Orange's Caramel Presents My Lady, Hinata
.
.
Warning : AU, Typo, OOC, Dan masih banyak lainnya.
.
.
Fict ini dibuat hanya untuk kesenangan pribadi dan tidak lebih.
.
.
Semua Character pinjam sama Om Masashi.
.
.
Don't Like, Don't Read.
.
.
"Hahhh.." Sudah hampir 5 kali pria ini menghela nafas panjang..
Sasuke - Nama pria ini. Mata kelamnya terlihat begitu sangat lelah karena pekerjaan serabut yang dia kerjakan setiap harinya.
Kakinya melangkah lelah menuju rumah susun bobrok yang kini dia tinggali dengan uang sewa yang sangat murah. kamar sepetak dengan kamar mandi bersama di luar kamar sudah cukup membantu untuk melepas semua lelahnya sehabis bekerja.
Sasuke hanya seorang pria yang berpikir dirinya selalu diikuti oleh Dewa Kesialan, bahkan Sasuke tidak mengetahui siapa marganya. Sasuke besar di sebuah panti asuhan. Dia hanya mengetahui bahwa dirinya telah ditinggalkan oleh orang tuanya di depan panti asuhan ketika dirinya baru berusia 2 bulan. Entah orang tuanya terlalu miskin untuk membesarkan Sasuke atau mereka membenci Sasuke sebagai anaknya, apapun alasannya Sasuke tidak peduli. Sasuke hanya merasa menyesal kenapa harus dilahirkan ke dunia ini, jika harus berakhir dengan dia dibuang tanpa alasan yang jelas.
Sasuke juga merupakan sebuah nama yang diberikan oleh orang tuanya. Hanya itu yang dia tahu dari Kurenai - Ibu pemilik panti asuhan.
Sasuke termasuk anak yang sangat cerdas saat di panti asuhan, dia tidak pernah membuat susah dan selalu menurut. Dia bahkan sadar untuk membantu panti asuhannya, oleh karena itu setelah Sasuke beranjak dewasa dia meninggalkan panti asuhan untuk mencari nafkah dan membantu keuangan panti asuhannya. Sasuke memulai hidup barunya untuk mencari nafkah di Tokyo.
Namun pilihan itu sepertinya salah. Semua tidak semudah yang Sasuke pikirkan. Sasuke berasal dari kota kecil Konoha dengan menimba ilmu sampai SMP saja, sedangkan untuk mendapatkan pekerjaan layak di kota besar, setidaknya harus menimal pendidikan SMA. Meskipun Sasuke di karuniai wajah tampan dan cerdas, hal itu tidak membantu banyak. Pada akhirnya Sasuke bekerja serabutan demi menyambung hidup dan membayar uang sewa kamarnya setiap bulan. Sisa gajinya tidak seberapa untuk dia kirimkan ke panti asuhan.
"Hahhhh.." Sekali lagi Sasuke menghela nafas panjang merutuki nasib buruknya.
Ini adalah awal musim panas di Jepang, Sasuke bersyukur belum memasuki musim gugur dan musim dingin. Sasuke belum sanggup untuk membeli mantel tebal murah yang cukup untuk menghangatkan tubuhnya. Sasuke hanya membawa beberapa pakaian dari panti asuhan, semuanya sudah cukup tipis, namun dia bersyukur karena masih berguna disaat seperti musim panas ini.
Sasuke berharap dia akan segera menemukan pekerjaan layak, agar dapat memenuhi beberapa kebutuhannya dan mengirimkan uang kepada Kurenai.
Sasuke melihat sekeliling. Ya, hari sudah malam, lampu-lampu dari jalan dan setiap bangunan menghiasi keindahan malam menggantikan bintang-bintang di langit. Sasuke tersenyum pahit meratapi nasibnya yang buruk.
Orang-orang Jepang masih setia dengan segala kesibukannya di malam hari, terlihat tidak pernah sepi jalan yang di lalui Sasuke.
Pandangan Sasuke tertuju pada sebuah koran hari ini. Mata kelam Sasuke membulat begitu membaca judul dari lembar pertama koran yang terpasang itu.
"DICARI SEORANG KEPALA PELAYAN UNTUK KEDIAMAN HYUUGA. TIDAK ADA SYARAT KHUSUS, YANG PENTING NIAT, KIRIMKAN CV ANDA SEGERA KE ALAMAT INI : ."
Sasuke memicingkan matanya sedikit dan mulai mendekati stand koran. Dia beruntung karena sang penjual sedang tertidur, mungkin karena kelelahan setelah seharian duduk menanti pembeli. Sasuke segera mencatat alamat kediaman Hyuuga untuk mengirimkan CVnya. Sasuke berdoa dalam hati semoga dia bisa diterima oleh pekerjaannya kali ini. Senyum tipis mengambang diwajah tampan Sasuke.
.
.
.
Siang ini Sasuke memantapkan diri untuk mencari kediaman Hyuuga dan melamar pekerjaan sebagai kepala pelayan di sana. Dia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencari alamat itu, karena Sasuke memilih untuk berjalan kaki ketimbang menaiki kendaraan umum.
Sasuke beruntung, sebelum menjelang sore dia sudah menemukan alamat kediaman Hyuuga.
Sasuke meneguk ludahnya begitu melihat kemegahan kediaman Hyuuga. Sasuke mengepalkan sebelah tangannya dan bersiap mencoba tantangan baru, menurutnya.
"Selamat Siang Tuan, Ada yang bisa Kami bantu?" Tanya seorang penjaga pintu begitu Sasuke mendekati gerbang.
"Selamat Siang, Aku ingin melamar pekerjaan di sini sebagai Kepala Pelayan." Ucap Sasuke mantap.
Seorang penjaga lainnya hanya menatap Sasuke dari atas kepala sampai ujung kaki selama 3 kali. Penjaga itu tertawa kecil kemudian berdehem.
Sasuke benci itu.
Seorang penjaga lagi yang awal menyapa Sasuke kemudian meminta beberapa lembar kertas yang dibawa Sasuke, yang diyakininya sebagai data diri Sasuke.
Setidaknya Sasuke berterima kasih masih ada yang mau melihatnya.
"Akan saya berikan ini kepada Hiashi-Sama, harap Tuan menunggu di sini sebentar."
"Hm."
Penjaga itu pun menghilang dibalik pintu besar. Sasuke menunggu cukup lama, sekitar 20 menit hingga penjaga itu keluar dari balik pintu.
"Maaf membuat anda menunggu lama. Akan saya antarkan anda menemui Hiashi-Sama." Penjaga itu meminta temannya untuk membukakan gerbang.
Sasuke melangkah dengan penjaga itu menuju ke dalam rumah.
Sasuke bisa melihat semua perabotan mahal dan semuanya berkilau. Arsitektur yang menakjubkan untuk sebuah rumah. Sasuke menegak ludahnya sendiri lagi.
"Silahkan." Penjaga itu mempersilahkan Sasuke untuk masuk ke dalam sebuah ruangan.
Sasuke sedikit gugup, namun dia berusaha untuk mengontrolnya. Sasuke mulai melangkah masuk ke dalam ruangan itu.
Sasuke bisa melihat sebuah ruang kerja yang cukup besar dan rapi. Seorang pria paruh baya duduk dan menatapnya dengan intens. Matanya berwarna perak, masih jelas terlihat sinar ketegasan.
Sasuke membungkukkan badannya 90 derajat memberi hormat.
"Duduklah." Perintah Hiashi.
Sasuke kemudian duduk di hadapan Hiashi dengan dibatasi meja kerja Hiashi.
"Ternyata kamu cukup muda. Apa kamu yakin bisa menjadi seorang kepala pelayan di rumah ini?" Tanya Hiashi.
"Saya yakin Tuan.. Saya memang masih muda dan juga hanya lulusan SMP, tetapi saya yakin dapat menjalakan pekerjaan sebagai kepala pelayan." Ucap Sasuke mantap.
Sasuke menatap langsung mata Hiashi.
Hiashi tidak menemukan adanya ketakutan dari mata Sasuke. Hiashi tersenyum tipis. Dia menemukan sesuatu yang menarik dari diri Sasuke. Meski sudah berumur setengah abad lebih, Hiashi tetap pandai menilai seseorang.
"Kamu bukan akan menjadi kepala pelayan di rumah ini, tapi Kamu akan menjadi seorang kepala pelayan khusus untuk Putriku."
"Saya tetap akan menjalankan tugas itu sebaik mungkin." Ucap Sasuke lagi.
"Saya suka semangatmu, namun ada 1 hal yang harus Kamu ketahui. Saya sudah menerima 10 orang kepala pelayan dan kamu termasuk salah satunya. 9 sebelum kamu, semuanya meninggalkan pekerjaannya karena tidak tahan dengan semua sikap putri saya. Bagaimana?" Tanya Hiashi meyakinkan.
"Saya tidak akan pernah mengecewakan anda, Hiashi-Sama." Ucap Sasuke dengan suara mantap.
Hiashi kembali tersenyum.
"Saya hanya ingin kamu ikut membantu merubah kembali Hinataku seperti dulu." Hiashi menerawang.
Sasuke mengernyitkan alisnya.
"Dulu Hinata adalah seorang anak yang manis dan pemalu, namun semua berubah sejak 1 tahun lalu. Hinata menjadi seorang yang kasar, pendiam dan sangat manja. Aku ingin kamu juga setia kepadanya. Apakah kamu sanggup?" Hiashi kembali menatap Sasuke.
Sasuke tersenyum tipis "Saya sanggup dan akan terus setia kepada Hinata-Sama."
"Hahahahaha.. Saya harap kamu tidak mengecewakan Sasuke."
"Saya tidak akan pernah mengecewakan anda Hiashi-Sama." Sasuke kembali membungkukkan badannya dalam keadaan duduk.
.
.
.
Kali ini Sasuke benar-benar bersyukur pada Kami-Sama. Sasuke bisa mendapatkan pekerjaan layak dan tetap. Semua kebutuhan Sasuke akan terpenuhi tanpa harus menggunakan gajinya. Sasuke akan dibayar dengan gaji yang sangat besar. Tempat tinggal gratis di kediaman Hyuuga, Ponsel, dan fasilitas mewah lainnya. Sasuke tidak akan merasakan kedinginan dan kepanasan lagi akibat dari beberapa musim di Jepang. Sasuke kembali bersyukur, namun Sasuke belum mengetahui kejutan yang sudah menunggunya.
Sasuke baru mengetahui Tuan Putri yang akan dilayaninya nanti melalui beberapa foto di ruang utama. Nampaknya usaha dan perjalanan hidup Sasuke masih panjang. Dia juga belajar banyak hal mengenai Hyuuga dan Hinata dari catatan yang diberikan oleh pelayan-pelayan wanita di kediaman Hyuuga. Cukup satu hari bagi Sasuke untuk mempelajari berbagai hal tentang aturan Hyuuga.
.
.
.
"Hinata-Sama.."
"Ada apa Kumo-San?"
"Tuan Hiashi sudah menemukan Kepala Pelayan baru untuk anda.. Mulai besok dia akan bekerja dan melayani anda seperti Kepala Pelayan sebelumnya."
Hinata menatap kaca spion mobil tengah.
"Aku tidak perlu." Ucap Hinata malas.
"Ini semua demi kebaikan anda Hinata-Sama."
"Hah.. Terserah.. Akan ku buat dia pergi seperti yang sebelum-sebelumnya." Hinata tersenyum licik.
Kumo hanya bisa menghela nafas panjang melihat sikap Hinata sekarang.
.
.
.
Sasuke kini sudah siap dengan seragam barunya. Sasuke mengenakan seragam butler baru dan penampilan Sasuke berubah 180 derajat. Dia tersenyum tipis melihat penampilan barunya dari cermin.
Pagi ini Sasuke akan memperkenalkan diri kepada majikan yang akan dia layani setiap hari.
Sasuke melangkah mantap menuju kamar Hinata.
Tok Tok Tok
"Ya masuk." Perintah Hinata dari dalam kamar.
Sasuke membuka pintu kamar dan bisa melihat kamar Hinata yang terbilang sederhana untuk kategori seorang putri orang kaya. Sasuke juga bisa mencium aroma kamar Hinata yang begitu menenangkan.
Hinata kini sedang duduk di sofa dengan membaca majalah fashion.
"Selamat Pagi Hinata-Sama. Saya Sasuke dan mulai hari ini akan menjadi kepala pelayan pribadi anda, serta melayani semua kebutuhan dan keinginan anda." Sasuke merasa bangga dengan kata-kata yang dipilihnya. Semalaman Sasuke berlatih untuk hal ini.
"Hm.." Hinata tidak sedikitpun berniat untuk melirik Sasuke.
"Apa ada yang bisa saya lakukan Hinata-Sama?" Tanya Sasuke.
Hinata merasa jengkel karena ocehan Sasuke. ocehan itu merusak mood dia untuk membaca.
Hinata menutup majalah kasar "Bis-.."
Hinata terpaku begitu melihat Sasuke. Tubuh Hinata menegang, mata lavendernya membulat seketika.
"Itachi.." Gumam Hinata pelan, membuat Sasuke sedikit bingung mendengarnya.
Lavender Hinata kembali sayu begitu tersadar bahwa dihadapannya ini bukanlah Itachi. Sudah setahun lamanya.
'Ke-Kenapa dia begitu mirip dengan Itachi..'
Hinata berdiri dan melangkah menuju Sasuke.
Hinata tersenyum manis.
Sesaat Sasuke terpana akan senyuman itu.
Hinata berjinjit saat tepat berada di depan Sasuke "Akan kubuat kamu keluar dari kediaman Hyuuga secepatnya.. Karena.. aku.. tidak.. membutuhkanmu." Bisik Hinata pelan di telinga Sasuke.
Sasuke merasakan sensasi geli dan aneh ketika mendengar suara Hinata sedekat ini. Sasuke tiba-tiba tersenyum licik.
'Rupanya gadis cilik ini ingin bermain.'
Sasuke segera menggenggam kedua tangan Hinata keras dan mendorong tubuh Hinata merapat ke tembok.
Hinata sedikit meringis sakit karena benturan antara punggungnya dengan tembok kamarnya. Begitu Hinata membuka mata, dia cukup terkejut.
Kedua tangan Hinata kini masih di genggam erat oleh Sasuke dan ditempelkan ke tembok. Hinata terkurung oleh tubuh Sasuke. Hinata bisa melihat senyuman di bibir Sasuke.
"Le-Lepaskan Aku.." Hinata berteriak kesal.
"Saya tidak akan pergi semudah itu dari pekerjaan ini.. Jika Nona ingin bermain, akan saya ladeni." Sasuke kembali menyeringai.
Sasuke semakin mendekatkan dirinya ke Hinata. Sekeras apapun Hinata meronta, dia tidak dapat lepas dari kurungan Sasuke.
"A-Apa yang akan Kamu lakukan?" Hinata mulai ketakutan.
"Hanya salam perkenalan Hinata-Sama." Sasuke masih menampilkan seringainya.
Sasuke mendekatkan wajahnya. Hinata hanya bisa menutup matanya. Sasuke bisa melihat rona merah tipis dari majikan yang dia kurung saat ini.
Cup
Sasuke mencium pipi kanan Hinata dan melepaskan genggamannya.
Hinata membuka matanya. Sasuke bisa melihat adanya air mata yang menggantung di ujung mata Hinata, ekspresi kesal dan malu menjadi satu.
Plak
Hinata menampar pipi Sasuke dan segera keluar dari kamarnya.
Sasuke sedikit terkejut dengan tamparan itu. Dia mengelus pipinya yang sedikit merah akibat tamparan Hinata.
"Tch.. Sakit juga.. Tapi maaf Hinata, Aku tidak akan kalah dalam permainanmu." Sasuke kembali menyeringai dan keluar dari kamar Hinata.
.
.
.
Hinata memegangi pipinya yang baru saja dicium oleh Sasuke. Dia merasa aneh dengan ciuman itu, tapi Hinata juga sangat marah oleh kelakuan pelayan barunya itu.
Hinata kesal dan berlari menuju taman belakang kediaman Hyuuga. Dia memilih untuk duduk di pinggir kolam. Hinata memeluk kedua lututnya yang tertekuk dan melihat cermin dirinya dari pantulan air kolam. Matanya menatap sayu pantulan itu.
Hinata akan membuat perhitungan dengan Sasuke.
'Berani-beraninya dia menciumku. Lihat saja nanti.'
Hinata tidak tahu bahwa Sasuke diam-diam mengikutinya.
'Dia manis juga.'
Tanpa sadar Sasuke telah jatuh ke dalam pesona Hinata.
.
.
.
Ini sudah 5 hari Sasuke bekerja dengan Hinata. Setiap hari Hinata selalu memerintah Sasuke bagaikan iblis.
"Hei pelayan bodoh.. Buatkan aku teh ginseng hangat dalam waktu 3 menit atau kamu akan ku pecat."
"Aku ingin kamu memakai ini selama sehari." Hinata menyerahkan seragam maid lengkap kepada Sasuke.
"Cuci semua baju dalam lemariku dengan tanganmu dan jangan sampai terkena luntur."
"Sekarang menarilah selama satu jam, karena aku sedang bosan.."
Kira-kira seperti itulah penderitaan Sasuke. Beruntung, Sasuke mampu bertahan dalam siksaan ala Hinata. Dia berpikir suatu saat nanti akan membalas mengerjai Hinata.
'Lihat saja nanti anak nakal.' Sasuke tersenyum licik dalam hatinya.
Malam ini Hyuuga Hiashi akan pergi dinas selama sebulan. Dia mempercayakan Kumo dan Sasuke untuk mengawasi rumah dan Hinata saat dia pergi.
.
.
.
Seperti malam-malam sebelumnya. Sasuke akan membawakan segelas susu hangat untuk Hinata.
Tok.. Tok.. Tok..
"Hinata-Sama..Saya membawakan susu untuk anda." Ucap Sasuke.
"..."
Tidak ada jawaban.
Sasuke segera masuk ke dalam kamar Hinata. Dia tersenyum tipis. Sasuke selalu menyukai wangi kamar Hinata yang menenangkan. Dia meletakkan susu itu di atas meja kecil samping ranjang Hinata.
Sasuke melihat sekeliling dan dia tidak menemukan Hinata.
"Hinata-Sama.." Panggil Sasuke.
Merasa tidak ada jawaban, Sasuke memilih untuk pergi meninggalkan kamar Hinata. Hingga sebuah suara muncul dan berasal dari dalam kamar mandi dalam kamar.
Sasuke melangkah pelan mendekati kamar mandi dan mulai mengetuk pintunya.
"Hinata-Sama, anda di dalam?"
Hening, tidak ada jawaban.
Sasuke kembali melakukan hal sama dan lagi-lagi tidak ada jawaban.
Sasuke memberanikan diri untuk membuka kenop pintu kamar mandi dan mengecek apakah ada orang di dalam sana.
Pintu terbuka sedikit dan gelap. Tidak ada cahaya dari lampu, hanya cahaya yang berasal kamar Hinata.
Sasuke cukup terkejut saat menemukan Hinata duduk lemas dekat bathup. Cukup menyedihkan bagi seorang nona muda yang biasa bersikap angkuh, kini duduk tidak berdaya dengan tatapan mata kosong, lutut tertekuk dan badan bergetar.
Sasuke segera mengambil jubah mandi dan menutupi tubuh Hinata yang setengah telanjang. Sebagai seorang pria yang sudah dewasa pasti keadaan Hinata bisa dia manfaatkan, tetapi ini bukan saatnya. Lagipula dia masih ingin hidup.
Sasuke tidak mengerti kenapa Hinata bisa tiba-tiba menjadi menyedihkan seperti ini. Tanpa aba-aba, Sasuke segera menggendong Hinata ala bridal style. Dia membaringkan tubuh Hinata di atas ranjang dan mengambil salah satu piyama dari dalam lemari.
Pertama kalinya dalam hidup Sasuke, memakaikan pakaian ke seorang wanita. Dia paham akan kondisi ini. Meminta bantuan sama dengan bunuh diri. Dia cukup beruntung Hinata kini dalam keadaan entah pingsan atau tidur, yang pasti dia beruntung.
Sasuke harus menelan ludah berkali-kali dan mengenyahkan semua pikiran kotor dalam otaknya. Berkali-kali pula dia memejamkan mata saat memakaikan Hinata piyama tidur. Membutuhkan waktu 8 menit lebih bagi Sasuke untuk mengenakan itu semua ke Hinata. Sungguh ini adalah pengalaman hidup yang entah indah atau buruk.
Sasuke menghela nafas panjang saat melihat Hinata yang masih belum sadarkan diri. Dia menyelimuti Hinata dan tersenyum tipis.
"Wajahmu terlihat damai dan cantik jika seperti ini."
Sasuke bermaksud meninggalkan kamar Hinata saat sebuah pelukan dari arah belakang menghentikannya.
"Ja-Jangan pergi.. Aku takut gelap.. Ja-jangan.. Aku mohon.."
Sasuke mengerti sekarang. Hinata phobia gelap. Mungkin besok dia harus segera membetulkan lampu kamar mandinya.
"Benarkah kamu ingin aku disini? Menemanimu?" Tanya Sasuke.
Sasuke dapat merasakan sebuah anggukan di pinggangnya.
"Tidurlah Hinata-Sama.. Aku akan menemanimu malam ini.."
Sasuke merasakan lagi gelengen dan pelukannya semakin mengerat.
'Oh.. Cobaan apalagi ini ya Tuhan..'
"A-Aku tidak bohong.. Aku akan menemanimu malam ini." Ucap Sasuke semakin gugup.
Sasuke merasakan pelukannya terlepas dan saat dia berbalik, Sasuke melihat posisi tidur Hinata yang aneh. Lagi-lagi Sasuke menghela nafas panjang dan merapikan posisi tidur Hinata. Sasuke menyandarkan punggungnya pada pinggir ranjang dan dia tersenyum tipis.
Cukup banyak pengalaman aneh yang harus dia alami selama bekerja di kediaman Hyuuga. Rasa lelah dan kantuk mulai menyerang Sasuke, perlahan dia pun turut tertidur.
.
.
.
TBC
Hope You Like It ^^
