertarik dalam percintaan. Jongin menerbangkan sebagian besar peserta 1Night Stand dan juga wisatawan lainnya ke hotel milik Sehun. Keromantisan hanyalah bisnis untuk Jongin, wanita yang selalu dia impikan pada malam-malam panjang di Alaska yang dingin. Dia memandangi setiap inchi tubuh Jongin. "Kau tampak cantik hari ini."

"Oh, jangan menggodaku." Jongin mengerutkan kening pada Sehun, membuat pandangan yang memperjelas lesung di pipi kiri Jongin. "Aku terlihat seperti biasanya, meskipun malam ini aku akan menjadi boneka untuk urusanmu yang membuatku terseret kedalamnya. Kau tahu, aku tidak akan pernah pergi ke Gala kalau saja aku tidak kalah dalam taruhan itu."

"Itu salah satu taruhan terbaik yang pernah aku buat." Sehun menyeringai padanya, menikmati bagaimana semburat merah kemarahan muncul di pipinya.

"Aku seharusnya mengetahui lebih jelas sebelum bertaruh dengan Tiffany. Semua yang dipasangkannya berhasil. Belum ada yang memintaku untuk menebangkan mereka pulang!"

"Itu yang kau harapkan." Sehun memperhatikan wajah Jongin, sesaat merenung—mungkin Jongin seharusnya meminta bantuan Tiffany. Sehun berpikir bahwa dia akan mundur karena faktanya Jongin melihat Sehun hanya sebagai teman. Terselip di antara waktu makan, waktu malam di ruang tamu suite, dan bergulir lagi di pagi hari. Hanya senyuman singkat Jongin saja yang selama ini pernah dia dapatkan darinya, dan Sehun kesal karena Jongin selalu memeluk Paman Changmin atau Chanyeol jika mereka kebetulan berkunjung. Kenapa bukan dia yang dipeluknya?

Dia bertindak seperti aku ini orang tolol!

Sehun meringis melihat mentalitasnya. Mungkin yang dirasakannya hanya sekedar naksir. Sehun terus merencanakan bagaimana caranya membawa Jongin ke tempat tidurnya juga ke dalam hidupnya selama… tiga tahun.

"Ini mungkin hanya semangat Natal. Besok mereka akan bangun dan menyadari bahwa mereka masih memiliki masalah yang sama, seperti biasanya."

"Mungkin…" Sehun memutari meja dan bergabung dengan Jongin di sofa, mencoba berani duduk begitu dekat dengan Jongin sehingga bahu mereka saling menyentuh, Sehun merasakan sengatan kecil kepuasan pada sentuhan itu. "Tapi dari apa yang aku dengar, pasangan kencan satu malam Madame memiliki kecenderungan untuk menjadikan kencan mereka menjadi permanen. Lihatlah Chanyeol dan Baekhyun. Mereka—" Sebuah ketukan di pintu memotongnya. "Masuk."

Sekretarisnya menjulurkan kepalanya masuk "Mr. Oh, ini sudah siang. Saya akan mulai bersiap-siap untuk pesta sekarang. Apakah Anda butuh sesuatu?"

"Tidak, kupikir kita sudah selesai untuk hari, Wendy. Sampai bertemu malam ini." Sekretarisnya keluar, sekelebat tato temporer yang mulai pudar nampak di tumitnya yang sedang menyusuri koridor. Dia menggeleng takjub. "Jongin, pesta dansa dimulai pukul sembilan malam. Berapa lama kira-kira waktu yang dibutuhkan seorang perempuan mengenakan gaunnya?"

Jongin terkikik. "Kau benar-benar seorang pria! Dia mungkin ada janji sore ini ke salon. Voucher yang kau bagikan kepada staf di pesta malam sebelumnya mungkin mereka gunakan untuk malam ini. Dan sekretarismu kemungkinan akan menghabiskan bonus Natal-nya untuk membeli gaun."

Sehun menelan ludah. "Semua uang itu untuk satu malam?"

"Well, tentu saja!" kata Jongin dengan manja dan seolah bertoleransi.

"Aku rasa tidak semua wanita berpikir praktis sepertimu." Sehun berdiri dan menarik Jongin bangkit di atas kakinya. "Mari kita pergi makan siang di suite dan mungkin menonton tayangan televisi. Aku tidak ada pekerjaan sore ini, kita dapat kembali sebelum pesta."

"Tentu, mengapa tidak?" desah Jongin. "Aku rasa aku membutuhkan waktu untuk bersiap. Apakah kau yakin aku tak bisa pergi dengan penampilan seperti ini saja?"

Sehun memandang Jongin dari atas ke bawah. "Meskipun kau tampak menarik dengan jeans pudar dan kemeja flanel dengan siku usang, aku pikir tidak. Kau tidak terlihat seperti Mrs. Claus."

"Mrs. Claus? Bahkan meskipun kau pikir dirimu Santa, tapi dengan otot-otot perutmu itu," Jongin menekan perut Sehun dengan jemarinya kemudian menggerutu, "Kau sepertinya kesulitan untuk yakin pada kenyataan, bahwa aku belum menjadi wanita tua dan gemuk!"

"Kau teman kencanku."

"Hanya karena aku kalah taruhan." Jongin menolehkan kepalanya dan kepangan rambutnya tersampir di bahu, bergemerincing. Sebuah lonceng kecil di bagian bawah ikat rambutnya bersinar tertimpa cahaya. Tampaknya Jongin memiliki semangat Natal meskipun sedikit. Sehun menyimpan fakta itu dalam hati siapa tahu dia bisa menggunakan hal itu untuk keuntungannya. Pria itu hanya berharap dia tidak membuat kesalahan dan merusak apa yang sudah mereka mulai. "Dan aku rasa itu termasuk mengenakan gaun yang aku lihat di dalam lemari."

"Dan sepatunya."

Sehun mundur ke belakang dan memperhatikan saat Jongin meninggalkan ruangan, langkahnya yang ringan membuat hati Sehun terasa seperti terbang. Cantik, cerdas, dan terlalu independen bahkan untuk menetap dengan seorang manajer hotel, walaupun ia adalah salah satu Oh yang sangat sukses… sepupu pertama dari Chanyeol dan Taemin, dibesarkan di rumah mereka sebagai saudara. Orangtuanya bersikeras pada Sehun supaya mengenyam pendidikan dan kehidupan di Amerika, kendati mereka sendiri enggan untuk meninggalkan Kuba. Lucunya Sehun malah menghabiskan hidupnya di Oh resort yang paling utara—dan mencintai resort itu di setiap sisinya, sebanyak cintanya pada lingkungan resort yang mempesona seperti yang dirasakan orangtuanya dengan rumah, dan pulau mereka.

Namun Jongin tidak terkesan dengan status atau uang. Jongin memperlakukan Sehun sebagai teman dan dia berusaha keras untuk membuat itu terasa cukup.

"Kau mau pergi atau tidak?" Suara Jongin membuat Sehun tersadar kembali dan menggelengkan kepalanya, kemudian Sehun beranjak mengikuti Jongin. Tidak ada gunanya berusaha merubah apa yang tak bisa di ubah; Pria itu berjalan di belakang untuk memperhatikan temannya bergerak ke arah elevator, tubuhnya yang ramping dan pinggulnya yang bergoyang membuat pakaiannya terbang dan tampak seksi.

Apakah sahabat platonis saling membelai rambut satu sama lain? Apakah mereka saling menyentuh punggung dengan lembut untuk menanamkan kecupan di atas kulit selembut satin di bawah telinga sahabat masing-masing? Akankah Jongin akan menggerai rambutnya malam ini? Langkah Sehun semakin pelan ketika semakin dekat di belakang Jongin, tangannya terkepal di sisi tubuhnya menahannya agar tidak mencari tahu apa yang akan terjadi apabila Sehun memegang pinggang Jongin dan menarik tubuh wanita itu ke arahnya.

Pintu lift bergeser terbuka dan Jongin melangkah masuk, menahan pintu terbuka dengan salah satu tangan sementara Sehun—dan seorang wanita yang mencolok dengan rambut hitam panjang lurus seperti warga Inuit lokal—melangkah masuk. Sehun menghela napas lega. Jika Sehun hanya berduaan dengan Jongin dalam lift, Sehun mungkin akan mengatakan sesuatu hal yang bodoh atau melakukan sesuatu yang lebih buruk. Semangat Natal adalah hal yang berbahaya, membuatnya terlalu bertekad untuk menempatkan hatinya di luar sana.

Jika saja Jongin menyadari bagaimana perasaan pria itu sebenarnya, seberapa sering dia berpaling sehingga Jongin tidak akan melihat gairahnya tergugah hanya dengan melihat Jongin berjalan masuk ke sebuah ruangan, Jongin mungkin akan merasa sangat tidak nyaman lagi untuk tinggal di suite milik Sehun. Dan, meskipun nampaknya menyedihkan, dia akan mengambil setiap kesempatan yang ada untuk bertemu Jongin dengan alasan apa pun.

.

End for This Chapter